Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan warna yang terjadi pada gigi anterior sering menimbulkan masalah
estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita muda dengan
profesi yang menuntut penampilan yang prima. Perubahan warna gigi dapat
mengakibatkan terjadinya kompleks psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri. 3,11
Keinginan penderita untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih
putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk
pelayanan gigi kosmetik adalah pemutihan gigi (dental bleaching).3

2.1

Pemutihan Gigi

Pemutihan gigi adalah suatu tindakan untuk mencerahkan atau menghilangkan


noda pada permukaan gigi secara kimiawi dengan menggunakan aplikasi larutan
peroksida yang kuat. Pemutihan gigi merupakan alternatif konservatif dalam
mengembalikan nilai estetika gigi. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan, antara
lain lebih baik dari segi estetik, tidak mengambil jaringan keras gigi dan teknik
perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan mahkota tiruan. 1,15
Keberhasilan perawatan pemutihan gigi untuk dapat memberikan sensasi
warna gigi lebih putih dari sebelumnya sangat tergantung pada jenis stain yang
terdapat dalam struktur gigi, lokasi, dan seberapa dalam kemampuan agen aktif
bleaching untuk berpenetrasi ke dalam email dan dentin.1

Universitas Sumatera Utara

2.1.1

Mekanisme Pemutihan Gigi

Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan


merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik dalam
bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung heteroatom,
karbonil, dan cincin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal dengan sebutan
kromofor. Pemutihan dan diskolorisasi kromofor dapat terjadi melalui perusakan satu
atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan memotong rantai konjugasi,
atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya dalam rantai konjugasi.16
Bahan pemutih gigi memiliki berat molekul yang sangat rendah sehingga
mampu berdifusi ke dalam email dan dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami
dekomposisi menjadi radikal-radikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu
molekul-molekul pigmen besar (kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi
oksidasi ataupun reduksi. Proses oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi
organik yang berinteraksi pada gigi sehingga menghasilkan perubahan warna.1,3

Universitas Sumatera Utara

Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus
bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat
sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau
eliminasi discoloration. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekulmolekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation
point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan email
menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika
titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas.
Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih maksimum, akan tetapi pemutihan
gigi yang berlebihan dapat merusak email.1,16

Gambar 2. Skema ilustrasi reaksi oksidasi hidrogen peroksida


pada kromofor1,16

Oksidasi merupakan reaksi kimia bahan-bahan organik yang diakhir reaksinya


akan menghasilkan CO2 dan air. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan
dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya yang

Universitas Sumatera Utara

tinggi, misalnya sinar kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc
dengan intensitas tinggi. Kecepatan reaksi akan meningkat 2-3 kali setiap
peningkatan 10C suhu, sehingga sebaiknya proses bleaching dilakukan di dalam
rentang suhu ruangan yang aman (21-24C). 1,3,6,16

2.1.2 Teknik Pemutihan Gigi


Teknik pemutihan gigi dapat diklasifikasikan menurut vitalitas gigi yaitu
pemutihan gigi vital dan nonvital. Intracoronal bleaching dilakukan pada gigi
nonvital yang telah dirawat endodontik dengan meletakkan bahan bleaching dalam
kamar pulpa. Intracoronal bleaching dapat dilakukan dengan walking bleach dan
termokatalitik atau kombinasi kedua teknik tersebut.6
Pemutihan gigi vital dapat dilakukan di klinik dokter gigi (in-office) dan di
luar klinik (home bleaching). Home-bleaching dilakukan sendiri oleh pasien di rumah
dibawah pengawasan dokter gigi dengan menggunakan teknik nightguard vital
bleaching. Teknik ini digunakan pada kasus perubahan warna yang ringan dengan
menggunakan alat bantu berupa tray atau custom fitted tray yang fungsinya untuk
menahan karbamid peroksida agar dapat berkontak dengan gigi selama proses
pemutihan.20
Pada home-bleaching, tray digunakan pada malam hari saat tidur selama 6-8
jam karena pada malam hari aktivitas mulut dan aliran saliva paling sedikit. Proses
pemutihan dapat berlangsung 7-14 hari tergantung warna yang dikehendaki. Apabila
ada rasa sensitif pada gigi dan gingiva maka pemutihan dapat dihentikan terlebih
dahulu sampai sembuh dan pemutihan dapat dilanjutkan.17

Universitas Sumatera Utara

Pada kasus pasien yang tidak` dapat menggunakan prosedur pemutihan di


rumah karena berbagai alasan, misalnya waktu perawatan lama, pemakaian sendok
cetak yang tidak nyaman dan mengiritasi atau rasa tidak enak, iritasi gingiva atau
perut karena bahan pemutih. Pasien disarankan untuk melakukan perawatan di klinik
atau office bleaching untuk mendapatkan hasil pemutihan yang lebih cepat tanpa
pemakaian sendok cetak yang lama. Bahan office bleaching diaplikasikan dengan
ketebalan sekitar 1 mm pada permukaan gigi. 3,11,20
Tabel 1. PEMILIHAN PROSEDUR PEMUTIHAN GIGI 3
Pemutihan
rumah

Pilihan
penderita

Bahan
yang
digunakan
Lokasi
Teknik

Hasil

Rata-rata
jumlah
perawatan

gigi

di

Pemutihan gigi di klinik

Pemutihan gigi di klinik


dengan
kombinasi
kekuatan sinar

Penderita
dengan
perubahan warna gigi
ringan, ingin diputihkan
satu atau dua tingkat
dan
punya
waktu
pemakaian di rumah
Carbamide
peroxide
(10-22%) atau gel
pemutih non peroxide
Rumah, 2-4 jam perhari

Penderita
dengan
perubahan warna gigi
ringan sampai akut, ingin
efek pemutihan yang
lebih nyata

Penderita dengan perubahan


warna gigi ringan sampai
berat, ingin hasil langsung

Carbamide peroxide (3444%)

Hydrogen peroxide (30-50%)

Klinik gigi

Klinik gigi

Buat sendok cetak di


klinik.
Sendok
cetak
dan
cairan pemutih dibawa
pulang, kembali ke
kelinik periodic untuk
control perubahan
Butuh 3-4 minggu
untuk mengukur hasil
yang terlihat

Carbamide
peroxide
diaplikasikan pada sendok
cetak, dimasukkan mulut
sedikitnya 30 menit tiap
perawatan.
Aplikasi
tambahan
dilakukan
penderita di rumah
Beberapa kasus hasil
terlihat setelah 30 menit
perawatan

Cairan diaplikasikan pada


gigi dan diaktivasi dengan
sumber panas atau sinar
khusus

Sekali sehari selama 23 jam untuk 4-6


minggu

Dapat digunakan sebagai


perawatan pertama untuk
perawatan harian dirumah

Satu visit. Pemakaian di


rumah disarankan tergantung
noda
gigi
yang
akan
dihilangkan.

Beberapa
kasus
tampak
perubahan warna langsung
setelah 30 menit perawatan

Universitas Sumatera Utara

Pengaplikasian

bahan

bleaching

karbamid

peroksida

membutuhkan

penggunaan tray. Pada tray dibuat reservoir pada bagian bukal sebagai tempat bahan
bleaching diaplikasikan, yaitu 1-1,5 mm dari servikal dan 1 mm dari insisal/oklusal.
Sedangkan bahan bleaching hidrogen peroksida diaplikasikan dengan ketebalan 0,5-1
mm pada permukaan gigi yang diputihkan.6,20

2.1.3

Bahan Pemutih Gigi

Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya,


diantaranya hidrogen peroksida, karbamid peroksida atau urea peroksida atau sistem
non hidrogen peroksida yang mengandung sodium klorida, oksigen dan natrium
fluorida. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluor
untuk membantu mengurangi sensitivitas gigi.3,19,20
Bahan pemutih gigi yang umum dipakai adalah hidrogen peroksida dengan
berbagai konsentrasi. Natrium perborat dan karbamid peroksida merupakan bahan
kimia yang sedikit demi sedikit mengalami degradasi dan melepaskan hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida diindikasikan untuk
pemutihan secara eksternal sedangkan natrium perborat dipakai untuk pemutihan
secara internal.14
Perawatan home bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida
dengan konsentrasi 10%-22%, sedangkan in office bleaching biasanya menggunakan
hidrogen

peroksida

dengan

konsentrasi

35%-50%.

Bleaching

juga

dapat

menggunakan karbamid peroksida konsentrasi tinggi untuk in office bleaching


ataupun hidrogen peroksida konsentrasi rendah untuk home bleaching.6

Universitas Sumatera Utara

a. Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung
unsur hidrogen dan oksigen (H2O2). Bentuk murni berupa likuid tidak berwarna dan
bentuk sediaan komersial berupa larutan dalam air yang mengandung 33-37%
hidrogen peroksida murni dan bahan lainnya untuk mencegah produk mengalami
dekomposisi.1
Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara
perlahan serta melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan
menyebabkan suasana asam. Hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi
namun yang paling banyak digunakan adalah konsentrasi 30-35%. Hidrogen
peroksida bersifat kaustik dan dapat membuat jaringan terbakar jika terjadi kontak.
Hidrogen peroksida juga melepaskan radikal bebas yang toksik, anion perhidroksil,
ataupun keduanya. Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi harus
ditangani dengan hati-hati karena bersifat tidak stabil secara termodinamis dan dapat
meledak kecuali jika disimpan dalam lemari pendingin dan dimasukkan dalam wadah
yang gelap.4,6

b. Karbamid Peroksida
Karbamid peroksida disebut juga urea peroksida karena kombinasi urea dan
hidrogen peroksida. Karbamid peroksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik,
dan berbentuk Kristal putih yang dapat larut dalam alkohol, eter dan air. Karbamid
peroksida dapat digunakan dalam dua konsentrasi, yaitu konsentrasi tinggi (30-50%)

Universitas Sumatera Utara

yang dipakai untuk metode in office bleaching dan konsentrasi rendah (10-16%) yang
digunakan untuk metode home bleaching.20
Karbamid peroksida telah digunakan sebagai bahan pemutih gigi sejak tahun
1989 dan merupakan bahan yang sering dipakai dalam perawatan pemutihan gigi vital
menggunakan teknik home bleaching. Pemutihan gigi menggunakan karbamid
peroksida 10% disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Kanada
(FDA) dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan
gigi vital.3,20
Bahan pemutihan gigi dengan karbamid peroksida biasanya juga mengandung
gliserin atau propilen glikol, sodium stanat, asam fosfat atau asam sitrat, dan zat
perasa tambahan. Dalam beberapa bahan, karbopol, polimer asam poliakrilat yang
larut air, ditambahkan sebagai bahan pengental serta untuk memperpanjang waktu
penyimpanan. Karbopol juga dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta
memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan
oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan.6,20
Karbamid peroksida memiliki rumus kimia CO(NH2)2.H2O2 yaitu senyawa
organik terdiri dari hidrogen peroksida dan urea 1:1. Sedangkan karbamid peroksida
merupakan keadaan dimana hidrogen peroksida dalam keadaan lebih stabil. Pada
karbamid peroksida 10% mengandung 3,6% hidrogen peroksida dan 6,4% urea,
sedangkan pada 35% karbamid peroksida setara dengan 12% hidrogen peroksida.1,20
Urea dalam karbamid peroksida berperan sebagai penstabil agar efek bahan
tersebut lebih panjang dan berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen
peroksida. Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan waktu yang lama

Universitas Sumatera Utara

untuk berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida dengan berat molekul
yang rendah dapat bergerak bebas ke dalam email dan dentin pada saat proses
degradasi ammonia, dan karbondioksida akan dilepas sehingga akan meningkatkan
pH. Proses buffer dapat meningkatkan efek pemutihan karena produksi ion perhidrol
meningkat sehingga proses oksidasi juga akan bertambah. Selain itu, urea juga
mempunyai efek pembersih untuk menetralkan asam dan menghilangkan noda-noda
pada gigi. 6,19,20
Perbedaan penting dari hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah
tingkat kecenderungan melepas peroksida. Urea menstabilkan karbamid peroksida
sehingga lebih lambat terurai menjadi peroksida daripada hidrogen peroksida.
Karbamid peroksida melepaskan sekitar 50% peroksida dalam dua jam pertama,
kemudian sisanya dilepaskan selama 6 jam kedepan. Hidrogen peroksida akan terurai
melepaskan peroksida sepenuhnya dalam waktu sekitar satu jam pertama sehingga
diperkirakan hidrogen peroksida dapat berefek lebih besar terhadap pulpa dibanding
karbamid peroksida.12,19

Gambar 3. Lama waktu penguraian bahan pemutih menjadi peroksida 18

Universitas Sumatera Utara

2.2 Resin Komposit


Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang banyak digunakan saat ini
karena warnanya yang menyerupai gigi asli, bebas merkuri, tidak menghantarkan
panas, dan memiliki ikatan adhesif dengan struktur gigi. Bahan ini juga menunjukkan
tingkat estetika, kekuatan, dan keawetan yang sangat baik meskipun tidak dapat
melepaskan fluoride.2,11,12
Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan
utama yaitu matriks resin, partikel pengisi dan bahan coupling silane. Disamping
ketiga bahan tersebut, diperlukan beberapa komponen lain untuk meningkatkan
efektivitas dan ketahanan bahan seperti aktivator-aktivator untuk polimerisasi resin
dan pigmen untuk memberikan warna pada bahan sehingga sesuai dengan warna gigi.
Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar
ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti
hidroquinon).12,14,21

2.2.1 Matriks Resin


Bahan komposit banyak menggunakan monomer yang merupakan diakrilat
aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis-GMA), Urethane
Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan
Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Monomer dengan berat
molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang.
Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang
membantu mengurangi pengerutan polimerisasi Bis-GMA dan UDMA merupakan

Universitas Sumatera Utara

cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang
tinggi.14,21

2.2.2 Partikel Bahan Pengisi


Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan
meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat
mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor
penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah
bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan
kekerasan.12,21
Ukuran partikel pengisi yang besar cenderung dapat tertarik dari matriks resin
ke permukaan restorasi ketika restorasi berada dibawah fungsi atau terkikis oleh
makanan dan penyikatan gigi, sehingga menghasilkan keausan dari matriks resin dan
permukaan yang kasar pada restorasi. Partikel pengisi yang berukuran lebih kecil
tidak mudah tertarik dari matriks resin dan karena itu menyebabkan lebih sedikit
keausan akibat pemakaian. Partikel pengisi dengan ukuran yang lebih kecil
menghasilkan permukaan yang lebih halus setelah proses finishing dan polis.14

2.2.3 Bahan Pengikat


Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin
matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik
resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan
berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan

Universitas Sumatera Utara

pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes. Zirconates dan titanates
juga sering digunakan.12

2.2.4 Sifat-Sifat Resin Komposit


Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan
karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini.12,14
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus
menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka
waktu tertentu.12,14
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh
dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan
jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya
porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan
penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan
maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin
bonding agent).12,21
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul
dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang
lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.12,21

Universitas Sumatera Utara

Resin komposit menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah reaksi


kimia yang terjadi ketika molekul-molekul resin dengan berat molekul kecil yang
disebut monomer bergabung bersama untuk membentuk rantai panjang. Molekul
dengan berat molekul besar yang disebut polimer. Resin komposit light cured
merupakan tipe resin komposit yang umum digunakan pada praktek pribadi.
Intensitas sinar tampak pada gelombang sinar biru mengaktivasi material ini. Sinar
biru dengan panjang gelombang antara 400 nm dan 500 nm mengaktivasi diketon,
dengan adanya organik amin, menyebabkan resin terpolimerisasi. Komponen ini
keduanya ada dalam komposit dan tidak bereaksi sampai sinar memulai reaksi. Agar
polimerisasi sempurna, direkomendasikan ketebalan restorasi resin komposit kurang
dari atau sama dengan 2 mm. Kedalaman polimerisasi tergantung pada lokasi dan
warna dari restorasi. Area interproksimal mungkin membutuhkan waktu tambahan
untuk terpolimerisasi sempurna karena akses yang lebih susah. Warna yang lebih
gelap juga membutuhkan waktu yang lebih panjang karena sinarnya lebih mudah
diabsorbsi oleh warna gelap dan tidak diteruskan melalui material semudah melalui
material yang berwarna lebih terang. Misalnya, warna A4 membutuhkan penyinaran
aelama 40 detik sedangkan warna A2 hanya 20 detik. Ketka penyinaran, light curing
tip diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan resin namun tidak sampai
bersentuhan. 14,17

2.2.5 Klasifikasi Resin komposit


Pada tahun 1983 Lutz dan Philips mengklasifikasikan resin komposit dalam
beberapa jenis, yaitu :17

Universitas Sumatera Utara

Komposit tradisional dengan rata-rata ukuran partikel pengisi 8-12 m

Komposit berbahan pengisi partikel kecil dengan ukuran partikel berkisar

antara 1-5 m
-

Komposit hibrid dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,6-1 m

Komposit mikrofil dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,04-0,4 m


Jenis partikel pengisi yang berbeda tetapi memilki rentang ukuran yang sama

dianggap berada dalam kategori jenis komposit yang sama.


Pada tahun 1994 dan 1995, untung menghindari keraguan atas klasifikasi
resin komposit, Bayne dan Studevant mengklasifikasikan resin komposit kedalam
beberapa jenis, yaitu :

2.3

Macrofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 10-100 m

Midfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 1-10 m

Minifillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,1-1 m

Microfillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,01-0,1 m

Nanofillers dengan ukuran partikel pengisi berkisar 0,05-0,01 m

Resin Komposit Nanofil


Nanoteknologi (nanoteknologi molekuler atau teknik molekuler) adalah suatu

teknologi yang memproduksi filler yang memiliki ukuran struktur nanometer (nm)
dengan menggunakan metode prepolimerisasi. Resin komposit nanofil terbuat dari
zirkonium/silika atau nanosilika dengan ukuran 20 nm dan memiliki rata-rata ukuran
filler antara 0,6-1,4 m. Jenis matriks resin yang dikandung adalah Bis-GMA,
UDMA,

TEGDMA

dan

Bis-EMA.

Resin

komposit

nanofil

terbuat

dari

Universitas Sumatera Utara

zirconium/silica atau nanosilika ukuran partikel yang sangat kecil, volume anorganik
fillernya 78,5%, mudah dilakukan pemolisan, kekuatan baik dan modulus tinggi.
Resin komposit nanofil diperkenalkan dipasaran kedokteran gigi dengan tujuan
menyediakan hasil estetik yang lebih baik, permukaan yang lebih halus dan
mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi yang lebih minim dan resistensi
serta daya penggunaan yang lebih baik dan daya atrisi yang lebih rendah sehingga
resin komposit nanofil lebih banyak dipakai oleh kalangan dokter gigi saat ini.11,17,22
Resin komposit nanofil mempunyai keuntungan pada sifat optisnya dan
memiliki nilai estetis yang tinggi. Resin komposit nanofil juga dapat mengurangi
kontraksi saat proses polimerisasi sehingga meningkatkan kekuatan mekaniknya.17,22
Terdapat dua jenis partikel pengisi pada resin komposit nanofil, yaitu
nanomer dan nanokluster. Nanomer adalah silika yang berukuran sangat kecil, hanya
20-70 nanometer dan berikatan secara sempurna dengan matriks resin. Nanokluster
adalah SiO2 dan ZrO2 yang saling berikatan dan berukuran 0,4-1 mikron.17
Resin komposit nanofil memiliki karakteristik yang sama baiknya dengan
resin komposit mikrohibrid, nanofil dan mikrofil. Resin komposit nanofil memiliki
kekuatan sebaik resin komposit mikrohibrid, permukaan polis sebaik resin komposit
mikrofil, sehingga kekuatan dan estetika resin berbasis nanokomposit yang telah
teruji dapat digunakan baik restorasi anterior maupun posterior.17,22

2.4

Kekasaran Permukaan Restorasi

Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang


telah diproses akhir dan dipolis, dan diukur dengan satuan mikrometer (m). Nilai ini

Universitas Sumatera Utara

merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila
deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar apabila deviasi ini kecil, maka
permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan
yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang
pendek.12,21
Menurut Willems & lainnya (1991) menyatakan kekasaran permukaan dari
restorasi harus sama dengan atau lebih rendah daripada kekasaran permukaan enamel
pada enamel-enamel di daerah kontak oklusal (Ra = 0.64micron). Attar dan Chung
menyatakan bahwa suatu restorasi dinyatakan halus apabila nilai kekasaran
permukaannya kurang dari 1 m dan mendekati nilai kekasaran enamel 0,64 m.
Quirynen dkk. dan Bollen dkk. menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan
kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 m atau kurang.10,24
Kekasaran permukaan resin komposit pada dasarnya ditentukan oleh ukuran,
kekerasan dan jumlah filler, yang semuanya mempengaruhi sifat mekanik dari resin
komposit dan fleksibilitas dari bahan finishing, kekerasan dari abrasif dan ukuran grit
juga ikut mempengaruhi. Kontak antara permukaan restorasi yang kasar dengan
gingiva dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, iritasi dan resesi jaringan lunak yang
perlahan. Selain itu, bahan kedokteran gigi dengan permukaan yang kasar dapat
memudahkan perlekatan bakteri dan menyulitkan pengangkatannya dengan cara
alami atau bahkan dengan metode-metode pembersihan rongga mulut. Kekasaran
permukaan

juga

mempengaruhi

penampilan

estetik,

stabilitas

warna,

dan

pembentukan biofilm.2,9,24

Universitas Sumatera Utara

Yu, et al (2009) menyatakan bahwa stain lebih mudah timbul pada resin
komposit yang sudah mengalami proses bleaching daripada resin komposit yang
tidak dibleaching. Peneliti meyatakan proses staining yang terjadi disebabkan oleh
adanya perubahan kekasaran permukaan yang terjadi pada restorasi.20

2.5 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan


Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, antara lain metode
sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode
sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan.
Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer atau profile meter. 9,23
Kekasaran permukaan resin komposit nanofil pada penelitian ini di ukur
dengan menggunakan Stylus Profilometer. Stylus profilometer terdiri dari tracer
head dan amplifier. Rumah tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai
radius 0,013 mm. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang
berbentuk konis rata ataupun radius. Tracer head dapat digerakkan sepanjang
permukaan benda kerja secara manual maupun menggunakan motor penggeraknya
(secara otomatis).23

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Stylus profilometer


Mitutoyo Surftest SJ-20123

Permukaan yang tidak teratur akan menyebabkan stylus bergerak. Pergerakan


stylus ini akan digambarkan dalam bentuk fluktuasi gelombang elektronik
oleh treacer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier sehingga bentuk
kekasaran permukaan dapat dilihat dengan menggunakan mata.23

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai