Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan estetis penderita.
1
Pengaruh kopi dan tembakau menghasilkan warna coklat sampai hitam pada leher
gigi.
Bahan tambalan logam
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
2
Diskolorasi akibat stain Diskolorasi akibat nekrosis pulpa
3
MACAM-MACAM BAHAN BLEACHING
Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan oleh perdarahan karena trauma,
preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan
pengisi saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih melalui intra
korona merupakan oksidator / reduktor yang kuat karena daya penetrasi yang kuat untuk
menembus bahan organik pada tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan
tidak residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium Perborat dan Karbamid
Peroksida.
Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol
dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak
berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan
sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan
mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat
larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasinya,
untuk pH 1 % larutan adalah 5.0-6.0. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan
oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut :
Bahan pemutih ini yang paling sering digunakan, tidak berwarna, viskositas rendah,
merupakan oksidator kuat sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan /
terinhalasi. Contoh Superoxol, merupakan bahan pemutih yang mengandung 30 % H2O2, ,
dapat menyebabkan luka kulit Bahan ini dapat rusak / terurai oleh cahaya sehingga perlu
tempat penyimpanan yang sejuk dan kedap cahaya.
Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila
dipakai dalam batas konsentrasi yang diawasi, waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi
tinggi) dan dalam suatu interval waktu perawatan tertentu. Berbagai persyaratan di atas
menjadikan pemutihan gigi vital dapat dilakukan. Hidrogen peroksida dalam berbagai
konsentrasi merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Pada teknik in-
office untuk gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital, biasa digunakan hidrogen
4
peroksida dengan konsentrasi 30-35%. Beberapa produk OTC menggunakan hidrogen
peroksida 6% tersedia dalam bentuk pasta.
5
mengurangi pH antara 5.0-6.5 yang akan meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini
diperdebatkan karena meningkatkan kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis
yang ditetapkan untuk etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8.
Dalam beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk
memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid
peroksida 10% akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen
peroksida. Dalam 10 % larutan encer carbamid peroxide paling banyak digunakan pada home
bleaching. Bahan ini dapat dipecah lagi menjadi 3,35 % larutan hydrogen peroxide ( H2O2)
dan 6,65 % larutan ure (CHN2O). Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi
lebih dari 10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan
faktor keamanan dan efektifitas oleh ADA. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida
10% juga telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA)
dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital.
Beberapa penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan ini
membutuhkan waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan konsentrasi tinggi,
tanpa perubahan ireversibel terhadap pulpa. Penggunaan bahan dengan konsentrasi 30%-
50% untuk in office bleaching, ternyata efektif, sedangkan pada konsentrasi10%-16%
diginakan untuk pemutihan ekstra korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi
oleh pH, konsentrasi, suhu, waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih
aktif. Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun perlu hati-
hati kemungkinan dapat menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya
kenaikan suhu tinggi atau pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat.
Adanya kontak bahan pemutih yang lama hasilnya lebih baik.
Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan dikaitkan dengan
berbagai kerusakan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya ( biasanya ringan). Material ini dapat
mempengaruhi kekuatan resin komposit serta penutupannya dan meningkatkan proses korosi
6
amalgam. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan sangat hati-hati, biasanya dibawah
pengawasan ketat dokter gigi.
sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda
Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 44)
Pada tahap awal pewarnaan, kromogen berikatan dengan pelikel melaui ikatan hidrogen.
Pada tahap ini pewarnaan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Paparan kromogen
yang terus menerus menyebabkan ikatan hidrogen pada permukaan luar gigi semakin kuat
sehingga warna gigi semakin gelap dan tidak dapat dihilangkan dengan hanya menyikat gigi.
7
Perawatan pemutihan gigi pada tahap ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan
memuaskan.
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) yang terjadi selama proses pemutihan gigi, oksidator
seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak
berpasangan, dimana elektron ini akan dilepaskan dan diterima oleh reduktor. Dengan adanya
pertukaran elektron ini, makan proses oksidasi terjadi dan gigi mengalami pemutihan.
Hidrogen
peroksida
9
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAHAN PEMUTIH GIGI PEROKSIDA
No Keuntungan Kerugian
1 Jumlah kunjungan relatif singkat Bila digunakan dalam jangka waktu lama
harus berhati hati karena bahan tersebut
merupakan senyawa radikal bebas yang
berbahaya bagi tubuh
2 Perlengkapan yang diperlukan Peroksida memiliki efek buruk terhadap
sederhana jaringan keras gigi (pengikisan) karena
bersifat asam dan menyebakan sensitivitas
pada pulpa
Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal dari
Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(Tri Septi Utami)
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara eksternal
yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara
internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.
3. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut teknik pumis asam.
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu
teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton
& Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)
13
isolasi gigi
Pasangkan pada gigi pasien Pasien tidur dengan menggunakan tray. Pada pagi
hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet.
4. Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan teknik walking
bleach dengan teknik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat
dan memuaskan.
14
Prosedur teknik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan teknik
termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen
peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil
pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar
pulpa.Tindakan selanjutnya seperti teknik walking bleach (Walton & Torabinejab,
1996).
15
Obat sterilisasi saluran akar
Bahan pengisi saluran akar
Bahan tumpatan amalgam
Bleaching intrakoronal
Indikasi:
Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti.
Kontraindikasi:
Ada karies atau restorasi yang besar.
Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.
Bleaching ekstrakoronal
Indikasi:
Dilakukan pada gigi yang masih vital.
Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak.
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
( Tri Septi Utami)
KONTRAINDIKASI BLEACHING
16
Karena jika bleaching dilakukan pada wanita hamil, dapat meningkatakan efek
emetik (muntah)
Anak anak
Biasanya anak anak tidak kooperatif dengan operator atau tim medis,
sehingga menyusahkan untuk membuka mulut terlalu lama, dan berujung pada
tidak lancarnya proses bleaching.
Perokok Berat
Karena mudah relaps (kembali seperti semula warna giginya) atau tidak
berhasil dalam proses bleaching karena oral hygiene yang tidak dijaga.
Peminum Berat
Proses bleaching tidak mudah berhasil karena oral hygiene yang tidak dijaga,
serta menyebabkan relaps.
Kontraindikasi Lokal
Resesi Gingiva
Resesi gingiva (menurunnya gingiva dikarenakan tekanan, scalling, atau
prosedur perawatan) menyebabkan tidak adanya sulcus gingiva pada jaringan
periodontal. Hal ini menyebabkan dentin terbuka. Kalsium peroksida yang
berpaparan langsung dengan dentin menyebabkan efek abrasi yang iritatif,
karena langsung masuk ke tubulus dentin. Sehingga menyebabkan gigi ngilu
berlebihan.
Terdapat sariawan, gingivitis, dan periodontitis
Bahan bleaching mengandung Natrium perbonat yang bersifat alkali sehingga
bersifat iritatif jika digunakan pada kasus periodontitis atau kelainan mukosa
lainnya.
Karies Sekunder
Karies sekunder memperburuk keadaan karena efeknya bertolak belakang
dengan bleaching. Bleaching dilakukan dengan maksud pemutihan pada gigi,
tetapi karies sekunder yang berlangsung terus menerus justru mengubah warna
gigi dan sebagai sumber bakteri (oral hygiene buruk)
Lesi pada email
Lesi pada email menyebabkan perubahan warna gigi yang terus menerus
(white spot and black spot) sehingga proses bleaching tidak berjalan dengan
baik.
17
Alergi Peroksida
Peroksida merupakan bahan oksidator kuat. Bahan ini mudah menguap dapat
menyebabkan efek mual, emetik (muntah) pada pasien. Sehingga proses
bleaching tidak berlangsung dengan baik.
Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada gingiva.
Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringna rongga mulut dan sakit kepala
merupakan efek sampaing tetapi jarang dilaporkan. Ketika efek samping pada seseorang
trejadi secara kebetulan selama proses bleaching, proses ini harus dihentikan. Bagi
kebanyakan orang efek samping yang mereka rasakan tidak pernah terlalu signifikan
dibandingkan dengan proses bleachingnya. Umumnya efek samping ringan pada seseorang
yang dapat ditoleransi selama proses bleaching akan menurun dalam beberapa hari setelah
mereka menyalesaikan perawatannya.
1. Gigi sensitif
Kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat proses bleaching
adalah gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif setelah sekali
pengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap udara, air panas
dan dingin dan sensitif terhadap makanan dan minuman yang manis. Bahan bleaching ini
merusak prisma rod enamel, kerusakan prisma rod enamel ini dapat menyebabkan
tresingkapnya dentin secara mikroskopis. Hydrogen peroxide dalam bentuk gel dan pasta,
secara kimia memiliki sifat hypertonic dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan
sekitarnya. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penyerapan air dari tekanan yang lebih
rendah.Dalam hal ini dari email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses
dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.
18
Gambar menunjukkan variasi foto dari enamel selama prosedur bleaching yang menggunakan
bahan carbamid peroxide. Terlihat perubahan poreus yang meningkat (kerusakan prisma
enamel) terjadi pada saat waktu bleaching ditingkatkan. Kerusakan yang menyeluruh pada
prisma rod enamel menjadikan gigi sensitif setelah bleaching.
2. Iritasi gingiva
Selama proses bleaching jaringna gingiva dapat menjadi iritasi. Iritasi gingiva dapat emluas
dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang ditemukan pada bahan bleaching. Bisa juga
dikarenakan tray mendorong melawan gingiva selama proses bleaching yang menyebabkan
trauma mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan trauma
khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan resesi gingiva secara permanen.
3. Resorpsi eksternal
Pada laoran klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara
eksternal biasanya merangsang resorpsi akar daerah serviks. Bahan oksidator, terutama
hydrogen peroxyde 30 % mungkin penyebabnya. Akan tetapi mekanisme yang tepat
mengenai dirusaknya periodontium atau sementum belum dapat dijelaskan secara lengkap.
Bisa jadi bahan iritasi kimia masuk melalui tubulus dentin. Bahan kimia yang
dikombinasikan dengan panas tampaknya menyebabkan nekrosis sementum, inflamasi
ligamen periodontium dan resorpsi akar. Proses ini kemungkinan besar meningkat dengan
adanya bakteri.
19
4. Perubahan morfologi enamel
Carbamide peroxide menyebabkan sedikit perubahan morfologi dari permukaan enamel pada
level ph yang beragam. Menurut penelitian Rosalina Tjandrawinata merendam sampel email
dalam Carbamide peroxide dan hydrogen peroxide menunjukkan hasil yang sama yaitu
adanya perubahan gambaran email menjadi lebih kasar, berpori-pori dan adanya bercak
berwarna putih akibat penggunaan bahan tersebut dilihat secara mikroskopis. Terdapat satu
laporan kasus mengenai perusakan non reversible yang signifikan pada struktur gigi yang
sebelumnya sehat setelah penggunaan asam yang berlebihan pada sistem home bleaching
selaam 2 bulan.
5. Mengurangi perlekatan
Carbamide peroxide juga dapat mempengaruhi gigi secara signifikan dengan mengurangi
kekuatan perlekatan sistem RK untuk perawatan enamel dan dentin. Telah diketahui bahwa
sisa peroxide pada perumakaan dentin dan enamel menghambat polimerisasi sistem rensin
bonding. Dari hasil scanning electron microscope memperlihatkan adanya perubahan
topografi permukaan email treutama dengan carbamid peroxide yang pHnya rendah yaitu
berupa pitting atau erosi.
6. Masalah dengan material restorasi gigi
Pemeriksaan laboratorium membuktikan efek bahan bleachingpada material gigi
menunjukkan perubahan yang secara klinis tidak signifikan terhadap kebanyakan material
restorasi gigi setelah bleaching. Gel Carbamide peroxide meningkatkan pelepasan merkuri
dari amalgam gigi dan menyebabkan perubahan warna menjadi lebih buram.
7. Sakit pada tenggorokan
Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat dihindari selama proses bleaching. Ketika
bahan tersebut tertelan, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa pada tenggorokan.
Sebagaimana perawatan gigi yang lain, pemutihan gigi pun harus dilakukan terapi
pemeliharaan yang aplikasinya merupakan kerjasama antara dokter gigi dan pasien. Untuk
mengatasi rasa sensitif pada gigi setelah bleaching dengan pemberian bahan desensitizing
berupa Pottasium nitrate, fluor atau penggunaan bahan pemutih yang mengandung komposisi
air dan fluoride. Meningkatnya konsentrasi ion Potassium ekstraseluler pada kavitas dentin
yang paling dalam dapat memblok tubulus dentin yang terbuka, sehingga dapat mengurangi
rasa sensitif pada gigi. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan bahan desensitizing 10-30
20
menit sebelum menggunakan bahan pemutih tau dapat juga menggunakan pasta gigi yang
mengandung Potassium nitrate selama 2-3 minggu untuk mengurangi sensitivitas. Jika terjadi
iritasi gingiva setelah bleaching, pada saat tray dimasukkan kedalam mulut pasien maka bahan
bleaching yang keluar dari tray langsung dibersihkan dengan jari atau sikat gigi. Atau dengan
pemberian obat untuk menghilangkan ulser yang disebabkan oleh proses bleaching tersebut.
Bleaching juga sering menyebabkan resorpsi akar daerah serviks. Untuk menghindari hal ini,
bahan oksidator jangan dibiarkan terpapar terhadap kamar pulpa dan dentin lebih dari yang
diperlukan agar hasil klinisnya memuaskan. Perubahan morfologi enamel yang lebih kasar
dapat dirasakan oleh lidah, hal ini terjadi karena hilangnya air dari permukaan gigi. Untuk
mengurangi efek yang timbul, beberapa produk menambahkan kandungan air atau fluor
kedalam bahan pemutih.
Apabila akan melakukan prosedur restorasi sebaiknya ditunda setidaknya satu minggu setelah
bleaching untuk menghindari adanya pengurangan perlekatan dari bahan tambalan yang
menghambat polimerisasi dari bahan bonding. Jika ada tambalan amalgam pada gigi yang
akan di bleaching, sebaiknya diganti dengan bahan komposit untuk menghindari terjadinya
pelepasan merkuri pada bahan tambalan amalgam.
21
BEDAH ENDODONTIK
2.1 Definisi
Bedah endodontik merupakan bagian dari ilmu konservasi gigi yang meliputi cara
melakukan perawatan endodontik dengan pendekatan bedah pada penyakit / kelainan pulpa
dan jaringan periapikal yang tidak bisa diselesaikan dengan perawatan endodontik
konvensional.
Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih luas untuk
menghindari pencabutan gigi. Ruang lingkup perawatan bedah endodontik diantaranya insisi
untuk drainase, bedah apeks, hemiseksi, amputasi akar dan replantasi. Sebagian besar
tindakan bedah endodontik harus dilakukan oleh dokter gigi yang berpengalaman / spesialis.
Jangkauan bedah endodontik telah luas melebihi apikoektomi (reseksi akar, amputasi
akar) mencakup kuretase periapikal, radiosektomi, replantasi, transplantasi, implantasi,
trefinasi, insisi untuk drainase, dan pembenaman akar. Reseksi akar masih merupakan bentuk
bedah periapikal paling umum. Namun demikian, hanya diindikasikan kurang dari 5% dari
semua pasien endodontik. Rentang angka keberhasilan bedah endodontik adalah 73% sampai
99%, tergantung pada kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan.
22
2.2.2 Periradicular Surgery
Pembedahan ini biasa dilakukan untuk merawat saluran akar yang tidak dapat dirawat dengan
perawatan saluran akar (endodontik) yang biasanya. Terkadang, kuretase periradikular
dibutuhkan tanpa root resection. Periradicular surgery terdiri dari :
1) Kuretase
2) Biopsi
3) Root-end resection
Root-end resection meliputi pembuatan bevel di daerah apikal akar. Tahap ini memiliki dua
tujuan, yaitu yang pertama adalah untuk menghilangkan bagian apikal yang tidak bisa
terobati dan memudahan operator untuk menentukan penyebab dari kegagalan pengobatan
yang sebelumnya. Tujuan yang kedua adalah untuk memberikan permukaan yang datar untuk
mempreparasi kavitas pada ujung akar dan mengisinya dengan bahan tambal atau root-end
filling.
4) Root-end preparation and filling
Root-end preparation and filling dilakukan ketika penutupan pada saat perawatan saluran
akar di daerah ujung akar tidak memadai.
5) Corrective surgery
Prosedur yang dilakukan terutama didesain untuk memperbaiki keadaan parologis atau
terdapatnya kesalahan prosedur iatrogenik yang dapat mengakibatkan kerusakan pada akar
dan tidak bisa diperbaiki melalui saluran akar. Corrective surgery terbagi lagi menjadi tiga,
yaitu
(1) Perforation repair
a. Mekanikal (iatrogenik)
b. Resorptive (internal dan external)
(2) Root resection
(3) Hemisection
2.2.3 Replacement Surgery (extraction/replantation)
Menurut Grossman, pada tahun 1982, mendefinisikan replantasi instsional sebagai suatu
tindakan dari pengangkatan atau pencabutan gigi yang kemudian dilakukan pemeriksaan,
diagnosis, dan manipulasi endodontik, dan perbaikan, kemudian mengembalikan gigi ke
dalam soket asalnya.
23
2.2.4 Implant Surgery
1) Implan endodontik
Rigid implan yang ditempatkan meluas melewati apeks gigi kedalam tulang alveolar, dan
menstabilisasi gigi. bertujuan untuk mencegah
terlepasnya gigi.
2) Root-form osseointegrated implants
24
1) Pasien yang secara medis membahayakan : seorang pasien dengan penyakit sistemik aktif
seperti diabetes yang tidak terkontrol, tuberkolosis, sifilis, nefritis, kelainan darah ataupun
kondisi medis lainnya yang tidak memungkinkan pasien dirawat secara bedah.
2) Pasien yang secara emosional sukar : seorang pasien yang secara psikologis tidak mampu
menahan atau mengatasi setiap prosedur bedah
3) Keterbatasan keterampilan dan pengalaman bedah operator
2.3.2.2 Pertimbangan lokal
1) Inflamasi akut setempat : bila prosedur darurat seperti insisi dan drainase dapat dilakukan,
bedah periapikal sebaiknya dihindari
2) Pertimbangan anatomik : prosedur yang menembus saluran mandibular, sinus maksiler,
foramen mental, dasar lubang hidung, atau yang memutus pembuluh darah besar palatin,
sedapat mungkin dihindari
3) Tempat tempat pembedahan yang tidak dapat dicapai : posisi dan lokasi apeks akar yang
tidak dapat dicapai, terutama gigi belakang, da perlunya mendapatkan jalan masuk ke tempat
pembedahan melalui lapisan padat tulang, seperti permukaaan lingual gigi gigi molar atau
batas miring eksternal rahang bawah, dapat menghalangi keberhasilan pembedahan
4) Gigi dengan prognosis jelek : gigi berakar pendek, gigi dengan penyakit periodontal lanjut,
gigi dengan fraktur vertical, dan gigi yang tidak dapat direstorasi jangan dipertimbangkan
untuk bedah periapikal
5) Bedah periapikal jangan dianggap sebagai obat yang manjur bagi segala macam penyakit,
untuk mengimbangi teknik yang tidak memadai yang menyebabkan gagalnya penyembuhan.
Perawatan bedah gigi jangan dilakuakan hanya karena sesuai dilakukan.
25
BAHAN MEDIKAMEN
Disinfektan dapat digolongkan sebagai minyak esensial, kompoun fenolik, halogen, dan
antibiotika.
1. Eugenol
Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempuyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya digunakan unuk perawatan
pulpektomi. Bagian dari sealer (endomethasone-eugenol) dan bahan canpuran tumpatan
sementara. (Zn Oksid-eugenol).
Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan sifat
mengiritasi lebih kecil daripada formocresol. Mempunyai spektrum antibakteri luas dan
efektif terhadap jamur.
26
Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari para-klorophenol
murni. Selain itu juga memperpanjang efek antimikrobial
3. Cresatin
Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak
dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek
antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal
lebih kecil daripada ChKM. Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali,
sehingga sering dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.
4. Cresophene
5. Formocresol
Kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1, Formalin adalah
disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak
dapat dilarutkan, tidak dapat menjadi busuk . Pada beberapa pengujian mampu menimbulkan
efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital. Selain itu juga bisa menimbulkan
respon imun berantara-sel. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah.
6. Glutardehide
Minyak tanpa warna yang larut dalam air. Seperti formalin obat ini disinfektan kuat dan
fiksatif. Dianjurkan digunakan dalam konsentrasi rendah (2%) sebagai obat intrasaluran. Pada
penelitian ditemukan sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi pada pemeriksaan histologik.
Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat merangsang
jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.
27
8. CaOH
Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Studi singkat oleh
Grosman dan Stevens menemukan kalsium hidroksida tidak seefektif klorofenol berkamfer.
Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH yang tinggi dan pengaruhnya
melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Tronstad dkk, menunjukkan bahwa CaOH
menyebebkan kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpal bila kompoun diletakkan pada
saluran akar. Pasta CaOH paling baik digunakan pada perawatan antar kunjungan dengan
penundaan yang lama karena bahan ini tetap manjur selama berada di dalam saluran akar.
9. N2
10. Halogen
1. sodium hipoklorit
Klorin dengan berat atom terendah menpunai daya antibakteri yang terbesar. Uap sodium
hipoklorit bersifat bakterisidal. Disinfektan klorin bukan kompoun yang stabil karena
berinteraksi cepat dengan bahan organik, sehingga baik diaplikasikan pada saluran akar tiap
dua hari sekali.
2. Yodida
Yodin sangat reaktif, berkombinasi dengan protein dalam ikatan longgar sehingga
penetrasinya tidak terganggu. Bahan ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan
membentuk garam yang merugikan kehidupan mikroorganisme. Seperti kompoun klorin
28
bahan ini efek antibakterialnya sebentar, tetapi merupakan medikamen yang paling sedikit
mengiritasi.
FREKUENSI MEDIKASI
Dressing sebaiknya diganti seminggu sekali dan tidak boleh lebih dari dua minggu
karena dressing menjadi cair oleh eksudat periapikal dan membusuk karena interaksi dengan
mikroorganisme.
Dressing saluran akar sebaiknya dilakukan dengan cara memasukkan butiran kapas
yang telah dibasahi medikamen dan diperas kelebihan medikamennya. Uap yang keluar dari
medikamen sudah cukup efektif untuk mendisinfeksi kavitas pulpa. Saluran akar ditutup
denganmeletakkan butiran kapas steril yang kedua diatas butiran kapas yang telah diberi obat
dan ditutup dengan tumpatan sementara Cavit, Seng Oksid eugenol atau IRM.
29
BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR
30
SODIUM HIPOKLORIT
ASAM SITRAT 6-50%
ASAM FOSFAT 50%
CHELATING AGENT
CHLORHEXIDINE 0,12%
SODIUM HIPOKLORIT
(NaOCl)
Bahan irigasi yang plg efektif dan sering dipakai, menurut Grossman NaOCl 5,2 % paling
efektif
Konsentrasi lain 0,5 %. 1%, 2,5%- 6%
agensia pereduksi, lar.jernih, warna jerami, harus disimpan di tempat teduh
dapat berfungsi sbg : debridement, pelumas, anti mikroba, melarutkan jar. lunak, smear
layer
Optimal pd suhu 37C
Digunakan berulangkali tanpa tekanan. Digunakan selama 5- 10 menit
Bila menggunakan sealer dg bahan dasar resin, NaOCl tdk boleh digunakan terakhir, karena
mengurangi ikatan/ bonding ant sealer dengan dentin sal akar
harus diakhiri dg EDTA atau chlorhexidine
HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)
merupakan bahan irigasi yang sekarang tidak populer
- Konsentrasi 2,5%
- Punya 2 jenis aksi:
* Menimbulkan buih pada larutan ketika kontak dg bhn kimiawi scr fisik mengeluarkan
debris sal.akar
* Membebaskan oksigen yg dpt mematikan MO anaerob
Kombinasi NaOCl dan H2O2:
- Reaksi buih/busa menimbulkan gelembung, secara mekanis mendorong keluar debris dan
MO
- NaOCl melarutkan debris organik,jar.pulpa
- NaOCl dan H2O2 berfungsi sbg desinfeksi dan pemutih
- Bila H2O2 yg terakhir: bereaksi dg debris pulpa, darah, membentuk gas yg dpt terperangkap
dalam jaringan dan menimbulkan nyeri yg terus menerus
CHELATING AGENT = BAHAN KELASI
yg biasa digunakan adalah EDTA (Ethylene diamino tetra acetic acid)
31
Pengaruh EDTA (scr in vitro dan in vivo):
1. Efektif melunakkan dentin
2. Memp sifat antimikroba
3. Derajat iritasi sedang
4. Menghilangkan lapisan smear layer
Contoh preparat:
a. Cairan
-EDTAC ,mengandung cetavlon,komponen amonium kuarterner, bersifat bakterisid
EDTA 15%, pH 7,3
- REDTA : 17% disodium EDTA + sodium hydroxide
-Largal Ultra: 15% EDTA+disodium hydroxide
-Smear clear: 17% EDTA + cetrimide
Cara penggunaan:
- teteskan beberapa tetes EDTA pada kamar pulpa dengan alat semprit atau pipet plastik.
Dengan hati-hati memompa larutan ke dalam saluran akar dg instrumen kecil. Preparasi
saluran akar dilanjutkan dengan membasahi saluran dengan larutan terus menerus hingga
selesai
- Bila sukar( mis pd gigi post yg sempit) pompa EDTA dalam saluran akar, tunggu 2 atau 3
menit.
b. Pasta
- R-C prep : 10% urea / carbamide peroksida + 15% EDTA + glycol
medikamen menetrasi lebih dalam ke dentin
- Glyde-file :15% EDTA + carbamide peroxide.
kombinasi dg carbamide peroksida menghasilkan pelepasan oksigen dengan
terbentuknya O naksen,yg akan menghaluskan dinding sal akar dengan tubulus dentinalis yg
terbuka sehingga memudahkan penetrasi bahan sterilisasi atau sealer
- File-Eze : 19% EDTA
Cara penggunaan:
- Pasta EDTA dioleskan pada file, dan dimasukkan saluran akar
- dg disposable aplicator tip, dimasukkan ke orifice
- Hand instrument: biasanya digunakan pd awal preparasi
- Rotary instrument: digunakan setiap pergantian alat, diteruskan dg NaOCl
32
CHLORHEXIDINE
- sebagai bahan irigasi dipakai pada konsentrasi 0,12%
- digunakan pada konsentrasi 2% sebagai bahan disinfeksi saluran akar dalam bentuk
chlorhexidine gluconat atau chlorhexidine digluconat
- tidak mempengaruhi bonding bahan obturasi adhesif
34
Sedian lain Kalsium Hidroksida:
- Suspensi Ca(OH)2 dalam larutan fisiologis (Calxyl, Calisept). Dalam penyimpanan air
fisiologis kadang menguap dan dapat menyebabkan Ca(OH)2 mengeras
- Ca(OH)2 + metil selulose= pasta non setting (Pulpdent, Calcipulp)
- Ca(OH)2 + hidroksi metil selulose = pasta non setting (Hypocal)
- Ca(OH)2 + CMCP/CHKm + khlortimol= pasta non setting (multical)
35
36
REFERENSI
1. Walton & Torabinejad. 1996. Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Grossman. 1998. Teknik Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Milly Armilia, drg. 2002. Bleaching (Pemutihan) pada Gigi yang Mengalami
Perubahan Warna. Makalah. Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Padjadjaran
4. Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
5. Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
6. Goldstein and Garber. 1995. Bleaching Mechanism. United States
7. Feinman. 1987. Bleaching Mechanism. Dental School of Illinois.
37