Anda di halaman 1dari 13

Resume Ekonomi Manajerial

Bab 6
Konsep Dasar Analisis Biaya

6.1 Keunggulan Kompetitif Melalui Reduksi Biaya Produksi


Biaya produksi dalam sistem industri sangat memainkan peranan penting, karena ia
menciptakan keunggulan kompetitif dalam persaingan antar industri dipasar global. Hal ini
disebabkan proporsi biaya produksi dapat mencapai sekitar 70% - 90% dari biaya total
penjualan secara keseluruhan, sehingga reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi
akan membuat harga jual yang ditetapkan oleh produsen menjadi lebih kompetitif.

Konsep Dasar Program Reduksi Biaya Terus Menerus


Program reduksi biaya terus menerus (continous cost reduction program = CCRP) merupakan
suatu program yang disusun secara sistematik untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas
industri melalui reduksi atau eliminasi pemborosan secara terus menerus terhadap semua
aktivitas yang terlibat dalam sistem industri. Peluang untuk menyusun CCRP akan berbeda
dari satu perusahaan keperusahaan lain tergantung pada spesifikasi dari industri itu.

Bagaimanapun secara konseptual CCRP adalah sama untuk semua organisasi, yang sangat
tergantung pada komitmen dan upaya inovatif dari manajemen untuk mengurangi
pemborosan (waste elimination) terhadap komponen :
 Biaya tenaga kerja (labor costs)
 Biaya material (materials cost)
 Biaya energi (energy costs)
 Biaya boaya pengeluaran lainnya (expense costs, space requirements costs, etc)

Program reduksi biaya terus menerus yang melibatkan semua manajemen fungsional
ditunjukkan dalam bagan berikut :
Reaksi Berantai Deming dalam CCRP

Menurut deming, setiap upaya perbaikan kualitas akan membuat aktivitas proses dalam
sistem industri menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Produktivitas total industri secara
keseluruhan akan meningkat karena waste dan inefisiensi akan berkurang. Konsumen akan
memperoleh produk industri yang berkualitas tinggi pada tingkat biaya per unit yang
menurun secara terus menerus. Seseorang yang memperoleh produk berkualitas tinggi pada
tingkat harga yang kompetitif pada teman temannya, sehingga permintaan terhadap produk
itu akan meningkat. Hal ini pada akhirnya akan memperluas pasar yang berarti akan
meningkatkan pangsa pasar (market share). selanjutnya apabila industri itu tetap dalam
bisnis, maka akan meningkatkan kesempatan kerja, serta meningkatkan pengembalian
investasi (return on investment =ROI).

Apabila suatu perusahaan industri dengan komitmen yang tinggi dari manajemen secara
simultan berhasil mengurangi pemborosan terus menerus yang ditandai oleh biaya kualitas
total semakin menurun dan berhasil juga meningkatkan kepuasan pelanggan terus menerus,
maka dalam perjalanan waktu akan menghasilkan keuntungan yang semakin tinggi, karena
penerimaan total (total revenue) akan semangit meningkat sedangkan biaya total (total cost)
akan semakin menurun.
Dampak Eliminasi Pemboborosan dan Reduksi Biaya terhadap Peningkatan Keuntungan
Terus Menerus

Dari Bagan VI.3, tampak bahwa melalui menghilangkan factor-faktor penyebab pemborosan
akan menurunkan biaya produksi atau operasional secara terus-menerus, sehingga
meningkatkan nilai tambah bagi produk (barang dan/atau jasa) itu. Terdapat perbedaan
strategi yang mendasar antara bisnis dan industri tradisional (konvensional) dan industri
modern (industri kelas dunia) untuk melakukan reduksi pemborosan dan biaya terusmenerus
dalam sistem bisnis dan industri. Perbedaan-perbedaan itu ditunjukkan dalam Tabel VI.5.

Jenis-jenis Pemborosan (Wastes):


Sumber-sumber pemborosan dalam suatu sistem bisnis dan industri adalah:
1. Pemborosan pada Input:
 Kelebihan persediaan (overstocking)
 Material-material yang tidak terpakai (cacat,usang)

2. Pemborosan pada Proses:


 Scrap dan pekerjaan ulang
 Proses yang tidak efisien
 Proses yang kuno/usang
 Proses tidak andal

3. Pemborosan pada Output:


 Kelebihan produksi yang tidak terjual (overproduction)
 Produk cacat
 Produk usang/ketinggalan mode

Pemborosan dalam Lini Produksi:


 Pekerjaan ulang (rework)
 Scrap
 Pekerjaan jelek
 Hasil-hasil yang rendah
 Inventori untuk pengaman (buffer inventories)
 Lini produksi terhenti karena kegagalan mesin dan/atau peralatan
 Lini produksi terhenti karena kekurangan material
 Kerusakan mesin dalam waktu lama
 Perubahan-perubahan rekayasa (engineering changes)
 Tambahan penggunaan input (tenaga kerja, material, dll) karena desain produk yang
jelek.

Pemborosan dalam Departemen Material:


 Inventori pengaman (buffer inventories)
 Kelebihan material
 Material yang usang
 Waktu inspeksi kedatangan material yang lama
 Kehilangan inventori
 Terlalu banyak pemasok
 Terlalu banyak pesanan pembelian (purchase orders)
 Keterlambatan pengiriman
 Fasilitas yang besar atau luas untuk menyimpan inventori

Pemborosan Yang Terkait Dengan Pemasok:


 Kualitas parts yang jelek
 Keterlambatan pengiriman
 Pengiriman dalam jumlah besar
 Selisih perhitungan material yang dikirim dengan pesanan pembelian
 Pekerjaan ulang (rework)
 Ongkos-ongkos yang tinggi
 Kesalahan-kesalahan dalam pengiriman
Pemborosan dalam Departemen Pembelian (Purchasing)
 Keterlambatan dan/atau ketidaktepatan penerbitan PO (purchase order)
 Keterlambatan penyerahan material
 Ketidaktepatan kualitas material sesuai spesifikasi yang dibutuhkan
 Kekurangan kuantitas material yang dipesan
 Ketiadaan analisis kinerja dari pemasok material
 Keterlambatan dalam menanggapi keluhan-keluhan (complaints)

Konsep Dasar Biaya Kualitas


Banyak perusahaan kelas dunia sekarang menggunakan biaya kualitas (cost of quality)
sebagai tolok ukur keberhasilan program reduksi biaya terus-menerus, terutama dikaitkan
dengan program program peningkatan kinerja Lean Six Sigma yang berupaya mencapai
target zero defects/errors, seperti ditunjukkan dalam Tabel VI.12.

Perusahaan-perusahaan kelas dunia menciptakan pengukuran biaya kualitas (quality costs)


untuk beberapa alasan berikut :
1. Mengkuantifikasi ukuran dari masalah kualitas dalam Bahasa “uang”, guna
meningkatkan komunikasi di antara manajer menengah dan manajer puncak.
2. Kesempatan utama untuk reduksi biaya dapat diidentifikasi secara tepat.
3. Kesempatan untuk mengurangi ketidakpuasan pelanggan dan ancaman-ancaman yang
berkaitan dengan produk yang dipasarkan dapat diidentifikasi. Beberapa biaya dari
kualitas jelek (costs of poor quality) merupakan hasil dari kegagalan produk setelah
penjualan.

Perusahaan-perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator


keberhasilan program reduksi biaya terusmenerus melalui perbaikan kualitas, yang dapat
dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain seperti :
1. Biaya kualitas dibandingkan terhadap nilai penjualan (persentase biaya kualitas total
terhadap nilai penjualan), semakin rendah nilai ini menunjukkan program peningkatan
kinerja semakin efektif dan efisien.
2. Biaya kualitas dibandingkan terhadap keuntungan (persentase biaya kualitas total
terhadap nilai keuntungan), semakin rendah nilai ini menunjukkan program
peningkatan kinerja semakin efektif dan efisien.
3. Biaya kegagalan internal dibandingkan terhadap biaya produksi total (persentase
biaya kegagalan internal terhadap biaya produksi total), di mana semakin rendah nilai
ini menunjukkan program peningkatan kinerja semakin efektif dan efisien.

Penggunaan biaya kualitas dalam program peningkatan kinerja dapat mengikuti beberapa
langkah berikut:
 Menetapkan sistem pengukuran biaya kualitas.
 Mengembangkan analisis kecenderungan penurunan biaya kualitas terhadap ukuran-
ukuran lain, seperti: persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan,
keuntungan, biaya produksi, dll.
 Menetapkan sasaran peningkatan tahunan serta dalam pemilihan proyek-proyek
peningkatan kinerja berdasarkan pertimbangan manfaat penurunan biaya kegagalan
kualitas (COPQ).
 Mengembangkan analisis kecenderungan jangka pendek dengan target-target kinerja
individual, sehingga apabila pencapaian target-target kinerja individual itu
dikombinasikan, akan memenuhi atau mencapai target peningkatan tahunan secara
keseluruhan di tingkat organisasi perusahaan itu.
 Memantau kemajuan dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas menuju target
kinerja yang telah ditetapkan manajemen perusahaan, misalnya berupa pencapaian
target kegagalan nol (zero defects oriented), peningkatan kapabilitas proses yang lebih
besar atau sama dengan Six Sigma, dan penurunan biaya kegagalan kualitas (COPQ)
dibandingkan terhadap nilai penjualan, keuntungan, biaya produksi, dll

Pada dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs), merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformansi (errors and nonconformance)
yang ditemukan sebelum menyerahkan produk itu ke pelanggan.
Contoh dari biaya kegagalan internal adalah:
• Scrap: biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya “overhead” pada
produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.
• Pekerjaan ulang (Rework): biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan
(mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesifikasi produk yang ditentukan.
• Analisis Kegagalan (Failure Analysis): biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis
kegagalan produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan itu.
• Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and Retesting): biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
• Downgrading: selisih di antara harga jual normal dan harga yang dikurangi karena alasan
kualitas.
• Avoidable Process Losses: biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun produk itu tidak
cacat, sebagai contoh: kelebihan bobot produk yang diserahkan ke pelanggan karena
variabilitas dalam peralatan pengukuran, dan lain-lain.

2. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs), merupakan biaya-biaya yang


berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformansi (errors and nonconformance)
yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke Pelanggan
Contoh dari biaya kegagalan eksternal adalah:
• Jaminan (Warranty): biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan
kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.
• Penyelesaian Keluhan (Complaint Adjustment): biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
• Produk Dikembalikan (Returned Product): biaya-biaya yang berkaitan dengan
penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
• Allowances: biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan karena
produk yang berada di bawah standar kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan
atau yang tidak memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.

3. Biaya Penilaian (Appraisal Costs), merupakan biaya-biaya yang berhubungan


dengan penentuan derajat konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi yang
ditetapkan).
Contoh dari biaya penilaian adalah:
• Inspeksi dan Pengujian Kedatangan Material: biaya-biaya yang berkaitan dengan
penentuan kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada saat
penerimaan, melalui inspeksi yang dilakukan pada pemasok, atau melalui inspeksi
yang dilakukan pihak ketiga.
• Inspeksi dan Pengujian Produk dalam Proses: biaya-biaya yang berkaitan dengan
evaluasi tentang konformansi produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas
(spesifikasi) yang ditetapkan.
• Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
tentang konformansi produk akhir terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang
ditetapkan.
• Audit Kualitas Produk: biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada produk
dalam proses atau produk akhir.
• Pemeliharaan Akurasi Peralatan Pengujian: biaya-biaya dalam melakukan kalibrasi
untuk mempertahankan akurasi instrumen pengukuran dan peralatan.
• Evaluasi Stok: biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam
penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas

4. Biaya Pencegahan (Prevention Costs), merupakan biaya-biaya yang berhubungan


dengan upaya pencegahan terjadi kegagalan internal maupun eksternal, sehingga
meminimumkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.
Contoh dari biaya pencegahan adalah:
• Perencanaan Kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan
kualitas secara keseluruhan,
termasuk penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan
rencana kualitas ke seluruh
pihak yang berkepentingan.
• Peninjauan-ulang Produk Baru (New-Product Review): biaya biaya yang berkaitan
dengan rekayasa
keandalan (reliability engineering) dan aktivitas-aktivitas lain terkait dengan kualitas
yang berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.
6.2 Konsep Dasar Biaya Produksi Jangka Pendek (Short-Run Production Cost)
 Biaya tetap (fixed costs), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran
input-input tetap (fixed inputs) dalam proses produksi jangka pendek. Dalam jangka
pendek, yang termasuk dalam biaya tetap adalah: biaya untuk mesin dan peralatan,
upah dan gaji tetap untuk tenaga kerja atau karyawan, dll. Biaya tetap total (total fixed
cost), dalam buku ini dinotasikan sebagai: TFC.
 Biaya variabel (variable costs), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran input-input variabel (variable inputs) dalam proses produksi jangka
pendek. Dalam jangka pendek, yang termasuk biaya variabel adalah: biaya atau upah
tenaga kerja langsung, biaya material, dll. Biaya variabel total (total variable cost),
dalam buku ini dinotasikan sebagai: TVC.
 TC (Total Cost) = TFC + TVC. Dengan demikian biaya total produksi jangka pendek
dapat didefinisikan sebagai penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya
variabel total (TVC).
 Biaya tetap rata-rata (AFC) dihitung melalui pembagian antara biaya tetap total
(TFC) dan kuantitas output yang diproduksi (Q). Jadi AFC = TFC / Q . Sedangkan
biaya variabel rata-rata (AVC) dihitung melalui pembagian antara biaya variabel total
(TVC) dan kuantitas output yang diproduksi (Q). Jadi AVC = TVC / Q .
 Biaya total rata-rata (average total cost) yang dinotasikan sebagai ATC merupakan
pembagian antara biaya total (TC) dan kuantitas output yang diproduksi, atau
penjumlahan antara biaya tetap rata-rata (AFC) dan biaya variabel rata-rata (AVC).
Jadi ATC = TC / Q atau ATC = (TFC + TVC) / Q = TFC/Q + TVC/Q = AFC + AVC
 Konsep biaya jangka pendek lain yang perlu diketahui adalah biaya marjinal jangka
pendek (short-run marginal cost) yang dinotasikan sebagai SMC.
 Biaya marjinal jangka pendek (SMC) didefinisikan sebagai perubahan dalam salah
satu, biaya variabel total atau biaya total, per unit perubahan output.
 Jadi SMC = ∆TVC/∆Q atau ∆TC/∆Q . Catatan: ∆TC/∆Q = ∆(TFC + TVC)/∆Q =
∆TFC/∆Q + ∆TVC/∆Q = 0 + ∆TVC/∆Q = ∆TVC/∆Q
6.3 Hubungan biaya jangka pendek dengan produksi jangka pendek  
Terdapat suatu hubungan antara biaya jangka pendek dan produksi jangka pendek. Biaya
total (TC) jangka pendek dapat dituliskan dalam bentuk produksi jangka pendek yang
menggunakan input variabel tenaga kerja, L, dengan tingkat upah sebesar w per unit tenaga
kerja, dan input tetap modal, K, dengan harga dari input modal sebesar r per unit modal,
sebagai berikut: TC = wL + rK. Selanjutnya kita dapat mengkaji hubungan antara biaya
variabel rata-rata (AVC) dan produk rata-rata dari tenaga kerja (APL), serta biaya marjinal
jangka pendek (SMC) dan produk marjinal dari tenaga kerja (MPL), sebagai berikut:
▪ Berdasarkan konsep biaya jangka pendek, telah diketahui bahwa:
AVC = TVC/Q
▪ Berdasarkan konsep produksi jangka pendek, telah diketahui bahwa:
APL =Q/L atauQ=APL xL
Dari pembahasan di atas, kita telah mengetahui pula bahwa biaya variabel total (TVC) untuk
produksi jangka pendek yang menggunakan input variabel tenaga kerja, L, dengan tingkat
upah sebesar w per unit penggunaan tenaga kerja adalah: TVC = w x L.
Berdasarkan hubungan-hubungan di atas, kita dapat menuliskan bentuk hubungan antara
AVC dan APL, sebagai berikut:
AVC=TVC/Q=(wxL)/(APL xL)=w/APL
Dengan demikian diketahui bahwa biaya variabel rata-rata (AVC) untuk produksi jangka
pendek yang menggunakan satu input variabel tenaga kerja, merupakan rasio antara tingkat
upah tenaga kerja, w, dan produk rata-rata dari tenaga kerja (APL).
• Berdasarkan konsep biaya jangka pendek, telah diketahui bahwa:
SMC= ∆TVC/∆Q
Berdasarkan konsep produksi jangka pendek, telah diketahui bahwa:
MPL = ∆Q/∆L atau ∆Q = MPL x ∆L
Dari pembahasan di atas, kita telah mengetahui pula bahwa biaya variabel total (TVC) untuk
produksi jangka pendek yang menggunakan input variabel tenaga kerja, L, dengan tingkat
upah sebesar w per unit penggunaan tenaga kerja adalah:
TVC = w x L.
Hal ini berarti pula bahwa: ∆TVC = w x ∆L.
Berdasarkan hubungan-hubungan di atas, kita dapat menuliskan bentuk hubungan antara
SMC dan MPL, sebagai berikut:
SMC=∆TVC/∆Q=(wx∆L)/(MPL x ∆L)=w/MPL

6.4 Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Pendek (Short-Run Cost Function Estimation)
Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Pendek (Short-Run Cost Function Estimation) Dalam
konsep biaya jangka pendek, kita telah mengetahui bahwa: TC = TFC + TVC. Jika kita
mengasumsikan bahwa model fungsi biaya total (TC) yang cocok adalah fungsi regresi
kubik, maka persamaan biaya total itu dapat dinyatakan, sebagai berikut:
TC = a + bQ + cQ2 + dQ3 di sini: a = TFC dan bQ + cQ2 + dQ3 = TVC.

Dari persamaan biaya total: TC = a + bQ + cQ2 + dQ3 , dapat diperoleh beberapa informasi
penting, sebagai berikut:
1. Biaya tetap total (TFC) diukur berdasarkan koefisien konstanta atau intersep dari
persamaan regresi kubik, a, sedangkan biaya tetap rata-rata (AFC) diukur berdasarkan:
a/Q. 5/31/11 10:22:26 AM 389
2. Biaya variabel total (TVC) diukur berdasarkan persamaan regresi:
TVC = bQ + cQ2 + dQ3 .
3. Biaya variabel rata-rata (AVC) diukur berdasarkan:
AVC = TVC/Q = (bQ + cQ2 + dQ3 ) / Q = b + cQ + dQ2 .
4. Biaya marjinal jangka pendek (SMC) diukur berdasarkan:
SMC = ∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q = b + 2cQ + 3dQ2 .
5. Elastisitas biaya dari output (EC) diukur berdasarkan:
EC = %∆TC / %∆Q = (∆TC / TC) / (∆Q / Q) = (∆TC/∆Q) / (TC / Q) = SMC / ATC = SMC /
(AFC + AVC).
6. Biaya variabel rata-rata (AVC) mencapai minimum apabila: AVC = SMC, diukur
berdasarkan:
b + cQ + dQ2 = b + 2cQ + 3dQ2 atau cQ + 2dQ2 = 0, pada saat Q = -c / 2d.
Catatan: cQ + 2dQ2 = 0 (c + 2dQ)(Q) = 0 c + 2dQ = 0 Q = -c / 2d .

6.5 Konsep Dasar Biaya Produksi Jangka Panjang (Long-Run Production Cost)
Sebagaimana telah dikemukakan dalam konsep produksi jangka panjang, bahwa dalam
produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi, tidak ada
inputtetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya
variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat
menambah semua faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh perusahaan.

Dalam teori biaya produksi jangka panjang juga terdapat teori- teori biaya yakni diantaranya
ialah :
a) Biaya total (jangka panjang)
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya
bersifatvariabel.Biaya total sama dengan perubahan biaya variabel.di tulis dengan rumus:
LTC = LVC
Dimana :
LTC = Biaya total Jangka Panjang (Long Run Total Cost)
LVC = Biaya Variabel Jangka Panjang (Long Run Variable Cost)

b) Biaya Marjinal
Adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya
totaladalah sama dengan perubahan biaya variabel.Maka rumusnya adalah :
LMC =∆LTC / ∆Q
Di mana :
LMC = Biaya Marjinal Jangka Panjang (Long Run Marginal Cost)
∆LTC = Perubahan Biaya Total Jangka Panjang
∆Q = Perubahan Output

c) Biaya Rata-Rata
Adalah Biaya total di bagi jumlah output.Di tunjukkan dengan rumus :
LAC = LTC / Q
Dimana :
LAC = Biaya Rata– Rata Jangka Panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output

6.6 Pendugaan Fungsi Biaya Jangka Panjang (Long-Run Cost Function Estimation)
(TC = f(Q, r, w)
FUNGSI KUBIK : TC0 = aQ3  bQ2 + cQ + d + er + fw Jika r dan w meningkat 2 kali
sementara output dan input tetap, maka : TC1 = aQ3  bQ2 + cQ + d + e(2r) + f(2w) TC1 =
aQ3  bQ2 + cQ + d + 2(er + fw ) TC1 = aQ3  bQ2 + cQ + d + (er + fw ) + (er + fw ) TC1 =
TC0 + (er + fw )  ternyata TC1  2 TC0 , yang seharusnya TC1 = 2 TC0  jadi gagal
menjelaskan.
6.7 Evaluasi Sistem Biaya Perusahaan
 Konsep Biaya Standar (Standard Costs) dan Varians (Variances)
Biaya Standar (Standard Cost)
Merupakan biaya per unit yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membuat satu
unit produk (barang/jasa). Perusahaan biasanya menggunakan biaya-biaya standar
untuk material, tenaga kerja langsung, dan variable overhead.

Varians (Variances)
Merupakan selisih di antara biaya aktual dan biaya standar (actual and standard cost),
yang dalam konteks program reduksi biaya terus-menerus perlu dihitung untuk
menyelidiki lebih lanjut mengapa terjadi penyimpangan itu, siapa yang bertanggung
jawab atas penyimpangan itu, dan bagaimana upaya untuk menyelesaikan masalah
penyimpangan itu.

Anda mungkin juga menyukai