PENDAHULUAN
yang
berhubungan dengan
pengangkatan dan
akibat
patahan-patahan
di Suoh
listrik jika hasil pemboran uji memberikan gambaran yang positip serta faktor
kebutuhan akan energi atau listrik.
Dengan telah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
Pemerintah Pusat dan Daerah serta PP No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, dimana
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendapat penerimaan dari sektor
energi yang diatur oleh UU Ketenagalistrikan No.20 tertanggal 23 September
2002 sebagai pengganti UU No 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan berupa
penerimaan perpajakan
yang
penerimaannya
merupakan perbesaran dari Peta Rupa Bumi Indonesia dengan sekala 1: 50.000
lembar camba 2011 32, terbitan BAKOSURTANAL Edisi I-1991.
I.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian tentang geologi dan manifestasi panas bumi daerah Realolo
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros diharapkan hasil yang diperoleh dapat
menjadi bahan informasi tambahan dan juga dapat menjadi bahan acuan dalam
penyelidikan selanjutnya khusnya mengetahui potensi panas bumi serta kegiatan
ini diharapkan dapat mendorong minat para investor dibidang kepanasbumian
untuk pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung (listrik) dan
dapat digunakan sebagai alat verifikasi dari prediksi penghitungan pendapatan asli
daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Selatan serta landasan kuat untuk pengembangan
pengelolaan cadangan dan sumber daya panas bumi.
Kegiatan merupakan kegiatan awal dari penilaian keekonomian yang
dibutuhkan para investor untuk mengambil keputusan apakah bisnis ini akan
menguntungkan atau tidak.
I.5 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi pada geokimia panas bumi daerah
Realolo Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros dan mencapai hal hal berikut:
1. Penentuan tipe air panas dari mataair panas berdasarkan diagram segitiga
pengelompokkan air panas berdasarkan Gigenbach (1988) sebagai dasar
klasifikasi.
2. Penentuan tipe dan jenis endapan travertine sebagai endapan system air
panas daerah penelitian berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh
symoens ,1951 dan Eisenstuck ,1951 dalam Scholle,1983.
3. Penentuan temperature bawah permukaan dengan menggunakan system
persamaan geotermometer larutan dengan parameter unsur Na,K dan Mg.
I.6 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung
adalah sebagai berikut :
Peta Topografi sekala 1 : 25.000.
Kompas Geologi
Palu Geologi
Global Positioning System (GPS)
Loupe dengan pembesaran 10 x
Komparator
Pita Meter
Buku catatan lapangan
Kantong sampel
Larutan HCl ( 0,1 M )
Kamera Digital
Alat tulis menulis
Tas lapangan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
10
Tmcv
d
d
Tmc
d
Gambar 2.
Temt
d
11
fenokris
amfibol
dan
biotit.
Berdasarkan
penarikan
Kalium/Argon menunjukan umur 7,74 juta tahun yang lalu atau Miosen Akhir
(J.D.) Obradovich,1974).
Pada bagian atas Formasi Tonasa (Temt) ini ditindih tidak selaras oleh
Formasi Camba (Tmc). Formasi Camba (Tmc) berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut berselingan
dengan batuan gunungapi. Tebal dari Formasi Camba (Tmc) ini sekitar 4.250
m, diterobos oleh retas basal piroksen setebal antara - 30 m, dan
membentuk bukit bukit yang memanjang.
Pada bagian samping Formasi Camba (Tmc) beralih menjadi dominan
batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv) yang disusun oleh breksi
gunungapi, lava, konglomerat, dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan
dengan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan
batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya banyak
mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesit dan basal.
Batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv) berdasarkan data
paleontologi dan radiometri menunjukkan umur Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir ., Formasi Gunungapi Camba (Tmcv) ini menindih takselaras
Formasi Tonasa (Temt).
12
13
Lengan Sulawesi Bagian Barat sehingga struktur sesar inilah yang mempengaruhi
terhadap struktur geologi sekitarnya seperti struktur yang terbentuk didaerah
penelitian.
1. Formasi Balangbaru
Formasi Balangbaru merupakan formasi batuan sedimen tipe flysch;
batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung dan serpih, bersisipan
konglomerat, batupasir
14
setebal bebrapa sentimeter dan lapisan sampai 1,5 m. tebal formasi ini tidak
kurang dari 400 m, tertindih selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tak
selaras batuan sedimen Kb, dan batuan gunungapi Tpv.
3. Formasi Tonasa
Formasi ini beranggotakan batugamping koral pejal sebagian
terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan
kalkarenit, berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis
baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan, bagian bawahnya
mengandung
batugamping
berbitumen,
setempat
bersisipan
breksi
15
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
dengan
besarnya
kedalaman,
yaitu
sekitar
3o/100
m.(
Muzil
17
Pemanasan ruangan
Pemanas kolam renang
Pengering daun the,tembakau dan cengkeh
Wisata.
Energi panas merupakan energi potensial yang di peroleh dari air panas atau
uap air pada berbagai situasi geologi beberapa kilometer dari kerak bumi,
termasuk di dalamnya geothermal field yang dijumpai di berbagai tempat di dunia
dan berkembang sebagai sumber energy. Setiap tipe dari system panas bumi
memiliki karakteristik yang ditunjukkan oleh sifat kimia dan potensi dari fluida
panas bumi. Sumber daya panas bumi dapat digunakan sebagai pemanas seperti
pemanasan pada green house, tetapi hanya sistem paling panas (>180 oC) yang
dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik oleh uap air (Rowley,1982 dalam
Nicholson,1993).
Geothermal field secara umum diklasifikasikan secara deskriptif, yaitu
meliputi :
1. Reservoir equilibrium state, yaitu divisi fundamental antara system panas
bumi berdasarkan sirkulasi fluida reservoir dan mekanisme pemanasan.
Sistem ini di dalam dynamic equilibrium di tentukan oleh air yang keluar dari
reservoir. Air dipanaskan kemudian dikeluarkan dari reservoir kepermukaan
18
atau ke bawah horizon permeable. Energi panas diserap oleh system melalui
konveksi da sirkulasi fluida.
2. Fluid type, yaitu fluida reservoir yang terutama tersusun atas liquid atau uap
air. Pada umumnya keduanya hadir dalam system panas bumi sebagai two
phase zones. Liquid dominated system adalah yang paling umum hadir dan
disebut juga water dominated.
3. Reservoir temperature, yaitu temperatur dari reservoir panas bumi yang
ditujukan sebagai temperatur rendah ( 150oC.atau temperature tinggi (150oC).
kadang kadang digunakan temperature menengah (120oC 180oC). Sistem
temperature rendah hanya dapat digunakan untuk pemanasan
sedangkan
19
20
tipe ini adalah pH 2 5 dengan kandungan sulfat dan klorid yang seimbang. Tipe
yang terbentuk akibat proses (c) dan (d) banyak mengandung Cl, SO4, dan F.
21
22
senyawa HCO3- dan gas CO2, dan akan membentuk lapisan lapisan tipis travertine
yang berwarna kuning Coklat. Calcite seharusnya di endapkan pada saat air
kehilangan gas CO2, Bukan dibentuk dari proses pendinginan air yang
melepaskannya. Endaan travertine adalah jenis endaan kimia organik yang
terbentuk oleh aktivitas kimiawi berupa presitipasi zat zat kalsium
Karbonat dan oleh aktifitas kimiawi pada daerah karts, hidrotermal, sungai sungai
kecil, rawa rawa terutama pada system panas bumi (Scholle,dkk,1983).
Endapan mineral mineral yang umumnya dijumpai pada suatu system air panas
menurut P.R.L.Browne,1991 antara lain endapan evaporasi berupa :
Jenis Larutan dengan komposisi kimiawinya serta jenis endapan yang
kemungkinan terbentuk (P.R.L. Browne,1991).
Kondisi Larutan
Jenis Endapan
Temperatur
tinggi Sulfur,Sulfat,Oksida
Produksi Reaksi
Kaolin, alunite, residu
di sulfat hydrous.
pyrophyllite,
cristobalite, smectite
system
geothermal vulkanik.
Air
dengan Sulfur,sulfat,sulfat
Kaolin,alunit,sulfat
kandungan
lainnya,smectite,
sulfat.
asam hydrous,cinnabar
cristobalite,residu
silica,amorf
23
silica,
silica Quartz,cristobalite,
Calcite,Aragonite
Kaolin,Calcite
(travertine)
(travertin)
Secara umum, kandungan unsure unsure kimia di dalam air panas terutama
terdiri dari elemen mayor yaitu kation Ca2+, Na+, K+, dan Mg2+ serta anion
HCO3-,CO32-,Cl-, dan SO4- ( Keberadaan ini telah di bahas pada pembahasan
sebelumnya). Pada kondisi tekanan dan temperature tertentu, di dalam larutan air
panas ini akan terjadireaksi antara ion kalsium dengan ion bikarbonat membentuk
kalsium karbonat ( CaCO3), gas karbon dioksida (CO3), dan uap air (H2O).
Karena tersingkap ke permukaan, air panas mengalami penurunan suhu
dan mendingin secara perlahan. Pada saat suhu air panas mulai menurun,
pengendapan mineral kalsit (CaCO3) di mulai. Akumulasi dari kalsium karbonat
tersebut membentuk endapan travertine yang terdiri dari mineral kalsit dan
aragonit. Pada saat sumber mata air panas yang mengandung larutan kalsium
karbonat tersingkap ke permukaan,akibat pengaruh atmosfir, gas karbon dioksida
dan uap air akan di lepaskan ke atmosfer sebagai sumber pembentukan ion
bikarbonat dan karbonat.
Secara geometrik , terdapat dua macam proses pembentukan travertine
berdasarkan arah pembentukannya, yaitu pembentukan travertine secara
horizontal dan vertical. Proses pembentukan travertin secara horizontal dan
vertical. Proses pembentukan travertine secara horizontal biasanya berasosiasi
24
dengan pembentukan lapisan lapisan tipis dari sisa - sisa tumbuhan dan biasanya
terjadi pada daerah seperti air terjun. Sedangkan proses pembentukan secara
vertical biasanya berasosiasi dengan keberadaan sungai sungai kecil atau rawa
rawa sebagai media yang mengangkut larutan kalsium karbonat dalam air panas.
Endapan travertine yang terbentuk secara horizontal memperlihatkan kenampakan
yang khas yaitu dengan terbentuknya undak undak berupa kolam kolam dan
tanggul alam yang berbentuk lingkaran dan cincin.( Rimstone dam and rimstone
Pool).
Klasifikasi Travertin telah di kemukakan oleh beberapa ahli. Eisenstuck
(1951) dalam Scholle,dkk (1983) mengklasifikasikan endapan travertine
berdasarkan derajat antara material yang dikandung oleh endapan travertin
tersebut. Atas data tersebut, endapan travertin dibagi menjadi travertin padat/keras
(hard travertine) yaitu travertin dimana material material penyusunnya saling
berikatan dengan erat dan travertin lunak / tidak padat (Inconherent Travertin)
yaitu travertin dimana material material penyusunnya tidak saling mengikat
dengan kuat.
Klasifikasi
yang
lain
dikemukakan
oleh symson
(1951) dalam
25
yang
terkandung
dalam
suatu
larutan
(air
panas).
Persamaan
Na - K memberikan indikasi
tempertaur yang tinggi di bawah permukaan dengan melihat elemen sodium dan
potassium. Persamaan yang dapat digunakan dalam mengitung teperatur dari
perbandingan Na - K (Giggenbach, 1988) adalah sebagai berikut :
toC =
1390
log Na / K 1.750 - 273
26
Mg
perbandingan nilai nilai dari setiap elemen dengan jumlah total keseluruhan
elemen (Giggenbach, 1988) yang kemudian diplot pada diagram Ternary.
27
BAB IV
28
Persiapan Administrasi
Pada tahap ini dilakukan persiapan administrasi meliputi pengajuan
proposal penelitian, pengurusan surat izin penelitian dan kelangkapan
administrasi lain
2.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
masalah yang akan diangkat dalam penulisan skripsi.
3.
Studi Literatur
Sebelum melakukan penelitian, studi literatur sangat diperlukan untuk
mengetahui prosedur pekerjaan di lapangan nantinya, serta untuk lebih
memahami apa-apa yang akan dikerjakan selanjutnya. Studi literatur juga
sangat membantu dalam proses pembuatan laporan hasil penelitian (skripsi)
terutama teori dan metode yang berhubungan dengan anal.
4.
Persiapan Perlengkapan
Pekerjaan di lapangan sangat dipengaruhi oleh kesiapan peralatan dan
perlengkapan yang akan kita gunakan. Untuk itu perlengkapan dan peralatan
lapangan haruslah bertul-betul dipersiapkan, agar pekerjaan di lapangan dapat
berjalan lancar.
29
Analisis kimia
Kimia air panas : seperti kandungan K, Na, Li, Ca, Mg, Cl, F, B, SiO2, Sulfit,
HCO3 dapat untuk memprediksi suhu bawah permukaan yaitu dengan
geotermometer kimia ( Koga, 1993, Djedi S. Widarto,dkk.,2003)
Analisis Petrografi
terhadap conto batuan yang diambil baik yang segar dan yang teralterasi.
30
PERSIAPAN
PENELITIAN LAPANGAN
PENYUSUNAN SKRIPSI
31
BAB V
PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA
Nama
Oktober
November
Desember
Januari
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Penyusunan
Proposal
Persiapan
Administrasi
Penelitian
Lapangan
Konsultasi
Data
Lapangan
Analisa
Laboratorium
Pembuatan
Peta
Penyusunan
Laporan
Tugas Akhir
Pengumpulan
Laporan
32
Tugas Akhir
Persentase
Laporan
Tugas Akhir
Nama Kegiatan
Biaya
Rp.
5.000.000,-
Rp.
2. 500.000,-
Rp. 1.000.000,-
Penyusunan Skripsi
Rp.
1.000.000,-
Seminar Hasil
Rp.
1.000.000,-
Rp.
750.000,-
Rp.
650.000,-
Pembuatan proposal
Rp.
100.000,-
Total
Rp. 12.000.000 ,-
33
SURAT KETERANGAN
: ANDRY KHAER
No. Mahasiswa
: D 611 04 070
34