Anda di halaman 1dari 18

ESSAI KULIAH

BLOK UROGENITAL II

Pemeriksaan Radiologi pada Traktus Urigenital

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

NIM : 019.06.0082

Kelas :A

Blok : Blok Urogenital II

Dosen : dr. Fauzy Ma’ruf, Sp.Rad, M.Kes

PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 1
Pemeriksaan Radiologi pada Traktus Urigenital

I. Pendahuluan

Latar Belakang

Pemeriksaan traktus urologi terdapat berbagai macam tergantung dengan


modalitas yang digunakan. Pertama yaitu modalitas menggunakan sinar X dimana
alatnya adalah X-ray konvensional dan CT scan, kedua yaitu modalitas
menggunakan gelombang suara alatnya adalah USG dan ketiga adalah modalitas
magnetic yaitu magnetic resonansi MRI. Penekanannya disini adalah modalitas
menggunakan sinar X-Ray, baik sinar X-Ray dengan kontras ataupun tanpa
kontras dimana tubuh pasien akan dimasukkan sinar kontras sebelum pemeriksaan
menggunakan X-Ray dapat melalui intravena masuk ke dalam pembuluh darah
atau dapat juga dengan masuk ke rongga tubuh misalnya masuk dalam usus atau
urethra melalui meatus urethra eksternus. Nantinya alat tersebut akan dimasukkan
ke dalam vesica urinaria. Untuk CT scan dan MRI merupakan pemeriksaan lebih
lanjut.

II. Pembahasan

Foto Polos Abdomen (BNO)

Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan paling sederhana untuk


mengevaluasi traktus urinarius. Karena tidak memerlukan persiapan sama sekali
dan tidak memerlukan bahan kontras. Apabila menemukan pasien dengan
kecurigaan di traktus urinarius maka dapat langsung dilakukan pemeriksaan foto
polos abdomen. Hal yang dapat dievaluasi dari pemeriksaan foto polos abdomen
adalah pertama preperitoneal fat line yaitu batas antara daerah lemak di dinding
abdomen dengan peritoneum yang umumnya kelihatan. Kedua yaitu psoas line
dan renal out, muskulus poas umumnya terletak disamping cavum abdomen letak
normalnya adalah simetris apabila tidak simetris maka dapat dicurigai adanya

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 2
tumor ataupun adanya abses di daerah psoas dapat dicurigai pada pasien yang juga
mengalami keluhan demam atau sepsis. Harus dilihat juga distribusi udara dimana
udara umumnya normal terdapat di dalam usus.

Perlu dilihat tanda- tanda pneumoperitoneum dimana pneumoperitoneum


merupakan terdapatnya udara pada cavum abdomen, normalnya udara terdapat
intralumen di usus namun apabila terdapat udara di luar usus maka dicurigai
adanya kebocoran pada usus sehingga udara dapat keluar ke cavum abdomen.
Selanjutnya yang perlu dievaluasi lagi adalah bayangan opasitas seperti batu,
massa intra abdomen dimana apabila terdapat batu- batu di saluran kemih maka
akan terlihat gambaran radio opak karena prinsip nya hanya 2 yaitu apabila benda
semakin padat maka warna akan semakin putih sedangkan apabila benda tersebut
memiliki kepadatan yang rendah maka pencahayaannya akan semakin kuat yaitu
berwarna lusen. Namun perlu diperhatikan batu dalam saluran urinarius tidak
hanya berwarna opak namun terdapat pula yang semi opak atau bahkan tidak
terlihat karena berwarna lusen yang dapat dilihat dengan pemeriksaan lain seperti
IVP, CT scan dan MRI (Purnomo, Basuki. 2003).

IVP

Pemeriksaan IVP merupakan Intra Venous Pielografi yaitu pemeriksaan


traktus urinarius dengan memebri bahan secara intravena, bahan kontras
merupakan bahan yang bersifat antiopak sehingga dapat memberikan warna putih
yang bisa lebih putih dari tulang. Yang membedakan dengan foto polos abdomen
adalah pemeriksaan IVP selain menggunakan kontras juga memerlukan persiapan
dimana persiapan ini dilakukan untuk membersihkan usus dari kotoran supaya
ginjal dan saluran yang lain dapat terihat dan tidak tertumpuk oleh kotoran yang
terdapat di usus. IVP dilakukan setelah penyuntikan intravena maka dilakukan
juga pemeriksaan foto secara serial atau berulang secara berurutan yaitu
dilakukan foto pada menit ke 5, 15, 30, 45 dan seterusnya. Hal yang dievaluasi
adalah ginjal yaitu letaknya apakah ginjal kanan lebih tinggi atau setara dengan
ginjal kiri. Penilaian yang dilakukan adalah pertama pada ginjal dilihat letak,

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 3
posisi jumlah ginjal, apakah ada pembesaran seperti hidronefrosis, infeksi, adanya
batu yaitu nefrolithiasis serta dilihat apakah ada tumor massa. Pada ureter dilihat
apakah ada tanda hidroureter, ureterolithiasis, infeksi, massa serta adanya
sumbatan atau obstruksi. Kemudian pada vesica urinaria yang dilihat adalah tanda
adanya massa atau tumor, adanya batu yaitu vesicolithiasis, infeksi serta tanda
pembesaran prostat (Purnomo, Basuki. 2003).

Pada evaluasi menit ke 5 yang dinilai adalah renal out line bagimana
bayangan ginjal, posisi dan letak serta penilaian system pleocalices (SPC).

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 4
Pada menit ke 15 sampai 30 yang dinilai adalah ureter apakah ada tanda
kaliber atau ukuran ureter apakah terdapat pemanjangan dan batu, pada vesica
urinaria dilihat bagaimana bentuk, dinding serta apakah terdapat massa atau batu
kemudian dilihat juga sewaktu post miksi yang dinilai adalah fungsi voiding
yaitru adanya sisa urin.

Gambar diatas merupakan contoh dari pemeriksaan IVP dimana perlu


dilakukan evaluasi dari semua aspek pada serial menit diatas. Kontur ginjal
setelah disuntikan kontras pada menit ke- 5 tentunya akan memiliki gambaran
yang lebih jelas dibandingkan dengan yang tidak disuntikkan kontras.

Pada menit ke- 15 akan semakin terlihat jelas kontur ginjalnya, dilihat tidak
ada sumbatan. Pada menit- 45 dilihat bahwa vesica urinaria sudah penuh sesuai
dengan gambar tengah serta dinding yang mulus menunjukkan bahwa tidak ada

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 5
permasalahan pada buli- buli. Selanjutnya gambar paling kanan adalah gambaran
post miksi terlihat sudah tidak ada urin di dalam kandung kemih, apabila
ditemukan cairan lebih dari 25% maka dapat diduga adanya gangguan pada fungsi
pengeluaran urin buli- buli.

Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau


dikenal dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak.
Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi
ginjal. Bahan kontras yang dipakai biasanya adalah jodium dengan dosis 300
mg/kg berat badan atau 1 ml/kg berat badan (sediaan komersial). Teknik
pelaksanaannya adalah seperti pada tabel 2-3, yaitu pertama kali dibuat foto polos
perut (sebagai kontrol). Setelah itu bahan kontras disuntikkan secara intra vena,
dan dibuat foto serial beberapa menit hingga satu jam, dan foto setelah miksi. Jika
terdapat keterlambatan fungsi ginjal, pengambilan foto diulangi setelah jam ke-2,
jam ke-6, atau jam ke 12. Pada menit-menit pertama tampak kontras mengisi
glomeruli dan tubuli ginjal sehingga terlihat pencitraan dari parenkim (nefrogram)
ginjal. Fase ini disebut sebagai fase nefrogram. Selanjutnya kontras akan mengisi
system pelvikalises pada fase pielogram (Purnomo, Basuki. 2003).

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 6
Contoh Kasus

Seorang pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan, merasakan


sakit saat kencing sudah dirasakan 3- 4 bulan dan kadang keluar darah. Pada
pemeriksaan BNO dapat terlihat adanya radioopak dimana kemungkinan adanya
batu di bagian ginjal kanan. Selanjutnya pada pemeriksaan IVP dapat dilihat pada
menit ke-5 terlihat adanya batu dimana setelah diberikan bahan kontras batu akan
terlihat lebih hitam dari area sekitarnya, pada menit ke-15 menjadi lebih terlihat
dan pada menit ke- 30 terlihat buli- buli yang sudah penuh tetapi tidak ada
permasalahan pada buli- buli karena dindingnya halus. Selanjutnya pasien
diinsturksikan untuk BAK kemudian difoto lagi pada gambar diatas terlihat buli-
buli kosong artinya fungsi miksi tidak bermasalah.

Sebagai seorang radiolog hal yang perlu di interpretasikan adalah :

BNO IVP
Menit 5 Menit 15- 30 Post Miksi
Preperitoneal fat Nefrogram kedua Kedua ureter terisi Kontras minimal
line tegas dextra tidak kontras
tampak, SPC terisi
kontras
Psoas line samar Ren dextra bentuk Ureter dextra
blunting, clubbing, tampak kaliber

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 7
pelvis renis ureter 1/3
melebar proksimal
melebar, dinding
licin, tak tampak
filling/ additional
defek
Renal out line Ren sinistra Ureter sinistra
dextra tampak, dengan bentuk kaliber normal,
sinistra tidak cupping normal dinding licin, tak
tampak tampak filling/
additional defek
Tampak udara Kalices ren
usus (+) dengan sinistra bentuk
fecal material (+) cupping normal
Tompak opasitas Ureter sinistra
dentuk staghorm kaliber normal,
di proyeksi renal dinding licin, tak
dextra tampak filling/
(paravertebral additional defek
dextra setinggi
V.L 2
Sistema tulang tak VU terisi kontras
tampak kelainan

Kesan
1. Hidronefrosis, pelviectasis, oreteroectasis proksimal dextra e.c batu
staghorm dir en dextra
2. Fungsi rend extra baik
3. Anatomi dan fungsi ren sinistra normal
4. Anatomi dan fungsi vesica urinaria normal

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 8
a. Pasien Hidronefrosis

Pada gambar diatas terlihat pasien dengan hidronefrosis, terlihat pelebaran


dari ureter kiri yang berlipat- lipat serta dinding buli yang ireguler serta dilihat
adanya defek. Terdapat juga pelebaran dari kaliks serta ureter disebut dengan
hidronefrosis.

b. Pasien Diverticel

c. Hipertrofi Prostat

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 9
Prostat umumnya terletak di depan vesica urinaria.

Uretrosistografi

Pemeriksaan menggunakan bahan kontras yang digunakan unutk


pemeriksaan urethra dan buli- buli. Pada pemeriksaan diatas tampak penyempitan
pada urethra pars cavernosa dengan kesan terlihat yaitu stricture urethra. Dapat
terjadi karena infeksi berulang bisa karena sexual. Dapat juga non-infeksi yaitu
karena trauma misalnya rupture urethra. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan
pada laki- laki karena urethra wanita yang pendek membuat pemeriksaan ini tidak
memungkinkan untuk dilakukan (Andansari, Novia., dkk. 2019).

Sistografi

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 10
Sistografi adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Foto ini
dapat dikerjakan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Melalui foto PIV,


b. Memasukkan kontras melalui kateter uretra langsung ke buli-buli, dan
c. Memasukkan kontras melalui kateter sistostomi atau melalui pungsi
suprapubik.

Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di dalam
buli-buli yang ditunjukan oleh adanya filling defect, adanya robekan buli-buli
yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras ke luar dari buli-buli, adanya divertikel
buli-buli, buli-buli neurogenik, dan kelainan pada buli-buli yang lain.
Pemeriksaan ini dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan
untuk menilai adanya refluks vesikoureter (Andansari, Novia., dkk. 2019).

Uretrografi

Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan


kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna melalui klem
Broadny yang dijepitkan pada glans penis. Gambaran yang mungkin terjadi pada
uretrogram adalah :

a. Jika terdapat striktura uretra akan tampak adanya penyempitan atau


hambatan kontras pada uretra,
b. Trauma uretra tampak sebagai ekstravasasi kontras ke luar dinding
uretra, atau
c. Tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai filling
defect pada uretra.

Untuk menilai panjang striktura uretra dilakukan pengambilan foto (bipolar)


sistouretrografi yaitu dengan melakukan pengambilan foto sistografi dengan
memasukkan kontras melalui sistostomi bersama-sama dengan foto uretrografi
(Andansari, Novia., dkk. 2019).

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 11
HSG

Hysterosalpingography atau HSG merupakan pemeriksaan dengan


memasukkan media kontras radio-opaque melalui cannula untuk memperlihatkan
bentuk, ukuran dan posisi uterus serta tuba fallopi. Dapat pula untuk
memperlihatkan lesi seperti polip, tumor atau fistula dan untuk memeriksa patensi
tuba fallopi pada kasus sterilitas. Pemeriksaan ini secara radiolohiorgam
reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus, tuba fallopi, cervix dan
ovarium menggunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
pada ibu- ibu dengan indikasi infertil baik primer maupun sekunder tetapi
pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk indikasi- indikasi lain yang tentunya
merupakan kelainan pada organ reproduksi wanita. Apabila tuba falopi sudah ada
dipotong tujuann pemeriksaannya adalah masing tersambung atau tidak uretra nya
kalau masih berarti tidak berhasil. Dan perlu dilihat juga apakah saluran tuba
bagus atau tidak untuk keperluan ovulasi. Apabila ada sumbatan maka sperma
dengan ovum tidak akan pernah bertemu sehingga mengganggu proses konsepsi
(Utami, Asih., dkk. 2018).
Prosedur ini dapat digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan-
kelainan kongenital, leimioma, perlengketan (synechiae), polip, oklusi tuba,
salpingitis isthmica nodosum, hidrosalping, dan adhesi perituba,dan infertilitas
primer. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 12
minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Untuk
memperlihatkan kelainan-kelainan atau patologi pemeriksaan HSG, maka
digunakan media kontras yang larut dalam air yang bersifat encer, memberikan
opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke dalam tuba serta menimbulkan
perlimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum. Cara pemasukan media kontras
dapat dilakukan dengan pemasangan HSG set atau apabila pasien dalam kondisi
tertentu tidak tahan terhadap bahan yang terbuat dari metal, maka dapat digunakan
kateter sebagai media pemasukan media kontras ke dalam lubang vagina. Salah
satu hal yang paling penting dari pemeriksaan HSG ini adalah pemeriksaan
dilakukan pada hari ke 9-12 (Utami, Asih., dkk. 2018).
Secara teknis, pemeriksaan HSG akan menimbulkan rasa nyeri dan tak
nyaman karena cairan yang mengandung zat kontras disemprotkan melalui vagina
sehingga perlu komunikasi mengenai pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien
agar pasien tidak merasa takut. Selama rentang waktu sebelum pemeriksaaan
tersebut, pasien dilarang untuk coitus atau melakukan hubungan suami isteri agar
rahim dalam keadaan bersih tidak dapat sperma. Pada umumnya proyeksi yang
digunakan yaitu proyeksi Anteroposterior (AP) plan foto, Anteroposterior (AP)
post kontras, oblik kanan dan kiri serta Anteroposterior (AP) post void. Adapun
kontraindikasi dari pemeriksaan HSG adalah pertama pada saat menstruasi akan
merasa sakit. Ketika sudah ada peradangan maka dapat menyebabkan peradangan
semakin luas, alergi terhadap bahan kontras, setelah dilakukan kuret tidak boleh
langsung dilakukan HSG. Pada orang hamil tidak boleh dilakukan pemeriksaan
ini karena akan mengganggu kehamilan (Utami, Asih., dkk. 2018).

Pielografi Retrograd (RPG)

Pielografi retrograd atau retrograde pyelography (RPG) adalah pencitraan


system urinaria bagian atas (dari ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan
bahan kontras radioopak langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan
transuretra. Indikasi pembuatan foto adalah :
a. Jika ada kontra indikasi pembuatan foto PIV atau

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 13
b. PIV belum bisa menjelaskan keadaan ginjal maupun ureter, antara lain
pada ginjal non visualized.

Pielografi Antegrad

Foto pielografi antegrad adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas


dengan cara memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal. Bahan
kontras dimasukkan melalui kateter nefrostomi yang sebelumnya sudah terpasang,
atau dapat pula dimasukkan melalui pungsi pada kaliks ginjal.

Gambar Interpretasi

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 14
Foto polos abdomen

Bagian dari serial foto PIV, A.


Foto polos abdomen sebagai foto
awal sebelum kontras disuntikkan
tampak bayangan opak di kavum
pelvis sebelah kiri
B. Foto kontras tampak bayangan
batu pada ureter distal kanan yang
menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis kanan

A. Foto 30 menit setelah


kontras disuntikkan tampak
system pielo-ureter kiri dan
kana nada dua buah
B. Tampak pada sistogram
menunjukkan adanya tumor
buli- buli pada dinding
lateral kanan

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 15
A. Tampak kateter di dalam
ureter kanan sedangkan
B. Tampak bahan kontras yang
telah disuntikkan melalui
kateter ureter telah mengisi
system pelvikalises kanan

Uretrogram pada striktura uretra


anterior, gambar kiri menunjukkan
skema uretrografi kontras mengisi
buli- buli dan urethra

USG (Ultrasonografi)

Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi


ultra yang dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda kepadatannya.
Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG dapat
membedakan antara massa padat (hiperekoik) dengan massa kistus (hipoekoik),
sedangkan batu non opak yang tidak dapat dideteksi dengan foto ronsen akan
terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow. Ultrasonografi banyak dipakai untuk
mencari kelainanan- kelainan pada ginjal, buli- buli, prostat, testis, dan
pemeriksaan pada kasus keganasan. Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan :

a. Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefosis, kista,


massa, atau pengkerutan ginjal) yang pada pemeriksaan PIV
menunjukkan non visuialized,
b. Sebagai penuntun pada saat melakukan pungsi ginjal atau nefrostomi
perkutan, dan

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 16
c. Sebagai pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma ginjal
derajat ringan.

CT Scan dan MRI (Computerized Tomography Scan dan Magnetic Resonance


Imaging)

Pemeriksaan ini lebih baik daripada ultrasonografi tetapi harganya masih


sangat mahal. Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai dalam bidang onkologi
untuk menentukan penderajatan (staging) tumor yaitu: batas-batas tumor, invasi
ke organ di sekitar tumor, dan mencari adanya metastasis ke kelenjar limfe serta
ke organ lain.

III. Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


tiga modalitas dalam radiologi. Untuk traktus urinarius modalitas yang paling
sering digunakan adalah yang berbasis sinar yaitu baik sinar X-Ray dengan
kontras ataupun tanpa kontras dimana tubuh pasien akan dimasukkan sinar
kontras sebelum pemeriksaan menggunakan X-Ray dapat melalui intravena
masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan masuk ke rongga tubuh
misalnya masuk dalam usus atau urethra melalui meatus urethra eksternus.
Penggunaan pemeriksaan radiologi ini adalah standard diagnostic untuk
mendeteksi kelainan atau gangguan yang dialami oleh pasien.

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 17
Daftar Pustaka

Andansari, Novia., dkk. 2019. Tingkat Akurasi Pemeriksaan Sistouretrografi


Bipolar berdasarkan Klasifikasi Goldman pada Trauma Uretra dan
Kesesuaian Diagnosis Pascaoperasi. Jurnal Kedokteran Unram 2019, 8 (1):
17-20 ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154.
http://jku.unram.ac.id/article/download/329/247 (Diunduh pada tanggal 24
Mei 2021)

Aru W. Sudoyo, dkk. 2016. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Harrison. 1999. Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Harrison’s Principles of


Interna Medicine). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 13.

Purnomo, Basuki. 2003. Buku Kuliah : Dasar- Dasar Urologi. VI. ISBN. 979-
9472-00-8

Utami, Asih., dkk. 2018. Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) pada Kasus


Infertilitas Primer di Rumah Sakit Islam Klaten. Hysterosalpingography
(HSG) Examination in Case of Primary Infertility in Islamic Klaten
Hospital. Prosiding Workshop Nasional “Standarisasi dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Radiografer” AIPRI 13-15 September 2018. ISBN978-
602-53808-08. https://d3trr.unisayogya.ac.id/wordpress_trr/wp-
content/uploads/2020/04/PEMERIKSAAN-HISTEROSALPINGOGRAFI-
HSG-PADA-KASUS-INFERTILITAS-PRIMER-DI-RUMAH.pdf
(Diunduh pada tanggal 24 Mei 2021)

“Pemeriksaan Radiologi pada Traktus


Urigenital” 18

Anda mungkin juga menyukai