Anda di halaman 1dari 37

BLEACHING

Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan estetis penderita.

PENYEBAB PERUBAHAN WARNA GIGI

Penyebab perubahan warna gigi terbagi atas dua faktor, yaitu:


A. Faktor intrinsik
Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri:
Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Adanya gas yang dihasilkan dari
pulpa nekrosis dapat emmbentuk ion sulfida yang berwarna hitam.
Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Pemakaian obat golongan tetrasiklin
selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan gigi yang permanen.
Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria
yang menyebabkan warna coklat.
Perdarahan dalam kamar pulpa.
Disebabkan karena terjadinya trauma, aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun
eksterpasi pulpa yang masih vital.
Medikamentasi saluran akar.
Obat teraupetik yang digunakan dalam endodonti dapat menyebabkan perubahan
warna pada gigi, misalnya perak nitrat.
Bahan pengisi saluran akar. Bahan pengisi saluran kar yang dapat mewarnai dentin
adalah iodoform dan semen saluran akar yang mengandung perak atau minyak
esensial.
B. Faktor Ekstrinsik
Perubahan warna pada gigi yang berasal dari luar gigi:
Kebersihan mulut yang tidak baik.
Perubahan warna pada gigi karena kebersihan mulut yang tidak baik, dapat
menyebabkan gigi berwarna hijau, jingga, kuning, atau coklat.
Pengaruh makanan dan minuman.
Misalnya: kopi, teh, kunyit, dll.

1
Pengaruh kopi dan tembakau menghasilkan warna coklat sampai hitam pada leher
gigi.
Bahan tambalan logam
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC

Diskolorasi akibat hipoplasia email

Diskolorisasi akibat tambalan logam Diskolorisasi akibat tetrasiklin

Diskolorisasi akibat amelogenesis imperfecta Diskolorasi akibat fluorosis

2
Diskolorasi akibat stain Diskolorasi akibat nekrosis pulpa

3
MACAM-MACAM BAHAN BLEACHING

Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan oleh perdarahan karena trauma,
preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan
pengisi saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih melalui intra
korona merupakan oksidator / reduktor yang kuat karena daya penetrasi yang kuat untuk
menembus bahan organik pada tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan
tidak residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium Perborat dan Karbamid
Peroksida.

Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol
dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak
berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan
sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan
mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat
larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasinya,
untuk pH 1 % larutan adalah 5.0-6.0. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan
oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut :

2 H2O2 2 H2O + O2 + Energi

Bahan pemutih ini yang paling sering digunakan, tidak berwarna, viskositas rendah,
merupakan oksidator kuat sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan /
terinhalasi. Contoh Superoxol, merupakan bahan pemutih yang mengandung 30 % H2O2, ,
dapat menyebabkan luka kulit Bahan ini dapat rusak / terurai oleh cahaya sehingga perlu
tempat penyimpanan yang sejuk dan kedap cahaya.
Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila
dipakai dalam batas konsentrasi yang diawasi, waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi
tinggi) dan dalam suatu interval waktu perawatan tertentu. Berbagai persyaratan di atas
menjadikan pemutihan gigi vital dapat dilakukan. Hidrogen peroksida dalam berbagai
konsentrasi merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Pada teknik in-
office untuk gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital, biasa digunakan hidrogen

4
peroksida dengan konsentrasi 30-35%. Beberapa produk OTC menggunakan hidrogen
peroksida 6% tersedia dalam bentuk pasta.

Sodium Perborat, bentuk granular NaBO3


Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 berwarna putih, tidak berbau dan dapat
larut dalam air. Natrium perborat digunakan sebagai bahan pemutih untuk pemutihan gigi
non vital secara intrakoronal. Bahan ini juga memiliki sifat antiseptik dan dapat bertindak
sebagai disinfektan. Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan ini bersifat
alkali, lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat. Natrium
perborat mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Ketika natrium perborat
bereaksi dengan air akan membentuk sebuah basa kuat dengan reaksi sebagai berikut :

NaBO3.H2O2 + H2O2 + H2O------- NaOH + HBO2 + H2O2


Hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih dan pengurai yang membebaskan oksigen,
reaksinya sebagai berikut :
2H2O2 ---------2H2O + O2
Penggunaan bahan campuran superoxol dengan sodium perborat, lebih efektif efeknya untuk
pemutihan gigi. Komplikasi penggunaan bahan pemutih yang ceroboh, menimbulkan iritasi
pada gingival dan akan menyebabkan resorbsi akar external dan kebocoran mikro pada
restorasi komposit

Karbamid Peroksida / Urea hidrogen Peroksida


Karbamid peroksida, juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, perhydrol urea dan
perhydelure. dengan rumus kimia CH6N2O3, atau CH4N2O.H2O2 dapat diperoleh dalam berbagai
konsentrasi antara 3 sampai 15%. Preparat komersial yang terkenal mengandung kira-kira 10%
karbamid peroksida dengan pH rata-rata 5 sampai 6,5. Karbamid peroksida merupakan kristal
yang berwarna putih, tidak toksik. Kandungan bahan pemutih gigi yang utama adalah
karbamid peroksida sebagai unsur aktif 10-15%, dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non
aktif terdiri dari glyserin atau propilen glikol, sodium stannate, bahan penyegar dan lain-lain.
Karbamid peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen) sebagai
campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses
pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama
dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan. Sejumlah asam akan ditambahkan untuk

5
mengurangi pH antara 5.0-6.5 yang akan meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini
diperdebatkan karena meningkatkan kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis
yang ditetapkan untuk etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8.

Karbamid peroksida memiliki struktur formula sebagai berikut

Dalam beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk
memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid
peroksida 10% akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen
peroksida. Dalam 10 % larutan encer carbamid peroxide paling banyak digunakan pada home
bleaching. Bahan ini dapat dipecah lagi menjadi 3,35 % larutan hydrogen peroxide ( H2O2)
dan 6,65 % larutan ure (CHN2O). Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi
lebih dari 10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan
faktor keamanan dan efektifitas oleh ADA. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida
10% juga telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA)
dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital.
Beberapa penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan ini
membutuhkan waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan konsentrasi tinggi,
tanpa perubahan ireversibel terhadap pulpa. Penggunaan bahan dengan konsentrasi 30%-
50% untuk in office bleaching, ternyata efektif, sedangkan pada konsentrasi10%-16%
diginakan untuk pemutihan ekstra korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi
oleh pH, konsentrasi, suhu, waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih
aktif. Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun perlu hati-
hati kemungkinan dapat menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya
kenaikan suhu tinggi atau pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat.
Adanya kontak bahan pemutih yang lama hasilnya lebih baik.
Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan dikaitkan dengan
berbagai kerusakan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya ( biasanya ringan). Material ini dapat
mempengaruhi kekuatan resin komposit serta penutupannya dan meningkatkan proses korosi

6
amalgam. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan sangat hati-hati, biasanya dibawah
pengawasan ketat dokter gigi.
sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda
Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 44)

MEKANISME PEMUTIHAN GIGI

1. Mekanisme pemutihan gigi dengan bahan golongan peroksida


Pewarnaan ekstrinsik disebabkan penimbunan materi yang bersifat kromogen yaitu dapat
diubah menjadi pigmen atau pewarna sehingga memberikan warna pada pemukaan gigi.
Protein saliva yang terikat pada gigi melaui ikatan kalsium membentuk pelikel. Pelikel
merupakan suatu lapisan organik yang akan terbentuk dalam beberapa menit setelah
permukaan gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Pembentukan pelikel pada dasarnya
merupakan proses perlekatan protein saliva yaitu proline-rich proteins (PRPs) dan
glikoprotein pada permukaan gigi. PRPs terdapat banyak di dalam saliva cair yang
disekresikan dari kelenjar parotis dan glikoprotein banyak di dalam saliva kental yang
disekresi dari kelenjar sublingual.

Gambar 1: Pembentukan pelikel


a) pelikel dibentuk oleh protein saliva dan produk bakteri seperti
glucans melaui ikatan kalsium pada permukaan gigi.
b) Permukaan email gigi engalami diskolorisasi.

Pada tahap awal pewarnaan, kromogen berikatan dengan pelikel melaui ikatan hidrogen.
Pada tahap ini pewarnaan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Paparan kromogen
yang terus menerus menyebabkan ikatan hidrogen pada permukaan luar gigi semakin kuat
sehingga warna gigi semakin gelap dan tidak dapat dihilangkan dengan hanya menyikat gigi.

7
Perawatan pemutihan gigi pada tahap ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan
memuaskan.
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) yang terjadi selama proses pemutihan gigi, oksidator
seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak
berpasangan, dimana elektron ini akan dilepaskan dan diterima oleh reduktor. Dengan adanya
pertukaran elektron ini, makan proses oksidasi terjadi dan gigi mengalami pemutihan.

Gambar 2: Reaksi redoks hidrogen peroksida

2. Mekanisme dari hidrogen peroksida


Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi melalui prisma email dan
bereaksi dengan komponen organik yang berada pada struktur gigi sehingga terjadinya
reduksi warna. Hidrogen peroksida berfungsi sebagai oksidator kuat yang dapat
menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif yaitu O (active oxygen) dan HO 2
(perhydroxil). Senyawa tersebut mampu merusak molekul-molekul zat warna satu atau lebih
ikatan rangkap dalam ikatan konjugasi dengan mengoksidasi ikatan konjugasi tersebut
sehingga warna menjadi netral dan memberikan efek pemutihan.
Active oxygen merupakan radikal bebas lemah yang lebih banyak dihasilkan
dibandingkan HO2 yang merupakan radikal bebas kuat. Radikal bebas yang dihasilkan ini
tidak mempunyai pasangan, bersifat elektrofilik dan sangat tidak stabil. Elektrofilik bearti
hanya memiliki suatu elektron pada susunan kimianya dan berusaha mendapatkan kestabilan.
Radikal bebas ini dapat berikatan hampir dengan semua komponen organik untuk
menstabilkan elektronnya dan menghasilkan radikal bebas lainnya.
Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah yang besar dengan cara bahan ini harus dibuat basa
pada pH optimum 9,5-10,8, maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan ganda dari
cincin karbon yang terpigmentasi. Oxgen aktive (O) akan tertarik kepada daerah yang kaya
dengan ikatan ganda, sehingga menghasilkan konjugasi elektron serta memutuskan ikatan
tersebut menjadi ikatan yang lebih sederhana dan menyebabkan terjadi perubahan berat
molekul komponen organik gigi. Dengan terbentuknya molekul yang lebih kecil maka
semakin sedikit gelombang cahaya spesifik penyebab diskolorisasi. Hal ini menyebabkan
berkurangnya pigmen yang mengabsorpsi cahaya sehingga secara visual tampak peruabhan
8
warna gigi menjadi lebih cerah. Proses ini terjadi apabila oksidator (hidrogen peroksida)
bereaksi dengan komponen organik yang terletak di celah kristal di dalam struktur email.
Proses pemutihan akan terjadi apabila pada bahan peroksida dilakukan perubahan Ph, suhu
dan cahaya.

3. Mekanisme dari karbamid peroksida


Karbamid peroksida merupakan turunan dari hidrogen peroksida dengan komposisi
sepertiga hidrogen peroksidadari konsentrasi karbamid peroksida. Karbamid peroksida akan
terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea di dalam prisma email. Awalnya, karbamid
peroksida akan terpecah menjadi hidrogen peroksida, kemudian akan melakukan reaksi
dengan mekanisme hidrogen peroksida. Urea dalam karbamid peroksida akan menstabilkan
hidrogen peroksida yang terurai. Adanya kontak yang lama dari bahan pemutih ini pada gigi
akan memberikan reaksi pemutihan yang lebih sempurna. Hal ini disebabkan semakin
banyaknya ikatan konjugasi yang dirusak ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat
warna.

H2NCONH2 . H2O2 H2NCONH2 + H2O2

Karbamid peroksida urea + hydrogen


peroksida

Gambar 3. Reaksi karbamid peroksida menjadi urea dan hydrogen peroksida

4. Mekanisme golongan Borat (Natrium perborat)


Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 . Natrium perborat terdiri atas beberapa
bentuk yaitu monohidrat NaBO3H2O, trihydrat NaBO33H2O dan tetrahydrat
NaBO34H2O. Bahan ini mengandung kira-kira 95% perborat dalam 9,9% oksigen.
Hidrogen peroksida diurai dari natrium perborat dengan reaksi kimia berikut

Na2[B2(O2)2(OH)4] + 2H2O 2NaBO3 + 2H2O2

Hidrogen
peroksida

Gambar 4. Reaksi natrium perborat menjadi hydrogen peroksida


Sumber : Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.

9
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAHAN PEMUTIH GIGI PEROKSIDA

No Keuntungan Kerugian
1 Jumlah kunjungan relatif singkat Bila digunakan dalam jangka waktu lama
harus berhati hati karena bahan tersebut
merupakan senyawa radikal bebas yang
berbahaya bagi tubuh
2 Perlengkapan yang diperlukan Peroksida memiliki efek buruk terhadap
sederhana jaringan keras gigi (pengikisan) karena
bersifat asam dan menyebakan sensitivitas
pada pulpa

3 Biaya perawtan relatif rendah Menyebabkan pelepasan merkuri pada


restorasi amalgam bila digunakan dalam
janga panjang
4 Bahan pemutih hidrogen Dapat menurunkan kekuatan antara bahan
peroksida 30%-35% memberikan restorasi dengan email dan dentin
hasil pemutihan gigi lebih cerah
5 Bahan dengan konsentrasi rendah Bahan dengan konsentarasi tinggi dapat
sedikit mengiritasi gingiva dan memberikan efek buruk pada mukosa
jaringan lunak sekitar sehingga harus hati-hati dalam
penggunaanya.

Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal dari
Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(Tri Septi Utami)

TEKNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI

Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara eksternal
yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara
internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.

A. Teknik Bleaching secara Eksternal


10
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan faktor
ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Yang termasuk teknik bleaching
secara Eksternal :
1. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena
tetrasiklin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tekniknya bleaching secara
eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung
mulut,pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada
gigi yang akan dirawat.
2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada
bagian labial dan palatinal gigi.
3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled
Photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau
dengan hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan
ujung alat ini pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang
dibasahi dengan superoxol.
4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3
kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan
Karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.
6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.
7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur
bleaching diulang

2. Bleaching Teknik Mouthguard


Teknik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai
teknik pemutihan di rumah, biasa disebut juga teknik pemutihan dengan matriks.
Teknik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital
bleaching atau dipakai pada siang hari.Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai
berikut (Walton & Torabinejab,1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama
perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die
11
diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan
pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting
sampai 1mm melewati tepi ginggiva.
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan
Ke dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian
Mouthguard dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi
dibuang.
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari
dan bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.
6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.

3. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut teknik pumis asam.
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu
teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton
& Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)

B. Teknik Bleaching secara Internal


Pemutihan gigi intra korona pada gigi non vital dipakai teknik termokatalitik
atau walking bleach. Adanya oksigen yang bebas akan mendorong zat warna keluar
dari tubulus dentin.
1. Teknik Walking Bleach
Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan pasta campuran superoxol dan
sodium perborat dalam kamar pulpa. Prosedur meliputi pengontrolan warna
gigi,
pemolesan permukaan email, aplikasi petroleum jeli pada gingiva dan
pemasangan
rubberdam untuk isolasi dan untuk menghindari iritasi, preparasi akses
kavitas,
perawatan saluran akar, keluarkan guttap point 2 mm dari orifice dan tanduk pulpa
dibersihkan, beri basis 2 mm diatas guttap, menghilangkan smearlayer
12
dengan
menggunakan EDTA, pembilasan dengan sodium hipoklorit & air,
mengeringkan
kavitas, masukkan pasta dengan baik, letakkan butiran kapas yang
mengandung
superoxol, tutup orifice dengan ZnOP cement/ IRM, pasien kembali 3 sampai 7 hari.
2. Teknik Termokatalitik
Teknik ini dilakukan dengan bantuan cahaya dan panas. Caranya dengan
meletakkan bahan oksidator Hidrogen Peroksida dalam kamar pulpa dan
dipanaskan
dengan menggunakan lampu atau alat yang dipanaskan atau alat pemanas
listrik
hingga menghasilkan oksigen bebas yang aktif.
Prosedur yang dilakukan meliputi, persiapan sama dengan teknik walking
bleach,
sepotong kapas diletakkan pada labial dan lainnya pada kamar pulpa, kapas
dibasahi
superoxol, diberi pencahayaan hingga 6,5 menit, larutan ditambahkan lagi
kapas
dengan Superoxol / Sodium Perborat, ditumpat sampai kunjungan lagi
3. Teknik Pemutihan Intrakoronal dengan Karbamid Peroksida 10%
Cara pertama dengan menggunakan tray yang diisi karbamid peroksida 10%
tetapi akses orifice terbuka dan diisi karbamid peroksida. Pasien tidur dengan
menggunakan tray. Pada pagi hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet. Proses
ini
diulang sampai warna yang dikehendaki, tumpat sementara, penumpatan
dengan
komposit setelah 2 minggu. Cara kedua dengan Karbamid Peroksida diinjeksikan
setiap 2 jam
(Elvira Dwijayati)

13
isolasi gigi

cocokkan warna gigi dibawah sinar

terang Tray diisi dengan karbamid peroksida10%

Pasangkan pada gigi pasien Pasien tidur dengan menggunakan tray. Pada pagi
hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet.

Proses ini diulang sampai warna yang dikehendaki.


Sumber Gambar : www.google.com ( Indah Tama Romauli)

4. Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan teknik walking
bleach dengan teknik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat
dan memuaskan.

14
Prosedur teknik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan teknik
termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen
peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil
pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar
pulpa.Tindakan selanjutnya seperti teknik walking bleach (Walton & Torabinejab,
1996).

5. Teknik Foto Oksidasi Ultra Violet


Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.
Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan kapas,
lalu disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini mengakibatkan
penglepasan oksigen sama dengan pemutihan teknik termokatalitik. Cara ini kurang
efektif dibandingkan dengan teknik walking bleach serta memerlukan waktu yang
lebih banyak (Walton & Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)

Sumber Gambar : www.google.com


( Indah Tama Romauli)

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi Non vital Bleaching


Beberapa kasus perubahan warna yang disebabkan oleh:
Perdarahan karena trauma
Preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik

15
Obat sterilisasi saluran akar
Bahan pengisi saluran akar
Bahan tumpatan amalgam

Kontra Indikasi Non Vital Bleaching


Gigi dengan karies yang besar
Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak baik
Gigi dengan pengisian Ag Point
Kekurangan non vital Bleaching kemungkinan terjadi eksternal cervical root
Resorbtion
Rediscoloration
(Elvira Dwijayati)

Bleaching intrakoronal
Indikasi:
Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti.
Kontraindikasi:
Ada karies atau restorasi yang besar.
Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.

Bleaching ekstrakoronal
Indikasi:
Dilakukan pada gigi yang masih vital.
Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak.

Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
( Tri Septi Utami)

KONTRAINDIKASI BLEACHING

Kontraindikasi bleaching ada 2 jenis diantaranya :


Kontraindikasi general (karena kondisi fisik)
Wanita hamil

16
Karena jika bleaching dilakukan pada wanita hamil, dapat meningkatakan efek
emetik (muntah)
Anak anak
Biasanya anak anak tidak kooperatif dengan operator atau tim medis,
sehingga menyusahkan untuk membuka mulut terlalu lama, dan berujung pada
tidak lancarnya proses bleaching.
Perokok Berat
Karena mudah relaps (kembali seperti semula warna giginya) atau tidak
berhasil dalam proses bleaching karena oral hygiene yang tidak dijaga.
Peminum Berat
Proses bleaching tidak mudah berhasil karena oral hygiene yang tidak dijaga,
serta menyebabkan relaps.

Kontraindikasi Lokal
Resesi Gingiva
Resesi gingiva (menurunnya gingiva dikarenakan tekanan, scalling, atau
prosedur perawatan) menyebabkan tidak adanya sulcus gingiva pada jaringan
periodontal. Hal ini menyebabkan dentin terbuka. Kalsium peroksida yang
berpaparan langsung dengan dentin menyebabkan efek abrasi yang iritatif,
karena langsung masuk ke tubulus dentin. Sehingga menyebabkan gigi ngilu
berlebihan.
Terdapat sariawan, gingivitis, dan periodontitis
Bahan bleaching mengandung Natrium perbonat yang bersifat alkali sehingga
bersifat iritatif jika digunakan pada kasus periodontitis atau kelainan mukosa
lainnya.
Karies Sekunder
Karies sekunder memperburuk keadaan karena efeknya bertolak belakang
dengan bleaching. Bleaching dilakukan dengan maksud pemutihan pada gigi,
tetapi karies sekunder yang berlangsung terus menerus justru mengubah warna
gigi dan sebagai sumber bakteri (oral hygiene buruk)
Lesi pada email
Lesi pada email menyebabkan perubahan warna gigi yang terus menerus
(white spot and black spot) sehingga proses bleaching tidak berjalan dengan
baik.
17
Alergi Peroksida
Peroksida merupakan bahan oksidator kuat. Bahan ini mudah menguap dapat
menyebabkan efek mual, emetik (muntah) pada pasien. Sehingga proses
bleaching tidak berlangsung dengan baik.

EFEK SAMPING BLEACHING

Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada gingiva.
Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringna rongga mulut dan sakit kepala
merupakan efek sampaing tetapi jarang dilaporkan. Ketika efek samping pada seseorang
trejadi secara kebetulan selama proses bleaching, proses ini harus dihentikan. Bagi
kebanyakan orang efek samping yang mereka rasakan tidak pernah terlalu signifikan
dibandingkan dengan proses bleachingnya. Umumnya efek samping ringan pada seseorang
yang dapat ditoleransi selama proses bleaching akan menurun dalam beberapa hari setelah
mereka menyalesaikan perawatannya.
1. Gigi sensitif
Kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat proses bleaching
adalah gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif setelah sekali
pengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap udara, air panas
dan dingin dan sensitif terhadap makanan dan minuman yang manis. Bahan bleaching ini
merusak prisma rod enamel, kerusakan prisma rod enamel ini dapat menyebabkan
tresingkapnya dentin secara mikroskopis. Hydrogen peroxide dalam bentuk gel dan pasta,
secara kimia memiliki sifat hypertonic dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan
sekitarnya. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penyerapan air dari tekanan yang lebih
rendah.Dalam hal ini dari email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses
dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.

18
Gambar menunjukkan variasi foto dari enamel selama prosedur bleaching yang menggunakan
bahan carbamid peroxide. Terlihat perubahan poreus yang meningkat (kerusakan prisma
enamel) terjadi pada saat waktu bleaching ditingkatkan. Kerusakan yang menyeluruh pada
prisma rod enamel menjadikan gigi sensitif setelah bleaching.
2. Iritasi gingiva
Selama proses bleaching jaringna gingiva dapat menjadi iritasi. Iritasi gingiva dapat emluas
dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang ditemukan pada bahan bleaching. Bisa juga
dikarenakan tray mendorong melawan gingiva selama proses bleaching yang menyebabkan
trauma mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan trauma
khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan resesi gingiva secara permanen.

3. Resorpsi eksternal
Pada laoran klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara
eksternal biasanya merangsang resorpsi akar daerah serviks. Bahan oksidator, terutama
hydrogen peroxyde 30 % mungkin penyebabnya. Akan tetapi mekanisme yang tepat
mengenai dirusaknya periodontium atau sementum belum dapat dijelaskan secara lengkap.
Bisa jadi bahan iritasi kimia masuk melalui tubulus dentin. Bahan kimia yang
dikombinasikan dengan panas tampaknya menyebabkan nekrosis sementum, inflamasi
ligamen periodontium dan resorpsi akar. Proses ini kemungkinan besar meningkat dengan
adanya bakteri.

Foto periapikal resorpsi servikal

19
4. Perubahan morfologi enamel
Carbamide peroxide menyebabkan sedikit perubahan morfologi dari permukaan enamel pada
level ph yang beragam. Menurut penelitian Rosalina Tjandrawinata merendam sampel email
dalam Carbamide peroxide dan hydrogen peroxide menunjukkan hasil yang sama yaitu
adanya perubahan gambaran email menjadi lebih kasar, berpori-pori dan adanya bercak
berwarna putih akibat penggunaan bahan tersebut dilihat secara mikroskopis. Terdapat satu
laporan kasus mengenai perusakan non reversible yang signifikan pada struktur gigi yang
sebelumnya sehat setelah penggunaan asam yang berlebihan pada sistem home bleaching
selaam 2 bulan.
5. Mengurangi perlekatan
Carbamide peroxide juga dapat mempengaruhi gigi secara signifikan dengan mengurangi
kekuatan perlekatan sistem RK untuk perawatan enamel dan dentin. Telah diketahui bahwa
sisa peroxide pada perumakaan dentin dan enamel menghambat polimerisasi sistem rensin
bonding. Dari hasil scanning electron microscope memperlihatkan adanya perubahan
topografi permukaan email treutama dengan carbamid peroxide yang pHnya rendah yaitu
berupa pitting atau erosi.
6. Masalah dengan material restorasi gigi
Pemeriksaan laboratorium membuktikan efek bahan bleachingpada material gigi
menunjukkan perubahan yang secara klinis tidak signifikan terhadap kebanyakan material
restorasi gigi setelah bleaching. Gel Carbamide peroxide meningkatkan pelepasan merkuri
dari amalgam gigi dan menyebabkan perubahan warna menjadi lebih buram.
7. Sakit pada tenggorokan
Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat dihindari selama proses bleaching. Ketika
bahan tersebut tertelan, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa pada tenggorokan.

TERAPI DARI EFEK SAMPING BLEACHING

Sebagaimana perawatan gigi yang lain, pemutihan gigi pun harus dilakukan terapi
pemeliharaan yang aplikasinya merupakan kerjasama antara dokter gigi dan pasien. Untuk
mengatasi rasa sensitif pada gigi setelah bleaching dengan pemberian bahan desensitizing
berupa Pottasium nitrate, fluor atau penggunaan bahan pemutih yang mengandung komposisi
air dan fluoride. Meningkatnya konsentrasi ion Potassium ekstraseluler pada kavitas dentin
yang paling dalam dapat memblok tubulus dentin yang terbuka, sehingga dapat mengurangi
rasa sensitif pada gigi. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan bahan desensitizing 10-30
20
menit sebelum menggunakan bahan pemutih tau dapat juga menggunakan pasta gigi yang
mengandung Potassium nitrate selama 2-3 minggu untuk mengurangi sensitivitas. Jika terjadi
iritasi gingiva setelah bleaching, pada saat tray dimasukkan kedalam mulut pasien maka bahan
bleaching yang keluar dari tray langsung dibersihkan dengan jari atau sikat gigi. Atau dengan
pemberian obat untuk menghilangkan ulser yang disebabkan oleh proses bleaching tersebut.
Bleaching juga sering menyebabkan resorpsi akar daerah serviks. Untuk menghindari hal ini,
bahan oksidator jangan dibiarkan terpapar terhadap kamar pulpa dan dentin lebih dari yang
diperlukan agar hasil klinisnya memuaskan. Perubahan morfologi enamel yang lebih kasar
dapat dirasakan oleh lidah, hal ini terjadi karena hilangnya air dari permukaan gigi. Untuk
mengurangi efek yang timbul, beberapa produk menambahkan kandungan air atau fluor
kedalam bahan pemutih.
Apabila akan melakukan prosedur restorasi sebaiknya ditunda setidaknya satu minggu setelah
bleaching untuk menghindari adanya pengurangan perlekatan dari bahan tambalan yang
menghambat polimerisasi dari bahan bonding. Jika ada tambalan amalgam pada gigi yang
akan di bleaching, sebaiknya diganti dengan bahan komposit untuk menghindari terjadinya
pelepasan merkuri pada bahan tambalan amalgam.

21
BEDAH ENDODONTIK

2.1 Definisi
Bedah endodontik merupakan bagian dari ilmu konservasi gigi yang meliputi cara
melakukan perawatan endodontik dengan pendekatan bedah pada penyakit / kelainan pulpa
dan jaringan periapikal yang tidak bisa diselesaikan dengan perawatan endodontik
konvensional.
Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih luas untuk
menghindari pencabutan gigi. Ruang lingkup perawatan bedah endodontik diantaranya insisi
untuk drainase, bedah apeks, hemiseksi, amputasi akar dan replantasi. Sebagian besar
tindakan bedah endodontik harus dilakukan oleh dokter gigi yang berpengalaman / spesialis.
Jangkauan bedah endodontik telah luas melebihi apikoektomi (reseksi akar, amputasi
akar) mencakup kuretase periapikal, radiosektomi, replantasi, transplantasi, implantasi,
trefinasi, insisi untuk drainase, dan pembenaman akar. Reseksi akar masih merupakan bentuk
bedah periapikal paling umum. Namun demikian, hanya diindikasikan kurang dari 5% dari
semua pasien endodontik. Rentang angka keberhasilan bedah endodontik adalah 73% sampai
99%, tergantung pada kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan.

2.2 Macam-Macam Tindakan Bedah Endodontik


Bedah endodontik meliputi tata cara pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan agen
kausatif yang menyebabkan periradikular pathosis dan memperbaiki periodontium agar sehat
kembali secara biologis maupun fungsional. Prosedurnya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
2.2.1 Surgical Drainage
Surgical drainage adalah tindakan mengeluarkan jaringan eksudat purulen dan atau
hemoragik dari dalam pembengkakan jaringan lunak. Tujuannya adalah untuk mempercepat
penyembuhan dan mengurangi rasa tidak nyaman pada pasien. Surgical drainage meliputi :
1) Insisi dan drainase
2) Cortical trephination (fistulative surgery)
Merupakan prosedur yang dilakukan jika terjadi perforasi dari cortical plate untuk
menghilangkan tekanan yang timbul akibat akumulasi cairan eksudat di dalam tulang
alveolar.

22
2.2.2 Periradicular Surgery
Pembedahan ini biasa dilakukan untuk merawat saluran akar yang tidak dapat dirawat dengan
perawatan saluran akar (endodontik) yang biasanya. Terkadang, kuretase periradikular
dibutuhkan tanpa root resection. Periradicular surgery terdiri dari :
1) Kuretase
2) Biopsi
3) Root-end resection
Root-end resection meliputi pembuatan bevel di daerah apikal akar. Tahap ini memiliki dua
tujuan, yaitu yang pertama adalah untuk menghilangkan bagian apikal yang tidak bisa
terobati dan memudahan operator untuk menentukan penyebab dari kegagalan pengobatan
yang sebelumnya. Tujuan yang kedua adalah untuk memberikan permukaan yang datar untuk
mempreparasi kavitas pada ujung akar dan mengisinya dengan bahan tambal atau root-end
filling.
4) Root-end preparation and filling
Root-end preparation and filling dilakukan ketika penutupan pada saat perawatan saluran
akar di daerah ujung akar tidak memadai.
5) Corrective surgery
Prosedur yang dilakukan terutama didesain untuk memperbaiki keadaan parologis atau
terdapatnya kesalahan prosedur iatrogenik yang dapat mengakibatkan kerusakan pada akar
dan tidak bisa diperbaiki melalui saluran akar. Corrective surgery terbagi lagi menjadi tiga,
yaitu
(1) Perforation repair
a. Mekanikal (iatrogenik)
b. Resorptive (internal dan external)
(2) Root resection
(3) Hemisection
2.2.3 Replacement Surgery (extraction/replantation)
Menurut Grossman, pada tahun 1982, mendefinisikan replantasi instsional sebagai suatu
tindakan dari pengangkatan atau pencabutan gigi yang kemudian dilakukan pemeriksaan,
diagnosis, dan manipulasi endodontik, dan perbaikan, kemudian mengembalikan gigi ke
dalam soket asalnya.

23
2.2.4 Implant Surgery
1) Implan endodontik
Rigid implan yang ditempatkan meluas melewati apeks gigi kedalam tulang alveolar, dan
menstabilisasi gigi. bertujuan untuk mencegah
terlepasnya gigi.
2) Root-form osseointegrated implants

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi bedah endodontik


2.3.1 Indikasi
1) Setiap kondisi atau gangguan yang menghalangi jalan masuk langsung ke sepertiga apical
saluran, misalnya :
- Anatomik : kalsifikasi, kurvatur, bifurkasi
- Iatrogenik : rintangan karena debris, instrumen patah, bahan pengisi saluran akar yang lama
2) Penyakit periradikular yang dihubungkan dengan benda asing : saluran yang diisi berlebih,
semen yang terlalu banyak pada periodonsium, instrumen patah yang mencuat ke dalam
jaringan apikal, dan bahan pengisi retrograd yang lepas
3) Perforasi apikal : semua perforasi yang tidak tidak dapat ditutup secara baik oleh bahan
pengisi di dalam saluran
4) Apeksogenesis yang tidak sempurna dengan blunderbuss atau apeks apeks lain yang
tidak bereaksi terhadap prosedur penutupan apical (apeksifikasi) dan ditutup secara tidak
memadai dengan suatu pengisian retrograde.
5) Ujung akar yang terkena fraktur horizontal dengan penyakit periradikular
6) Kegagalan sembuh setelah perawatan endodontik non bedah yang terlatih
7) Eksaserbasi berulang dan persisten selama perawatan non bedah atau rasa sakit persisten
yang tidak dapat dijelaskan setelah penyelesaian perawatan non bedah
8) Perawatan sembarang gigi dengan lesi yang dicurigai memerlukan biopsi diagnostik
9) Lesi periapikal yang sangat besar dan masuk ke dalam, lebih baik dirawat dengan
marsupialisasi dan dengan kompresi.
10) Perusakan dan penyempitan apical saluran akar yang disebabkan oleh instrumentasi yang
tidak terkontrol yang menyebabkan foramen apical tidak dapat ditutup dengan memadai
dengan pengisian ortograd
2.3.2 Kontraindikasi
2.3.2.1 Pertimbangan umum

24
1) Pasien yang secara medis membahayakan : seorang pasien dengan penyakit sistemik aktif
seperti diabetes yang tidak terkontrol, tuberkolosis, sifilis, nefritis, kelainan darah ataupun
kondisi medis lainnya yang tidak memungkinkan pasien dirawat secara bedah.
2) Pasien yang secara emosional sukar : seorang pasien yang secara psikologis tidak mampu
menahan atau mengatasi setiap prosedur bedah
3) Keterbatasan keterampilan dan pengalaman bedah operator
2.3.2.2 Pertimbangan lokal
1) Inflamasi akut setempat : bila prosedur darurat seperti insisi dan drainase dapat dilakukan,
bedah periapikal sebaiknya dihindari
2) Pertimbangan anatomik : prosedur yang menembus saluran mandibular, sinus maksiler,
foramen mental, dasar lubang hidung, atau yang memutus pembuluh darah besar palatin,
sedapat mungkin dihindari
3) Tempat tempat pembedahan yang tidak dapat dicapai : posisi dan lokasi apeks akar yang
tidak dapat dicapai, terutama gigi belakang, da perlunya mendapatkan jalan masuk ke tempat
pembedahan melalui lapisan padat tulang, seperti permukaaan lingual gigi gigi molar atau
batas miring eksternal rahang bawah, dapat menghalangi keberhasilan pembedahan
4) Gigi dengan prognosis jelek : gigi berakar pendek, gigi dengan penyakit periodontal lanjut,
gigi dengan fraktur vertical, dan gigi yang tidak dapat direstorasi jangan dipertimbangkan
untuk bedah periapikal
5) Bedah periapikal jangan dianggap sebagai obat yang manjur bagi segala macam penyakit,
untuk mengimbangi teknik yang tidak memadai yang menyebabkan gagalnya penyembuhan.
Perawatan bedah gigi jangan dilakuakan hanya karena sesuai dilakukan.

25
BAHAN MEDIKAMEN

Syarat bahan disinfeksi saluran akar:

1. suatu germisida dan fungisida yang efektif


2. tidak mengiritasi jarigan periapikal
3. tetap stabil dalam larutan
4. mempunyai efek antimikrobial yang lama
5. aktif dengan adanya darah, serum, dan derivat protein jaringan
6. mempunyai tegangan permukaan rendah
7. tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal
8. tidak menodai struktur gigi
9. mampu dinonaktifkan dalam medium biakan
10. tidak menginduksi respon imun berantara-sel

Disinfektan dapat digolongkan sebagai minyak esensial, kompoun fenolik, halogen, dan
antibiotika.

1. Eugenol

Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempuyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya digunakan unuk perawatan
pulpektomi. Bagian dari sealer (endomethasone-eugenol) dan bahan canpuran tumpatan
sementara. (Zn Oksid-eugenol).

2. ChKM (Chlorphenol kamfer menthol)

Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan sifat
mengiritasi lebih kecil daripada formocresol. Mempunyai spektrum antibakteri luas dan
efektif terhadap jamur.

Bahan utamanya; para-klorophenol. Mampu memunaskan berbagai mikroorganisme


dalam saluran akar.

26
Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorophenol
murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial

Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit.

3. Cresatin

Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak
dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek
antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal
lebih kecil daripada ChKM. Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali,
sehingga sering dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.

4. Cresophene

Terdiri dari: chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamethasone, yaitu sebagai


anti-phlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis
akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa overinstrumentasi.

5. Formocresol

Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1, Formalin adalah
disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak
dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk . Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan
efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu juga bisa menimbulkan
respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah.

6. Glutardehide

Minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti formalin obat ini disinfektan kuat dan
fiksatif. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah (2%) sebagai obat intrasaluran. Pada
penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi pada pemeriksaan histologik.

7. TKF (Trikresol formalin)

Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat merangsang
jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.

27
8. CaOH

Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Studi singkat oleh
Grosman dan Stevens menemukan kalsium hidroksida tidak seefektif klorofenol berkamfer.
Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH yang tinggi dan pengaruhnya
melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Tronstad dkk, menunjukkan bahwa CaOH
menyebebkan kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpal bila kompoun diletakkan pada
saluran akar. Pasta CaOH paling baik digunakan pada perawatan antar kunjungan dengan
penundaan yang lama karena bahan ini tetap manjur selama berada di dalam saluran akar.

9. N2

Suatu kompoun yang mengandung Paraformaldehida sebagai unsur utamanya, dinyatakan


baik sebagai medikamen intra saluran maupu sebagai siler. N2 mengandung eugenol dan
fenilmerkuri borat, dan kadang bahan tambahan termasuk timah hitam, kortokosteroid,
antibiotika, dan minyak wangi. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa
antibakterial N2 hanya sebentar dan menghilang kira-kira dalam waktu seminggu atau
sepuluh hari.

10. Halogen

Yang termasuk golongan ini adalah:

1. sodium hipoklorit

Klorin dengan berat atom terendah menpunai daya antibakteri yang terbesar. Uap sodium
hipoklorit bersifat bakterisidal. Disinfektan klorin bukan kompoun yang stabil karena
berinteraksi cepat dengan bahan organik, sehingga baik diaplikasikan pada saluran akar tiap
dua hari sekali.

2. Yodida

Yodin sangat reaktif, berkombinasi dengan protein dalam ikatan longgar sehingga
penetrasinya tidak terganggu. Bahan ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan
membentuk garam yang merugikan kehidupan mikroorganisme. Seperti kompoun klorin

28
bahan ini efek antibakterialnya sebentar, tetapi merupakan medikamen yang paling sedikit
mengiritasi.

FREKUENSI MEDIKASI

Dressing sebaiknya diganti seminggu sekali dan tidak boleh lebih dari dua minggu
karena dressing menjadi cair oleh eksudat periapikal dan membusuk karena interaksi dengan
mikroorganisme.

Dressing saluran akar sebaiknya dilakukan dengan cara memasukkan butiran kapas
yang telah dibasahi medikamen dan diperas kelebihan medikamennya. Uap yang keluar dari
medikamen sudah cukup efektif untuk mendisinfeksi kavitas pulpa. Saluran akar ditutup
denganmeletakkan butiran kapas steril yang kedua diatas butiran kapas yang telah diberi obat
dan ditutup dengan tumpatan sementara Cavit, Seng Oksid eugenol atau IRM.

29
BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR

Tujuan irigasi saluran akar


- mengeluarkan debris
- melarutkan jaringan dan smear layer
- antibakteri
- pelumas
Fungsi Irigasi:
1. Membuat lingkungan basah, dentin dapat dikeluarkan ke kamar pulpa
2. Cairan irigasi dapat memasuki kanal asesoris
3. Supaya file tidak mudah patah
Syarat bahan irigasi
Mampu membunuh mikroorganisme
dapat melarutkan sisa jar. pulpa maupun kotoran organik di saluran akar
tidak merusak jar. dentin
dapat berkontak dg permukaan saluran akar
tidak mengiritasi jar. periapikal

Keberhasilan irigasi tergantung


Volume irigan yang dipakai
lama irigan berkontak dg jaringan
daerah irigasi yang terkena
kedalaman penetrasi jarum irigasi
besar dan tipe jarum irigasi
frekuensi irigasi
umur larutan irigan: NaOCl 5,2% 10 mg
2,6% 1 mg
BAHAN IRIGASI
LARUTAN SALINE
LARUTAN ANASTESI
HIDROGEN PEROKSIDA 3%
KARBAMID PEROKSIDA 5-10%

30
SODIUM HIPOKLORIT
ASAM SITRAT 6-50%
ASAM FOSFAT 50%
CHELATING AGENT
CHLORHEXIDINE 0,12%
SODIUM HIPOKLORIT
(NaOCl)
Bahan irigasi yang plg efektif dan sering dipakai, menurut Grossman NaOCl 5,2 % paling
efektif
Konsentrasi lain 0,5 %. 1%, 2,5%- 6%
agensia pereduksi, lar.jernih, warna jerami, harus disimpan di tempat teduh
dapat berfungsi sbg : debridement, pelumas, anti mikroba, melarutkan jar. lunak, smear
layer
Optimal pd suhu 37C
Digunakan berulangkali tanpa tekanan. Digunakan selama 5- 10 menit
Bila menggunakan sealer dg bahan dasar resin, NaOCl tdk boleh digunakan terakhir, karena
mengurangi ikatan/ bonding ant sealer dengan dentin sal akar
harus diakhiri dg EDTA atau chlorhexidine
HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)
merupakan bahan irigasi yang sekarang tidak populer
- Konsentrasi 2,5%
- Punya 2 jenis aksi:
* Menimbulkan buih pada larutan ketika kontak dg bhn kimiawi scr fisik mengeluarkan
debris sal.akar
* Membebaskan oksigen yg dpt mematikan MO anaerob
Kombinasi NaOCl dan H2O2:
- Reaksi buih/busa menimbulkan gelembung, secara mekanis mendorong keluar debris dan
MO
- NaOCl melarutkan debris organik,jar.pulpa
- NaOCl dan H2O2 berfungsi sbg desinfeksi dan pemutih
- Bila H2O2 yg terakhir: bereaksi dg debris pulpa, darah, membentuk gas yg dpt terperangkap
dalam jaringan dan menimbulkan nyeri yg terus menerus
CHELATING AGENT = BAHAN KELASI
yg biasa digunakan adalah EDTA (Ethylene diamino tetra acetic acid)
31
Pengaruh EDTA (scr in vitro dan in vivo):
1. Efektif melunakkan dentin
2. Memp sifat antimikroba
3. Derajat iritasi sedang
4. Menghilangkan lapisan smear layer
Contoh preparat:
a. Cairan
-EDTAC ,mengandung cetavlon,komponen amonium kuarterner, bersifat bakterisid
EDTA 15%, pH 7,3
- REDTA : 17% disodium EDTA + sodium hydroxide
-Largal Ultra: 15% EDTA+disodium hydroxide
-Smear clear: 17% EDTA + cetrimide
Cara penggunaan:
- teteskan beberapa tetes EDTA pada kamar pulpa dengan alat semprit atau pipet plastik.
Dengan hati-hati memompa larutan ke dalam saluran akar dg instrumen kecil. Preparasi
saluran akar dilanjutkan dengan membasahi saluran dengan larutan terus menerus hingga
selesai
- Bila sukar( mis pd gigi post yg sempit) pompa EDTA dalam saluran akar, tunggu 2 atau 3
menit.
b. Pasta
- R-C prep : 10% urea / carbamide peroksida + 15% EDTA + glycol
medikamen menetrasi lebih dalam ke dentin
- Glyde-file :15% EDTA + carbamide peroxide.
kombinasi dg carbamide peroksida menghasilkan pelepasan oksigen dengan
terbentuknya O naksen,yg akan menghaluskan dinding sal akar dengan tubulus dentinalis yg
terbuka sehingga memudahkan penetrasi bahan sterilisasi atau sealer
- File-Eze : 19% EDTA
Cara penggunaan:
- Pasta EDTA dioleskan pada file, dan dimasukkan saluran akar
- dg disposable aplicator tip, dimasukkan ke orifice
- Hand instrument: biasanya digunakan pd awal preparasi
- Rotary instrument: digunakan setiap pergantian alat, diteruskan dg NaOCl

32
CHLORHEXIDINE
- sebagai bahan irigasi dipakai pada konsentrasi 0,12%
- digunakan pada konsentrasi 2% sebagai bahan disinfeksi saluran akar dalam bentuk
chlorhexidine gluconat atau chlorhexidine digluconat
- tidak mempengaruhi bonding bahan obturasi adhesif

Maksud dan tujuan disinfeksi saluran akar:


1. Utk memelihara keadaan steril saluran akar setelah dilakukan preparasi & membunuh
semua mikroorganisme yg ada.
2. Utk mengurangi semua mikroflora dalam tubulus dentinalis yang tidak terjangkau
instrumen & bahan irigasi setelah preparasi dan membunuh sisa mikroorganisme yang masih
ada.
3. Mencegah terjadinya infeksi ulang/ memperkecil resiko berkmbangnya bakteri yang masih
ada.
Desinfektan saluran akar dibagi dalam beberapa golongan
1. Minyak esensial, sifat disinfektan lemah
mis : eugenol
2. Halogen, mis: iodine potassium iodide
iritasi rendah.Masa aktif 1 hari.
3. Garam logam berat, mis: mercurophen, methapen
4. Detergents kationik, mis: Salvizol
5. Kompoun Fenol (Phenolic Compund)
mis:-Fenol(C6 H5OH): asam karbolik lbh efektif pada konsentrsi 1% s/d 2%
-Para Chlorofenol(C6 H40H C1): mono chlorophenol(MCP)
-Champorated chloropenol (para kloro fenol berkamper) : CMCP: ChKm : bakterisid,
toksis pd sel2 mns
- Cresol(C6 H4 0H CH3- methyl phenol)
- Glutaraldehid
- Cresatin Masa aktif 1-5 hr
6. Formaldehyde : mis Formocresol . Masa aktif 1 mgg.
7. Chlorhexidine gluconat: antimikroba,
sedian : -larutan 2%, dianjurkan utk digunakan 30 dtk-
1 mnt sebelum obturasi, boleh juga diikuti
pencucian dg EDTA
33
8. Kalsium Hidroksida= Ca(OH)2
Bahan-bahan disinfektan eugenol,kompoun fenol, formaldehyde tsb disebut juga bahan
disinfektan konvensional, sdh banyak ditinggalkan krn toksisitasnya.
Cara meletakkan bahan disinfektan konvensional:
Saluran akar diirigasi, kemudian dikeringkan dengan poin absorben. Bulatan kapas kecil yang
telah dibasahi dengan medikamen diperas dengan kapas kering. Dressing ini diletakkan pada
dasar kamar pulpa lalu lalu ditumpat sementara atau atau diberi penutupan ganda (double
seal). Disinfeksi didapatkan dari penguapan medikamen didalam kamar pulpa.
Pada kunjungan berikutnya, perhatikan kondisi klinisnya untuk menentukan perlu
tidaknya penggantian dressing. Misal: Pada kasus abses apikal akut perlu lebih sering diganti.
Apabila kondisi klinis memuaskan dilanjutkan dengan tes bakteri.
Ca(OH)2 Sbg medikasi intrakanal
* Merupakan bahan medikasi intrakanal untuk perawatan endodontik masa kini
Mempunyai efek bakterisidal
antiseptiknya berjalan lambat
Bentuk sediaan :- pasta non setting
- konus Ca(OH)2
* Cara aplikasi: - diinjeksi
- dimasukkan dg lentulo spiral
- dg file
- dg paper point
* efek : 1 sd 2 mgg (optimum 1 mgg)
* Cara mengeluarkan : diirigasi dg NaOCl
Contoh produk:
- Vitapex (Neo Dental, Japan) pasta non setting
Komposisi: Ca(OH)2, Iodoform, Silicon Oil
Iodoform : bactericidal, lebih radiopak
Silicon oil: memperpanjang self life, mudah dimanipulasi, kekentalan bagus dan mencegah
setting bahan
- Pasta non setting bisa dibuat sendiri dengan mencampur serbuk Ca(OH)2 dengan air
destilasi.
Penggunaan lain: apeksifikasi, perawatan fraktur, perawatan resorpsi internal

34
Sedian lain Kalsium Hidroksida:
- Suspensi Ca(OH)2 dalam larutan fisiologis (Calxyl, Calisept). Dalam penyimpanan air
fisiologis kadang menguap dan dapat menyebabkan Ca(OH)2 mengeras
- Ca(OH)2 + metil selulose= pasta non setting (Pulpdent, Calcipulp)
- Ca(OH)2 + hidroksi metil selulose = pasta non setting (Hypocal)
- Ca(OH)2 + CMCP/CHKm + khlortimol= pasta non setting (multical)

BAHAN TUMPATAN SEMENTARA


Harus memenuhi syarat:
1. Tahan terhadap cairan mulut dan bakteri
2. Menutup secara hermetis kavitas jalan masuk sebelah perifer
3. Tidak menyebabkan tekanan pada dressing pada waktu insersi
4. Mengeras dalam beberapa menit setelah dimasukan
5. Tahan terhadap kekuatan mastikasi
6. Mudah penggunaannya dan mudah dikeluarkan lagi.
7. Cocok dengan warna gigi.
Contoh:Fletcher, semen seng oksida eugenol, cavit, IRM,TERM
Double layer: tumpatan sementara yang didahului lapisan guta perca.
Cavit: seng oksid, calsium sulfate, glycol & polyvinyl acetate, polyvinyl chloride
- setting bila berkontak dengan cairan
- minimal ketebalan 4-5 mm
- jangan lebih dari satu minggu
TERM : resin komposit aktivasi sinar
* IRM kebocoran > cavit, tetapi kandungan eugenolnya merupakan barier bakteri
* cavit mengabsorbsi cairan, sehingga tak berpenetrasi ke dalam kamar pulpa

35
36
REFERENSI

1. Walton & Torabinejad. 1996. Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Grossman. 1998. Teknik Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Milly Armilia, drg. 2002. Bleaching (Pemutihan) pada Gigi yang Mengalami
Perubahan Warna. Makalah. Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Padjadjaran
4. Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
5. Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
6. Goldstein and Garber. 1995. Bleaching Mechanism. United States
7. Feinman. 1987. Bleaching Mechanism. Dental School of Illinois.

37

Anda mungkin juga menyukai