Anda di halaman 1dari 41

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MEMPERBAIKI TINGKAT BELAJAR SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS
LULUSAN SMK

(STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA DI SMK NEGERI 4 MALAKA JAKARTA-UTARA )

Diajukan oleh :

Nama : Cut Rahmi Syarifah


NIM : 5215077552
Pend. Teknik Elektronika

Fakultas Teknik

Program Studi Pend. Teknik Elektronika

Jurusan Teknik Elektronika

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2010


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Tanda Persetujuan Penelitian

Judul Penelitian : COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA


MEMPERBAIKI TINGKAT IPTEK SISWA SMK SEBAGAI
SARANA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SMK
(STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
DI SMK NEGERI 4 MALAKA JAKARTA-UTARA )

Nama : Cut Rahmi Syarifah

NIM : 5215077552

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika

Tanggal : 10 Juni 2010

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dr. Bambang Dharmaputra, M.Pd)


Abstract
Research on classroom cooperative learning techniques, in which students work in small groups and receive rewards or
recognition based on their group performance, has been increasing in thepast few years. This review summarizes the results of 28
primary field projects lasting at least 2 weeks, in which cooperative learning methods were used in elementary or secondary
classrooms.The pattern of research findings supports the utility of cooperative learning methods in general for increasing student
achievement, positive race relations in desegregated schools, mutual concernamong students, student self-esteem, and other
positive outcomes. The various cooperative learning methods are contrasted in terms of characteristics and outcomes, and the next
steps for research in this area are outlined.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik.

Proposal ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah MKPE. Dalam
penyusunan proposal ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan maupun pengalaman, namun
berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak maka akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
baik.

Dengan rasa tulus dan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Orang Tua tercinta, terima kasih atas dukungan dan doa-doanya.

2. Bpk. Dr. Bambang Dharmaputra, M.Pd yang saya hormati, terima kasih atas bimbingannya.

3. Teman-teman yang saya sayangi, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

4. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai dengan baik.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari bentuk sempurna, tetapi penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi serta bagi para pembaca yang
budiman. Segala kritik serta saran akan penulis jadikan masukan yang sangat berarti dan
bermanfaat.
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan
yang
cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus
dijawab oleh
dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan
di Indonesia
tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-
negara lain.
Pada abad ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di
sekolahsekolah
perlu diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam
mempersiapkan
anak didik agar optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka
proses dan
model pembelajaran perlu terus diperbaharui.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung
jawab guru,
bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh
anak didik
secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan
sampai
sejauh guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran
dengan baik.
Model pembelajaran itu banyak macamnya, setiap model
pembelajaran sangat
ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam
mengelola
proses pengajaran.
IPTEK sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia,
Teknologi juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara
berpikir
oleh karena itu pengenalan teknologi dan penerapannya sangat
diperlukan baik untuk kehidupan seharihari
maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Sehingga IPTEK perlu
dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini.
Namun mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran
Computer , masih rendah. Data UNESCO menunjukkan, peringkat
pendidikan Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh
ini,
Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan
bawah.
Hasil tes Trends in International Mathematics and Sciences Study
(TIMSS) tahun 2003 menunjukkan bahwa kemampuan matematika
anak
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
Sedangkan hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K.
S.
Leung pada tahun 2003, jumlah jam pengajaran SMK di Indonesia
jauh
Lebih sedikit dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu
tahun, siswa
Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21
Desember
2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah
kedua negara
tersebut. Prestasi siswa Indonesia hanya menembus skor rata-
rata
411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605
(400= rendah,
475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Waktu
yang
dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan
prestasi yang
diraih. Hal ini terjadi karena ada sesuatu dengan metode
pengajaran
SMK di negara ini.
Dari data-data di atas sudah saatnya guru SMK membuka
paradigma baru dalam pola pengajaran di kelas. Dimana
BELAJAR yang selama ini dianggap yangmembosankan dan
menakutkan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan
mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses
pembelajaran dikelas
melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang
dan
menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi
kepentingan
untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses
pembelajaran
adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide
penting
dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada
siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat
penting bagi
siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara
kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran
yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan
dikelompokkan
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap
kelompok
terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan
tinggi. Dalam
menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu
untuk
memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah
satu teman
belum menguasai bahan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran
akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa
belajar tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator
untuk
membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan
untuk
memindahkan pengetahuan. Melalui pembelajaran kooperatif siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi
dalam
belajar matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, hal-hal yang akan dibahas pada
karya
tulis ini adalah
1. Mengapa Cooperative Learning perlu dilaksanakan dalam setiap
mata pelajaran ?
2. Bagaimana pelaksanaan Cooperative Learning dalam setiap
mata pelajaran ?
3. Apa kelebihan dan kelemahan Cooperative Learning dalam
setiap mata pelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan-permasalahan diatas, maka tujuan penulisan
karya
tulis ini adalah
1. Untuk menjelaskan pentingnya Cooperative Learning dalam
setiap mata
pelajaran.
2. Untuk menjelaskan mengenai pelaksanaan Cooperative Learning
dalam
Setiap mata pelajaran .
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
3. Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan Cooperative
Learning
Dalam setiap mata pelajaran .
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Bagi siswa
karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktivan siswa,
mengembangkan jiwa kerja sama saling menguntungkan,
menghargai satu
sama lain, membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan
masalahmasalah
matematika serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Bagi penulis
Karya tulis ini dapat digunakan untuk Menambah pengetahuan dan
pengalaman.
c. Bagi guru
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan pembelajaran dikelas.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat
kemampuan
akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil
(Saptono,
2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti
menjelaskan
kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman,
berdiskusi
dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah,
dan
sebagainya.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS
yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa.
Selama
bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan
untuk
mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap
pendapat
temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing
menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan
dengan
seluruh siswa.

2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning


Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang
perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih
efektif
adalah sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam
atau
berenang bersama
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain
dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri,
dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya
memiliki
tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab
sama
besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan
yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang
menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki
cirriciri
sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk
menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa,
suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada
individu.

3. Model Cooperative Learning


Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model
cooperative learning :
a. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang
mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota
kelompok.
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab
pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan
b. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali
kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok
tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup
c. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5
siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam
dalam
kurun waktu yang disepakati.
d. Think pair and share
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada
materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
e. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep/topik
yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal
dan
sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban
atau soal
dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan
kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.
B. Motivasi Belajar
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah
motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi
merupakan suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten,
serta arah
umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau
terdorong untuk
melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang
hendak dicapai.
Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku
seseorang.
Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar
juga
memerlukan motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (1987),
motivasi
belajar ada 2 yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau
berfungsinya
tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu
Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian,
tingkah
laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri
bukan
dorongan dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi
karena
adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang
diinginkan dari
tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak
diluar
tingkah laku tersebut.
Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru

pendidik dan anggota masyarakat yang lain. Guru sebagai pendidik bertugas
memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib

belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang

hayat.

Menurut Dimyati & Mudjiono (1994:89), unsur-unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan

mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan

dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi

kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan

semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau

juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan

kemudian kemauan menjadi cita-cita.

b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak

untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.


c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat

mempengaruhi motivasi belajar.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan

tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi

belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang

mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan

teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan

puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil dan

memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik

tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.


Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati &

Mudjiono (1994:89) yaitu:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak

pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus

berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang

diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa

prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain

sebagai berikut:

1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh

karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.

2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahana

masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah

yang menantang harus disusun guru dengan baik.

3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala

kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau

proyek.

4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru

perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling

menantang.

5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan

faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu

guru perlu memberi tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan

belajar.

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada

yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena

itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa dapat

mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :

1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar

yang dialaminya.

2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga

terwujud tindak belajar.


3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi

kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.

5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira

terpusat pada perilaku belajar.

6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan

siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan

pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa

ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa

yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi

siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru mengajarkan

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi

kesukaran. (5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

(6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru

memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran


belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan

siswa agar belajar secara mandiri.

d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk

sekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan

membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada

setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian untuk

memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan

masyarakat.

C. Pembelajaran pada SMK

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik (siswa) yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

siswa dengan siswa.

Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang matematika. Akibatnya,

ada banyak definisi tentang matematika. Diantaranya adalah H.W Flower

(Suyitno,2004:51) yang mendefinisikan bahwa mathematics is the abstract

science of space and number.


Menurut R. Soedjadi dan Masriyah (Suyitno, 2004:52) meskipun

terdapat berbagai definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat

ditarik ciri-ciri yang sama yakni: (1).IPTEK mempunyai obyek kajian

yang abstrak, (2) belajar mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan,

(3) pengetahuan teknologi sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan (4)

belajar dijiwai dengan kebenaran konsistensi.

Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses atau

kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

kepada siswanya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan

iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,minat, bakat, dan

kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi

optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam

mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2).

IPTEK sekolah adalahIPTEK yang diajarkan di pendidikan

dasar dan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian

IPTEK yang dipilih guna :


1. Menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan
2. Membentuk pribadi siswa
3. Berpandu pada perkembangan IPTEK
BAB III

METODE PENULISAN

Pada penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan kajian pustaka dan

kajian pemikiran yang penulis lakukan. Sumbernya diperoleh dari berbagai

literature yang mendukung, artikel-artikel yang relevan dan dilengkapi dengan

informasi-informasi dari internet.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut :

1. Menemukan dan mengidentifikasikan masalah

Hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada

tahun 2003, jumlah jam pengajaran di Indonesia jauh lebih banyak

dibandingkan Malaysia dan Singapura,

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk

memperkenalkan cooperative learning yang diterapkan dalam pembelajaran

. Dengan Cooperative learning, motivasi siswa dalam belajar

IPTEK dapat meningkat, mengingat waktu yang dihabiskan siswa untuk

belajar disekolah lebih banyak.

2. Mencari berbagai literatur yang relevan dengan penulisan karya tulis


Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

Kegiatan ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh suatu pedoman

literatur yang relevan dan terkait dengan pemecahan permasalahan karya tulis

ini.

3. Mengadakan kajian kepustakaan

Didasarkan pada kerangka permasalahan yang penulis kemukakan dalam

karya tulis ini, maka penulis mencoba untuk mengkaji, menganalisa, dan

mengkorelasikan pemikiran penulis, sehingga akan diperoleh suatu kajian dan

analisa secara mendalam terhadap penulisan yang penulis uraikan. Dengan

kajian tersebut penulis diharapkan akan menghasilkan pemecahan masalah

serta analisa yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan.

4. Merumuskan alternatif pemecahan masalah

Langkah ini berupa pengkorelasian solusi yang telah dikembangkan

sebelumnya pada bidang yang berbeda.

5. Menyusun karya tulis

Penulisan karya tulis ini berdasarkan langkah-langkah sebagaimana telah

dikemukakan diatas.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Cooperative Learning

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembelajaran

kooperatif lebih banyak meningkatkan belajar dibandingkan dengan

pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif (Nur, 2001: 3).

Peningkatan belajar tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran,

atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan

masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata

pada waktu digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa sering beranggapan

bahwa belajar telah selesai setelah mereka menguasai sejumlah fakta.

Bagaimanapun juga mereka lebih memiliki kemungkinan menggunakan

tingkat berpikir yang lebih tingi selama dan setelah diskusi dalam kooperatif

daripada apabila mereka bekerja secara competitive atau individual. Jadi,

materi yang dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa di dalam setting kelas, remaja

belajar lebih banyak dari satu teman ke teman yang lain diantara siswa

daripada guru. Konsekuensinya, pengembangan komunikasi yang efektif


seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar itu. Metode

pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk

berinteraksi. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif

terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya

Tiga tujuan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:

1. Hasil akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat

memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa

kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai

orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa

kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena

memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih

mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi

tertentu.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif

adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting Ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat

meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi

kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari

pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan

belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan

hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan

bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat

untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
B. PELAKSANAAN COOPERATIVE LEARNING PADA MATA

PELAJARAN TINGKAT SMK

Pelaksanaan Cooperative Learning

Tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif menurut Sukarmin (2002:4)

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1

Menyampaiakan tujuan dan

Guru menyampaikan semua tujuan

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja


dan belajar

Fase 5

Evaluasi

Fase 6

Memberikan penghargaan

yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyampaikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau

lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok

agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompokkelompok

belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang


materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Guru mencari cara-cara untuk

mneghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

Menurut Sukarmin (2002: 5) Untuk kelancaran cooperative learning

sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut perlu dilakukan persiapan

sebagai berikut:

1. Persiapan materi

Materi yang akan disajikan dalam cooperative learning dirancang

sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang

diselenggarakan secara kelompok. Sebelum menyajikan materi

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

pembelajaran terlebih dahulu dibuat lembar kegiatan yang akan dipelajari

siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.

2. Pembentukan kelompok kooperatif

Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang.


Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu

terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain mempertimbangkan

kemampuan akademik, perlu juga mempertimbangkan kriteria

heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.

3. Penentuan skor dasar

Selanjutnya diinformasikan skor dasar tiap anggota. Skor dasar berasal

dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya.

Cooperative learning menawarkan Model evaluasi yang berbeda

dimana terdapat nilai individu dan nilai kelompok. Meskipun siswa bekerja

bersama, siswa secara perorangan bertanggung jawab terhadap belajarnya

sendiri. Pemberian nilai kelompok hendaknya tidak dilakukan sampai siswa

merasa enak dengan pembelajaran kooperatif. Diakhir cooperative learning

dilakukan evaluasi dan penghargaan kelompok. Evaluasi dikerjakan secara

individu dalam waktu 45 menit sampai 60 menit. Pada saat evaluasi ini siswa

harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari saat bekerja dengan

kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses

untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan

sebagai skor kelompok.


Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan bentuk

penghargaan kelompok menurut (Sukarmin, 2002:5) adalah sebagai berikut:

1) Menghitung skor individu dan skor kelompok

Penghitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai

perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih pemerolehan

skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota

memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor

maksimal bagi kelompoknya.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

Tabel nilai perkembangan individu

Skor tes Nilai perkembangan

- lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

- 10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar

- Sama dengan skor dasar sampai 10poin

diatasnya

- Lebih dari 10 poin diatas skor dasar

- Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor


dasar).

10

20

30

30

2) Memberi penghargaan prestasi kelompok

Skor dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang

disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai

perkembangan yang diperoleh, terdapat tiga tingkat penghargaan yang

diberikan untuk penghargaan kelompok.

Tabel penghargaan kelompok

Nilai rata-rata kelompok penghargaan

5 - 14

15 - 24

25 - 30

Hebat

Sangat hebat
C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN COOPERATIVE

LEARNING

1. Kelebihan cooperative learning yaitu:

a. Meningkatkan harga diri tiap individu

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.

c. Konflik antar pribadi berkurang

d. Sikap apatis berkurang

e. Pemahaman yang lebih mendalam

f. Retensi atau penyimpanan lebih lama

g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

h. Cooperative learning dapat mencegah keagresivan dalam sistem

kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa

mengorbankan aspek kognitif.

i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)

j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif

k. Menambah motivasi dan percaya diri

l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi temanteman


sekelasnya

m. Mudah diterapkan dan tidak mahal

2. Kelemahan cooperative learning yaitu:

a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti

ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran

dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium komputer, aula atau

di tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang

lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain

dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa

minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya

menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu

dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya

saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga

dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam

kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya


karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan

diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena

bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila

disandingkan dengan orang lain.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan

tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap

anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah

didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara

individu.

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dapat

memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat

diminimalisirkan.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam karya tulis ini adalah:

1. Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi

penting untuk mendorong siswa meningkatkan keberhasilan belajar dan

kecakapan menghadapi tantangan hidup. Kadar motivasi belajar siswa

tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi

tersebut hilang dari diri siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan

cooperative learning pada pembelajaran matematika dalam mengupayakan

peningkatan kualitas pendidikan.

2. Pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat

menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu

periode waktu tertentu.

3. Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru matematika.

Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih

termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun tidak menutupkemungkinan kericuhan didalam kelas akan terjadi.
B. Saran

Saran yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah:

1. Keberhasilan cooperative learning tergantung dari siswa dan guru

sehingga dibutuhkan guru yang menguasai sistem pengajaran atau

penilaian cooperative learning dan siswa berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Cooperative learning dapat dijadikan alternatif menarik dalam

peningkatan motivasi belajar siswa disekolah.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

3. Cooperative learning dalam pembelajaran matematika membantu siswa

dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan

sehingga pihak sekolah harus dapat memberikan suatu inovasi terbaru

dalam pembelajaran ini.

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA

Anni, Tri Chaterina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Cunayah, Cucun. 2005. Kompetensi Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VIII.

Bandung: CV. YRAMAWIDYA.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning (mempraktikkan cooperative learning

diruang-ruang kelas). Jakarta: Grasindo.

Mudjiono & Dimyati. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Mulyasa, E. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Nur, Mohammad. 2001. Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:

UNESA.

Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES

Sardiman. 1987. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugijono, M. Cholik Adinawan. 2004. Seribu Pena Matematika SMP. Jakarta :

Erlangga.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta:

Depdikbud

Sukarmin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: Surabaya.

Suyitno. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang :

_______

______ . 2007. Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang. Semarang : UPT

PPL UNNES.

http://www.pikiran- rakyat.com

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/perdy_karuru.htm

http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0412/22/utama/1455421.htm

Dokumentasi By = http://luarsekolah.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai