Anda di halaman 1dari 4

Teori kuantum ikatan kimia

Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 11-08-2008

a. Metoda Heitler dan London

Sebagaimana dipaparkan di bagian 2.3, teori Bohr, walaupun merupakan model revolusioner,
namun gagal menjelaskna mengapa atom membentuk ikatan. Teori Lewis-Langmuir tentang
ikatan kovalen sebenarnya kualitatif, dan gagal memberikan jawaban pada pertanyaan
fundamental mengapa atom membentuk ikatan, atau mengapa molekul lebih stabil daripada dua
atom yang membentuknya.

Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan mekanika kuantum (mekanika gelombang).


Segera setelah mekanika kuantum dikenalkan, fisikawan Jerman Walter Heitler (1904-1981) dan
fisikawan Jerman/Amerika Fritz London (1900-1954) berhasil menjelaskan pembentukan
molekul hidrogen dengan penyelesaian persamaan gelombang sistem yang terdiri atas dua atom
hidrogen dengan pendekatan. Sistemnya adalah dua proton dan dua elektron (gambar 3.5(a)).
Mereka menghitung energi sistem sebagai fungsi jarak antar atom dan mendapatkan bahwa ada
lembah dalam yang berkaitan dengan energi minimum yang diamati dalam percobaan (yakni
pada jarak ikatan) tidak dihasilkan. Mereka mengambil pendekatan lain: mereka menganggap
sistem dengan elektron yang posisinya dipertukarkan (gambar 3.5(b)), dan menghitung ulang
dengan asumsi bahwa dua sistem harus menyumbang sama pada pembentukan ikatan. Mereka
mendapatkan kemungkinan pembentukan ikatan meningkat, dan hasil yang sama dengan hasil
percobaan diperoleh.

Dua keadaan di gambar 3.5 disebut “beresonansi”. Perbedaan energi antara plot (a) dan (b)
disebut energi resonansi. Enerhi di gambar 3.6(d) adalah energi untuk keadaan dengan spin dua
elektronnya sejajar. Dalam keadaan ini, tolakannya dominan, yang akan mendestabilkan ikatan,
yakni keadaan antibonding. Metoda Heitler dan London adalah yang pertama berhasil
menjelaskan dengan kuantitatif ikatan kovalen. Metoda ini memiliki potensi untuk menjelaskan
tidak hanya ikatan yang terbentuk dalam molekul hidroegn, tetapi ikatan kimia secara umum.
b. Pendekatan ikatan valensi

Marilah kita perhatikan metoda Heitler dan London dengan detail. Bila dua atom hidrogen dalam
keadaan dasar pada jarak tak hingga satu sama lain, fungsi gelombang sistemnya adalah
1s1(1)1s2(2) (yang berkaitan dengan keadaan dengan elektron 1 berkaitan dengan proton 1 dan
elektron 2 berhubungan dengan proton 2 sebagaimana diperlihtakna di gambar 3.5(a) (atau
1s1(2)1s2(1) yang berkaitan dengan keadaan dimana elektron 2 terikat di proton 1 dan elektron 1
berikatan dengan proton 2 sebagaimana diperlihatkan gambar 3.5(b)). Bila dua proton mendekat,
menjadi sukar untuk membedakan dua proton. Dalam kasus ini, sistemnya dapat didekati dengan
mudah kombinasi linear dua fungsi gelombang. Jadi,

Ψ+ = N+[1s1(1)1s2(2) +1s1(2)1s2(1)] (3.1)

Ψ-= N-[1s1(1)1s2(2) – 1s1(2)1s2(1)] (3.2)

dengan N+ dan N- adalah konstanta yang menormalisasi fungsi gelombangnya. Dengan


menyelesaikan persamaan ini, akan diperoleh nilai eigen E+ dan E- yang berkaitan dengan
gambar. 3.6(a) dan 3.6(b).

Metoda yang dipaparkan di atas disebut dengan metoda ikatan valensi (valence-bond/VB).
Premis metoda VB adalah molekul dapat diungkapkan dengan fungsi-fungsi gelombang atom
yang menyusun molekul. Bila dua elektron digunakan bersama oleh dua inti atom, dan spin
kedua elektronnya antiparalel, ikatan yang stabil akan terbentuk.

Pendekatan orbital molekul


Metoda VB dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan Amerika termasuk John Clarke Slater
(1900-1978) dan Linus Carl Pauling (1901-1994). Namun, kini metoda orbital molekul
(molecular orbital, MO) jauh lebih populer. Konsep dasar metoda MO dapat dijelaskan dengan
mudah dengan mempelajari molekul tersederhana, ion molekul H2+ (gambar 3.7).

(-h2/8π2m)∇2Ψ + VΨ = EΨ (2.21)

maka,

(-h2/8π2m)∇2Ψ +e2/4πε0[(-1/r1) -(1/r2) + (1/R)]Ψ = EΨ (3.3)

Ingat bahwa Ψ2 memberikan kebolehjadian menemukan elektron di dalam daerah tertentu. Bila
Anda jumlahkan fungsi ini di seluruh daerah, Anda akan dapatkan kebolehjadian total
menemukan elektron, yang harus sama dengan satu. Orbital biasanya dinormalisasi agar
memenuhi syarat ini, yakni ∫Ψ2 dxdydz = 1.

Fungsi gelombang sistem ini didapatkan dengan mensubstitusi potensialnya kedalam persamaan
2.21. Bila elektronnya di sekitar inti 1, pengaruh inti 2 dapat diabaikan, dan orbitalnya dapat
didekati dengan fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 1. Demikian pula, bila elektronnya
di sekitar inti 2, pengaruh inti 1 dapat diabaikan, dan orbitalnya dapat didekati dengan fungsi
gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 2.

Kemudian kombinasi linear dua fungsi gelombang 1s dikenalkan sebagai orbital molekul
pendekatan bagi orbital molekul H2. Untuk setiap elektron 1 dan 2, orbital berikut didapatkan.

φ+(1) = a[1s1(1) + 1s2(1)]

φ+(2) = a[1s1(2) + 1s2(2)] (3.4)

Orbital untuk molekul hidrogen haruslah merupakan hasilkali kedua orbital atom ini.

Jadi,
Ψ+(1, 2) = φ+(1)・ φ+(2) = a[1s1(1) + 1s2(1)] x a[1s1(2) + 1s2(2)]

= a2[1s1(1) 1s1(2) + 1s1(1) 1s2(2) + 1s1(2)1s2(1) + 1s2(1) 1s2(2)] (3.5)

Orbital ini melingkupi seluruh molekul, dan disebut dengan fungsi orbital molekul, atau secara
singkat orbital molekul. Seperti juga, orbital satu elektron untuk atom disebut dengan fungsi
orbital atom atau secara singkat orbital atom. Metoda untuk memberikan pendekatan orbital
molekul dengan melakukan kombinasi linear orbital atom disebut dengan kombinasi linear
orbital atom (linear combination of atomic orbital, LCAO).

Latihan 3.3 metoda VB dan MO

Perbedaan metoda VB dan MO terletak dalam hal seberapa luas kita memperhatikan keadaan
elektronik molekulnya. Carilah perbedaan ini dengan membandingkan persamaan 3.1 dan 3.5.

Jawab

Kecuali konstanta, suku kedua dan ketiga dalam persamaan 3.5 identik dengan dua suku di
persamaan 3.1. Keadaan elektronik yang dideskripsikan oleh suku-suku ini adalah keadaan
molekul sebab setiap elektron dimiliki oleh orbital yang berbeda. Di pihak lain, suku pertama
dan keempat persamaan 3.5 meakili keadaan ionik molekul H+ – H– sebab kedua elekktron
mengisi orbital atom yang sama. Persamaan 3.1 tidak memiliki suku-suku ini, Jadi, teori MO
mempertimbangkan keadaan ionik sementara metoda VN tidak.

Anda mungkin juga menyukai