Siapa mereka ?
Hizbut Tahrir (untuk selanjutnya disebut HT) telah mengakui diri sebagai
kelompok politik (parpol), bukan kelompok yang berdasarkan kerohanian
semata-mata, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan (akademik)
dan bukan pula lembaga sosial (Mengenal HT, hal. 1). Atas dasar itulah,
maka seluruh aktiviti yang dilakukan HT bersifat politik, baik didalam
mendidik dan membina umat, dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam
perjuangan politik. (Mengenal HT, hal. 16)
Adapun aktiviti dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia, sangatlah mereka
abaikan. Bahkan dengan terang-terangan mereka nyatakan: “Demikian pula,
dakwah kepada akhlak mulia tidak dapat menghasilkan kebangkitan…,
dakwah kepada akhlak mulia bukan dakwah (yang dapat) menyelesaikan
masalah utama kaum muslimin, yaitu menegakkan sistem khilafah.”(Strategi
Dakwah HT, hal. 40-41). Padahal dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia
merupakan misi utama para nabi dan rasul.
َ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرس ُْوالً أَ ِن اُ ْعبُ ُدوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغ ْو
ت
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah segala
sesembahan selain-Nya’.” (An-Nahl: 36)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga menegaskan:
Landasannya adalah bahwa semua negeri kaum muslimin dewasa ini –tanpa
kecuali– termasuk kategori Darul Kufur (negeri kafir), sekalipun
penduduknya kaum muslimin. Karena dalam kamus HT, yang dimaksud :
Darul Islam adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum Islam
dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam urusan pemerintahan, dan
keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun majority
penduduknya bukan muslim.
Ahlus Sunnah Wal Jamaah berkeyakinan bahwa pada asalnya Daulah Islam
hanya satu negara (khilafah) dan satu khalifah. Namun, jika tidak
memungkinkan maka tidak mengapa berbilangnya kekuasaan dan pimpinan.
“Para imam dari setiap madzhab bersepakat bahwa seseorang yang berhasil
menguasai sebuah negeri atau beberapa negeri maka posisinya seperti imam
(khalifah) dalam segala hal. Kalaulah tidak demikian maka (urusan) dunia
ini tidak akan tegak, karena kaum muslimin sejak kurun waktu yang lama
sebelum Al-Imam Ahmad sampai hari ini, tidak berada di bawah
kepemimpinan seorang pemimpin semata.” (Mu’amalatul Hukkam, hal. 34)
Bila HT Didirikan?
Kelompok sempalan ini didirikan di kota Al-Quds (Yerusalem) pada tahun
1372 H (1953 M) oleh seorang alumuni Universiti Al-Azhar Kairo (Mesir)
yang berakidah Maturidiyyah dalam masalah asma` dan sifat Allah, dan
berpandangan Mu’tazilah dalam sekian permasalahan agama. Dia adalah
Taqiyuddin An-Nabhani, warga Palestina yang dilahirkan di Ijzim Qadha
Haifa pada tahun 1909. Markas tertua mereka berada di Yordania, Syiria dan
Lebanon (Lihat Mengenal HT, hal. 22, Al-Mausu’ah Al-Muyassarah, hal.
135, dan Membongkar Selubung Hizbut Tahrir (1) hal. 2, Asy-Syaikh
Abdurrahman Ad-Dimasyqi).
Padahal jauh-jauh hari, shahabat ‘Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu telah
berkata: “Kalaulah agama ini tolok ukurnya adalah akal, niscaya bagian
bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya.”2 (HR. Abu
Dawud dalam Sunan-nya no. 162, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Demikian pula (Hizbut Tahrir, red) menolak hadits Ahad dalam masalah
akidah, berarti telah menolak sekian banyak akidah Islam yang telah
ditetapkan oleh ulama kaum muslimin. Diantaranya adalah: keistimewaan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam atas para nabi, syafaat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk umat manusia dan untuk para
pelaku dosa besar dari umatnya di hari Kiamat, adanya siksa kubur, adanya
jembatan (ash-Shirath), Telaga (Al Haudh, red) dan Timbangan Amal di hari
Kiamat (Al Mizan, red), munculnya Dajjal, munculnya Al-Imam Mahdi,
turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, dan lain sebagainya.
Adapun dalam masalah fiqih, akal dan rasiolah yang menjadi landasan.
Maka dari itu HT mempunyai sekian banyak fatwa nyeleneh. Diantaranya
adalah: boleh mencium wanita non muslim, boleh melihat gambar porno,
boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, boleh bagi wanita
menjadi anggota dewan syura mereka, boleh mengeluarkan jizyah (upeti)
untuk negeri kafir, dan lain sebagainya. (Al-Mausu’ah Al-Muyassarah, hal.
139-140) (Hizbut Tahrir Indonesia menolak hal ini mentah-mentah, padahal
fatwa ini ma’ruf terkenal di luar Indonesia, hal ini tidak lain agar ummat yg
sudah direngkuhnya tidak lari karenanya, red).
Adapun pendalilan mereka dengan Surat Ali ‘Imran ayat 104 tentang
wajibnya mendirikan parti politik, maka merupakan pendalilan yang jauh
dari kebenaran.
Kalaulah itu benar, pasti mereka telah mengatakannya dan saling berlumba-
lumba untuk mendirikan parti politik. Namun kenyataannya mereka tidak
seperti itu.
“Akan ada sepeninggalku para penguasa yang mereka itu tidak berpegang
dengan petunjukku dan tidak mengikuti cara/jalanku. Dan akan ada diantara
para penguasa tersebut orang-orang yang berhati setan dalam bentuk
manusia.” Hudzaifah berkata: “Apa yang kuperbuat bila aku
mendapatinya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda (artinya):
“Hendaknya engkau mendengar dan menaati penguasa tersebut! Walaupun
dicambuk punggungmu dan dirampas hartamu maka (tetap) dengarkanlah
(perintahnya) dan taatilah (dia).” (HR. Muslim dari shahabat Hudzaifah bin
Al-Yaman radiyallahu ‘anhu, 3/1476, no. 1847)?!
Karena mereka pun akan menempuh cara tersebut pada tahapannya (tahapan
akhir).
Tahapan ini merupakan puncak dan tujuan akhir dari segala aktivitas HT.
Dengan tegasnya Taqiyuddin An-Nabhani menyatakan: “Hanya saja setiap
orang mahu pun syabab (pemuda) Hizb harus mengetahui, bahwasanya Hizb
bertujuan untuk mengambil alih kekuasaan secara praktis dari tangan seluruh
kelompok yang berkuasa, bukan dari tangan para penguasa yang ada
sekarang saja. Hizb bertujuan untuk mengambil kekuasaan yang ada dalam
negara dengan menyerang seluruh bentuk interaksi penguasa dengan umat,
kemudian dijadikannya kekuasaan tadi sebagai Daulah Islamiyyah.” (Terjun
ke Masyarakat, hal. 22-23)
1) Apabila negara itu termasuk kategori Darul Islam, dimana sistem hukum
Islam ditegakkan, tetapi penguasanya menerapkan hukum-hukum kufur,
maka caranya adalah melawan penguasa tersebut dengan mengangkat
senjata.
2) Apabila negara itu termasuk kategori Darul Kufur, dimana sistem hukum
Islam tidak diterapkan, maka caranya adalah dengan Thalabun Nushrah
(meminta bantuan) kepada mereka yang memiliki kemampuan (kekuatan).
(Lihat Strategi Dakwah HT, hal. 38, 39, 72)
“Barangsiapa berhukum dengan selain hukum Allah, maka tidak keluar dari
empat keadaan:
Adapun dalih mereka dengan hadits Auf bin Malik radiyallahu ‘anhu:
Para pembaca, tahukah anda dari mana ta‘wil semacam itu? Masih ingatkah
dengan landasan berpikir mereka? Ya, ta`wil itu tidak lain dari akal mereka
semata… Bukan dari bimbingan para ulama. Wallahul musta’an.
Amin.
Foot note :
1. Menolak sifat-sifat Allah Ta’ala dengan ta`wil, kecuali beberapa sifat saja.(ed)
2. Lanjutan riwayat tersebut: “Dan sungguh aku telah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassalam mengusap pungggung khufnya.” (ed)
(Dikutip dari majalah Asy Syariah, Vol. II/No. 17/1426 H/2005, judul asli "Kelompok
Hizbut Tahrir dan Khilafah, Sorotan Ilmiah Tentang Selubung Sesat Suatu Gerakan,
karya Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc, url http://www.asysyariah.com/syariah.php?
menu=detil&id_online=287)