Anda di halaman 1dari 6

Aturan Tata Nama Senyawa Organik

A. Aturan IUPAC untuk Alkana


1. Nama umum untuk hidrokarbon jenuh asiklik ialah alkana. Akhiran –ana digunaka untuk
semua hidrokarbon jenuh.
2. Alkana tanpa cabang dinamakan (setelah empat yang pertama yang mempunyai nama umum)
menurut jumlah atom karbonnya. Akar kata bahasa latin(pent-, heks-, dan seterusnya)
menunjukkan panjang rantai cabang.
3. Untuk alkana dengan rantai cabang, penamaan didasarkan pada penamaan rantai atom karbon
yang terpanjang. Misalnya, dalam struktur
CH3 CH3
l l
CH3- CH- CH- CH2- CH3
Rantai terpanjang terdiri dari 5 atom karbon. Karena itu senyawa ini dinamakan pentana
bersubstitusi.
4. Gugus yang menempel pada rantai utama dinamakan substituen. Substituent jenuhyang hanya
mengandung karbon dan hydrogen dinamakan gugus alkil. Nmanya berdasarkan nama alkana
dengan jumlah atom karbon yang sama dan mengganti akhiran –ana menjadi –il.
Contoh:
H
l
H -C– (gugus metil)
l
H
5. Lokasi gugus ditunjukkan dengan nama dan nomor. Rantai utama diberi nomor sedemikian
rupa sehingga substituent yang pertama terletak pada nomor karbon yang terendah. Bila ada
dua gugus identikyang menempel pada rantai utama, digunakan awalan di-, tri-, dan tetra-.
Setiap substituent harus diberi nama dan nomor sekalipun dua substituent yang identik
menempel pada atom karbon yang sama. Senyawa

CH3 CH3
l l
CH3- CH- CH- CH2- CH3
bernama 2, 3-dimetilpentana (namanya menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai dua
substituent metil, satu menempel pada karbon-3 dari rantai yang mempunyai lima karbon.
6. Tata nama penting artinya dalam penulisan nama IUPAC. Nama ditulis dalam satu baris.
Nomor-nomor dipisahkan satu sama lain dengan koma; nomor dan nama dipisahkan dengan
tanda garis. Jika terdapat dua atau lebihjenis substituent disusun menurut abjad, kecuali
awalan seperti di-, dan tri- tidak termasuk dalam abjad. Substituent terakhir merupakan
awalan bagi alkana induk dalam membentuk satu kata.

Contoh penerapan aturan IUPAC:

CH3
l
CH3-CH-CH2-CH3 2-metilbutana

CH3
l
CH3- C -CH2-CH3 2, 2-dimetilbutana
l
CH3

a. Tata nama Sikloalkana


Pada penamaannya digunakan awal siklo- pada nama alkana sesuai jumlah atom karbon pada
cincin. Struktur dan nama enam sikloalkana tak bersubstitusi adalah

Siklopropana siklobutana
Jika cincin mempunyai substituent alkil atau halogen. Apabila hanya terdapat satu
substituent, nomor tidak diperlukan, nomor diperlukan bila terdapat pada beberapa substituent.
Satu substituent berada pada karbon cincin nomor 1.
CH3
l
metilsiklopentana
B. Aturan IUPAC untuk Alkena dan Alkuna
Ketentuan-ketentuan IUPAC untuk alkena serupa dengan alkana dengan beberapa tambahan
mengenai penamaan dan lokasi ikatan ganda. Yaitu:
1. Ikatan ganda-dua karbon-karbon diberi akhiran –ena. Jika lebih dari satu ikatan ganda dua
akhirannya menjadi –diena, -triena.
2. Ikatan ganda harus masuk dalam rantai yang diberi nomor. Penomoran sedemikian rupa sehingga
karbon yang mempunyai ikatan ganda mendapatkan nomor yang terendah.
3. Kedudukan ikatan ganda dinyatakan menurut nomor atom karbon yang paling rendah dari setiap
ikatan ganda. Nomor-nomor ini diletakkan di muka nama senyawa.

Contoh penerapan aturan IUPAC:

1. CH2=CH2 etena
CH3
l
2. CH2= C-CH2-CH3 2-metil-1-butena

C. Aturan IUPAC untuk Alkohol


Nama umum untuk alcohol diturunkan dari gugus alkol yang melekat pada –OH dan kemudian
ditambahkan kata alcohol. Dalam system IUPAC, akhiran –ol menunjukkanadanya gugus
hidroksil. Contoh:
CH3OH = metanol
CH3CH2OH = etanol
CH3CHCH3
l = 2-propanol

D. Aturan IUPAC untuk Eter


Eter diberi nama berdasarkan gugus alkil menuruturutan abjad, diikuti dengan kata eter. Untuk
eter dengan struktur kompleks, kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR sebagai gugus
alkoksi.
Contoh:
CH3CH2- O –CH2CH3 = dietil eter
CH3CHCH2CH2CH3 = 2-metoksipentana
l
OCH3

E. Aturan IUPAC untuk Aldehida dan Keton


Dalam system IUPAC, aldehida diberi akhiran –al. Untuk aldehida yang mempunyai substituent,
penomoran rantai dimulai dari karbon aldehida.
Contoh:
O O
ll ll
H- C –H CH 3CHCH2 – C – H
(metanal) l
CH 3
3-metil butanal
Dalam system IUPAC, keton diberi akhiran –on. Penomoran dilakukan sehingga gugus karbonil
mendapat nomor kecil. Biasanya keton diberi namadengan menambahkan kata keton setelah
nama-nama gugus alkil yang melekat pada gugus karbonil.

Contoh:
O O
ll ll (heksanon)
CH3- C –CH2CH3 ( etilmetil keton)
F. Aturan IUPAC untuk Asam Karboksilat
Untuk memperoleh nama IUPAC suatu asam karboksilat diperlukan awalan kata asam dan
akhiran –at. Asam-asam bersubstitusi diberi nama menurut dua cara. Dalam system IUPAC,
nomor rantai dimulai dari atom karbonpembawa gugus karboksil dan substituent diberi nomor
lokasi. Jika nama umum yang digunakan, lokasi substituent dilambangkan dengan huruf latin,
dimulai dengan atom karbon α.
Jika gugus karboksilat dihubungkan dengan cincin, akhiran karboksilat ditambahkan pada nama
induk sikloalkana.

Contoh:
CH3CH2COOH = asam propanoat (asam propionat)
CH3(CH2)3COOH = asam pentanoat (asam valerat)

- COOH = asam siklopentanakarboksilat

G. Aturan IUPAC untuk Ester


Ester diturunkan dari asam dengan mengganti gugus –OH dengan gugus OR. Ester diberi nama
seperti penamaan pada garam. Contoh:

O O
ll ll
CH3- C –OCH2CH3 CH3CH2CH2C – OCH3
(etil asetat) (meti butanoat)
H. Aturan IUPAC untuk Amina
Amin sederhana diberi nama dengan menambahkan nama gugus alkil yang melekat pada
nitrogendan akhiran –amin. Gugus –NH 2 atau amino kadang-kadang dianggap sebagai substituen.
Contoh:
CH3CH2NH2 CH 3CHCH2CH2CH3
(etilamin) |
NH 2
(2-aminopentana)

Anda mungkin juga menyukai