Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, karenanya Makalah
Internal Bleaching ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Konservasi. Walaupun terdapat berbagai kendala dalam penyusunannya
namun dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam menyelesaikan Makalah ini penyusun mendapat banyak bantuan dari


berbagai pihak, oleh sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak
pihak yang telah membantu demi terselesaikannya Makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun Makalah ini,terdapat banyak


kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk kemajuan Makalah berikutnya.

Penyusun berharap, dengan disusunnya Makalah ini,dapat bermanfaat dan dapat


memberikan masukan bagi yang membacanya.

Jakarta, Maret 2014

Tim penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………..…........1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..……......….2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………............................3

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….......................3

1.3 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………......................3

BAB II ISI

Indikasi
&Kontraindikasi...............................................................................................................
.4

Mekanisme Peroxide Dental Whitening.………………………………………..……… 5

Metode Pemutihan Pada Gigi…………………..………………...……......................7

Teknik non vital Dental Whitening……………………………………………….............8

Hal hal penting dalam pemutihan gigi non vital…………………….…............11

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….......………….14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………...……………………….....................15

BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perubahan warna gigi dapat meninmbulkan suatu problem estetik yang mempunyai
dampak psikologi yang besar bagi penderitanya.Dan dampaknya amat besar
terhadap penampilan secara keseluruhan.Sehingga tuntutan terhadap kesehatan
dan keindahan gigi semakin meningkat.

Non vital dental whitening adalah pemutihan gigi secara intrakoronal ini merupakan
perubahan warna yang berasal dari struktur gigi. Bisa karna faktor usia,penggunaan
antibiotik tetrasiklin yang di konsumsi pada masa pembentukan email,dental
fluorosis ringan sampai berat. Non vital dental whitening dapat dilakukan pada gigi
yang telah dirawat endodontik dengan baik.

Sejarah non vital tooth dental whitening pertama kali di dokumentasikan oleh
Spasser,tahun 1961.Pada awalnya Sodium perborat digunakan sebagai “walking
bleach”.Selanjutnya seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran gigi
modern,penggunaan non vital dental whitening lebih jauh akan kami jelaskan
melalui makalah ini.

1.2 Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Non vital dental whitening dan bagaimana
hubungannya dengan perawatan endodontik?
b. Indikasi dan kontra indikasi Non vital dental whitening ?
c. Bagaimana metode pemutihan pada gigi non vital dan teknik non vital dental
whitening ?

1.3 Tujuan

Dengan disusunnya makalah ini oleh kelompok kami bertujuan agar pembaca
akan mendapatkan pengetahuan yang dalam mengenai non vital dental
whitening, yang merupakan salah satu hal yang perlu diketahui dalam kebutuhan
praktik gigi kelak.

3
BAB II

ISI

Sejarah non vital tooth dental whitening pertama kali di dokumentasikan oleh
Spasser,tahun 1961.Sodium perborat digunakan sebagai “walking
bleach”.Dilanjutkan oleh Nutting dan Poe yang mengkombinasikan superoksol
dengan sodium perborat tindakan tersebut menjadikan popularitas walking bleach
meningkat.Pengembangan teknik baru pun berkembang, teknik pembersihan
saluran akar dan peningkatan efektivitas penetrasi bahan pemutih dengan
melakukan etsa terlebih dahulu untuk membuang smear layer pada rongga pulpa
berkembang seiring penambahan energy panas untuk mempercepat hasil.

Indikasi non- vital tooth dental whitening

4
 Gigi nekrosis yang sudah dilakukan perawata endodontic dengan baik dan
secara radiografis pengisian saluran akar hermatis.
 Terdapat pewarnaan intrinsic pada gigi.
 Tidak ada kelainan periodontal
 Memiliki ketebalan dentin dan email sehat yang cukup,1-1,5 mm
 Tidak terdapat resorpsi interna dan eksterna pada akar

Kontra Indikasi

 Pengisian saluran akar yang tidak hermetic secara radiografis


 Ketebalan email dan dentin yang sangat tipis
 Terdapat kelainan periodontal
 Pasien sensitive terdapat bahan bahan yang digunakan pada prosedur dental
whitening

Penyebab Pewarnaan Internal Pada Geligi Non Vital terutama karena :

 Kematian pulpa (hemolisis darah, terjadi ionisasi Fe)


 Tumpatan berbahan dasar logam
 Obat obatan dan bahan pengisian saluran akar misalnya bahan yang
mengandung jodoform
 Tumpatan yang bocor sehingga terjadi pembusukan pada dentin.

Mekanisme pewarnaan pada geligi non vital

Umumnya mekanisme pewarnaan dikarenakan terjadinya ionisasi ion ion logam


yang berkaitan dengan grup dye (dye ialah suatu senyawa pigmen yang mampu
berkaitan dengan senyawa lainnya,terutama zat organic),misalnya hemolisis darah
yang terjadi karena trauma/kematian pulpa,akan melepaskan ion ferric yang akan
mengalami ikatan kimia dengan senyawa organic yang terdapat pada dentin.Ini akan
diperparah bila dye berasal dari luar mulut sehingga memberikan pewarnaan yang
gelap.Metode pengurangan pewarnaan yang terjadi dapat dilakukan dengan dua
cara,mencegah dan mengubah sifat transparasi enamel.

Mekanisme dari Peroxcide Dental Whitening

Sifat H2O2 (Hidrogen Peroksida) :

o Pada keadaan alami, cair, sedikit asam dan bila terurai secara alami akan
menghasilkan air dan oksigen
o Oksidator karena mampu menghasilkan oksigen aktif (radikal bebas)

Proses pemutihan akan terjadi apabila pada bahan peroksida dilakukan pengubahan
pH, suhu, cahaya untuk mendapatkan oksigen aktif, yang bersifat elektofilik.
Elektofilik yaitu hanya memiliki satu electron pada susunan kimianya dan berusaha
mendapatkan pasangan electron untuk mendapatkan kestabilan.Oksigen aktif sksn
tertarik kepada daerah yang kaya dengan ikatan ganda, memutuskan ikatan tersebut

5
menjadi ikatan yang lebih sederhana, dan secara visual Nampak perubahan warna
menjadi lebih terang.Daerah dengan ikatan ganda berada pada daerah zat
organic.Pada enamel daerah tersebut berada dalam ruang interprismatic.

Bahan pemutih umumnya berisi surfactan (berfungsi sebagai wetting agent,


memudahkan H2O2 berdifusi kejaringan gigi) dan pigmen dispersan (berfungsi
sebagai agen pemelihara kestabilan dalam bentuk gel atau disebut suspensi)

o Bahan pemutih berbahan dasar H2O2 untuk pemutihan gigi di rumah banyak
menggunakan :

HOOH pH ( H+ + OOH- (OOH- merupakan oksigen aktif)

Karena disesuaikan dengan kondisi mulut yang bersifat netral, umumnya


bahan pemutih memiliki pH antara 6,5 – 8.

o Apabila tehnologi pemutihan gigi dengan menggunakan media cahaya , hal


ini banyak didapat pada tehnik in office dental whitening, maka reaksi yang
bekerja adalah menggunakan :

HOOH suhu ( H’ + OOH, (OOH merupakan oksigen aktif)

Sifat cair hydrogen peroksida diubah bentuk menjadi gel/ kental dengan
mencampurkan H2O2 dengan senyawa lain seperti urea, carbopol yang berfungsi
sebagai pembawa. Hal ini untuk mengurangi waktu paruh bahan dan mencegah
pelepasan oksigen aktif secara serentak melainkan secara terus menerus dan untuk
menghindari efek samping yang dapat timbul apabila bahan tersebut mengenai
tempat yang tidak diinginkan misalnya bahan ini dapat merusak gusi bila
mengenainya.

Efektifitas bahan pemutih berbasis H2O2 dipengaruhi oleh beberapa factor, antara
lain :

1. pH
Pengubahan pH menjadi lebih basa atau peningkatan akan mendapatkan
oksigen aktif yang berguna bagi pemutihan dan proses oksidasi. Serta
membawa keuntungan tersendiri, selain bahan akan lebih mudah
beradaptasi dengan rongga mulut yang bersifat netral juga mengurangi efek
samping yang timbul.
2. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi bahan pemutih, makin cepat prose’s pemutihan
yang terjadi.
3. Suhu
Makin tinggi suhu, makin cepat prose reaksi yang terjadi. Pemanfaatan media
yang dapat meningkatkan suhu missal energi cahaya.
4. Waktu
Semakin lama bahan berkontak dengan permukaan gigi makan semakin baik
hasil yang akan diperoleh.
5. Penyimpanan

6
Penyimpanan bahan sebaiknya ditempatkan dalam suatu ruang yang sejuk,
terhindar dari pemaparan suhu tinggi dan cahaya secara langsung.

Carbamide Peroxide sebagai bahan pemutih gigi

Saat ini berkembang bahan dengan dasar hydrogen peroksida yang sudah
disempurnakan untuk proses pemutihan gigi. Carbamide Peroxide merupakan
kombinasi senyawa H2O2 dan zat pembawa yaitu urea, air dan senyawa lainnya.
Bahan pemutih yang lazim dipakai mengandung 10-15% carbamide peroxide, sisa
85% berisikan sodium stannate, glyserin atau propilen glikol dan penyedap rasa.

Sebagai tambahan terhadap CP adalah Carbopol. Carbopol merupakan suatu polimer


poliacrylic acid dengan berat molekul yang amat besar, akan meningkatkan waktu
paruh bahan dan meningkatkan pelepasan aktif oksigen 3-4 kali dari biasanya, serta
menambah kekentalan bahan CP sehingga dapat bertahan pada permukaan dimana
ditempatkan dan tetap aktif.

Jaringan penyangga gigi dan pemutihan gigi

Hal yang perlu diperhatikan selain factor gigi tetapi juga jaringan penyangga gigi yang
disebut jaringan periodonsium.Gingiva atau gusi merupakan bagian dari jaringan
penyangga gigi dan jaringan lunak yang berwarna kemerahan merupakan bagian dari
oral mucosa serta bersama-sama dengan jaringan lunak yang menutupi palatum
disebut dengan “masticatory mucosa”.Hal yang penting dicermati sebelum
melakukan tindakan pemutihan gigi adalah kondisi gingival dalam keadaan normal,
ada atau tidaknya resesi.

Hal ini penting karena terbukanya permukaan akar menimbulkan sensitifitas pada
gigi dan menimbulkan efek dehidrasi pada daerah yang terpapar (permukaan akar
merupakan dentin dengan tubulus yang besar) sehingga terjadi pergerakan cairan
dalam ruang tubulus menuju permukaan yang menyebabkan teraktifasinya akhiran
saraf dalam ruang pulpa sehingga menimbulkan rasa ngilu atau sensitive yang tajam.

Pencegahannya adalah dengan mengukur terlebih dahulu dasar sulkus masing-


masing gigi yang akan diputihkan terutama daerah yang akan terpapar oleh bahan
pemutih dan apabila ternyata terdapat daerah resesi yang tersembunyi dengan
actual position (posisi tepi gingival) sebaiknya ditanggulangi dahulu dengan metode
konvensional atau tindakan bedah periodontal.

Apabila terdapat kantung periodontal yang dalam atau pembesaran gingival, maka
sebaiknya dilakukan penatalaksanaan terhadap jaringan penyangga terlebih dahulu
melalui perawatan periodontal dan ditunggu kira-kira 6 minggu sebelum dilakukan
tindakan pemutihan gigi.

Over the counter product

Beberapa produk menggunakan bahan active carbamide peroxide dengan


konsentrasi 3% cukup aman bila digunakan sesuai aturan yang terdapat dalam
kemasan. Produk dental whitening yang mengandung carbamide peroxide dalam
konsentrasi rendah penjualannya secara bebas masih terganjal oleh peraturan

7
formal di beberapa Negara sehingga produk tersebut didistribusikan melaluk praktek
dokter gigi.

Metode pemutihan pada gigi non- vital :


1. Home whitening / walking bleach
Pemutihan gigi dilakukan dengan meletakkan bahan di dalam kamar pulpa
gigi yang telah dipersiapkan.Gigi yang akan diputihkan kemudian ditutup
dengan tumpatan sementara selama proses berlangsung.Dahulu teknik
pemutihan ini dilakukan dengan mencampurkan bahan pemutih yang
berbentuk buuk dan cairan kemudian diletakkan dalam ruang pulpa
gigi,contohya sodium perborat yang dicampur dengan superoksol.Saat kini
bahan telah diperbaharui dalam bentuk “gel” agar lebih mudah
pengaplikasiaannya,contoh Opal Endo.Pasien kembali beberapa hari setelah
pengaplikasiaan dan dilakukan perawatan ulang sampai hasil yang diinginkan
tercapai.

2. In – Office Dental Whitening


Metode yang paling cepat dan digermari saat ini,selain waktu yang
singkat,hasilnya pun dapat terlihat segera setelah proses pemutihan
diakhiri.Umumnya proses pemutihan instant ini dapat dipercepat dengan
menggunakan energy tambahan sebagai akseletator yang disesuaikan dengan
bahan pemutih yang digunakan.Saat ini bahan pemutih sudah
disempurnakan sehingga dapat digunakan Halogen(lampu dental unit) atau
dengan pemakaian sinar khusus contohnya “Brite Smile” dengan cahaya yang
dihasilkan oleh rausan lampu LED.Teknik pemberian energy selain
pencahayaan dapat juga dilakukan dengan panas,kapas dicelupkan ke dalam
superoksol dan diletakkan ke dalam kamar pulpa,kemudian aplikator ditekan
pada kapas sehingga didapat efek pemanasan.Pada saat ini pemakaian
energy yang berupa panas sangat tidak dianjurkan,karena diperlukan suhu
tinggi untuk mempercepat proses pemutihan sementara suhu yang terlalu
tinggi tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh yang sehat tanpa terjadinya
kerusakan menetap pada jaringan.

8
3. Kombinasi Keduanya
Kombinasi kedua teknik diatas memberikan hasil pemutihan gigi yang
terbaik,selain mendapatkan hasil perubahan warna yang cepat,untuk
terjadinya relaps juga diperpanjang jangka waktunya. Pasca pemutihan
secara instan,kavitas daerah palatal tetap dibiarkan terbuka dan pasien
diajarkan untuk memasukan bahan pemutih ke dalam kavitas menggunakan
alat bantu dan mengkombinasikannya dengan pemutih gigi dari
luar(membuatkan wadah khusus untuk pasien).

Endodontic Seal

Adalah antara bahan pemutih dengan lingkunagn sekitar. Tindakan yang sangat
penting pada Dental Whitening gigi non vital.Tindakan ini penting dilakukan
mengingat konsentrasi bahan pemutih yang digunakan umumnya tinggi,apalagi
kemampuan penetrasi peroksida melalui tubuli dentin yang terbuka dan terdapat
sepanjang dinding dentin terutama yang berhubungan langsung dengan lingkungan
luar gigi sangat cepat.Beragam bahan yang dapat digunakan untuk membentuk
endodontic seal yang baik seperti composite resin,glass ionomer, polycarboxylate
cement.Hal penting bahwa sebaiknya memilih bahan yang mempunyai warna
kontras dengan warna jaringan geligi,ini agar dapat membedakan batas atau posisi
bahan endodontic seal dan jaringan gigi sewaktu melakukan pembentukan
permukaan endodontic seal dengan menggunakan bur.Bila warna bahan endodontic
seal sewarna gigi maka mungin timbul kesalahan pengambilan jaringan geligi yang
mengakibatkan tertembus kepermukaan luar geligi.

Teknik non vital tooth dental whitening

1. Pembuatan foto rontgen gigi dan foto klinis sebelum Dental whitening
dikerjakan.Warna awal dicatat dengan menggunakan indicator warna
pembanding sebelum perawatan.
2. Gigi dievaluasi dahulu dengan periapical dental rontgen foto.Bila saluran akar
secara klinis meragukan,dapat dilakukan perawatan ulang
3. Membuang dan mengeluarkan bahan pengisi saluran akar dan kotoran dari
saluran akar.Pengukuran sebelumnya dilakukan dengan periodontal probe.
4. Membuat endodontic seal dengan bahan dasar pilihan dengan ketebalan 1-2
mm.Kedalaman endodontic seal sebaiknya tidak lebih dari 0,5 mm dari

9
gingival crest kea rah apical dan dibuat lebih e coronal pada daerah yang non
estetik.
 Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar,diisi dengan
hermatis dan ditumpat dengan tumpatan tetap.
 Bahan tumpatan tetap dikeluarkan sampai 2mm apical dari gingival
crest.
 Dibuat endodontic seal dengan bentuk dasar melandai ke arah buccal
setinggi cement enamel junction / sedikit dibawah gingival crest
tetapi masih diatas alveolar crest.
 Smear layar pada dinding kavitas sebaiknya dibersihkan dengan
menggunakan phosphoric acid seperti layaknya perlakuan etsa pada
dentin pada prosedur dengan restorasi mengunakan bonding
technology

5. Aseton dapat dipergunakan untuk menghilangkan kotoran yang tertinggal


dalam kavitas terutama bila didapati banyak serpihan gutta
percha,penggunaan bahan etsa akan membuang smear layer yang ada dalam
kavitas sehingga bahan pemutih dapat berkontak lebih rapat pada
permukaan gigi dan juga membuka tubulus yang ada sehingga
mempermudah penetrasi bahan pemutih kebagian lebih jauh lagi yang pada
akhirnya meningkatkan efisiensi.Pemutih cukup singkat, jadi makin cepat
bahan pemutih dapat mencapai jaringan gigi yang lebih luas dan dalam
dengan konsentrasi yang masih tinggi akan meningkatkan efisiensi
pemutihan.
6. Bahan aktif pemutih yang digunakan sebagaimana dalam tindakan in-office
dental whitening umumnya memiliki konsentrasi tinggi dan bersifat kaustik
oleh karena itu gigi dan jaringan sekitar diberikan perlindungan terlebih
dahulu, dapat menggunakan antara lain rubber dam, gel pelindung (opal
damTM- Brite Smile, dan lain-lain)pada jaringan lunak dan gusi. Perlindungan
media cahaya, dengan memakai kacamata pelindung yang bewarna gelap.
7. Dental whitening dapat dilakukan tergantung dari metoda apa yang dipakai,

a. Termokatalitik : Kapas yang berisi bahan pemutih diletakan dalam kavitas dan
diberikan panas, (teknik ini sebaiknya dihindari)

b. Walking bleach : Bahan Pemutih diletakan dalam kavitas kamar pulpa


kemudian ditutup dengan tumpatan sementara (Vococlip-Voco, Temp-fit-
Ultradent) suatu cara dan bahan yang sangat baik adalah dengan
menggunakan flowable composite resin, pelakasanaannya adalah sebagai
berikut :

 Pada waktu membersihkan dan menghilangkan smear layer pada kavitas


kamar pulpa dengan bahan etsa, bagian enamel sekitar kavitas juga

10
dilakukan pengetsaan, setelah kavitas dicuci dan dikeringkan bahan
pemutih yang berupa caira ataupun gel diletakan dipermukaan yang
menghadap ke labial dengan menggunakan bantuan “pure cotton
pellet”, sebaiknya diperhatikan bahwa kapas yang digunakan adalah
kapas alami 100% dan bukannya campuran dengan serat sintetis, karena
kapas alami memiliki daya serap yang lebih baik jadi dapat menyerap
bahan pemutih lebih banyak, harus diingat bahwa banyaknya bahan
pemutih berpengaruh pada proses pemutihan, secara hati-hati keringkan
bagian tepi kavitas lalu letakan dengan hati-hati pula flowable composite
resin disekitar kavitas, dilanjutkan terus sampai kepusat kavitas sehingga
menutupi seluruh kavitas dan dilakukan light curing, dengan cara ini kita
tidak menekan kapas yang dibasahi oleh bahan pemutih sehingga
kemungkinan kebocoran dapat dikurangii, selain itu didapat penutupan
yang cuku[ bak dan kuat dengan menggunakan ketebalan bahan yang
minimal sehingga sebagian besar rongga cavitas dapat diisi dengan
bahan pemutih, prosedur ini diulang beberapa hari berikutnya sampai
didapatkan warna gigi yang menyerupai geligi sekitarnya,

c. Light illuminated : bahan diletakan dalam dan diluar kavitas kemudian


diberikan cahay selama 20 menit sebanyak 3 kali diselingi reaplikasi bahan.

d. Home Whitening juga dapat, dilakukan, dengan tidak menutup kavitas kamar
pulpa, bahan pemutih diletakan didalam kavitas oleh pasien yang sudah
diajarkan pengaplikasiannya dengan alat bantu dan mengkombinasikan
dengan pemakaian tray pemutih pada sisi facial. Pada metode dipergunakan
umumnya tidak lebih dari 15% carbamide peroxide.

Modifikasi tray/wadah bahan pemutih dapat dilakukan dan ditujukan untuk


memutihkan geligi tertentu saja dalam lengkung gigi.

8. Apabila hasil yang diinginkan sudag didapat maka kavitas ditutup dengan
tumpatan sementara selama 2 minggu sebelum diganti dengan tumpatan tetap
yang sewarna, penundaan pembuatan tumpatan tetap ini mengingat efek
oksidasi yang masih berjalan didallam struktur gigi dan dapat mengganggu
polimerisasi bahan resin komposit sekaligus untuk memberi kesempatan
terjadinya perubahan warna paska perawatan mencapai warna yang stabil
sehingga apabila masih diperlukan sedikit koreksi warna maka pada waktu
penumpatan tetap dapat dilakukan dengan menggunakan resin komposit
dengan warna white-opaque atau warna lain yang diperlukan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.

9. Pemotretan akhir dilakukan untuk melihat perubahan warna gigi yang terjadi,
sebagai pembanding dapat digunakan gigi disisi yang bersebelahan yang tidak
diputihkan atau dengan melihat indicator warna sebelum tindakan.

11
10. Instruksi kepada pasien untuk menghindari makan atau minuman yang dapat
member pewarnaan ataupun kebiasaan lain yang berdampak tehadap
terjadinya pewarnaan eksternal. Selama kurang lebih 1 minggu.

11. Dilakukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya, dan dilakukan pemeriksaan


ulangan dalam 6 bulan berikutnya, pada waktu pemeriksaan ulang ini
diperhatikan seberapa jauh kestabilan warna yang ada, pada pemeriksaan ulang
6 bulan perlu dibuatkan periapical roentgen foto untuk melihat apakah terjadi
ataupun adanya tanda tanda external resorbtion pada geligi tersebut dan
apakah sesudah diperlukan pemutihan tambahan yang dalam hal ini dapat
dilakukan tanpa membuka tumpatan dan dilakukan melalui permukaan luar gigi
saja

 Hal – Hal yang perlu diperhatikan dalam pemutihan gigi non-vital :

1. Resopsi Akar

Banyaknya laporan yang menyatakan terjadi resorpsi akar eksternal pada


tindakan pemutihan gigi, terutama yang menggunakan superoksol pada gigi
non-vital.

Hal ini terjadi karena superoksol atau bahan lainnya berpenetrasi melalui
tubuli dentin dan memicu reaksi inflamasi dan resorpsi pada daerah cervical
apalagi bila ditambahkan panas berlebih yang dimaksud untuk memacu
kinerja bahan pemutih yang digunakan dapat mengganggu dan meruksak
sementum.

Hal ini menunjukan betap pentingnya dibuat endodontic seal yang baik
dengan batas facial pada daerah cement enamel junction, Karena masih
terdapatnya enamel dan berier dibuat mengarah ke coronal pada daerah
lingual dan proksimal guna mencegah bahan keluar, secara singkat dapat
pedomen membuat suatu endodontic seal yang ideal adalah mencegah
bocorna bahan pemutih kearah apical dan sisi dimana terdapat jaringan
penyangga dari gigi yang dirawat tetapi memungkinkan pemutihan bagian
geligi yang tampak sewaktu pasien tersenyum lebar.

Teori lain menyatakan bahwa kerusakan pada daerah periodontium yang


disebabkan oleh bahan pemutih akan mengalami penyembuhan atau terjadi
ankylotiv. Apabila terjadi kontaminasi selama proses oleh mikroorganisme
terutama pada sulkus gingival, maka resorpsi akar secara progresif akan
terjadi karena proses inflamasi yang menetap.

Terapi untuk mengatasi keadaan ini sendiri tergolong sulit karena


mencakup tindakan terapi bedah periodontal yang sulit ditambah tindakan
restoratifnya, dan besarnya kemungkinan tindaan ekstraksi gigi apabila
kerusakan sudah sedemikian parah.

12
Selain membuat endodontic seal yang mencukupi upaya lain yang
dilakukan untuk menghindari terjadinya persoalan ini adalah dengan
mengetahui sejarah geligi tersebut, apabila pada masa lampau pernah terjadi
trauma pada gigi tersebut, misalkan pasien menceritakan bahwa dahulu ia
pernah jatuh dan gigi tersebut memerlukan perawatan endodontic karena
trauma yang terjadi, maka ada besar kemungkinan terdapat retakan yang
tidak kasat mata pada geligi tersebut, dan dapat menyebabkan bocornya
bahan-bahan pemutih yang digunakan kedaerah periodontal melalui retakan
retakan yang ada sehingga dapat menimbulkan iritasi yang berlebihan pada
cementum yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya resorbsi pada
akar gigi tersebut.

2. Single non-vital tooth


Pada kasus satu gigi non-vital yang diputihkan, sering terjadi keadaan
“super white” / over bleach atay gigi menjadi lebih putih dibandingkan
dengan geligi disebelahnya. Pasien dalam hal ini harus diberitahu
kemungkinan yang terjadi agar tidak menimbulkan ketidak puasan di
kemudian hari. Solusinya adalah gigi yang lainpun harus dilakukan Dental
Whitening, setelah didapatkan stabilisasi warna pada gigi non-vital (biasanya
2 minggu setelah masa perawatan aktif). Perlu dimengerti bahwa warna gigi
yang diputihkan bukanlah warna geligi normal yang terdapat di alam, jadi
amatlah sulit untuk dapat menyamakan warna geligi yang diputihkan dengan
warna gigi asli, apabila ada satu atau dua geligi yang karena suatu sebab
diputihkan maka sebaiknya seluruh geligi dirahang yang sama juga diputihkan
agar didapat warna geligi yang harmonis / senada.

3. Stabilisasi Warna
Stabilisasi warna paskah pemutihan juga patut dipertimbangkan
mengingat proses yang dilakukan pada gigi non-vital dengan kadar air
didalamnya yang sudah berkurang, diperberat lagi proses dehidarasi saat
pemutihan berlangsung. Gigi akan semakin getas/brittle dan pada sisi lain
tidak tertutup kemungkinan beberapa struktur mengalami porositas.
Keadaan ini akan memudahkan infiltrasi pigmen atau dye dari luar mulut
yang akan memberikan pewarnaan didalam, selainterjadinya proses rehidrasi
paska dental whitening.

Penting bagi operator menginformasikan kepada pasien perlunya “ touch-


up” atau re- whitening setiap 6 – 12 bulan berikutnya. Prosedur touch-up ini
bias menggunakan metode supervised home Dental Whitening atau dengan
cara in-office Dental Whitening.

13
4. Nyeri

Nyeri dapat timbul sewaktu atau sesudah proses pemutihan berlangsung.


Sewaktu pemutihan dengan metoda ub-office Dental Whitening, nyeri timbul
lazimnya berasal dari daerah periodontium. Dalam hal ini adanya kebocoran
pada system proteksi harus sesegera mungkin diatasi. Apabila sudah diatasi
pemutihan dapat diteruskan.

Sesudah tindakan pemutihan, nyeri dapat terjadi karena tertinggalnya sisa


bahan pemutih pada jaringan sekitar, pada sulkus, permukaan gusi, lidah dan
mukosa.

Penting dalam hal ini sewaktu pembersihan bahan Dental Whitenning


sete;ah satu prosedur berakhir, dilakukan irigasi yang mencukupi pada geligi
sebelum system proteksi dilepaskan dengan mengarahkan semburan aliran
air saja tanpa campuran udara, semburan air menuju ke ujung corong
penghisap / evacuator / suction yang berdiameter besar, tindakan ini
dilakukan berulang – ulang untuk meyakinkan tidak adanya sisa bahan yang
tertinggal.

Nyeri juga dapat timbul karena terjadinya dehidrasi pada jaringan lunak
sekitar, lamanya proses pemutihan berlangsung, mulut yang terus terbuka,
akan menyebabkan kondisi dehidrasi/kekeringan pada mukosa dan jaringan
lunak lainnya solusinya adalah dengan member pelembab pada daerah yang
dirasakan paling peka, missal sekitar sulkus, vestibulum, dasar mulut, mukosa
sebelum system proteksi diberikan.

14
BAB III
KESIMPULAN

Internal bleaching hanya dapat dilakukan pada gigi non vital karena
pemutihan gigi dilakukan secara intrakoronal dan merupakan perubahan
warna yang berasal dari struktur gigi. bahan yang digunakan dalam
teknik ini adalah carbamide peroxide. sedangkan metode yang
digunakan dalam internal bleaching diantaranya walking bleach, in office
whitening dan home whitening yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
ada juga hal- hal yang harus diperhatikan yaitu resorpsi akar, single non
vital tooth, stabilisasi warna dan nyeri yang dapat timbul setelah
perawatan.

15
Daftar Pustaka

1. D.Yudha Rismantini, Irene Dewayani & Robert H.Dharma. "Dental


Whitening"
2. http://en.m.wikipedia.org/wiki/Tooth_bleaching

16

Anda mungkin juga menyukai