Anda di halaman 1dari 28

TUGAS RADIOLOGI

Oleh :
Devi putri amalia suryani, S.Ked
11180110030

Perceptor :
dr. Karyanto, Sp.Rad.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RSUD DR.H.ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

1. Macam-macam refluk vesikoureter


Klasifikasi RVU berdasarkan penyebab berupa refluks primer dan sekunder. Refluks primer
paling banyak dijumpai, muncul sejak lahir akibat adanya defek ureter dan kegagalan
mekanisme anti-refluks pada daerah ureter-vesika. Defek kongenital berupa ureter
intravesika yang pendek, orifisium ureter lebih besar dan bergeser ke lateral merupakan
penyebab terbanyak. Refluks ini juga dikatakan sebagai prediktor kerusakan ginjal pada
anak dengan ISK. Refluks sekunder, disebabkan obstruksi atau gangguan fungsi traktus
urinarius bawah, misalnya kelainan letak katup uretra posterior atau vesika urinaria
neurogenik. Tipe ini banyak terjadi pada anak dengan kelainan kongenital seperti spina
bifida. Berdasarkan tekanan vesika urinaria dikenal refluks tekanan rendah/pasif terjadi
pada fase pengisian vesika urinaria (tekanan rendah) yang memiliki prognosis kurang baik
dan refluks tekanan tinggi/ aktif terjadi saat miksi (tekanan urinaria tinggi).
Menurut International Reflux Study Grading System berdasarkan obstruksinya maka RVU
dibagi menjadi RVU derajat I, aliran balik urin hanya sampai di ureter. Pada RVU derajat II,
aliran balik urin sampai ke pelvis renalis dan kaliks tanpa dilatasi ureter. Pelvis renalis
normal, kaliks masih terlihat tajam. Untuk RVU derajat III, seperti derajat II, tapi disertai
dilatasi ureter ringan-sedang tanpa/ perubahan ringan ujung forniks kaliks menjadi tumpul.
Sedangkan RVU derajat IV, berupa dilatasi ureter sedang dan berliku-liku, pelvis dan kaliks;
forniks kaliks berbentuk tumpul derajat sedang. Akhirnya RVU derajat V, berupa dilatasi
berat dan berliku-liku pada ureter, pelvis dan kaliks; forniks kaliks tumpul derajat berat serta
tidak ditemukannya lagi gambaran papila pada kaliks.

2. Perbedaan gambaran radiologi usus halus dan colon


Usus halus lebih panjang dari usus besar. Secara umum, lebar atau diameter dari usus halus
adalah lebih kecil dari usus besar. Hampir semua bagian dari usus halus kecuali duodenum
bersifat mobile. Sebaliknya, banyak bagian dari usus besar kurang mobilitas. Kemampuan isi
usus halus lebih kecil dibandingkan isi usus besar. Usus halus memiliki mesenterium yang
melewati bawah melintasi garis tengah ke fosa iliaka kanan sedangkan usus besar tidak.
Usus besar memiliki penanda lemak yang melekat pada dinding yang dikenal sebagai
lampiran epiploicae sedangkan usus halus tidak.

struktur usus besar. Dinding luar usus halus halus sedangkan usus besar yang seperti
kantung. usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitarnya, sedangkan usus besar (kecuali
usus buntu) direduksi yang membentuk tiga band yang disebut taniae coli.
Membran mukosa usus halus memiliki vili yang tidak hadir dalam usus besar. Dinding
bagian dalam usus halus memiliki lipatan permanen yang disebut plicae circulares,
sementara tidak ada lipatan tersebut ditemukan di dalam dinding usus besar. patch players
(agregasi jaringan limfoid) yang hadir hanya dalam selaput lendir usus halus sedangkan
mereka tidak hadir dalam usus besar.

Usus halus terletak di antara lambung dan usus besar, sedangkan usus besar adalah bagian
terakhir dari saluran gastro-intestinal. Fungsi dasar dari usus halus untuk mencerna makanan dan
menyerap nutrisi, sedangkan usus besar adalah menyerap kembali zat-zat tertentu dari makanan
yang tidak tercerna.

3. Kelainan traktus urinarius pada gambar IVP


IVP adalah pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras secara intravena untuk
melihat anatomi dan fungsi dari traktus urinarius (ginjal, ureter, vesica urinaria).
Intravena di sini berarti bahan kontras diinjeksikan melalui vena. Vena mana nih? Vena
mana aja, kata dr. Anwar. Boleh di vena mediana cubiti, atau mana aja. Bisa juga di vena
renalis.
Biasanya IVP didahului dulu dengan BNO. Sebelum pasien disuntik dengan kontras,
pada malam sebelumnya pasien diminta untuk melakukan urus-urus juga sama seperti
pada BNO. Kemudian, pasien dites alergi dulu, karena kontras yang digunakan dapat
menimbulkan reaksi alergi. Pake skin test kaya yang pernah kita pelajari sebelumnya tu
loh. .

Pada menit ke-5, organ yang


dinilai yaitu perginjalan,
yang meliputi nefrogram
dan sistem pyelocalices
(SPC). Nefrogram yaitu
bayangan dari ginjal kanan
dan kiri yang terisi kontras.
Warnanya semiopaque, jadi
putihnya sedang-sedang saja.
Yang kita cermati pada menit ke-5 ini yaitu
Letak/posisi ren. Normalnya, ren kanan lebih rendah dibanding ren kiri. Letak keduanya
yaitu setinggi V.T12 V.L3
Ukuran ren
SPC. Normalnya berbentuk seperti mangkuk (cupping). Namun apabila terjadi
hidronefrosis, SPC akan berubah bentuk tergantung pada derajat hidronefrosisnya.
Ada 4 grade hidronefrosis,
a Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.
b Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar.
c Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol.

Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung.

Gambaran batu, baik batu lusen atau opaq. Apabila ada batu, khasnya yaitu ada filling

defek.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit yang ada
di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.

Menit ke-15-30
Penilaian ureter : kaliber,
batu
Vesica urinaria : bentuk,
dinding, batu/massa
Post Miksi :
Penilaian fungsi voiding

Pada menit ke-15 sampai 30, yang nampak yaitu SPC, kedua ureter, dan vesika urinaria. Tapi
kita fokuskan pada pencitraan ureter dan vesika urinaria. Pada ureter, yang diamati yaitu
Contoh penyakit pada menit ke 15-30 diantaranya: hidroureter, ureterolithiasis, ureteritis,
cystitis, pembesaran prostat, massa vesikolithiasis, dll.

gambar sebelah kiri adalah gambar foto BNO. Karena pada dasarnya foto BNO ini foto
abdomen, jadi kita deskripsiinnya kaya radiologi abdomen yang pernah kita pelajari dahulu.

Contoh pembacaan

Ini adalah foto polos abdomen dengan teknik BNO.


Preperitoneal fat line tampak jelas dan simetris.
Psoas line tampak jelas dan simetris
Distribusi udara usus minimal
Tampak opasitas di proyeksi ginjal dextra dan sinistra
Kedua ren berbentuk normal.

Contoh pembacaan IVP normal


Pada menit ke-15, tampak kedua kontras mengisi kedua ureter sampai VU. Kaliber ureter
tampak normal. Dinding kedua ureter licin dan reguler. Tak tampak filling atau additional
defek.
Pada menit ke-45, tampak kontras mengisi VU lebih banyak. Bentuk dan letak VU normal.
Dinding VU licin dan reguler. Tak tampak filling atau additional defek.
Pada post-miksi, tampak residu urin minimal.

ABNORMALITY OF KIDNEY
Urinary Tract Stone

Pada gambar di sebelah kiri, cara bacanya demikian :


Ini adalah foto BNO. (lalu lanjutkan menyebutkan preperitoneal fat line, renal outline, psoas
line, gambaran udara usus, sistema tulang). Ada opasitas berbatas tegas. Bentuk oval. Ukuran
(berapa cm kali brapa cm). Warna semiopak. Letak setinggi vertebra lumbalis IV. Jumlah satu.
Kesan: ureterolithiasis.
Pada gambar di sebelah kanan, cara bacanya juga mirip, tapi mungkin ukurannya beda,
letaknya di vesika urinaria dan setinggi vertebra lumbalis IV, dan jumlahnya ada dua. .
Klinis: Penderita dikirim dengan kolik renal
Contoh foto BNO
Cara pembacaan

Foto BNO

Preperitoneal fat line tegas, Psoas


line samar; renal out line dextra
tampak, sinistra tak tampak

Tampak udara usus (+) dengan fecal

material (+)

Tampak opasitas bentuk staghorn di proyeksi renal dextra


(paravertebra dextra setinggi V.L.2)

Sistema tulang tak tampak kelainan

Contoh IVP (menit ke 5)


Aspek yang diamati pada IVP

Menit 5
Nefrogram kedua dextra
Ren dextra bentuk blunting,

tampak,, SPC terisi kontras.


clubbing,
pelvis
renis

melebar
Ren sinistra

cupping normal.

bentuk

Menit ke 15

Menit ke 30

Menit 15 s/d 30

Kedua ureter terisi kontras

Ureter dextra : tampak kaliber ureter 1/3 proksimal melebar, dinding licin, tak
tampak filling/additional defek

Ureter sinistra : kaliber normal, dinding licin, tak tampak filling/additional defek

Kalices ren sinistra bentuk cupping normal

Ureter sinistra : kaliber normal, dinding licin,tak tampak filling/additional defek

VU : terisi kontras

Post Miksi (PM)


Kontras minimal
Kesan :
a

Hidronefrosis,
pelviectasis,

ureteroectasis proksimal dextra e.c batu staghorn di


ren dextra
b

Fungsi ren dextra baik

Anatomi dan fungsi ren sinistra normal

Anatomi dan fungsi VU normal

Hidronefrosi
s Grade III
dengan

hidroureter
Cystitis dan
divertikel
pada VU

.
Kesannya, nyatakan:
Tampak SPC renal kiri berbentuk clubbing, kaliber ureter kiri tampak membesar,
ureter kiri tampak berkelok (kinking ureter), dinding vesika urinaria tampak irreguler
dan tidak licin, tampak additional defek pada vesika urinaria.
Diagnosis: hidronefrosis derajat 3 pada renal kiri, hidroureter, cystitis, dan
divertikulitis.

Divertikel

pada

laterosinistra VU

dinding

Batu pada VU
Sedikit bahasan mengenai divertikel.
Divertikel merupakan lekukan ke arah luar, yang awalnya berasal dari sakula yang
tidak tertangani dan akhirnya membesar. Pada gambaran radiologi, tampak adanya
additional defek pada vesika urinaria, dimana kontras yang dikemihkan tetap tidak
dapat keluar dan tetap mengisi, bentuknya bulat atau oval, dindingnya licin dan
teratur. Apabila dindingnya tidak licin dan tidak teratur, berarti ada peradangan,
namanya berubah menjadi divertikulitis.
Hiperplasia Prostat
Indentasi di bagian basal vesica urinaria.
Hal tersebut terjadi karena pembesaran prostat
mendesak vesika urinaria, sehingga tampak pada
gambaran radiologis, terdapat indentasi di bagian
vesika urinaria inferior (ditunjukkan panah).
1. BPH. Pada foto cystografi. Ada indentasi. Kesan: suspek
BPH.

Laki-laki 37 tahun , nyeri


pinggang

2. Foto polos abdomen. Karena distribusi udara usus masih banyak. Dengan bahasa
lain, distribusi udara usus positif terdistribusi merata. Renal outline tampak.
Tampak opasitas di proyeksi vesika urinaria berbentuk oval, ukuran 3 cm.

5 menit

30 menit

15 menit

Post miksi

Foto BNO. Tampak opasitas di proyeksi ginjal sinistra membentuk bayangan


staghorn atau taduk rusa, atau irreguler. Pada IVP menit ke 5, tampak clubbing dan
flattening di renal kiri bagian SPC. Pada renal kanan tampak SPC clubbing dan
normal. Pada menit ke-15 tmapak kontras mengisi ureter. Kaliber ureter normal,
dinding licin. Tidak ada additional dan filling defek. Tampak kontras sudah mengisi
vesika urinaria. Pada foto postmiksi, tampak residu urin minimal.

Pada menit ke-5, kelainan kongenital. Hidronefrosis, flattening dan clubbing.


Double pelvis renalis dextra fungsi masih baik.

4. Yang memberi bayangan putih pada foto polos abdomen


a. Batu Vesica Urinaria atau Vesicolithiasis

b. Batu pada Kandung Empedu Berbentuk Poligonal

c. Cholelithiasis

5. Kelainan-kelainan yang terjadi pada sistema vertebralis


a. Trauma
Instabilitas kolumna vertebralis meliputi fraktur dan dislokasi.
b. Infeksi
- Spondylitis tuberkulosa
c. Kongenital
- Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu suatu
celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal

menutup atau gagal terbentuk secara utuh.

Kelainan ini biasanya disertai kelainan di

daerah lain, misalnya

hidrosefalus, atau gangguan fungsional yang merupakan akibat langsung


spina bifida sendiri, yakni gangguan neurologik yang mengakibatkan
gangguan fungsi otot dan pertumbuhan tulang pada tungkai bawah serta
gangguan fungsi otot sfingter.

Scoliosis

Lordosis

Spondilolisis dan spondilolistesis


Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae
itu

( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus

vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri


( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya
kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul
keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila
penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri

atau berjalan. Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5


sehingga timbul nyeri radikuler.
-

Stenosis kanalis vertebralis


Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit
telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah
penderita berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri
radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu
penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa
nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

Spondylitis.
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi
tulang belakang.

6. Patofisiologi dan gambaran:


a. Spondylitis tuberculosis
Kuman yg Bangun kembali dari paru-paru akan menyebar mengikuti aliran darah
ke pembuluh tulang belakang dekatdengan ginjal. Kuman berkembang biak
umumnya di tempat aliran darah yg menyebabkan kuman berkumpul banyak
(ujungpembuluh). Terutama di tulang belakang, di sekitar tulang thorakal (dada)
dan lumbal (pinggang) kuman bersarang.Kemudian kuman tersebut akan
menggerogoti badan tulang belakang, membentuk kantung nanah (abses) yg
bisamenyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha.
Dapat pula memacu terjadinya deformitas.Gejala awalnya adalah perkaratan
umumnya disebut pengapuran tulang belakang, sendi-sendi bahu, lutut,
panggul.Tulang rawan ini akan terkikis menipis hingga tak lagi berfungsi.
Persendian terasa kaku dan nyeri, kerusakan padatulang rawan sendi, pelapis
ujung tulang yg ber

ungsi sebagai bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulangberbenturan saat
sendi digerakkan.Terbentuknya abses dan badan tulang belakang yg hancur, bisa
menyebabkan tulang belakang jadi kolaps dan miring kearah depan. Kedua hal ini
bisa menyebabkan penekanan syaraf-syaraf sekitar tulang belakang yg mengurus
tungkaibawah, sehingga gejalanya bisa kesemutan, baal-baal, bahkan bisa sampai
kelumpuhan.Badan tulang belakang yg kolaps dan miring ke depan menyebabkan
tulang belakang dapat diraba dan menonjol dibelakang dan nyeri bila tertekan,
sering sebut sebagai gibbus Bahaya yg terberat adalah kelumpuhan tungkai
bawah, karena penekanan batang syaraf di tulang belakang yg dapatdisertai
lumpuhnya syaraf yg mengurus organ yg lain, seperti saluran kencing dan anus
(saluran pembuangan).Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yg
kronik dan destruktif yg disebabkan basil tuberkulosis ygmenyebar secara
hematogen dari fokus jauh, dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran
basil ini dapatterjadi pada waktu infeksi pri-mer atau pasca primer. Penyakit ini

sering ter-jadi pada anak-anak. Basil tuberkulosisbiasanya menyangkut dalam


spongiosa tulang. Pada tempat infeksi timbul osteitis, kaseasi clan likui faksi
denganpembentukan pus yg kemudian dapat mengalami kalsifikasi. Berbeda
dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukantulang baru pada tuberkulosis
tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Di samping itu, periostitis
dansekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan
terjadi perusakan tulang rawan sendi ataudiskus intervertebra.Dari pemeriksaan
fisik Pada pemeriksaan reflex fisiologis normal. Ditemukan hipestesia (raba)
setinggi VT6. Tidakditemukan adanya refleks patologis. Pada pemeriksaan nervi
cranialis tidak ditemukan adanya kelainan.

A. F oto polos menunjukkan gambaran tipikal pada spondilitis tuberkulosis.


Terdapatmassa jaringan lunak paraspinal yang luas.
B. Foto koronal vertebra torakal menunjukkan kerusakan pada diskus
intervertebralis pada titik dimana pelebaran paraspinal maksimal dan
perubahan ini berhungan dengan perubahan sinyal dari vertebra.Gambaran
sagital menunjukkan peningkatan sinyal pada badan vertebra yang berdekatan
dengan massa jaringan lunak anterior dan posterior, dengan massa
tersebutmengindentasi kanalis spinalis dan menekan nervus yang berdekatan.
b. Spondilitis trauma
Spondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada
tulang

belakang

dan

ligamen

ligamen

para

vertebral.

Apabila

diskusvertebral \is juga terinvasi oleh jaringan vaskular dan fibrosa maka akan
timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi
pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra
lainnya.Jaringan sinovial disekitar sendi yang terserang akan meradang
.Penyakit jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.
Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial,
terutama pada sendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan

kostotransversal. Perubahan pada sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik,


dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral, diikuti erosi yang
memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi
penyempitan celah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi.
Setelah beberapa tahun, terjadi ankilosis yang komplit. Beratnya proses
sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis, yaitu tingkat 0
(normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1 ditambah
adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang atau pseudo
widening, tingkat 3 (tingkat 2 ditambah adanya erosi dan jembatan tulang),
serta tingkat 4 (ankilosa yang lengkap). Akan terlihat gambaran squaring (segi
empat sama sisi) pada kolumna vertebra dan osifikasi bertahap lapisan
superfisial anulus fibrosus yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan di
antara badan vertebra yang disebut sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai
pada vertebra servikal, akan membentuk bamboo spine. Keterlibatan sendi
panggul memperlihatkan adanya penyempitan celah sendi yang konsentris,
ketidakteraturan subkhondral, serta formasi osteofit pada tepi luar permukaan
sendi, baik pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya, terjadi ankilosis
tulang dan pada sendi bahu memperlihatkan penyempitan celah sendi dengan
erosi.

7. HNP gradasi dan


skematisnya

gambar

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan


degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma
(jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat
cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala
ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke
arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula pada tingkat L2
dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis
tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi
hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua
korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Patofisiologi HNP
KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan
nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus
posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus
dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering,

fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada
satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai
menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang.
Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang
Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4
dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan
tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu
diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya
terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang
paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love
dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat
thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh
dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

Foto polos vertebre


Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul(sendi sakro-iliaka),
Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitandiskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil.Pada kasus disk bulging, radiografi
polos memperlihatkan gambarantidak langsung dari degenerasi diskus seperti

kehilangan ketinggian diskusintervertebralis, vacuum phenomen* dalam bentuk gas di


disk, dan osteofitendplate

8. Kelainan posisi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai