Anda di halaman 1dari 4

7.

Jelaskan indikasi dan kontraindikasi serta efek samping metode pemutihan yang dipilih
pada kasus!
Indikasi dan Kontraindikasi
Perawatan pemutihan gigi tidak dapat di indikasikan untuk semua orang. Indikasi
perawatannya untuk penderita dengan perubahan warna yang disebabkan proses penuaan,
konsumsi makanan, minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta fluorosis.
Kontraindikasi penggunaan bahan pemutih gigi, adalah penderita yang alergi
terhadap komponen bahan pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi
sangat sensitif, penderita dengan gangguan temporomandibular joints (TMJ), penderita
hamil, penderita dengan restorasi geligi anterior yang berubah warna. Penderita yang
terlalu berharap akan hasil pemutihan gigi juga tidak dianjurkan melakukan hal ini,
karena kemungkinan hasilnya akan mengecewakan secara psikis.
Efek samping
Penggunaan bahan pemutih gigi dapat menimbulkan efek samping berupa gigi yang
sensitif, iritasi pada mukosa dan rasa sakit pada TMJ. Gigi sensitif yang timbul akibat
proses pemutihan gigi, umumnya dalam waktu singkat, dapat ditanggulangi dengan
memendekkan waktu proses pemutihan setiap harinya, pengulasan fluor, potasium nitrat
atau bahan desentizing lain. Iritasi pada mukosa gingiva dan tenggorokan biasanya
disebabkan bahan pemutih yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa atau
kemungkinan tertelan. Sakit pada otot pengunyahan dan TMJ untuk penderita yang
menggunakan sendok cetak sepanjang malam, disebabkan karena adanya perubahan pada
kondili.
Gigi sensitif, kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat
proses bleaching adalah gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif
setelah sekali pengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi sensitif terhadap udara,
air panas dan dingin dan sensitif terhadap makanan dan minuman yang manis. Bahan
bleaching ini merusak prisma rod enamel, kerusakan prisma rod enamel ini dapat
menyebabkan tersingkapnya dentin secara mikroskopis. Hydrogen peroxide dalam
bentuk gel atau pasta, secara kimia memiliki sifat hypertonic dibandingkan cairan pada
struktur gigi dan jaringan sekitarnya. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya proses
penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah. Dalam hal ini dari email, tubulus dentin
dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu
dan sensitif.
Iritasi gingiva, Selama proses bleaching jaringan gingiva dapat menjadi iritasi.
Iritasi gingiva dapat meluas dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang ditemukan
pada bahan bleaching. Bisa juga dikarenakan tray mendorong melawan gingiva selama
proses bleaching yang menyebabkan trauma mekanis. Larutan bleaching dengan
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan trauma khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan
resesi gingiva secara permanen.
Sakit pada tenggorokan, Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat
dihindari selama proses bleaching. Ketika bahan tersebut tertelan, dapat menyebabkan
iritasi pada jaringan mukosa pada tenggorokan
Pemakaian bahan pemutih gigi dapat menyebabkan terjadinya efek samping, yaitu
pada jaringan keras, mukosa, dan sensitifitas gigi. Sampai saat ini masih terdapat
perbedaan pendapat terkait dengan efek samping bahan pemutih gigi. Dalam penelitian
menggunakan CLSM dan VP-SEM, ditunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata pada
ultrastruktur dalam email atau dentin dengan berbagai intensitas tooth whitening. Juga
beberapa penelitian lain telah menggambarkan tidak ada efek yang nyata pengaruh bahan
bleaching pada email. Pada bleaching in-office, aplikasi 35% hidrogen peroksida tidak
menghasilkan perubahan morfologi pada email, Penelitian lain dengan metode dan bahan
yang sama, tetapi paparan waktu lebih pendek 8-10 menit untuk 35% light-activated
hidrogen peroksida dan 2 jam untuk 35% karbamid peroksida, tidak menunjukkan adanya
perubahan pada permukaan email. Tetapi penelitian yang berlawanan, menunjukkan
adanya perubahan morfologi email yang dibleaching yaitu proses erosi. Pemakaian
hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30-35% dengan menggunakan sinar kuat (plasma
arc lamp) akan mengurangi iritasi gingiva dan memperpendek waktu perawatan.
Terjadinya iritasi mukosa gingiva disebabkan karena pemakaian bahan pemutihan yang
berlebihan. Efek ini bersifat sementara dan hilang setelah perawatan dihentikan. Gigi
sensitif terjadi beberapa minggu setelah dilakukan bleaching. Sensitifitas gigi bersifat
sementara, terjadi setelah pemutihan gigi. Konsentrasi bahan pemutih yang tinggi dan
lamanya gigi terpapar adalah resiko lebih besar terjadinya sensitifitas gigi.
Ref: Jorge Perdigao. Tooth Whitening: An Evidence-Based Perspective. Switzerland:
Springer Cham. 2016

Hendari R. Pemutihan gigi (tooth-whitening) pada gigi yang mengalami pewarnaan.


Majalah Ilmiah Sultan Agung. 2023 Apr 23;44(118):65-78.

8. Jelaskan mekanisme pemutihan yang digunakan pada kasus!


Mekanisme pemutihan gigi merupakan reaksi oksidasi dari bahan pemutih. Proses
pemutihan ini akan terjadi ketika dilakukan pengubahan pH, suhu, dan cahaya pada
bahan peroksida untuk mendapatkan oksigen bebas. Proses mendasar untuk pemutihan
gigi adalah reaksi oksidasi dan reduksi. Hidrogen peroksida memiliki berat molekul
rendah dan memiliki kemampuan untuk menembus ke dalam email dan dentin yang
mengalami pewarnaan. Hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks organik enamel dan
dentin. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen peroksida
sebagai oksidator kuat. Hidrogen peroksida melepas oksigen yang merusak ikatan dalam
rantai protein yang bergabung dengan stain dalam ikatan tunggal. Hidrogen peroksida
(H2O2) sebagai agen oksidator mempunyai radikal bebas yang tidak mempunyai
pasangan elektron yang akan lepas dan kemudian diterima oleh email sehingga terjadi
reaksi oksidasi. Radikal bebas dari peroksida adalah perhidroksil (HO2) dan oksigenase
(O+). Karena radikal tidak memiliki pasangan electron ia sangat elektrofilik fan tidak
stabil sehingga akan menyerang molekul organik lainnya untuk menjadi stabil dan
menimbulkan radikal lainnya. Radikal tersebut bereaksi dengan ikatan unsaturated yang
menghasilkan gangguan konjugasi electron dan perubahan energy absorpsi dari molekul
organic dalam enamel gigi. Terbentuk molekul lebih simpel yang akan merefleksikan
sinar lebih sedikit sehingga terjadi reaksi pemutihan. Bahan oksidator ini mempunyai
kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna, melalui reaksinya dengan
oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi netral dan menyebabkan
terjadinya efek pemutihan. Molekul gigi berubah struktur kimianya dengan tambahan
oksigen dan akan membentuk molekul organik email yang lebih kecil dengan warna yang
lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan gigi menjadi lebih bercahaya.
Proses ini terjadi saat agen oksidasi yaitu hidrogen peroksida bereaksi dengan material
organik di ruang antara inorganic salt dl enamel gigi.
Perhidroksil ini merupakan radikal bebas yang kuat dan berperan pada proses
pemutihan gigi, sedangkan oksigenase sebagai radikal bebas yang lemah. Dalam bentuk
alami, hidrogen peroksida adalah asam lemah dan menghasilkan oksigen yang lebih
lemah sebagai radikal bebas. Jika kondisi pH dibawah netral, pada proses penguraian
hidrogen peroksida tidak akan membentuk oksigen aktif seperti yang diharapkan,
sehingga pengubahan pH menjadi lebih basa akan menghasilkan oksigen aktif sebagai
radikal bebas yang lebih kuat yang bermanfaat mempunyai efek pemutihan gigi lebih
besar. Karena pH larutan mempengaruhi kekuatannya, maka larutan ini di buffer untuk
pH 9.5 - 10.8 agar menghasilkan lebih banyak radikal bebas HO2. Hidrogen peroksida
merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal bebas, H2O2 + O2 yang sangat
reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks organik
email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupakan radikal yang tidak stabil dan akan
bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-molekul
zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak sehingga terjadi efek pemutihan.

Ref: Hendari R. Pemutihan gigi (tooth-whitening) pada gigi yang mengalami pewarnaan.
Majalah Ilmiah Sultan Agung. 2023 Apr 23;44(118):65-78.

Anda mungkin juga menyukai