Bab 6
Konsep Dasar Analisis Biaya
Bagaimanapun secara konseptual CCRP adalah sama untuk semua organisasi, yang sangat
tergantung pada komitmen dan upaya inovatif dari manajemen untuk mengurangi
pemborosan (waste elimination) terhadap komponen :
Biaya tenaga kerja (labor costs)
Biaya material (materials cost)
Biaya energi (energy costs)
Biaya boaya pengeluaran lainnya (expense costs, space requirements costs, etc)
Program reduksi biaya terus menerus yang melibatkan semua manajemen fungsional
ditunjukkan dalam bagan berikut :
Reaksi Berantai Deming dalam CCRP
Menurut deming, setiap upaya perbaikan kualitas akan membuat aktivitas proses dalam
sistem industri menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Produktivitas total industri secara
keseluruhan akan meningkat karena waste dan inefisiensi akan berkurang. Konsumen akan
memperoleh produk industri yang berkualitas tinggi pada tingkat biaya per unit yang
menurun secara terus menerus. Seseorang yang memperoleh produk berkualitas tinggi pada
tingkat harga yang kompetitif pada teman temannya, sehingga permintaan terhadap produk
itu akan meningkat. Hal ini pada akhirnya akan memperluas pasar yang berarti akan
meningkatkan pangsa pasar (market share). selanjutnya apabila industri itu tetap dalam
bisnis, maka akan meningkatkan kesempatan kerja, serta meningkatkan pengembalian
investasi (return on investment =ROI).
Apabila suatu perusahaan industri dengan komitmen yang tinggi dari manajemen secara
simultan berhasil mengurangi pemborosan terus menerus yang ditandai oleh biaya kualitas
total semakin menurun dan berhasil juga meningkatkan kepuasan pelanggan terus menerus,
maka dalam perjalanan waktu akan menghasilkan keuntungan yang semakin tinggi, karena
penerimaan total (total revenue) akan semangit meningkat sedangkan biaya total (total cost)
akan semakin menurun.
Dampak Eliminasi Pemboborosan dan Reduksi Biaya terhadap Peningkatan Keuntungan
Terus Menerus
Dari Bagan VI.3, tampak bahwa melalui menghilangkan factor-faktor penyebab pemborosan
akan menurunkan biaya produksi atau operasional secara terus-menerus, sehingga
meningkatkan nilai tambah bagi produk (barang dan/atau jasa) itu. Terdapat perbedaan
strategi yang mendasar antara bisnis dan industri tradisional (konvensional) dan industri
modern (industri kelas dunia) untuk melakukan reduksi pemborosan dan biaya terusmenerus
dalam sistem bisnis dan industri. Perbedaan-perbedaan itu ditunjukkan dalam Tabel VI.5.
Penggunaan biaya kualitas dalam program peningkatan kinerja dapat mengikuti beberapa
langkah berikut:
Menetapkan sistem pengukuran biaya kualitas.
Mengembangkan analisis kecenderungan penurunan biaya kualitas terhadap ukuran-
ukuran lain, seperti: persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan,
keuntungan, biaya produksi, dll.
Menetapkan sasaran peningkatan tahunan serta dalam pemilihan proyek-proyek
peningkatan kinerja berdasarkan pertimbangan manfaat penurunan biaya kegagalan
kualitas (COPQ).
Mengembangkan analisis kecenderungan jangka pendek dengan target-target kinerja
individual, sehingga apabila pencapaian target-target kinerja individual itu
dikombinasikan, akan memenuhi atau mencapai target peningkatan tahunan secara
keseluruhan di tingkat organisasi perusahaan itu.
Memantau kemajuan dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas menuju target
kinerja yang telah ditetapkan manajemen perusahaan, misalnya berupa pencapaian
target kegagalan nol (zero defects oriented), peningkatan kapabilitas proses yang lebih
besar atau sama dengan Six Sigma, dan penurunan biaya kegagalan kualitas (COPQ)
dibandingkan terhadap nilai penjualan, keuntungan, biaya produksi, dll
Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs), merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformansi (errors and nonconformance)
yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke pelanggan.
Contoh dari biaya kegagalan internal adalah:
• Scrap: biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya “overhead” pada
produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.
• Pekerjaan ulang (Rework): biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan
(mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesifikasi produk yang ditentukan.
• Analisis Kegagalan (Failure Analysis): biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis
kegagalan produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan itu.
• Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and Retesting): biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
• Downgrading: selisih di antara harga jual normal dan harga yang dikurangi karena alasan
kualitas.
• Avoidable Process Losses: biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun produk itu tidak
cacat, sebagai contoh: kelebihan bobot produk yang diserahkan ke pelanggan karena
variabilitas dalam peralatan pengukuran, dan lain-lain.
6.4 Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Pendek (Short-Run Cost Function Estimation)
Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Pendek (Short-Run Cost Function Estimation) Dalam
konsep biaya jangka pendek, kita telah mengetahui bahwa: TC = TFC + TVC. Jika kita
mengasumsikan bahwa model fungsi biaya total (TC) yang cocok adalah fungsi regresi
kubik, maka persamaan biaya total itu dapat dinyatakan, sebagai berikut:
TC = a + bQ + cQ2 + dQ3 di sini: a = TFC dan bQ + cQ2 + dQ3 = TVC.
Dari persamaan biaya total: TC = a + bQ + cQ2 + dQ3 , dapat diperoleh beberapa informasi
penting, sebagai berikut:
1. Biaya tetap total (TFC) diukur berdasarkan koefisien konstanta atau intersep dari
persamaan regresi kubik, a, sedangkan biaya tetap rata-rata (AFC) diukur berdasarkan:
a/Q. 5/31/11 10:22:26 AM 389
2. Biaya variabel total (TVC) diukur berdasarkan persamaan regresi:
TVC = bQ + cQ2 + dQ3 .
3. Biaya variabel rata-rata (AVC) diukur berdasarkan:
AVC = TVC/Q = (bQ + cQ2 + dQ3 ) / Q = b + cQ + dQ2 .
4. Biaya marjinal jangka pendek (SMC) diukur berdasarkan:
SMC = ∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q = b + 2cQ + 3dQ2 .
5. Elastisitas biaya dari output (EC) diukur berdasarkan:
EC = %∆TC / %∆Q = (∆TC / TC) / (∆Q / Q) = (∆TC/∆Q) / (TC / Q) = SMC / ATC = SMC /
(AFC + AVC).
6. Biaya variabel rata-rata (AVC) mencapai minimum apabila: AVC = SMC, diukur
berdasarkan:
b + cQ + dQ2 = b + 2cQ + 3dQ2 atau cQ + 2dQ2 = 0, pada saat Q = -c / 2d.
Catatan: cQ + 2dQ2 = 0 (c + 2dQ)(Q) = 0 c + 2dQ = 0 Q = -c / 2d .
6.5 Konsep Dasar Biaya Produksi Jangka Panjang (Long-Run Production Cost)
Sebagaimana telah dikemukakan dalam konsep produksi jangka panjang, bahwa dalam
produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi, tidak ada
inputtetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya
variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat
menambah semua faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh perusahaan.
Dalam teori biaya produksi jangka panjang juga terdapat teori- teori biaya yakni diantaranya
ialah :
a) Biaya total (jangka panjang)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya
bersifatvariabel.Biaya total sama dengan perubahan biaya variabel.di tulis dengan rumus:
LTC = LVC
Dimana :
LTC = Biaya total Jangka Panjang (Long Run Total Cost)
LVC = Biaya Variabel Jangka Panjang (Long Run Variable Cost)
b) Biaya Marjinal
Adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya
totaladalah sama dengan perubahan biaya variabel.Maka rumusnya adalah :
LMC =∆LTC / ∆Q
Di mana :
LMC = Biaya Marjinal Jangka Panjang (Long Run Marginal Cost)
∆LTC = Perubahan Biaya Total Jangka Panjang
∆Q = Perubahan Output
c) Biaya Rata-Rata
Adalah Biaya total di bagi jumlah output.Di tunjukkan dengan rumus :
LAC = LTC / Q
Dimana :
LAC = Biaya Rata– Rata Jangka Panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output
6.6 Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Panjang (Long-Run Cost Function Estimation)
(TC = f(Q, r, w)
FUNGSI KUBIK : TC0 = aQ3 bQ2 + cQ + d + er + fw Jika r dan w meningkat 2 kali
sementara output dan input tetap, maka : TC1 = aQ3 bQ2 + cQ + d + e(2r) + f(2w) TC1 =
aQ3 bQ2 + cQ + d + 2(er + fw ) TC1 = aQ3 bQ2 + cQ + d + (er + fw ) + (er + fw ) TC1 =
TC0 + (er + fw ) ternyata TC1 2 TC0 , yang seharusnya TC1 = 2 TC0 jadi gagal
menjelaskan.
6.7 Evaluasi Sistem Biaya Perusahaan
Konsep Biaya Standar (Standard Costs) dan Varians (Variances)
Biaya Standar (Standard Cost)
Merupakan biaya per unit yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membuat satu
unit produk (barang/jasa). Perusahaan biasanya menggunakan biaya-biaya standar
untuk material, tenaga kerja langsung, dan variable overhead.
Varians (Variances)
Merupakan selisih di antara biaya aktual dan biaya standar (actual and standard cost),
yang dalam konteks program reduksi biaya terus-menerus perlu dihitung untuk
menyelidiki lebih lanjut mengapa terjadi penyimpangan itu, siapa yang bertanggung
jawab atas penyimpangan itu, dan bagaimana upaya untuk menyelesaikan masalah
penyimpangan itu.