Sub-Topik 6-1 Karakteristik Mikroba
Sub-Topik 6-1 Karakteristik Mikroba
Makanan Kaleng
F. Kusnandar, P. Hariyadi
6
dan N. Wulandari
Pendahuluan
Mikroorganisme tersebar luas di alam dan sebagai akibatnya produk
pangan jarang sekali yang steril, tetapi umumnya tercemar oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Pengawetan pangan merupakan usaha
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan.
Air
Oksigen
Suhu
(a) Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu
refrigerator (4oC). Kelompok mikroorganisme ini yang penting pada ma-
kanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-proteolitik
tipe B dan F.
(b) Mesofilik: suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal gudang.
Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh mikroorganisme
kelompok ini.
(c) Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik pada suhu 45-60oC. Jika
spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu
50oC, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran
suhu 50-66oC atau pada suhu yang lebih rendah (38oC), bakteri ini disebut
fakultatif termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu 77oC
dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (121oC selama 60
menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya
pada makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearother-
mophilus.
Nilai pH
Dalam hal proses sterilisasi tidak dapat diterapkan pada makanan berasam
rendah, maka penghambatan C. botulinum dapat dilakukan dengan memanipu-
lasi kondisi pH dengan proses pengasaman, penurunan aktivitas air atau penam-
bahan garam. Germinasi spora C. botulinum dapat dihambat dengan proses
pengasaman dimana pH produk pangan sehingga berada di bawah 4.6. Karena
dalam makanan asam hanya sel vegetatif yang perlu dibunuh, maka penggunaan
suhu seperti untuk mendidihkan air, atau pengemasan dalam keadaan panas
(hot filling) dapat dilakukan.
Bakteri dapat berbentuk sel vegetatif atau sel sporanya. Pada umumnya sel
vegetatif bakteri lebih sensitif terhadap panas dibanding sel sporanya, sehingga sel
vegetatif bakteri lebih mudah dihancurkan dibandingkan sel sporanya. Sel vegetatif
bakteri dapat dihancurkan dengan proses pasteurisasi, sedangkan sel spora umum-
nya dapat dihancurkan dengan proses sterilisasi.
Pembentukan spora bakteri adalah salah satu tahap istirahat dalam siklus kehi-
dupan bakteri. Spora bakteri adalah struktur tahan terhadap keadaan lingkungan
yang ekstrim, misalnya keadaan kering, pemanasan, keadaan asam, dsb. Beberapa
spora bakteri tahan pada suhu air mendidih (100oC) selama 16 jam. Spora yang
tahan panas juga tahan terhadap perlakuan kimia. Beberapa spora bakteri tahan
lebih dari tiga jam dalam larutan disinfektan yang biasa digunakan di industri pangan.
Bakteri yang tidak membentuk spora atau sel vegetatif dengan mudah dapat diinakti-
vasi dengan sanitiser.
Bakteri termofil juga dapat tumbuh pada peralatan yang kontak langsung
dengan makanan, sehingga makanan harus dipertahankan pada suhu 77oC atau
lebih tinggi lagi untuk mencegah pertumbuhan termofil. Selain itu, produk harus
segera didinginkan sampai suhu di bawah 41oC setelah sterilisasi dan menyimpan
produk ini di bawah suhu 35oC.
Jika bakteri non-pembentuk spora ditemukan pada makanan kaleng, hal ini
menunjukkan bahwa makanan tersebut diolah dengan pemanasan yang sangat
ringan atau telah terjadi kebocoran kaleng. Bakteri yang termasuk dalam kelom-
pok ini adalah mikrokoki dan bakteri asam laktat. Pada susu kental manis, per-
tumbuhan Micrococcus dapat menyebabkan susu menjadi lebih kental.
Kebusukan makanan kaleng oleh bakteri dapat disebabkan oleh salah satu
penyebab di bawah ini:
Flat Sour. Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami
kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan
berbau asam yang menusuk. Kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas spora bak-
teri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi.
Flipper. Apabila dilihat secara sekilas, kaleng terlihat norrnal tanpa keru-
sakan. Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lainnya
akan cembung.
Springer. Apabila Salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal,
sedangkan ujung yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang
cembung ini ditekan, maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
Swell. Apabila Kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat adanya
bakteri pembentuk gas. Swell (cembung) dibedakan menjadi soft swell yang
lunak dan masih bisa ditekan sedikit dengan jari, serta hard swell yang keras dan
tidak bisa ditekan ke dalam.
Rangkuman
4. Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroba dapat dilihat dari (a)
penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur),
(b) penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang; (c)
produk hancur dan pucat; dan (d) keruh atau tanda-tanda abnormal lain
Daftar Pustaka
Hariyadi, P. (Ed). 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Pusat
STudi Pangan dan Gizi IPB, Bogor.