Anda di halaman 1dari 20

Sejak tahun 1970 timbul dua hal yang mengubah pandangan selama

ini yaitu:

•Istilah "Manajemen Produksi" berubah menjadi "Manajemen Operasi" seiring


dengan pengembangan produk jasa yang jauh lebih mencolok bila dibandingkan
dengan produk pabrikasi, sehingga orientasi manajemen operasi menjadi lebih luas
bukan saja pada bidang pabrikasi tetapi juga pada pengelolaan produk pelayanan
dan jasa.

•Fungsi operasi memberikan peranan baru sebagai bagian dari Strategi Usaha.
Peranan yang penting dan ikut menentukan keunggulan dalam memenangkan
persaingan. Sebelumnya orientasi "Business Strategy" hanya pada bidang
pemasaran dan bidang keuangan saja dan kemudian baru disadari hal ini ternyata
memberikan dampak melemahnya dunia industri.

Tahun 1980-an konsep "Factory Focus" diterapkan sebagai dasar dalam mengelola
organisasi operasi dan telah memberi hasil tingkat kinerja yang tinggi.
Pada dasawarsa berikutnya tahun 1990-an diperlukan perbaikan-perbaikan pada
konsep Factory Fokus ini dengan lebih menonjolkan keunggulan dalam persaingan
berdasarkan ketepatan waktu atau persaingan "Time Based".
Manajemen Produksi dan Operasi
(Overview Manajemen Produksi, Manajemen Produksi
pada SME dan Masalah Umum dalam Manajemen Produksi)

Pengertian produksi dalam industri manufaktur adalah menghasilkan barang


dengan menggunakan tenaga kerja/uang, bahan baku serta mesin.
Dalam industri jasa produksi berati menyediakan sesuatu yang digunakan atau
bernilai bagi pelanggan. Jasa tersebut dapat berkisar dari pelayanan purna
jual bagi peralatan sampai kepada bantuan dan saran gratis kepada klien.

Produksi menyangkut keterkaitan antara faktor-faktor internal dan eksternal.


Faktor internal yaitu faktor produksi yang berada dibawah kendali manajer
produksi (misal bahan baku, pekerja dan mesin); faktor eksternal adalah
yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh manajer produksi
(misal, ketersediaan dana untuk rnengadakan bahan baku)

Manajemen Produksi menyangkut aktivitas dalam planning, organizing,


controlling dan evaluating keseluruhan proses menghasilkan barang dan
menyediakan jasa dalam kualitas yang tepat, dengan tingkat biaya yang tepat,
dan waktu tepat dan tempat yang tepat
SIAPA ?

Manajer Produksi
Akan terlibat langsung dalam mengembangkan dan menghasilkan produk
dan jasa oleh perusahaan.
Konsen pada kegiatan produksi, karena disanalah produk yang akan dijual
kepada konsumen dibuat.

MENGAPA ?
Setiap kegagalan dalam proses produksi dapat mengakibatkan kerusakan
produk sehingga tidak dapat dijual (dengan harga pada tingkat melaba) >
tidak menghasilkan profit bagi manajer, karyawan dan sekaligus perusahaan.
BAGAIMANA ?

Tersedia perangkat konsep, prinsip dan teknik dalam manajemen produksi


yang akan membantu dalam mencapai tujuan tidak saja bagi kelancaran
proses produksi tetapi juga tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

Produktivitas;
Rasio antara keluaran dengan masukan. Barang yang dihasilkan dari
sejumlah input yang digunakan (bahan baku dan tenaga kerja). Makin besar
keluaran yang dikeluarkan dari sejumlah input yang digunakan maka
produktivitas makin tinggi, Produksi pada Perusahaan Kecil dan Menegah
(Small and Medium Enterprises-SME)
Fungsi produksi pada perusahaan besar dibandingkan dengan SME
menunjukkan kesamaan; namun keduanya beroperasi dalam kondisi yang
amat berbeda.
Pertama : Produksi di SME merupakan upaya manajemen seorang (one
man management) dimana manajer sekaligus pemilik menangani
hampir keseluruhan tugas. Manajer mengambil semua keputusan yang
didasarkan pada penilaiannya sendiri.
Kedua : Dalarn operasi SME hanya memberikan kelonggaran sedikit bagi
adanya kesalahan. Perusahaan besar akan dengan mudah mengabsorb
dampak buruk dari suatu keputusan yang salah, pada SME suatu kesalahan
akan merusak jalannya produksi yang mungkin berakibat fatal bagi
perusahaan.
Ketiga: Kebanyakan SME bekerja atas Job-order (pesanan) sedangkan
perusahan besar Produksinya kontinyu. Dalam produksi kontinyu-
dimana pabrik menghasilkan produk baku yang tidak berdasarkan
pesanan, jadi aliran produksi konstan.
Masalah Masalah Umum dalam Manajemen Produksi

Kegagalan merencanakan kegiatan produksi

Masalah di bidang ini akan menyebabkan tidak memadainya penyediaan


kebutuhan produksi. Gejalanya kekurangan bahan baku terus-menerus; tidak
dapat memenuhi SPEC dari pelanggan; penggunaan berkepanjangan dari
mesin dan perlatan usang dan tidak efisien; tidak memadainya biaya operasi

Tidak adanya Kendali (control)

Ketiadaan kendali efektif dalarn produksi menyebabkan volume keluaran


yang rendah serta tingginya tingkat penolakan, sisa dan kerusakan bahan
dan produk akhir, Kontrol kualitas, persediaan dari biaya biasanya
terabaikan pada SME
Produktivitas rendah
Rendahnya produktivitas pada SME umumnya karena perencanaan dan kontrol
yang buruk. Keadaan ini diperparah oleh rendahnya utilisasi sumber yang
mengakibatkan keluaran berupa produk inferior. Menurutnya produktivitas
disebabkan oleh: rendahnya hasil per volume bahan baku; tingginya upah kerja
dan inefisiensi tenaga kerja tak terlatih.

Terlalu banyak tanggung jawab terpusat pada seseorang


Seorang wirausaha di SME biasanya melakukan peran ganda tidak hanya sebagai
general manager tetapi juga melakukan pembelian, menyelia produksi, mengawasi
keuangan dan melakukan pemasaran. Problem berkaitan dengan organisasi dalam
manajemen produksi terlihat pada: Ketidak mampuan melakukan pendelegasian
wewenang; gagal memenuhi jadwal serta over sentralisasi fungsi administratif dan
teknis pada manajer pemilik.

Penggunaan peralatan dan mesin usang


Agar tetap bersaing SME harus menyesuaikan pada perkembangan baru baik
teknis maupun pada manajemen "know-how" pada kegiatan produksinya.
Penggunaaan mesin dan peralatan usang akan menyebabkan problema antara lain
pada kualitas produk serta produktivitas tenaga kerja.
Production Planning and Control (PPC)

Secara Umum Terdiri dari perencanaan dan organisasi proses produksi.


Secara spesifik meliputi perencanaan routing, Scheduling dispatching
operasi dan kendali material, men, machine and method.

Perencanaan produksi yang efektif akan mengurangi biaya manufaktur.


Sebaliknya kurangnya perencanaan menyebabkan produk yang desainya
buruk, produktivitas rendah dan biaya tinggi.
Konsep dasar Sistem Produksi :

Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem
produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional.
Sistem produksi mempunyai beberapa karakteristik berikut :

1.Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling


berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini
berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi
itu.

2.Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan


produk (barang dan atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga
kompetitif di pasar.

3.Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input


menjadi output secara efektif dan efisien.

4.Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa


optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Desain proses Strategik dalam Sistem Manufaktur :

Pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang perlu dipertimbangkan


oleh pihak manajemen ketika mendisain proses strategik dalam suatu
sistem manufaktur, yaitu :

1.Strategi respons terhadap permintaan konsumen


2.Strategi Desain Proses Manufakturing
3.Strategi sistem perencanaan dan pengendalian manufakturing
Strategi respons terhadap permintaan konsumen

Design to order (Engineer to Order)

Dalam strategi Design-to-Order atau kadang-kadang disebut sebagai


Engineer-to-Order, perusahaan tidak membuat produk itu
sebelumnya. Dengan demikian bagi perusahaan yang memilih strategi
ini tidak mempunyai sistem inventori, karena produk baru akan
didesain dan diproduksi setelah ada permintaan pelanggan. Biasanya
pihak pelanggan akan meminta proposal yang berkaitan dengan biaya
dan waktu pembuatan produk dari produsen (producer). Apabila ada
pesanan dari pelanggan, pihak produsen (perusahaan industri) akan
mengembangkan desain untuk produk yang diminta (termasuk
pertimbangan waktu dan biaya
Make to order
Perusahaan industri dg strategi ini hanya mempunyai desain produk dan beberapa
material standar dalam sistem inventori, dari produk-produk yang telah dibuat
sebelumnya.
Aktivitas proses pembuatan produk bersifat khusus yang disesuaikan dengan setiap
pesanan dari pelanggan. Siklus pesanan (order cycle) dimulai ketika pelanggan
memberikan spesifikasi produk yang dipesan. Produsen menawarkan harga dan
waktu penyerahan berdasarkan atas permintaan pelanggan.
Dalam strategi Make-to-Order, produser dan pelanggan dapat sering berdiskusi
untuk mencari altematif reduksi biaya, reduksi waktu pengiriman, dan/atau
memenuhi kebutuhan aktual dari pelanggan
Assemble-to-Order
Perusahaan industri yang memilih strategi Assemble-to-Order akan memiliki
inventori yang terdiri dari semua sub assemblies atau modul-modul. Apabila
pelanggan memesan produk, produsen secara cepat merakit modul-modul yang
ada dan mengirimkan dalam bentuk produk akhir ke pelanggan. Strategi
Assemble-to-Order digunakan oleh perusahaan-perusahaan industri yang
memiliki produk modular, di mana beberapa produk akhir membentuk modul-
modul umum (common modules). Dalam praktek, permintaan untuk modul-
modul dapat diramalkan secara lebih akurat dibandingkan peramalan untuk
produk akhir. Dengan demikian perusahaan industri ini dapat menanggapi
permintaan pelanggan secara lebih efisien melalui peramalan dan penyimpanan
modul-modul dalam inventori, kemudian merakit produk akhir hanya
berdasarkan penerimaan pesanan dari pelanggan.
Dalam strategi Assemble-to-Order, perusahaan industri memiliki risiko yang
moderat berkaitan dengan investasi inventori. Fokus operasional dari
perusahaan industri yang memilih strategi Assemble-to-Order terarah pada
modul-modul dan parts. Industri otomotif, komputer komersial, restoran,
seperti Mcdonald's, dapat dikategorikan dalam strategi Assemble-to-Order.
• Make-to-Stock
• Perusahaan industri yang memilih strategi Make-to-Stock akan
memiliki inventori yang ter-diri dari produk akhir {finished product)
untuk dapat dikirim dengan segera apabila ada per-mintaan dari
pelanggan. Dalam strategi Make-to-Stock, siklus waktu {cycle time)
dimulai ke-tika produsen menspesifikasikan produk, memperoleh
bahan baku {raw materiat), dan mem-produksi produk akhir untuk
disimpan dalam stock. Apabila pelanggan memesan produk, dengan
asumsi bahwa produk itu telah disimpan dalam stock, produsen
akan mengambil produk itu dari stock dan mengirimkannya kepada
pemesan.
• Dalam strategi Make-to-Stock, perusahaan industri memiliki risiko
yang tinggi berkaitan dengan investasi inventori, karena pesanan
pelanggan secara aktual tidak dapat diidentifikasi secara tepat
dalam proses produksi. Permintaan aktual dari pelanggan
hanya dapat
• diramalkan, di mana sering kali tingkat aktual dari produksi hanya
berkorelasi rendah de-ngan pesanan pelanggan aktual yang
diterima. Berkaitan dengan hal ini, perusahaan industri yang
memilih strategi Make-to-Stock harus membangun sistem informasi
pasar yang andal agar secara lebih akurat dapat meramalkan
permintaan aktual dari konsumen.
• Fokus operasional dari perusahaan industri yang memilih strategi
Make-to-Stock terarah pada pengisian kembali inventori
{replenishment of inventory), di mana sistem produksi mene-tapkan
tingkat inventori {inventory level) berdasarkan pada antisipasi
pesanan yang akan da-tang, dan bukan berdasarkan pesanan yang
ada sekarang. Industri untuk barang-barang konsumsi {consumer's
goods) seperti: pakaian, peralatan rumah tangga, telepon, produk
ma-kanan, mainan anak-anak, karpet, dan lain-lain, dapat
dikategorikan dalam strategi Make-to-Stock.
Make-to-Demand
Strategi Make-to-Demand dapat dianggap sebagai suatu strategi baru yang dikembangkan dalam perusahaan industri,
di mana respons terhadap permintaan pelanggan secara total adalah fleksibel. Dalam strategi Make-to-Demand,
penyerahan produk dari perusahaan ber-kaitan dengan kualitas dan waktu penyerahan {delivery time) secara tepat
berdasarkan keinginan pelanggan. Strategi ini responsif secara lengkap {completely responsive) terhadap pe-sanan
pelanggan (sesuai spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan), tetapi dapat menye-rahkan produk dengan
kecepatan mendekati strategi Make-to-Stock.
Perusahaan industri dapat menggunakan kombinasi dari berbagai strategi yang ada un-tuk memenuhi permintaan
pelanggan. Mengingat ketergantungannya pada situasi kompetitif, dalam strategi Make-to-Demand, desain, bahan
baku {raw materials), komponen-komponen, assemblies, dan/atau produk akhir dapat disimpan dalam inventori,
asalkan tetap memper-hitungkan efisiensi dan efektivitas dari sistem inventori itu. Strategi Make-to-Demand dicip-
takan untuk menanggapi kompetisi sekarang yang sangat ketat dalam dunia industri, ter-utama berkaitan dengan
waktu penyerahan {time-based competition).
Strategi Make-to-Demand dapat diterapkan pada produk-produk industri yang telah ber-ada pada tahap menurun
{declining stage) dari siklus hidup produk (product life cycle), karena produk-produk itu membutuhkan features
dan pilihan-pilihan {options) yang lebih banyak di-sertai dengan harga yang lebih rendah serta waktu penyerahan
lebih cepat agar dapat ber-tahan di pasar yang sangat kompetitif itu.
Siklus hidup produk (product life cycle) merupakan tahap-tahap yang akan dilalui oleh suatu produk dari permulaan
sampai akhir, yaitu tahap: pengenalan {introduction), pertum-buhan {growth), stabil/matang {maturity), dan
menurun {decline). Siklus hidup produk itu biasanya diukur dengan menggunakan penjualan produk. Interpretasi
klasik dari siklus hi-dup produk adalah:
1®= Tahap pengenalan atau permulaan {introduction phase), biasanya dicirikan dengan per-ubahan desain produk
secara cepat, banyak jenis produk baru yang diperkenalkan dan volume produk yang sangat rendah, sehingga
angka penjualan produk masih rendah.
Strategi Desain Proses Manufakturing

Project (No product Flow)

Job Shop (Jumbled Flow)

Line Flow (Small Batch or Interrupted Line Flow, Large Batch


or Repetitive Line Flow, and Continuous Line Flow)

Flexible Manufacturing System (FMS)

Agile Manufacturing System (AMS)


Strategi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manufakturing

Project (No product Flow)

Job Shop (Jumbled Flow)

Line Flow (Small Batch or Interrupted Line Flow, Large Batch or


Repetitive Line Flow, and Continuous Line Flow)

Flexible Manufacturing System (FMS)

Agile Manufacturing System (AMS)


Sejak tahun 1970 timbul dua hal yang mengubah pandangan selama
ini yaitu:

•Istilah "Manajemen Produksi" berubah menjadi "Manajemen Operasi" seiring


dengan pengembangan produk jasa yang jauh lebih mencolok bila dibandingkan
dengan produk pabrikasi, sehingga orientasi manajemen operasi menjadi lebih luas
bukan saja pada bidang pabrikasi tetapi juga pada pengelolaan produk pelayanan
dan jasa.

•Fungsi operasi memberikan peranan baru sebagai bagian dari Strategi Usaha.
Peranan yang penting dan ikut menentukan keunggulan dalam memenangkan
persaingan. Sebelumnya orientasi "Business Strategy" hanya pada bidang
pemasaran dan bidang keuangan saja dan kemudian baru disadari hal ini ternyata
memberikan dampak melemahnya dunia industri.

Tahun 1980-an konsep "Factory Focus" diterapkan sebagai dasar dalam mengelola
organisasi operasi dan telah memberi hasil tingkat kinerja yang tinggi.
Pada dasawarsa berikutnya tahun 1990-an diperlukan perbaikan-perbaikan pada
konsep Factory Fokus ini dengan lebih menonjolkan keunggulan dalam persaingan
berdasarkan ketepatan waktu atau persaingan "Time Based".

Anda mungkin juga menyukai