HelenaVIIC-
PAKINANGAN
Pada umumnya rumah tradisional Jawa dilengkapi 3(tiga0 sentong / kamar. Kamar
tengah dibiarkan dalam keadaan kosong (tidak digunakan sebagai tempat untuk tidur),
walaupun terkadang dipasang tempat tidur yang cukup bagus. Sentong tengah ini disebut
PETANEN, yaitu suatu tempat yang secara khusus disediakan untuk Dewi Sri. Dan
menurut Metologi Hindhu DEWI SRI dikenal senagai lambang kesuburan atau dianggap
sebagai Dewi Padi,sebagai masyarakat Jawa yang hidup sebagai petani. Di depan petanen
ini pula digunakan untuk upacara- upacara penting seperti : upacara temu manten/tompo
koyo.
Koleksi yang dipamerkan:
TOMBAK
Manik-manik tersebut sebagai sarana perlengkapan yang diikut sertakan dalam penguburan,
benda berharga tersebut selain dipakai perhiasan juga dipakai bekal kubur. Benda semacam ini
mulai ada sejak masa bercocok tanam yang pada saat itu juga berkembang kebudayaan
Megalithicum/batu-batu seperti dolmen, kubur batu, dan sebagainya.
SURYA STAMBHA
PRASASTI ADAN-ADAN
PRASASTI
Prasasti adalah salah satu sumber penulisan sejarah, berisi peristiwa-peristiwa penting dibidang
agama, pemerintahan atau sosial ekonomi. Bahan untuk menulis prasasti bermacam-macam,
diantaranya : batu, kayu, logam (emas, tembaga, perak) dsb.
1. Prasasti Sukun asal Malang
2. Prasasti Kalimusan asal Malang
3. Prasasti Bali (dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya)
4. Prasasti ukir Negara asal Wlingi - Blitar
5. Prasasti Lamongan asal Lamongan
6. Prasasti Loceret asal Nganjuk
ALAT-ALAT UPACARA
Alat-alat upacara yang digunakan oleh para pemeluk Agama Hindu ini,
berhubungan dengan upacara daur hidup. Dalam kehidupan manusia
peristiwa lahir hingga mati, banyak peristiwa penting yang perlu
diperingati dengan upacara-upacara khusus atau disyahkan melalui
kegiatan upacara sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh agama yang
dianutnya. Untuk mendukung kegiatan upacara itulah diciptakan alat-alat khusus yang beraneka
macam bentuk maupun bahannya, dan biasanya dikaitkan dengan makna-makna tertentu. Lewat
upacara manusia dituntut untuk berhubungan dengan Sang Pencipta. Dengan melibatkan unsur-
unsur alam seperti : angin, suara, tanah, air dan lain sebagainya, diciptakan suasana yang berbeda
dengan keadaan sehari-hari. Oleh karena itu tidak mengherankan bila banyak ditemukan alat-alat
upacara, seperti genta, tempat air suci, tempat abu ataupun tempat pripih (benda milik raja yang
ditanam sebagai simbul raja tersebut setelah meninggal dunia)
MACAM KOLEKSI
1. Guci Amerta
2. Guci Amerta
3. Genta Pendeta
4. Genta gantung
5. Tempat abu jenasah
6. Tempat pripih
7. Kendi Tirta Kamandalu
MACAM-MACAM KOLEKSI
PATUNG PERUNGGU
Suatu hal benatik dari temuan patung di Ponorogo ini adalah, bahwa beberapa diantaranya
mempunyai keistemewaan terutama patung yang bersama berbentuk segi empat didalam terdapat
gulungan lempengan emas yang tertulisnya huruf jawa kuno, bahasa jawa kuno, berisi mantra
Budhis. Dari bentuk tulisannya, diduga berasal dari abad ke X/XI Masehi. Didalam panteon
Budha Vajradha Tumandala, dikenal adanya Budha tertinggi yang disebut Adhi Budha. Adhi
Budha menjelma dalam wujud Dhyanibudha yang tetap tinggal di surga; bertugas mengawasai
ajaran Budha (Dhyani = samadi, budha = tanpa) berhubungan dengan manusia. Adhi budha
tercermin dalam manusia Budha (budha manusia). Apabila manusia Budha telah meninggal
dunia, maka kelangsungan tugasnya diwakilkan kepas Dhyani Bodhisattwa (Bodhi = pancaran,
satwa = sifat), yaitu semacam dewa yang dapat melakukan tugas perwakilan Dhyanibudha
hingga akhir dunia. Dari temuan ini terbukti bahwa pengaruh Budha Trantrayana telah masuk di
Jawa Timur semenjak awal perpindahan pusat pemerintah dari Jawa tengah ke Jawa timur, yaitu
sekitar abad ke X. Budha Tantrayana berkembang sangat pesat di Jawa Timur terutama jaman
pemerintahan Raja Kertanegara (Singosari) yang dikenal dengan �Kala Cakra Budhisme untuk
menghadapi Raja Kubilai Khan dari Cina. Patung perunggu temuan dari Ponorogo :
Vitrin IX
1. 3 Kuwera
2. 8 Dhyani Budha Ratnasambawa
3. 1 Dhyani Budha Wairocana
4. 7 Dhyani Budha Amoghasidi
5. 4 Dhyani Budha Bodhisattwa
6. 6 Dhyani Budha Budha Aksobhya
7. 2 Dhyani Budha Amitabha
8. 5 Manjusri
ALAT-ALAT PADA MASA BERCOCOK TANAM
MACAM KOLEKSI
1. Kapak tangkai
2. Kapak lonjong
3. Cundrik Tulang
4. Beliung persegi
Alat kerja jaman Prasejarah ini digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan makan tinfkat
sederhana. Jenis kapak berimbas mempunyai multi fungsi, selain alat untuk mencari ubi juga
untuk berburu. Dalam kegiatan berburu, terutama mulai pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut manusia juga menciptakan ujung anak panah dari batu.
MACAM KOLEKSI
1. Kapak Perimbas
2. Kapak penetak
3. Bahan beliung persegi
4. Ujung anak panah
5. Beliung Persegi
Koleksi Di Aula
TUK-TUK
Asal : Jakarta. Sebagai lambang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Patung Praja Paramita
sangat terkenal dilingkungan penganut Agama Budha, patung yang menggambarkan tingginya
karya seni jaman Hindhu-Budha di Jawa Timur ini, pernah tinggal di Negeri Belanda bebarapa
puluh tahun lamanya. Berkat kerja antara pemerintahan indonesia dengan pemerintah Belanda
patung Praja Paramita dapat kembali ke Indonesia, dan sekarang tersimpan di Museum Nasional.
Sikap duduk diatas bantalan teratai dengan tatakan berbentuk segi empat bersandar pada Praba
(sandaran belakang) berbentuk kurawal, berhias lidah api. Tangan depan bersikap Dharmacakra
Mudra, yaitu sikap tangan memutar roda. Sikap tangan seperti ini merupakan ciri khas meditasi
sebagai simbul perputaran sebab akibat dalam lingkungan hidup, tangan lain tampak membawa
buku (keropak) diatas teratai.
PATUNG BRAHMA
PATUNG WISNU
PATUNG SIWA
Asal : Candi Jawi (Pasuruan) Dalam wujudnya sebagai Durga Mahisasuramardhini, Dewi Durga/
Dewi Uma/Dewi Parwati ; dilukiskan sedang berjuang mengalahkan Asura dalam wujud raksasa,
dikisahkan Kahyangan tempat para Dewa tinggal, mengalami kekacauan akibat ulah seekor
kerbau (Mahisa). Prajurit para Dewa tidak mampu mencegah, berkat kesaktiannya Dewi Parwati
(Sakti/istri) Dewa Siwa, berubah wujud menjadi Dewi Durga, yaitu seorang Reksi, dengan gagah
berani dihadapi Mahesa yang sedang mengamuk tersebut.
Mahesapun dapat ditangkap, saat akan dibunuh Mahesa berubah wujud menjadi seorang raksasa
atau asura. Asura sebagai lambang kejahatan dapat ditaklukkan oleh Dewi Duga
Mahisasuramardhini diwujudkan sebagai perlambang kebaikan melawan kejahatan, dan
seberapapun besarnya kekuatan kejahatan pasti dapat dihancurkan oleh kebaikan sekecil apapun
wujudnya, sebagai wanita tentu kekuatan para dewa, namun karena berada difihak yang benar,
ternyata mampu menaklukan kekuatan ASURA yang diwujudkan dalam bentuk Mahisa
(Kerbau).
Koleksi Kesenian
TOPENG
Untuk alat upacara dan hiburan Didaerah Jawa Timur dikenal 3 macam
topeng, yaitu :
Topeng Madura
Topeng Malang
Biasanya digunakan untuk mementaskan cerita panji, yaitu suatu ceritera mengisahkan
perjalanan raden panji Inu Kertopati (putra mahkota Jenggaa) saat mencari kekasaihnya yang
bernama Dewi Sekartajai (putri kediri)
Topeng Dongkrek
Kesenian topeng khas Madiun ini biasanya digunakan untuk meramiakan pawai (arak-arakan),
penarinya melakukan tarian bebas sambil berjalan mengikuti arus pawai gerak tarinya
disesuaikan dengan macam topeng yang dipakai.
BALI-BALIAN
Pada mulanya gamelan tabuahan ini dipergunakan untuk memeriahkan orang- orang yang punya
hajat dan peringatan hari besar.
WAYANG GOLEK
WAYANG KLITIK
WAYANG GEDOG
REYOG TULUNGAGUNG
Mengambil ceritera Legenda Gunung Kidul jaman Kerajaan Kediri. Penari Reog Tulungagung
terdiri dari 6 orang, masing-masing membawa sebuah kendang kecil dan sekaligus sebagai
penabuhnya seperti gong, kenong dan sroni. Menurut ceritera rakyat, timbul kesenian reog
Tulungagung ini karena usaha JOTOSURO untuk menyunting DEWI SONGGOLANGIT
ditolak.
Akhirnya terjadilah peperangan dan Kediri kalah, perwira-perwiranya ditahan si Sentono Gedog.
Untuk mengalahkan Jotosuro Patih Kediri menyuruh Songgolangit pura-pura mau disunting
Jotosuro dengan syarat minta dibuatkan SUMUR BANDUNG dipuncak Kelut.
Setalah sumur jadi, Dewi Songgolangit ingin melihat sumur tersebut dengan naik tandu, tetapi
sebenarmya yang naik tandu adalah boneka yang persis Dewi Songgolangit. Dengan cara
demikian tawanan-tawanana Kediri dibebaskan dan ikut mengawal Dewi Songgolangit. Untuk
meramaikan perjalanan inilah REYOG dibentuk.
Koleksi Ukiran
ALMARI
KURSI NAGA
HIASAN PINTU
JODANG
KAP LAMPU
HALUAN PERAHU
CERMIN HIAS
DAKON
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Permainan Dakon dilakukan oleh para remaja putri pada waktu
senggang. Bertempat diberanda depan. Biji dakon dimasukkan kedalam
luang secara berurutan, yang mempunyai banyak simpanan dakon
dilubang dianggap menang.
Koleksi Ukiran
ALMARI
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Gaya ukir Jepara, Motif sulur dan kawung
KURSI NAGA
HIASAN PINTU
JODANG
KAP LAMPU
HALUAN PERAHU
CERMIN HIAS
A s a l : Stedelijk Historisch Museum Surabaya
Gaya Madura, dipergunakan oleh Bangsawwn Madura, Motif Salur-
saluran.
DAKON
didirikan oleh Von Vaber kerkebangsaan Jerman yang sudah menjadi warga Surabaya.
Lembaga kebudayaan ini didirikan pada tahun 1933, namun baru diresmikan pada tanggal 25 Juli
1937 di gedung sendiri di Jalan Pemuda 33 Surabaya. Sebelum Von Vaber sampai pada ide
untuk mendirikan sebuah museum, terdapat ide-ide dan pemikiran pokoknya yaitu:
Usaha-usaha ini dirintis oleh Von Vaber dimulai dengan mengumpulkan data secara sistematis
sebagai bahan penulisan buku "OLD SURABAYA" (Surabaya Lama). Setelah buku tersebut
dapat diterbitkan, langkah berikutnya adalah penulsian buku "NEW SURABAYA" (Surabaya
Baru) yang diterbitkan tahun 1933.
Museum yang dirintis oleh Von Vaber dimulaid dengan wujud yang sangat kecil dalam suatu
ruangan Readhuis Ketabang. Kemudian muncul tawaran dari Nyonya Janda Han Tjiong untuk
menempatkan museum ini dalam suatu ruangan di Tegal Sari yang luasnya lima kali dari luas
semula.
Karena perkembangannya maka ruangan tadi juga dirasakan kurang memadai lagi, untuk itu
diusahakan agar mendapat ruangan yang lebih luas dan memadai untuk museum. Usaha tersebut
terlaksana berkat diperolehnya sebuah bangunan baru di Jalan Simpang yang sekarang disebut
sebagai Jalan Pemuda Surabaya, dan dibiayai oleh masyarakat.
Von Vaber meninggal dunia pada tanggal 30 September 1955. Sepeninggal Von Vaber, museum
tersebut tidak terawat, koleksinya banyak yang rusak atau hilang. Kemudian museum
ditempatkan dibawah yayasan Pendidikan Umum yang menjaga kelangsungan hidup museum.
Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan museum ini kepada Pemerintah Daerah Propinsi
Jawa Timur. Peresmian dilakukan pada tanggal 1 Nopember 1974. Selanjutnya Museum Negeri
Jawa Timur ini diberi nama Mpu Tantular dengan lokasi awalnya dijalan Pemuda 3 Surabaya.
Karena penambahan koleksinya maka pada pertengahan bulan September - Oktober 1975
museum ini dipindahkan ke Jalan Taman Mayangkara 6 Surabaya, yang persesmiannya pada
tanggal 12 Agustus 1977.
Pra sejarah
Fosil adalah sisa orgasnisme yang telah membatu. Jenis fosil dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Gading Stegodon
2. Kulit kura-kura purba
3. tengkorak kerbau purba
4. S i p u t
5. Geraham bawah stegodon
6. T i r a m
7. Tulang pangkal paha beruang air
8. Tengkorak buaya
BATUAN ENDAPAN
Sebagai hasil proses pengendapan (sedimentasi) Bagian ini terjadi karena proses pengendapan
dan biasanya berlapis-lapis. Batuan endapan ini terdiri dari sedimen klastis dan sedimen
mekanis. Sedimen klastis terdiri dari hancuran-hancuran kasar, sedangkan sedimen mekanis
terjadi dari hancuran-hancuran halus. Batuan ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan
industri.
1. Breksi
2. Mangan
3. Sabak
4. Belerang
5. Piropilit
6. Kalpopilit
7. Leusit
8. Limonit
9. Fosfat
10. Leusit (tefrit)
11. Konglomerat
12. Gifs
13. Tufa kaca
14. Batu bara
15. Nafal
16. Apung tufaan
17. Zeolit
18. W a d
19. Perlit
20. Lempung
BATUAN BEKU
Sebagai hasil proses pendinginan bahan cair pijar. Batuan beku terjadi karena proses
pendinginan bahan cair pijar berasal dari dalam bumi (magma). Berdasarkan tempat
pembekuannya dapat dibedakan, batuan-batuan beku dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
1. Andesit (hypobisal)
2. Gabro
3. Andesit
4. Diorit
5. Andesit (Ekstrusi)
6. Basal
7. Dasit