B. ALLOANAMNESA
Diperoleh dari : Marliati
Umur : 49 Tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Karuwisi No.9
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama dan alasan MRSJ : mengamuk
B. Riwayat penyakit sekarang,perhatikan :
Masa Dewasa
Riwayat pendidikan : Pasien tamat SMP
Riwayat Pekerjaan : Pasien belum kerja
Aktivitas sosial : Pasien tergolong anak pendiam dan tidak mudah bergaul
Riwayat perkawinan : sudah menikah
E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara (P, P, P, P, L, L, L )
Pasien tinggal dengan orang tua dan anaknya 1 orang yang berumur 6,5 tahun
F. Situasi sekarang :
Pasien tinggal dengan orang tuanya dan anaknya. Pasien masih bisa mengurus dirinya
sendiri walaupun kadang masih harus diperintah.
AUTOANAMNESIS
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik, pasien mendengar suara – suara yang menyuruhnya
bunuh diri.
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada.
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran :
a. Produktivitas : Kurang
b. Kontinuitas : Relevan, Koheren
c. Hendaya Berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran :
a. Preokupasi : tidak ada
b. Gangguan Pikiran : delusion of influence
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya Nilai :
a. Norma Sosial : Terganggu
b. Uji Daya Nilai : baik
c. Penilaian Realita : Terganggu
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Sesuai PPDGJ-III, pedoman diagnostic untuk skizofrenia YTT yakni memenuhi kriteria umum
untuk diagnosis skizofrenia, dan pasien ini memiliki kriteria umum yakni dari anamnesis
didapatkan adanya Delusion of influence dan halusinasi auditorik
Pada kasus ini, gejala-gejala yang ada tidak memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia
paranoid karena pada skizofrenia paranoid di tandai dengan gejala delusi (waham)dan halusinasi
dengan tema curiga,cemburu,kebesaran dan wahan kejaran yang sistematik. sedangkan pada
pasien ini tidak menunjukan ide-ide curiga dan wahan kebesaran, sedangkan pada skizofrenia
herbefrenik untuk menegaskan diagnosis ini perlu dilakukan observasi selama 2-3 bulan untuk
melihat apakah gejalanya bertahun atau tidak.sedangkan untuk katatonik tidak menunjukan
gejala, bicarapun lancar,tidak ada gangguan motorik, sedangkan pada skizoafektif dimana
gangguan alam perasaan yang menonjol adalah perasaan gembira dan berlebihan (mania) dan
atau kesedihan yang mendalam (depresi) yang silih berganti dan dalam hal ini pasien tidak
mengalami hal tersebut, sehingga menurut saya pasien ini masuk dalam kriteria skizofrenia YTT,
pasien tidak masuk dalam katagori manapun.
Yang terakhir pada pedoman diagnostik untuk skizofrenia YTT yakni tidak memiliki Kriteria
untuk skizforenia residual atau depresi pasca skizofrenia. dalam hal ini pasien tidak memenuhi
Kriteria tersebut.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Sesuai PPDGJ-III termasuk kronisitas, diagnosis tambahan, dan diagnosis yang perlu disingkirkan
dan dimonitor kode (kalau ada).
o Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan adanya gejala klinik yang
bermakna yaitu pasien mengamuk, dan merasa bahwa dirinya mendengar Suara – suara
yang menyuruhnya bunuh diri sehingga menimbulkan penderitaan (distress) baik bagi
dirinya maupun orang lain yang mengakibatkan hendaya (disability) baik dalam bidang
sosial, pekerjaan maupun dalam penggunaan waktu senggang sehingga digolongkan
kedalam gangguan jiwa.
Pada pasien juga terdapat hendaya berat dalam menilai realita yaitu halusinasi auditorik dan
delusion of influence. Pada pemeriksaan fisis internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan sehingga digolongkan kedalam gangguan jiwa psikotik non organik.
Dari anamnesis didapatkan adanya halusinasi dan delusion of influence sehingga dapat
dikategorikan sebagai skizofrenia (F.20). karena tidak memenuhi pedoman diagnostic untuk
skizofrenia paranoid, hebefrenik, dan katatonik dan masih dibutuhkan observasi, maka
pasien didiagnosis skizofrenia YTT (F 20.9)
o Aksis II : belum didapatkan data yang cukup untuk menentukan cirri kepribadian yang khas
maka dikatakan aksis II tertunda.
o Aksis III : tidak ditemukan kelainan organik.
o Aksis IV : stressor psikososial tidak jelas.
o Aksis V : GAF 60 – 51 : gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
Ada Gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk fase non psikotik prodromal).
Harus ada sesuatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overail quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior) dan bermanifestasi
sebagai hilangnya minat hidup, hidaup tak bertujuan tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara social.
Skizofrenia merupakan salah sati dari kelompok psikotik yang di karakteristikkan dengan
gejala positif dan negative dan sering dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam
menjalankan fungsinya sehari-hari. Sekizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang berat
yang membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikkan dengan
disorganisasi pikiran, perasaan dan perilaku.
Pada pasien ini ditegakkan sebagai skizofrenia berdasarkan PPDGJ III, yaitu adanya waham
berupa waham aneh. Gejala ini berupa halusinasi auditorik yang terus menerus dan gejala
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu 4 bulan.
Berdasarkan PPDGJ III, didiagnosis sebagai skizofrenia tak terinci (undifferentiated) jika
memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia tapi tidak memenuhi criteria untuk
diagnosis skizofrenia paranoid, herbefrenik, katatonik, skizofrenia residual, skizoafektif dan juga
tidak memenuhi criteria depresi pasca skizofrenia.
Adapun deferensial diagnosanya adalah skizofrenia herbefrenik karena munculnya gejala
awal pada usia remaja yaitu, usia 19 tahun, perilaku yang aneh dan kekanak-kanakan. Tapi untuk
menegakkan diagnosis herbefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinyu selama 2 atau 3 bulan lamanya untuk melihat apakah gejala-gejala tersebut tetap
bertahan atau tidak.
X. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
Haloperidol 1,5 mg 3x1
Psikoterapi
o Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
o Konselling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai
penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien mengetahui kondisi dirinya.
o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitar agar
member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana kondusif sehingga
membantu proses penyembuhan.
XI. FOLLOW UP
o Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
o Pastikan pasien mendapat psikoterapi.
DAFTAR ISI
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
B. ALLOANAMNESA
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
II. STATUS MENTAL
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
VII. DAFTAR PROBLEM
VIII. PROGNOSIS
IX. DISKUSI PEMBAHASAN
X. RENCANA TERAPI
XI. FOLLOW UP
LAPORAN REFARAT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FEBRUARI 2010
LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH :
SAHRIANI
SUPERVISOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
FEBRUARI 2010
DISUSUN OLEH :
SAHRIANI
PEMBIMBING :
dr. HAM FRANSISKUS SUSANTO
SUPERVISOR :