Anda di halaman 1dari 2

TARI TOPENG KENCANA WUNGU

Nama: Yana Suryana

Nim: 0800363

Tari topeng dari Cirebon, merupakan salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng,
karena penarinya menggunakan topeng disaat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali
ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin
disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga
dimainkan oleh beberapa orang.

Karya Topeng Priangan, bersumber dari Topeng Cirebon gaya Palimanan


yang penyebarannya ke wilayah Priangan dilakukan oleh dalang (penari) Topeng
Wentar serta putri-putrinya yaitu Ami, Dasih, dan Suji. Dari catatannya
diperoleh keterangan bahwa Nugraha, mulai memperdalam Topeng Cirebon pada 9
September 1959 bersama Enoch Atmadibrata dan Soosman kerabat dekat R. Sambas
Wirakusumah yang pernah belajar Topeng Cirebon kepada Wentar. Tari Topeng Priangan karya
Nugraha, merupakan reinterpretasi, improvisasi, modifikasi atau inovasi serta seleksi terhadap
Topeng Cirebon sehingga terjadi transformasi budaya meliputi aspek gerak, tata busana, iringan,
dan konsep estetik yang digunakannya, yang menurut Nugraha: “merubah yang kurang pantas di
alam Parahiyangan disesuaikan dengan ‘kabeuki’ (kesukaan atau selera) Sunda.
Karena karakter budaya Cirebon besar kemungkinannya mempengaruhi gaya tari –
gerakan tari ada yang baik dan menguntungkan, ada pula yang sedikit merugikan.
Misalnya gerakan kalau di Bandung biasa dilakukan oleh Longser dengan istilah
populer ‘domba nini kencar-kencarkeun, domba nini batu jajar’ – hanya untuk
ditertawakan. Kecuali kalau dengan pidato dalang dalam ngabodor, jika ada
permintaan penanggap. Termasuk penyingkatan waktu penyajian dari 90 menit
menjadi 12, 7, bahkan 5 menit sesuai kebutuhan pentas”. Dalam kurun waktu yang
relatif singkat, antara tahun 1960 sampai dengan 1963, Nugraha menghasilkan
Tari Topeng Klana, Tumenggung, dan Kencana Wungu. Karyanya tersebut terus
menerus disempurnakan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga lahir Tari Topeng
Tiga Watak sekitar tahun 1968. Sebuah tarian yang menampilkan tiga karakter
kedok / topeng yaitu Pamindo, Patih dan Klana yang dibawakan oleh seorang
penari sebagaimana kebiasaan dalang (penari) Topeng Cirebon. Kemudian
berkembang menjadi tarian bertema yang menceritakan tentang Prabu Menakjingga
jatuh cinta dan tergila-gila kepada Ratu Kencana Wungu. Akhirnya Kencana Wungu
terbebas dari kejaran sang Prabu berkat pertolongan Patih Logender. Tarian ini
dibawakan oleh 3 orang penari yang berperan sebagai Ratu Kencana Wungu, Patih
Logender, dan Prabu Menakjingga.

Pengembangan juga terjadi pada busana tari Ratu Kencana Wungu yang tidak
mengenakan celana sontog serta baju kutung lagi, tetapi berbusana sinjang,
apok, mongkrong yang menyatu dengan tutup dada, soder, serta makuta Binokasih
susun tiga. Melalui tari Topeng Tiga Watak ini, Nugraha memperoleh kesempatan
mengajar tari dan musik di Center for World Music and Dance Berkeley California
tahun 1974 s.d 1975. Kini, Tari Topeng Priangan karya R. Nugraha Soediredja
merupakan materi wajib perkuliahan praktek tari di beberapa lembaga pendidikan
Tari Topeng Priangan merupakan buah karya maestro tari Sunda Nugraha Soradiredja.  Dalam
Tari Topeng terdapat 5 karakter utama atau lebih terkenal dengan TOPENG 5 Watakyaitu :

1. Topeng Panji yang menceritakan awal kehidupan manusia, sehingga topeng yang
dipakai berwarna putih bersih dan gerakannya yang lebih halus dan lembut. Bahkan
hampir tidak ada gerakan berjalan.
2. Topeng Samba atau Pamindo lebih leincah dalam gerakan karena lebih menampilkan
kisah masa kanak-kanak.
3. Topeng Rumiyang merupakan tarian dengan pase manusia telah meningkat ke akhir
baligh sehingga gerakan yang lincah dan lembut berbaur menjadi satu.
4. Topeng Patih atau Tumenggung menampilkan sosok manusia dewasa dengan gerakan
yang lebih tegas.
5. Topeng Kelana atau Rahwana menggambarkan tentang amarah pada diri manusia
sehingga setiap gerakannya tegas dan memerlukan tenaga lebih besar dari watak yang
lainnya.

Tari topeng  juga sering ditarikan dalam bentuk sendratari kecil selain tari topeng 5 watak ada
juga  topeng 3 watak yang menceritakan tentang Rahwana yang ingin mempersunting Dewi
Shinta.

Topeng 3 Watak hanya menampilkan 3 watak topeng yaitu Topeng Rumiyang atau Kencana
Wungu sebagai Dewi Shinta yang ditarikan oleh penari wanita dalam balutan kostum ungu, lalu
Topeng Patih dan Topeng Rahwana yang identik dengan warna merah.

Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari topeng kelana kencana wungu merupakan
rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-
kejar oleh prabu Menakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing
topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana
Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menakjingga
(disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan,
tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.

Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan
rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.

Anda mungkin juga menyukai