Anda di halaman 1dari 15

PERPAJAKAN

INTERNASIONAL
KELOMPOK 2

IMELDA MEGAWATI L. T. 43213110419


RAGA BUDI RAMAWAN 43212120060
RIZA FRENKY
43212120023
NURLITA DIAN CAHYANI 43212120145

ROYALTI
FRANCHISE

RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah implementasi perpajakan
atas penghasilan yang diperoleh dari
bisnis franchise berdasarkan ketentuan
yang ada?
Bagaimanakah penerapan asas kepastian
dalam pendefinisian royalti dan imbalan
jasa teknik dalam regulasi perpajakan
Indonesia?
Apa saja hambatan yang ditemui dalam
implementasi perpajakan penghasilkan
atas royalti dan imbalan jasa teknik?

LATAR BELAKANG
Era Globalisasi, munculnya jenis
bisnis baru
Franchise/Waralaba berkembang
pesat
Dengan potensi pendapatan atas
royalti yang cukup besar, pajak atas
hak royalti yang dibayarkan masih
kurang optimal

DESKRIPSI FRANCHISE
Menurut Kieso & Weygandt:
Franchise adalah perjanjian dimana pemilik
waralaba memberikan hak kepada
pewaralaba untuk menjual produk atau jasa
tertentu, dengan menggunakan nama atau
merek dagang tertentu atau untuk
menjalankan fungsi tertentu, biasanya
didalam sebuah areal geografis tertentu
yang telah dirancang

DESKRIPSI FRANCHISE
Dilihat melalui aspek legal:
Franchise memiliki arti persetujuan secara
legal atas pemberian hak atau keistimewaan
untuk memasarkan suatu produk atau jasa
dari pemilik (franchisor) kepada pihak lain
(franchisee) yang diatur dalam aturan tertentu
Perlakuan Akuntansi Atas Franchise
Franchise dalam konteks akuntansi dapat
dimasukan dalam golongan aset tidak
berwujud (intangible aset)

DESKRIPSI ROYALTI
Royalti adalah sejumlah bayaran
(imbalan/fee) yang harus dibayarkan kepada
creator (pencipta atau penemu) dari suatu
property, ide, penemuan, dan sebagainya,
yang dihitung melalui persentase tertentu
dari penghasilan yang didapat atas
penjualan produk yang dihasilkan
menggunakan property, ide, penemuan,
atau rekaan dari sang creator tersebut

ROYALTI FRANCHISE
Di Indonesia, terdapat kurang lebih 250
bisnis franchise yang aktif. Hampir
setengahnya berasal dari Amerika Serikat.
50% bergerak di bisnis makanan
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI),
franchise asing masuk ke negara yang
pendapatan per kapitanya di atas $ 1.000 per
tahun
Pendapatan per kapita di Indonesia sudah
mencapai $ 1.060 per tahun. Bahkan di
ibukota DKI Jakarta, pendapatan per kapita
mencapai $ 3.180 per tahun

ROYALTI FRANCHISE
Dalam bisnis franchise, royalty fee wajib
ada, dan menjadi syarat dalam suatu bisnis
franchise. Menurut AFI, besaran royalty fee
yang wajar adalah sekitar 1%-12% dari total
omzet. Dengan demikian, maka royalty fee
merupakan sumber pendapatan utama bagi
franchisor.

IMPLEMENTASI PERPAJAKAN
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983
Sebagaimana Terakhir Diubah dengan UU No.
36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1) Huruf h Tentang Objek Pajak
Pasal 23 Ayat (1) Huruf a Tentang Tarif
Pemotongan Pajak Penghasilan kepada
WPDN
Pasal 26 Ayat (1) Tentang tarif Pemotongan
Pajak Penghasilan kepada WPLN

IMPLEMENTASI PERPAJAKAN
Dikenakan tarif 15% dari jumlah bruto
yang dibayarkan kepada WPDN. Dan
apabila penerima royalty fee tidak
memiliki NPWP, maka tarif lebih tinggi
100% dari tarif semula. Atau menjadi 30%.
Jika WPLN (selain BUT) yang menerima
royalty fee. Maka tarif pemotongannya
adalah 20% dari jumlah bruto. Atau sesuai
tarif tax treaty Negara Indonesia dengan
Negara domisili WPLN.

IMPLEMENTASI PERPAJAKAN
DIFERENSIASI ANTARA ROYALTI DAN JASA
TEKNIK
Royalti diberikan atas transfer know how dari
seseorang kepada pihak lain tanpa pihak yang
memiliki hak royalti tersebut harus ikut serta
dalam penerapan suatu formula tersebut.
Berbeda dengan jasa teknik, dimana pemegang
hak atas jasa teknik tersebut turut serta dalam
pengaplikasian formula yang dimilikinya.
Lemahnya penafsiran fiskus terhadap definisi
royalti dan jasa teknik banyak dimanfaatkan
berbagai kalangan karena disperitas tarif antar
keduanya

CONTOH SOAL
Contoh seorang Wajib Pajak Dikenakan pajak oleh dua negara:
A Wajib Pajak negara X memperoleh penghasilan dalam tahun 2012 sebagai
berikut:
Laba usaha Rp. 400.000.000
Penghasilan dari harta tak
Berwujud dinegara Y (Royalty) Rp. 50.000.000 +
Jumlah penghasilan Rp. 450.000.000
Besarnya pajak terutang dinegara X (tarip 40 %) =
40 % x Rp. 450.000.000 = Rp. 180.000.000,Negara Y, mengenakan pajak atas penghasilan Wajib Pajak A (royalty senilai Rp.
50.000.000) sebesar 20 % ; besarnya pajak yang terutang di negara Y adalah:
20 % x Rp. 50.000.000 = Rp. 10.000.000,Dengan demikian A memikul pajak ganda dari seluruh penghasilannya, beban
pajak seluruhnya sebesar Rp. 190.000.000,-, terdiri dari pajak yang dibayar di
negara X dan pajak atas royalty yang dibayar di negara; sedangkan atas
penghasilan berupa royalty, beban pajaknya adalah:
(40 % x Rp. 50.000.000) + Rp. 10.000.000 = Rp. 30.000.000,-

KESIMPULAN
Implementasi Perpajakan untuk royalty fee
bisa dilihat di UU No. 7 Tahun 1983
Sebagaimana Terakhir Diubah dengan UU No.
36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Secara konseptual perbedaan antara royalti
dan imbalan jasa teknik terletak pada
karakteristik penghasilan yang dimaksud
sendiri
Hambatan yang dihadapi oleh implementasi
atas pajak penghasilan royalti dan jasa teknik
adalah tidak adanya batasan yang jelas
antara pengertian royalti dan jasa teknik

da Pertanyaan??

Anda mungkin juga menyukai