Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 5

Bella Kristina VIIC-05

Christian Budi Santoso VIIC-08

Christian Chandra KomalaVIIC-09

HelenaVIIC-

Jonathan Shan Kusuma VIIC-

Maria Melisa VIIC-

Timothy Suwanto VIIC-

Yulia Widyasari VIIC-42


Koleksi Alat Upacara Tradisional

PAKINANGAN

Tradisi menginan (makan sirih) sangat populer dalam kehidupan


masyarakat di wilayah Nusantara, pada jaman dahulu kebiasan
menginand idlakukan oleh orang- orang tua laki-laki maupun
perempuan. Menginand berguna bagi kesehatan gigi dan menghilangkan
bau mulut yang tidak sedap.
Tradisi menginang sering dikaitkan dengan biasaan tertentu,
misalnya untuk
 menghormati tamu,
 melengkapi upacara tertentu, misalnya upacara perkawinan
 sedekah bumi
 kematian dan sebagainya.
Ramuan kinang terdiri dari :
 daun sirih
 pinang muda (gambir)
 kapur dan tembakau.
Alat pakinangan dilengkapi dengan
 tempat daun sirih
 tempat gambir (pinang)
 tempat kapur
 tempat tembakau.
Bahan yang digunakan membuat tempat kinangapun bermacam-macam, ada yang dibuat dari
bahan kuningan, perak, kayu dan sebagainya. Pakinangan juga sering dilengkapi dengan alat
khusus untuk menampung ludah yang disebut KECOHAN, bahkan sering kali disiapkan pula
alat khusus yang digunakan untuk membelah pinan atau gambir yang disebut KACIP.
Koleksi Museum MPU Tantular:

1. Pakinangan asal Surabaya


2. Pakinangan asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
3. Keocohan asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
4. Kecohanan asal asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
5. Pakinangan asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
6. Kacip asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya

TEMPAT TIDUR PETANEN (TEMPAT PEMUJAAN DEWI SRI)

 Pada umumnya rumah tradisional Jawa dilengkapi 3(tiga0 sentong / kamar. Kamar
tengah dibiarkan dalam keadaan kosong (tidak digunakan sebagai tempat untuk tidur),
walaupun terkadang dipasang tempat tidur yang cukup bagus. Sentong tengah ini disebut
PETANEN, yaitu suatu tempat yang secara khusus disediakan untuk Dewi Sri. Dan
menurut Metologi Hindhu DEWI SRI dikenal senagai lambang kesuburan atau dianggap
sebagai Dewi Padi,sebagai masyarakat Jawa yang hidup sebagai petani. Di depan petanen
ini pula digunakan untuk upacara- upacara penting seperti : upacara temu manten/tompo
koyo.
Koleksi yang dipamerkan:

1. Petanen lengkap asal Surabaya


2. Bokor asal Stedelijk Historisch Musem Surabaya
3. Klemuk asal Stedelijk Historisch Musem Surabaya
4. Kecohan asal Stedelijk Historisch Musem Surabaya
5. Patung Roro Blonyo asal Stedelijk Historisch Musem Surabaya
Macam-macam koleksi keris di jawa Timur :

1. Keris Ladrangan asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya


2. Keris Gayaman asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
3. Keris Dapur (bentuk lurus) asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
4. Keris Dapur (bentuk lurus pamor emas) asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
5. Keris Dapur (bentuk Luk) asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
6. Keris Dapur (bentuk luk pamor emas) asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
7. Keris Majapahit asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
8. Kudi asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya

TOMBAK

Salah satu senjata yang menjadi andalan masyarakat di Jawa diantaranya


adalah tombak. Pada jaman dahulu tomabk hanya dibuat oleh para
Empu. Bahan-bahannya berupa baja pilihan dan timah. Dua bahan ini
disatukan dengan cara ditempa dan dilipat secara berulang-ulang. Akibat
tempaan dan lipatan itu maka kedua bahan baku ini menyatu, dan karena
kikisan pada bagian-bagian tertentu dari tombak itu maka munculah
pamornya yang beraneka macam coraknya.
Bagi merka yang percaya, beberapa tombak dianggap bertuah, sehingga
ada yang dianggap dapat menenteramkan pemiliknya atau bahkan
mensengsarakan pemiliknya.
Koleksi yang dipamerkan :

1. Tombak bersarung asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya


2. Tombak tak bersarung asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
3. Plangkan asal Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Koleksi Arkeologi

NEKARA DAN MOKO

Sebagai sarana upacara minta hujan.


Asal : Tuban . Moko, asal : Pulau Alor
Nekara ini termasuk type Heger I.
Biasanya diatas nekara diberi hiasan katak, menurut kepercayaan katak
dianggap sebagai binatang yang dapat mendatangkan hujan.

HASIL BUDAYA PADA MASA PERUNDAGIAN

Sebagai peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masa


perundagian ditandai dengan adanya ketrampilan membuat alat-alat dari
perunggu. Alat tersebut dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
terutama untuk bertani, berburu dan peralatan untuk upacara.

1. Kapak sepatu / kapak corong asal Tuban


2. Ujung tombak asal Tuban
3. Candrarasa asal Tuban

BENDA-BENDA BEKAL KUBUR

1. Manik-manik asal Tuban


2. Manik-manik asal Bodowoso
3. Manik-manik asal Situbondo
4. Manik-manik asal Pacitan

Manik-manik tersebut sebagai sarana perlengkapan yang diikut sertakan dalam penguburan,
benda berharga tersebut selain dipakai perhiasan juga dipakai bekal kubur. Benda semacam ini
mulai ada sejak masa bercocok tanam yang pada saat itu juga berkembang kebudayaan
Megalithicum/batu-batu seperti dolmen, kubur batu, dan sebagainya.
SURYA STAMBHA

PRASASTI ADAN-ADAN

Berasal dari Mayangrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.


Prasasti tersebut ditemukan oleh Bapak Mardjuki, pada tanggal 2 Maret
1992. Prasasti ini dibuat dari tembaga dengan tulisan dan bahasa Jawa kuno, berjumlah
17 lempeng

Isi menyebutkan tentang:

1. Pembebasan tanah di adan-adan dari kewajiban membayar pajak


2. Mengangkat desa adan-adan berstatus sebagai Sima/Perdikan/Swatantra
3. Diberikannya daerah adan-adan kepada seorang pendeta raja karena telah berbakti kepada
raja Kertarajasa, mengikuti segala penderitaan raja yaitu memakai pakaian kulit kayu,
bertingkah susila, taat menjalankan ibadah agama
4. Batas desa adan-adan, yaitu Tinawun, Kawangan, Jajar, Tambar, Punten, Rakamang,
Kebogede, Paran, Panjer, Sanda
5. Kutukan dari Raja kepada siapa saja yang berani melawan atau merubah keputusan Raja,
seperti yang disebutkan dalam prasasti ini.

PRASASTI

Prasasti adalah salah satu sumber penulisan sejarah, berisi peristiwa-peristiwa penting dibidang
agama, pemerintahan atau sosial ekonomi. Bahan untuk menulis prasasti bermacam-macam,
diantaranya : batu, kayu, logam (emas, tembaga, perak) dsb.
1. Prasasti Sukun asal Malang
2. Prasasti Kalimusan asal Malang
3. Prasasti Bali (dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya)
4. Prasasti ukir Negara asal Wlingi - Blitar
5. Prasasti Lamongan asal Lamongan
6. Prasasti Loceret asal Nganjuk

ALAT-ALAT UPACARA

Alat-alat upacara yang digunakan oleh para pemeluk Agama Hindu ini,
berhubungan dengan upacara daur hidup. Dalam kehidupan manusia
peristiwa lahir hingga mati, banyak peristiwa penting yang perlu
diperingati dengan upacara-upacara khusus atau disyahkan melalui
kegiatan upacara sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh agama yang
dianutnya. Untuk mendukung kegiatan upacara itulah diciptakan alat-alat khusus yang beraneka
macam bentuk maupun bahannya, dan biasanya dikaitkan dengan makna-makna tertentu. Lewat
upacara manusia dituntut untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Dengan melibatkan unsur-
unsur alam seperti : angin, suara, tanah, air dan lain sebagainya, diciptakan suasana yang berbeda
dengan keadaan sehari-hari. Oleh karena itu tidak mengherankan bila banyak ditemukan alat-alat
upacara, seperti genta, tempat air suci, tempat abu ataupun tempat pripih (benda milik raja yang
ditanam sebagai simbul raja tersebut setelah meninggal dunia)

MACAM KOLEKSI

1. Guci Amerta
2. Guci Amerta
3. Genta Pendeta
4. Genta gantung
5. Tempat abu jenasah
6. Tempat pripih
7. Kendi Tirta Kamandalu

STUPIKA, RELIEF BUDHA, TABLET/MATERAI DAN BEKAL KUBUR


Didaerah Jawa Timur, Stupika diketemukan di Gumuk Klinting
Banyuwangi dan Pulai Bawean. Benda cagar budaya yang diperkirakan
berasal dari abad ke IX ini, merupakan alat upacara (bekal kubur) bagi
pemeluk agama Budha. Didalam stupika terdapat benda semacam Tablet
yang bertulis huruf Jawa Kuno, berisi mantra Budhis, dibuat dari bahan tanah liat.Stupika yang
ditemukan di pulau Bawean terlihat agak kemerah- merahan (mungkin dibuat dari tanah merah
atau dibakar). Penemuan stupika di Gumuk Klinting, Banyuwangi, disetai benda temuan lain
berupa Relief Budha, material/Tablet, rambut, lempengan emas dan manik-manik, diduga
sebagai bekal kubur.

MACAM-MACAM KOLEKSI

1. Stupika (Pulau Bawean)


2. Relief Budha (Gumuk Klinting Banyuwangi)
3. Relief Budha (Pulau Bawean)
4. Stupika (Gumuk Klinting Banyuwangi)
5. Lempengan Emas (Gumuk Klinting Banyuwangi)
6. Tablet/Materai (Gumuk Klinting Banyuwangi)
7. Manik-manik (Gumuk Klinting Banyuwangi)

PATUNG PERUNGGU

Asal Desa Kunti, Kec. Bungkal, Pororogo


Penemu Parmin pada tanggal 21-8-1992
Bahan Perunggu
Sifat Budha Tantrayana
Patung perunggu sejumlah 69 buah dan beberapa bagian yang rusak, ditemukan di satu tempat di
Desa Kunti, Kec. Bungkal, Kab. Ponorogo. Beberapa patung perunggu yang bersifat Budha
Tantrayana ini terdiri dari bermacam- macam bentuk dan sikap, yaitu :

1. 19 buah berupa patung Dhyanibudha


2. 13 buah patung Dhyanibodhisattwa
3. 3 buah patung Kuwera
4. 32 buah patung dewi Tara
5. 1 buah patung Dewa Surya
6. 1 buah berupa Asana/tempat duduk
7. Beberapa bagian yang berupa pecahan yang belum diketahui secara pasti; baik nama
maupun sikapnya.

Suatu hal benatik dari temuan patung di Ponorogo ini adalah, bahwa beberapa diantaranya
mempunyai keistemewaan terutama patung yang bersama berbentuk segi empat didalam terdapat
gulungan lempengan emas yang tertulisnya huruf jawa kuno, bahasa jawa kuno, berisi mantra
Budhis. Dari bentuk tulisannya, diduga berasal dari abad ke X/XI Masehi. Didalam panteon
Budha Vajradha Tumandala, dikenal adanya Budha tertinggi yang disebut Adhi Budha. Adhi
Budha menjelma dalam wujud Dhyanibudha yang tetap tinggal di surga; bertugas mengawasai
ajaran Budha (Dhyani = samadi, budha = tanpa) berhubungan dengan manusia. Adhi budha
tercermin dalam manusia Budha (budha manusia). Apabila manusia Budha telah meninggal
dunia, maka kelangsungan tugasnya diwakilkan kepas Dhyani Bodhisattwa (Bodhi = pancaran,
satwa = sifat), yaitu semacam dewa yang dapat melakukan tugas perwakilan Dhyanibudha
hingga akhir dunia. Dari temuan ini terbukti bahwa pengaruh Budha Trantrayana telah masuk di
Jawa Timur semenjak awal perpindahan pusat pemerintah dari Jawa tengah ke Jawa timur, yaitu
sekitar abad ke X. Budha Tantrayana berkembang sangat pesat di Jawa Timur terutama jaman
pemerintahan Raja Kertanegara (Singosari) yang dikenal dengan �Kala Cakra Budhisme untuk
menghadapi Raja Kubilai Khan dari Cina. Patung perunggu temuan dari Ponorogo :
Vitrin IX

1. 3 Kuwera
2. 8 Dhyani Budha Ratnasambawa
3. 1 Dhyani Budha Wairocana
4. 7 Dhyani Budha Amoghasidi
5. 4 Dhyani Budha Bodhisattwa
6. 6 Dhyani Budha Budha Aksobhya
7. 2 Dhyani Budha Amitabha
8. 5 Manjusri
ALAT-ALAT PADA MASA BERCOCOK TANAM

Pada masa bercocok tanam, masyarakat hidup bertani untuk


mengerjakan sawah, mereka menggunakan alat terutam jenis beliung
persegi dan kapak lonjong. Untuk berburu menggunakan alat berupa
cundrik tulang, sedangkan untuk mencari kayu menggunakan alat berupa
kapak tangkai.

MACAM KOLEKSI

1. Kapak tangkai
2. Kapak lonjong
3. Cundrik Tulang
4. Beliung persegi

ALAT-ALAT JAMAN PRASEJARAH DARI PACITAN

Alat kerja jaman Prasejarah ini digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan makan tinfkat
sederhana. Jenis kapak berimbas mempunyai multi fungsi, selain alat untuk mencari ubi juga
untuk berburu. Dalam kegiatan berburu, terutama mulai pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut manusia juga menciptakan ujung anak panah dari batu.

MACAM KOLEKSI

1. Kapak Perimbas
2. Kapak penetak
3. Bahan beliung persegi
4. Ujung anak panah
5. Beliung Persegi
Koleksi Di Aula

TUK-TUK

Asal : Sumenep - Madura, merupakan alat komunikasi tradisional,


berfungsi sebagai atribut sosial, biasanya dimiliki oleh Kepala Desa.
Semakin terawat baik melambangkan derajatnya semakin baik.

MINIATUR CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN

Miniatur candi Borobudur skala 1 : 100


Candi yang bersifat Budhistis ini dibangun oleh Dynasti Sailendra, pada tahun 842 Masehi.
Candi yang didirikan di daerah Muntilan (Magelang) ini dibuat dengan konstruksi bangunan
bertingkat, bagian puncaknya berbentuk Stupa. Tingkatan dalam Candi Borobudur ini
merupakan simbul tentang tingkatan yang harus dilalui oleh seorang Bodhisatwa menuju tingkat
Budha yang tinggi. Gambaran arti simbulnya dapat disimak dari relief yang dipahatkan pada
dinding candi dari tingkat yang paling bawah hingga tingkat yang paling atas yang berbentuk
Stupa kosong. Bagi pemeluk agama Budha, hingga kini masih memanfaatkan candi Borobudur
ini untuk melakukan kegiatan upacara Agama, misalnya upacara Waisak.

Miniatur candi Prambanan skala 1 : 250


Candi Prambanan/Candi Lorojonggrang adalah candi peninggalan Raja Balitung (abad X),
sebagai komplek percandian. Candi prambanan terdiri dari candi induk dan beberapa candi
perwara yang diatur mengelilingi candi induk tersebut. Kompleks candi Prambanan yang
didirikan di desa Prambanan, Kabupaten Sleman ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa-
dewa agama Hindu, pada dinding Relief yang menceritakan Ceritera Ramayana.

PATUNG PRAJA PARAMITA (REPLIKA)

Asal : Jakarta. Sebagai lambang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Patung Praja Paramita
sangat terkenal dilingkungan penganut Agama Budha, patung yang menggambarkan tingginya
karya seni jaman Hindhu-Budha di Jawa Timur ini, pernah tinggal di Negeri Belanda bebarapa
puluh tahun lamanya. Berkat kerja antara pemerintahan indonesia dengan pemerintah Belanda
patung Praja Paramita dapat kembali ke Indonesia, dan sekarang tersimpan di Museum Nasional.
Sikap duduk diatas bantalan teratai dengan tatakan berbentuk segi empat bersandar pada Praba
(sandaran belakang) berbentuk kurawal, berhias lidah api. Tangan depan bersikap Dharmacakra
Mudra, yaitu sikap tangan memutar roda. Sikap tangan seperti ini merupakan ciri khas meditasi
sebagai simbul perputaran sebab akibat dalam lingkungan hidup, tangan lain tampak membawa
buku (keropak) diatas teratai.

PATUNG BRAHMA

Dewa Pencipta alam Semesta. Asal : Stedelijk Historich Museum


Surabaya

PATUNG WISNU

Dewa Pelindung Alam Semesta Asal : Stedelijk Historisch Museum


Surabaya

PATUNG SIWA

Dewa Perusak alam semesta Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya

PATUNG DURGA MAHISASURAMARDHINI

Asal : Candi Jawi (Pasuruan) Dalam wujudnya sebagai Durga Mahisasuramardhini, Dewi Durga/
Dewi Uma/Dewi Parwati ; dilukiskan sedang berjuang mengalahkan Asura dalam wujud raksasa,
dikisahkan Kahyangan tempat para Dewa tinggal, mengalami kekacauan akibat ulah seekor
kerbau (Mahisa). Prajurit para Dewa tidak mampu mencegah, berkat kesaktiannya Dewi Parwati
(Sakti/istri) Dewa Siwa, berubah wujud menjadi Dewi Durga, yaitu seorang Reksi, dengan gagah
berani dihadapi Mahesa yang sedang mengamuk tersebut.

Mahesapun dapat ditangkap, saat akan dibunuh Mahesa berubah wujud menjadi seorang raksasa
atau asura. Asura sebagai lambang kejahatan dapat ditaklukkan oleh Dewi Duga
Mahisasuramardhini diwujudkan sebagai perlambang kebaikan melawan kejahatan, dan
seberapapun besarnya kekuatan kejahatan pasti dapat dihancurkan oleh kebaikan sekecil apapun
wujudnya, sebagai wanita tentu kekuatan para dewa, namun karena berada difihak yang benar,
ternyata mampu menaklukan kekuatan ASURA yang diwujudkan dalam bentuk Mahisa
(Kerbau).

Koleksi Kesenian

TOPENG

Untuk alat upacara dan hiburan Didaerah Jawa Timur dikenal 3 macam
topeng, yaitu :

Topeng Madura

Biasanya digunakan untuk pentas kesenian topeng dalang, yaitu kesenian


topeng yang dalam memerankan suatu cerita,penarinya tidak berbicara,
dialog dilakukan oleh dalangnya, ceritera yang dibawakan adalah ceritera Ramayanan dan
Mahabarata.

Topeng Malang

Biasanya digunakan untuk mementaskan cerita panji, yaitu suatu ceritera mengisahkan
perjalanan raden panji Inu Kertopati (putra mahkota Jenggaa) saat mencari kekasaihnya yang
bernama Dewi Sekartajai (putri kediri)

Topeng Dongkrek

Kesenian topeng khas Madiun ini biasanya digunakan untuk meramiakan pawai (arak-arakan),
penarinya melakukan tarian bebas sambil berjalan mengikuti arus pawai gerak tarinya
disesuaikan dengan macam topeng yang dipakai.

KLELES DAN TUK-TUK DARI MADURA


Perlengkapan Kesenian Tradisional Kerapan Sapi asal Madura
Kleles adalah alat yang dipakai untuk pasangan sapi yang dikerap agar
keduanya dapat lari seirama, sedangkan pada bagian buritan adalah
tempat duduk joki, yang akan mengendalikan arah dan larinya sapi. Tuk-
tuk sebagai instrumen pengiring pada saat kerap sedang dibawa keliling maupun pada saat
sedang berlangsung perlombaan kerapan.

ANGKLUNG ASAL PASINAN BANYUWANGI

Sebagai sarana festifal Jangger Mini dan untuk memeriahkan peringaan


hari-hari besar. Seperangkat gamelan tabuahn Banyuwangi ini dengan
istilah TABUHAN

BALI-BALIAN

Pada mulanya gamelan tabuahan ini dipergunakan untuk memeriahkan orang- orang yang punya
hajat dan peringatan hari besar.

GRAMAPHON ASAL TUBAN

Merupakan alat menyimpan suara yang dibuat bedasarkan kerja lektri


magnit Gramaphon ini berbentuk kotak didalamnya berisi mesin
Gramaphon beserta piringan hitamnya. Piringan hitam ini mempunyai
lingkaran suara pada permukaan. Tinggi rendahnya nada suara
ditentukan oleh kedalaman lekuk pada piringan hitam. Apabila mesin
diputar dengan jalan memutar aaas (Sumbu) maka piringan akan berputar kemudian lekuk-lekuk
pada piringan itu diteruskan oleh jarum ke ruangan membran. Getaran membran yang
diakibatkan gerakan jarum tersebut diteruskan ke ruang bermagnit yang berfungsi untuk
menim,bulkan gelombang-gelombang pada udara sehingga menimbulkan suara.

SYMPHONION INSTRUMEN MUSIK KLASIK ASAL JERMAN


Instrumen ini terletak dalam sebuah almari yang terbagi dalam 2 (dua)
bagian. Bagian bawah berbentuk rak didalamnya terdapat 47 buah
piringan logam yang masing-masing memuat sebuah lagu, lagu tersebut
ditatahkan pada bagian belakang piringan sehingga merupakan satu
kesatuan. Bagian bawah symphonion terdapat mesin oenggerak yang
terdiri dari susunan berupa roda-roda gigi, perpenggerak. Mesin ini
dihubungkan langsung dengan alat yang berupa roda gigi yang dipasang
diruang atas. Roda bergigi ini sebagai motor pemutar piringan, pada
dinding dalam ruangan atas ditancapkan AS berfungsi sebagai penumpu
piringan, agar piringan yang dipasangan pasa As tetap pada posisinya,
disediakan alat penahan berupa tongkat penahan. Pada dinding ini pula
dipasang dua buah deretan bilah-bilah not yang pada tiap ujungnya
dilengkapi dengan roda-roda kecil bergigi. Deretan bilah-bilah not ini
dipandang dalam posisi vertikal, gigi yang terdapat pada roda inilah yang berfungsi sebagai alat
penetik bilah-bilah not, apabila terjadi gesekan dengan gigi yang terdapat pada posisi belakang
piringan. Cara bekerjanya instrumen ini dengan menggunakan tenaga penggerak berupa
perputaran per harus searah jarum jam, apabila gerak per mulai lemah, maka dapat ditambah
putaran lagi.

WAYANG GOLEK

Asal : Stendelijk Historsch Museum Surabaya


Sebagai saran upacara Hiburan dan peringatan hari Besar. Kesenian wayang
golek berkembang pesat terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Cerita yang diambil biasanya Mahabarata, Ramayanan atau Damarwulan dan
Menak.

WAYANG KLITIK

Asal : Stedelijk Historesch Museum Surabaya


Sebagai saran hiburan dan penerangan terhadap masyarakat. Wayang klitik timbul pada masa
berkembangnya agama Islam di Jawa sekitar abad 16 - 17. Pencipta wayang klitik adalah
SUNAN KUDUS. Wayang ini disebut klitik karena mengandung arti KECIL (Klitik). Didalam
pertunjukkan ada yang mengambil cerita Mahabarata - Ramayana ada pula yang mengambil
cerita Minakjinggo - Damarwulan.

WAYANG KULIT BANGKALAN

Asal : Stedelijk Historesch Museum Surabaya


Sebagai saran Upacara, Hiburan dan Peringatan Hari Besar. Wayang kulit Bangkalan ini
menggambarkan fragemen cerita ramayan. Dalam cerita sinta isteri Rama dilarikan oleh Prabu
Dasamuka. Tetapi dengan bantuan tentara Kera yang dipimpin oleh ANOMAN, rama dapat
menyelamatkan Sinta.

WAYANG PURWO JAWA TENGAH

Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Wayang purwo Jawa Tengah mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata. Digunakan sebagai
sarana hiburan dan Upacara ruwatan. Jika dibandingkan dengan Wayang Purwo Jawa timur,
maka Wayang Purwo Jawa Tengah ini mempunyai perbedaan-perbedaan :

1. Tatahan lebih indah dan lebih halus


2. Warna lebih banyak menggunakan warna kuning
3. Teknik pedalangannya menggunakan bahasa yang lebih halus/dialek Jawa Tengahan.

WAYANG PURWO JAWA TIMUR

Asal : Stedelijk Historesch Museum Surabaya


Sebagai saran hiburan dan upacara. Apabila dibandingkan dengan wayang Purwo Jawa Tengah,
Wayang Purwo Jawa Timur mempunyai ciri-ciri khusus.
Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Tatahan Wayang Purwo Jawa Timur lebih sederhana


2. Lebih banyak memakai warna merah
3. Teknik pedalangannya, mempergunakan bahasa/dialek Jawa Timur.
Isi cerita sama dengan wayang purwo jawa Tengah, yaitu mengambil ceritera epo san sebagai
sarana upacara ruwatan.

WAYANG GEDOG

Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Menceritakan tentang epos PANJI, yaitu tentang peristiwa sekitar Kerajaan Jenggolo dan Kediri.
Wayang Gedog berkembang pada masa perkembangan agama Islam di Jawa, diciptakan oleh
Sunan GIRI. Peran utama dalam kisah ini adalah Inukertapati putera Raja dari Jenggala yang
terlibat percintaan dengan puteri Raja Kediri, yang bernama Dewi Sekartaji. Kisaj ini di Jawa
Timur dikenal denan cerita ANDE-ANDE LUMUT.

MINIATUR KUDA KENCAK

Asal : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Seni tradisional untuk pesta Khitanan di Lumajang dan sekitarnya. Kesenian Kuda Kencak
dipentaskan hanya pada upacara adat Khitanan oleh masyarakat Lumajang, kemudian
berkembang ke daerah sekitarnya, Pasuruan, Probolinggo dan Malang.

REYOG TULUNGAGUNG

Mengambil ceritera Legenda Gunung Kidul jaman Kerajaan Kediri. Penari Reog Tulungagung
terdiri dari 6 orang, masing-masing membawa sebuah kendang kecil dan sekaligus sebagai
penabuhnya seperti gong, kenong dan sroni. Menurut ceritera rakyat, timbul kesenian reog
Tulungagung ini karena usaha JOTOSURO untuk menyunting DEWI SONGGOLANGIT
ditolak.
Akhirnya terjadilah peperangan dan Kediri kalah, perwira-perwiranya ditahan si Sentono Gedog.
Untuk mengalahkan Jotosuro Patih Kediri menyuruh Songgolangit pura-pura mau disunting
Jotosuro dengan syarat minta dibuatkan SUMUR BANDUNG dipuncak Kelut.
Setalah sumur jadi, Dewi Songgolangit ingin melihat sumur tersebut dengan naik tandu, tetapi
sebenarmya yang naik tandu adalah boneka yang persis Dewi Songgolangit. Dengan cara
demikian tawanan-tawanana Kediri dibebaskan dan ikut mengawal Dewi Songgolangit. Untuk
meramaikan perjalanan inilah REYOG dibentuk.
Koleksi Ukiran

Pola Ukiran Sulur

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Pola ukiran sulur merupakan ornamen tumbuh-tumbuhan yang bersulur memanjang.

Pola Ukiran Ceplok

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Ukiran gaya Madura dengan ciri utama bunga Ceplok piring.

Pola Ukiran Swastika

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Ukiran gaya Madura dengan pengaruh Mina

Pola Ukiran Kawung

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Pola ukiran Kawung menggambarkan kumpulan bunga yang berkelompok empat.

ALMARI

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Gaya ukir Jepara, Motif sulur dan kawung

SKETSEL / UKIRAN JAWA TIMUR


A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Sebagai hiasan dinding.

KURSI NAGA

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Gaya ukiran Jepara Pengaruh Cina Motif Naga, Digunakan sebagai kursi
tamu.

HIASAN PINTU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Sebagai hiasan lampu.

JODANG

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Perangkat hantara makanan pada wktu upacara perkawinan.

KAP LAMPU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Sebagai hisan lampu.

HALUAN PERAHU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya

CERMIN HIAS

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Gaya Madura, dipergunakan oleh Bangsawwn Madura, Motif Salur-
saluran.

DAKON
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Permainan Dakon dilakukan oleh para remaja putri pada waktu
senggang. Bertempat diberanda depan. Biji dakon dimasukkan kedalam
luang secara berurutan, yang mempunyai banyak simpanan dakon
dilubang dianggap menang.

Koleksi Ukiran

Pola Ukiran Sulur

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Pola ukiran sulur merupakan ornamen tumbuh-tumbuhan yang bersulur memanjang.

Pola Ukiran Ceplok

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Ukiran gaya Madura dengan ciri utama bunga Ceplok piring.

Pola Ukiran Swastika

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Ukiran gaya Madura dengan pengaruh Mina

Pola Ukiran Kawung

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Pola ukiran Kawung menggambarkan kumpulan bunga yang berkelompok empat.

ALMARI
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Gaya ukir Jepara, Motif sulur dan kawung

SKETSEL / UKIRAN JAWA TIMUR

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Sebagai hiasan dinding.

KURSI NAGA

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Gaya ukiran Jepara Pengaruh Cina Motif Naga, Digunakan sebagai
kursi tamu.

HIASAN PINTU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Sebagai hiasan lampu.

JODANG

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Perangkat hantara makanan pada wktu upacara perkawinan.

KAP LAMPU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Sebagai hisan lampu.

HALUAN PERAHU

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya

CERMIN HIAS
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Gaya Madura, dipergunakan oleh Bangsawwn Madura, Motif Salur-
saluran.

DAKON

A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya


Permainan Dakon dilakukan oleh para remaja putri pada waktu
senggang. Bertempat diberanda depan. Biji dakon dimasukkan kedalam
luang secara berurutan, yang mempunyai banyak simpanan dakon
dilubang dianggap menang.

didirikan oleh Von Vaber kerkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya.

Lembaga kebudayaan ini didirikan pada tahun 1933, namun baru diresmikan pada tanggal 25 Juli
1937 di gedung sendiri di Jalan Pemuda 33 Surabaya. Sebelum Von Vaber sampai pada ide
untuk mendirikan sebuah museum, terdapat ide-ide dan pemikiran pokoknya yaitu:

1. Mengungkapkan sejarah kota Surabaya sebagai kota kelahiran


2. Mempersembahkan suatu Lembaga Kebudayaan yang pada akhirnya diwujudkan dalam
bentuk museum

Usaha-usaha ini dirintis oleh Von Vaber dimulai dengan mengumpulkan data secara sistematis
sebagai bahan penulisan buku "OLD SURABAYA" (Surabaya Lama). Setelah buku tersebut
dapat diterbitkan, langkah berikutnya adalah penulsian buku "NEW SURABAYA" (Surabaya
Baru) yang diterbitkan tahun 1933.

Museum yang dirintis oleh Von Vaber dimulaid dengan wujud yang sangat kecil dalam suatu
ruangan Readhuis Ketabang. Kemudian muncul tawaran dari Nyonya Janda Han Tjiong untuk
menempatkan museum ini dalam suatu ruangan di Tegal Sari yang luasnya lima kali dari luas
semula.

Karena perkembangannya maka ruangan tadi juga dirasakan kurang memadai lagi, untuk itu
diusahakan agar mendapat ruangan yang lebih luas dan memadai untuk museum. Usaha tersebut
terlaksana berkat diperolehnya sebuah bangunan baru di Jalan Simpang yang sekarang disebut
sebagai Jalan Pemuda Surabaya, dan dibiayai oleh masyarakat.

Von Vaber meninggal dunia pada tanggal 30 September 1955. Sepeninggal Von Vaber, museum
tersebut tidak terawat, koleksinya banyak yang rusak atau hilang. Kemudian museum
ditempatkan dibawah yayasan Pendidikan Umum yang menjaga kelangsungan hidup museum.
Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan museum ini kepada Pemerintah Daerah Propinsi
Jawa Timur. Peresmian dilakukan pada tanggal 1 Nopember 1974. Selanjutnya Museum Negeri
Jawa Timur ini diberi nama Mpu Tantular dengan lokasi awalnya dijalan Pemuda 3 Surabaya.
Karena penambahan koleksinya maka pada pertengahan bulan September - Oktober 1975
museum ini dipindahkan ke Jalan Taman Mayangkara 6 Surabaya, yang persesmiannya pada
tanggal 12 Agustus 1977.

Pra sejarah

Fosil adalah sisa orgasnisme yang telah membatu. Jenis fosil dapat
dibedakan sebagai berikut :

1. Fosil hasil prose pembatuan, tulang, kayu


2. Fosil jenis cetakan, kerang, daun
3. Fosil hasil mumifikasi, graham stegadon

Berbagai jenis fosil binatang

1. Gading Stegodon
2. Kulit kura-kura purba
3. tengkorak kerbau purba
4. S i p u t
5. Geraham bawah stegodon
6. T i r a m
7. Tulang pangkal paha beruang air
8. Tengkorak buaya

BERBAGAI JENIS FOSIL KAYU

BATUAN ENDAPAN

Sebagai hasil proses pengendapan (sedimentasi) Bagian ini terjadi karena proses pengendapan
dan biasanya berlapis-lapis. Batuan endapan ini terdiri dari sedimen klastis dan sedimen
mekanis. Sedimen klastis terdiri dari hancuran-hancuran kasar, sedangkan sedimen mekanis
terjadi dari hancuran-hancuran halus. Batuan ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan
industri.

1. Breksi
2. Mangan
3. Sabak
4. Belerang
5. Piropilit
6. Kalpopilit
7. Leusit
8. Limonit
9. Fosfat
10. Leusit (tefrit)
11. Konglomerat
12. Gifs
13. Tufa kaca
14. Batu bara
15. Nafal
16. Apung tufaan
17. Zeolit
18. W a d
19. Perlit
20. Lempung

BATUAN BEKU

Sebagai hasil proses pendinginan bahan cair pijar. Batuan beku terjadi karena proses
pendinginan bahan cair pijar berasal dari dalam bumi (magma). Berdasarkan tempat
pembekuannya dapat dibedakan, batuan-batuan beku dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

1. Andesit (hypobisal)
2. Gabro
3. Andesit
4. Diorit
5. Andesit (Ekstrusi)
6. Basal
7. Dasit

Anda mungkin juga menyukai