Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

SKIZOFRENIA YTT

Nama : Tn. Dg. M


Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Bugis
Pendidikan : SMP
Alamat/No.Telepon : Masamba/ 085242264222
No. Status :-
Masuk RS Tanggal : 25 Agustus 2018

LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
 Tn. Zulkifli,
 Alamat : Pangkep Kec. Ma’rang,
 Hubungan dengan Pasien : Keponakan

1. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama :
Mengamuk

B. Riwayat Gangguan sekarang


Seorang laki-laki berumur 49 tahun dibawa ke RSKD Dadi untuk ketiga
kalinya oleh keponakannya dengan keluhan mengamuk. Pasien mengamuk
sejak 2 minggu yang lalu di Mamasa dan makin memberat hingga kini. 2
minggu yang lalu pasien mulai sering membawa parang dan menghalangi
warga di jembatan dengan parang. Setelah itu pasien dikunckan di kamar oleh
keluarganya dan dalam kamar pasien merusak barang barang yang ada dalam

1
kamar tersebut. Kejadian terakhir pasien ingin menebas kaki anaknya dengan
parang melalui celah yang ada di tangga kayu tetapi tidak mengenai sang anak.
Setelah itu pasien diasingkan ke pangkep oleh keluarganya dan selanjutnya
dibawa ke RSKD Dadi. Pasien kadang mondar mandir tidak jelas. Pasien sering
terbangun di malam hari sekitaran jam 3 dan kadang kalau bangun pasien
sering teriak dan pukul dinding. Pasien sering bicara sendiri dan mendengar
suara suara tidak jelas. Makan pasien teratur, mandi kurang teratur, dan tidur
juga terganggu
Awal perubahan perilaku sejak 2007/2008 ketika pasien ditinggal istirnya.
Setelah itu pasien memikirkan keluarganya dan timbul gejala gejala stress dan
dibawa ke RSKD Dadi untuk pertama kalinya. Setelah keluar dari RS untuk
pertama kalinya, pasien sempat merasa sehat dan sudah pergi bekerja, karena
pasien merasa sehat pasienpun berhenti minum obat. Setelah putus obat,
keadaan pasien kambuh lagi dan dibawa lagi ke RSKD Dadi untuk kedua
kalinya pada tahun 2017. Setelah keluar, pasien sempat merasa baikan dan 1
bulan yang lalu keadaan pasien kambuh dan makin memberat. Pergaulan
pasien setelah sakit agak tertutup karena dijauhi oleh warga. Hubungan pasien
dengan istri tidak jelas dan hubungan dengan anaknya kurang bagus.
Pendidikan terakhir pasien SMP. Pasien putus obat sejak tahun 2017 akhir
Hendaya/disfungsi :
✓ Hendaya sosial : (+) kurang interaksi dengan keluarga
dan tidak ada interaksi di lingkungan sosial
✓ Hendaya pekerjaan : (+) pasien tidak bekerja
✓ Hendaya penggunaan waktu senggang : (+) pasien gelisah dan
hanya mondar-mandir di dalam rumah
 Faktor stresor psikososial
✓ Memikirkan masalah istri dan anak anaknya setelah ditinggalkan
istrinya
 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya :
✓ Tidak ada riwayat penyakit fisik yang ditemukan

2
C. Riwayat gangguan sebelumnya
✓ Trauma (-)
✓ Kejang (-)
✓ Infeksi (-)
✓ Napza { Merokok (+) 1 bungkus/hari, alkohol dan narkotik (-)}

D. Riwayat kehidupan peribadi


✓ Pasien lahir normal dibantu oleh bidan
✓ Pertumbuhan dan perkembangan normal, ASI cukup
✓ Pendidikan tertinggi SMP
✓ Pergaulan dengan teman kantor cukup bagus tetapi agak dijauhi
✓ Keadaan pasien sebelum sakit seperti orang normal lainnya

E. Riwayat kehidupan keluarga


✓ Pasien anak pertama dari tujuh bersaudara ( ♂, ♂ , ♀,♂, ♀,♂,♂)
✓ Hubungan dengan keluarga kurang bagus
✓ Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
✓ Pasien memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak (♂,♂ ,♀,♂)

F. Situasi sekarang
Saat ini pasien tinggal dengan adek kandung pasien yang ke 3 beserta ipar
dan keponakan

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien merasa dirinya sakit tapi tidak mengetahui penyebabnya

3
Autoanamnesis
Pasien dilakukan autoanamnesis di UGD RSKD Dadi pada tanggal 25 Agustus 2018
pada jam 19.00 WITA
DM : Selamat sore pak, perkenalkan saya innal dokter muda disini, Siapa namata’
pak?
M : Pak dg. M
DM : Pak M. tahu berapa umur ta sekarang?
M : lupaka dok, kelahiran 70 ka’ dok
DM : Dimanaki tinggal?
M : di Mamasa dok
DM : Berapaki bersaudara Pak ?
M : 7 dok
DM : Anak keberapaki ?
M :1
DM : Bapak tahu berada dimanaki sekarang?
M : Tau dok, rumah sakit jiwa ini dok
DM : Pernahki dirawat disini pak?
M : iye dok pernah dok
DM : Berapa lamaki dulu dirawat disini pak?
M : lupaka dok karena lamami saya keluar dok
DM : Bapak tahu alasan ta dibawa kesini?
M : tidak tau juga dok, keluargaku bilang mengamukka dok
DM : apa kita rasa sekarang pak?
M : sedih ka’ dok
DM : Kenapaki sedih pak?
M : Tidak tahu dok
DM : Kalau malam bisa tidur?
M : iye dok bisaji
DM : Bapak biasa dengar ada suara-suara yang berbisik ditelingata?
M : iye dok ada
DM : Suara cewek atau cowok kita dengar?

4
M : Kadang-kadang cowok kadang-kadang cewek
DM : Ingat apa yang dia bilang Pak?
M : tidak saya tau juga dok, kayaknya dia ceritaika’ dok
DM : Seperti apa misalnya?
M : Tidak tahu dok
DM : Kalau sekarang kita masih dengar itu suara?
M : iya dok kadang kadang
DM : Apa na bilang?
M : sembarang dok
DM : Tidak pernahji kita dengar suara-suara yang mengancam bapak?
M : Tidak tau
DM : Berapa anak ta?
M : 4 orang
DM : Ingat berapa kali ki masuk rumah sakit?
M : lupa ma’ dok, lama sekalimi
DM : terus keluarki dari rumah sakit sehat kita’ rasa?
M : iye dok
DM : Ada obat yang dikasihki?
M : Ada,
DM : Warna apa obatnya?
M : lupaka dok,
DM : Kenapaki berhenti minum obat ?
M : sehatmi saya rasa dok
DM : Bapak tahu artinya, panjang tangan ?
M : iya dok, pencuri
DM : Kalau 100-7 berapa pak?
M : 97 dok
DM : Terima kasih pak, nanti saya tanya-tanya lagi, abaikan mi saja suara suara
yang kita dengar selalu pak, nanti obatnya diminum teratur biar itu suara suara
jadi hilang yah pak

5
M : iya dok

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : tampak seorang laki-laki , tampak sesuai umur (49 tahun),
perawakan pasien normal, memakai baju kaos putih dan celana panjang kain
hitam, perawatan diri terawat,
2. Kesadaran :
a. Kuantitas : Compos Mentis
b. Kualitatif : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : saat wawancara pasien cukup tenang.
4. Pembicaraan : spontan, intonasi kecil, cepat dan lancar
5. Sikap terhadap pemeriksaan : cukup kooperatif

B.Keadaan afektif ( mood ), perasaan, empati dan perhatian


1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual ( kognitif ) :


1. Taraf pendidikan, pengetahuhan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi dan perhatian : Cukup
3. Orientasi ( waktu, tempat, dan orang ) : Cukup
4. Daya ingat
a. Jangka panjang : Cukup
b. Jangka sedang : Cukup
c. Jangka segera : Cukup
5. Pikiran abstrak : Cukup
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup

6
D. Ganguan persepsi
1. Halusinasi : auditorik, Mendengar banyak suara suara yang kadang
menceritai dirinya
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E.Proses berfikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontiniuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Ganguan isi pikiran : Tidak ada

F.Pengendalian impuls : Terganggu


G.Daya nilai
1. Normo sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu

H.Tilikan ( insight ) : Derajat 2

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan fisik
 Keadaan pasien tampak gelisah, tingkat kesadaran composmentis, status internus:
TD= 110/80 mmHg, Nadi=80 x/menit, Pernapasan= 21 x/menit, Suhu= 36,7 0C, ;
status anemis (-), ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan

7
 Status Neurologis
a. GCS : E4M6V5
b. Rangsang meningeal : Tidak dilakukan
c. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor : Tidak ada
- Cara berjalan : Terganggu
- Keseimbangan : Terganggu
d. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas Normal
e. Kesan : Normal

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA:


Seorang laki-laki berumur 49 tahun dibawa ke RSKD Dadi untuk ketiga
kalinya oleh keponakannya dengan keluhan mengamuk. Pasien mengamuk sejak 2
minggu yang lalu di Mamasa dan makin memberat hingga kini. 2 minggu yang lalu
pasien mulai sering membawa parang dan menghalangi warga di jembatan dengan
parang.. Kejadian terakhir pasien ingin menebas kaki anaknya dengan parang melalui
celah yang ada di tangga kayu tetapi tidak mengenai sang anak.. Pasien sering
terbangun di malam hari sekitaran jam 3 dan kadang kalau bangun pasien sering teriak
dan pukul dinding. Pasien sering bicara sendiri dan mendengar suara suara tidak jelas.
Awal perubahan perilaku sejak 2007/2008 ketika pasien ditinggal istirnya. Setelah itu
pasien memikirkan keluarganya dan timbul gejala gejala stress dan dibawa ke RSKD
Dadi untuk pertama kalinya. 1 bulan yang lalu keadaan pasien kambuh dan makin
memberat. Pergaulan pasien setelah sakit agak tertutup karena dijauhi oleh warga.
Hubungan pasien dengan istri tidak jelas dan hubungan dengan anaknya kurang bagus.
Pasien putus obat sejak tahun 2017 akhir
Pada pemeriksaan status mental tampak seorang laki-laki berambut hitam
lurus, mengenakan baju kaos putih, dan celana panjang kain hitam, perawatan diri
cukup. Kesadaran berubah, perilaku dan psikomotor tenang, pembicaraan spontan,
intonasi biasa, cepat dan lancar, afek terbatas dan konsentrasi cukup, daya ingat cukup.
Gangguan persepsi, halusinasi auditorik berupa mendengar suara suara yang

8
menceritai dirinya. Daya nilai terganggu. Tilikan derajat 2, pasien kadang sadar dirinya
sakit dan kadang merasa sehat dan menolak minum obat

V. EVALUASI MULTIAKSIAL : (Sesuai PPDGJ-III)

 Aksis I

Ditemukan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien mengamuk, susah tidur,
berjalan mondar-mandir, teriak teriak tengah malam dan memukul dinding. Hal ini
menimbulkan penderitaan dan hendaya bagi pasien dan orang lain (hendaya sosial,
hendaya pekerjaan, hendaya penggunaan waktu senggang) sehingga dikategorikan
sebagai gangguan jiwa.

Dari pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
yaitu halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan organobiologik sehingga kemungkinan gangguan
mental organik dapat disingkirkan dan pasien dikategorikan sebagai gangguan
jiwa psikotik non organik

Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan


adanya psikomotor yang cukup tenang, afek terbatas, halusinasi auditorik.
Berdasarkan PPDGJ-III maka gejala-gejala yang ditunjukkan diatas oleh pasien
masuk dalam kategori Skizofrenia (F20)

Pada pasien ini tidak memenuhi kriteria skizofrenia hebefrenik, paranoid,


katatonik, simpleks, depresi pasca skizofrenia, dan skizofrenia tak terinci, sehingga
digolongkan ke dalam Skizofrenia YTT (F20.9)

Didiagnosis banding dengan Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif


berat dengan gejala psikotik (F31.5)

 Aksis II

9
Pasien memiliki ciri kepribadian yang cukup ramah sehingga tidak memenuhi
kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu dan pada pasien ini dikatakan belum
mengarah ke salah satu ciri kepribadian yang khas.

 Aksis III

Tidak ada diagnosis

 Aksis IV

Primary Support Group

 Aksis V

GAF scale pasien saat ini adalah 50-41 dengan gejala berat disabilitas berat.

VI. DAFTAR PROBLEM :

 Organobiologis : ada gangguan keseimbangan neurotransmitter di otak, sehingga


memerlukan terapi farmakoterapi

 Psikologik : Ditemukan adanya gejala berat serta hendaya berat dalam fungsi
psikis, sehingga diperlukan terapi psikologi

 Sosiologi : Adanya gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu


senggang sehingga memerlukan sosioterapi.

VII. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini adalah dubia
Faktor pendukung :
 Tidak ada riwayat gangguan seperti ini dalam keluarga
 Sosial ekonomi cukup
 Stressor jelas
Faktor penghambat :
 Pasien sudah putus obat sejak 2017

10
 Pasien sudah berusia cukup tua
 Pasien ada riwayat tidak patuh minum obat
 Support keluarga inti (Anak & Istri) kurang

VIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA :


Berdasarkan dari PPDGJ-III untuk mendiagnosis skizofrenia (F20), jika memenuhi
kriteria berikut:
 Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas :
a) Thought
✓ Thought echo
✓ Thought insertion or withdrawal
✓ Thought broadcasting
b) Delusion
✓ Delusion of control
✓ Delusion of influence
✓ Delusion of passivity
✓ Delusion of perception
c) Halusinasi auditorik
✓ Suara halusinasi yang berkomentar terus-menerus terhadap perilaku pasien,
atau
✓ Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri, atau
✓ Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d) Waham
Waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan suatu yang mustahil.
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja,
f) Arus pikiran yang terputus, mengalami sisipan yang berakibat irrelevan atau
inkoheren atau neologisme
g) Perilaku katatonik (gangguan tingkah laku seperti gaduh-gelisah, negativism,
mutisme, stupor, mempertahankan posisi tubuh tertentu)

11
h) Gejala-gejala negatif, atau gangguan efek seperti apatis, bicara yang sangat
jarang, respon emosional yang tumpul dan tidak wajar
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal)
 Harus ada sesuatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior)
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.
Pada pasien ini didapatkan 1 gejala yang amat jelas yaitu terdapat halusinasi
auditorik dimana pasien selalu mendengar suara suara yang membicarakan tentang
dirinya dan hanya pasien yang tahu apa yang dibicarakan dari suara yang
didengarnya. Selain itu saat autoanamnesis didapatkan halusinasi aditorik dan
visual, pasien tampak gelisah (sering mondar-mandir), dan afek terbatas. Terdapat
daya konsentrasi, orientasi, dan daya ingat terganggu. Tidur pasien juga terganggu
Berdasarkan PPDGJ-III gejala yang dialami pasien bisa didiagnosis banding dengan
diagnosis gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik (F31.5), yaitu :
 Episode berulang yaitu (sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan suasana
perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu dan gangguan ini
pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan enersi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain
berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta penurunan enersi dan aktivitas
(depresi)
 Yang khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar periode dan
insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding dengan gangguan
suasana perasaan (mood) lainnya.
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3)
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif, atau campuran) dimasa lampau

12
Pengobatan antipsikotik yang diperkenalkan awal tahun 1950an, telah
merevolusi penanganan skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama :
antagonis reseptor dopamine (klorpromazin, haloperidol) dan antagonis serotonin
dopamine (risperidon dan klozapin).
Oleh karena pasien menunjukan gejala negative yang dominan, maka dapat
diberikan obat antipsikotik atipikal atau generasi kedua, salah satunya adalah
risperidon. Untuk mengatasi susah tidur pasien dapat diberikan obat golongan
benzodiazepine seperti diazepam.
- Risperidon
Risperidon merupakan antipsikotik atipikal yang digunakan untuk mengatasi sindrom
psikosis dengan gejala negatif yang dominan, yaitu : gangguan perasaan (afek tumpul,
respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis),
gangguan proses pikir (lambata, terhambat), isi pikiran yang streotip dan tidak ada
inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia). Obat
antipsikosis atipikal berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, dan “Serotonin 5
Ht2 Receptors”.
- Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang
tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan
masa tapering off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi efek
anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan operatif.
 Diazepam/Chlordiazepoxide : “broad spectrum”. Dosis anjuran, oral : 2-3 x 2-5
mg/hari, injeksi : 5-10 mg (im/iv), rectal tube : anak <10 kg/bb : 5 mg, anak > 10
kg/bb : 10 mg
 Nitrazepam/Flurazepam : dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berdekatan (non dose
related), lebih efektif sebagai anti-insomnia.
 Midazolam : onset cepat dan kerja singkat, sesuai kebutuhan untuk premedikasi
tindakan operatif.

13
 Bromazepam, lorazepam, clobazam : dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan
(dose related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

IX. RENCANA TERAPI :

A. Farmakologi

Risperidon 2mg 2x1

Clozapine 25mg 0-0-1

THP 2mg 2x1

B. Psikoterapi

✓ Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan


keluhan pasien

✓ Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang


penyakitnya, agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara
menghadapinya, serta memotivasi agar pasien dapat teratur meminum
obatnya.

✓ Sosioterapi : menjelaskan kepada keluarga dan orang-orang disekitar pasien


agar menciptakan suasana kondusif untuk mempercepat pemulihan serta
melakukan kunjungan berkala untuk melihat perkembangan pasien.

X. FOLLOW UP :

Dengan memantau keadaan umum pasien dan menilai perkembangan penyakit


seperti menilai efektivitas pengobatan yang diberikan kepada pasien serta
kemungkinan efek samping yang bisa ditimbulkan dari terapi farmakologi yang
diberikan.

14
\

Autoanamnesis
Pasien dilakukan autoanamnesis di UGD RSKD Dadi pada tanggal 25 Agustus 2018
pada jam 19.00 WITA
DM : Selamat sore pak, perkenalkan saya innal dokter muda disini, Siapa namata’
pak?
M : Pak dg. M
DM : Pak M. tahu berapa umur ta sekarang?
M : lupaka dok, kelahiran 70 ka’ dok
DM : Dimanaki tinggal?
M : di Mamasa dok
DM : Berapaki bersaudara Pak ?

15
M : 7 dok
DM : Anak keberapaki ?
M :1
DM : Bapak tahu berada dimanaki sekarang?
M : Tau dok, rumah sakit jiwa ini dok
DM : Pernahki dirawat disini pak?
M : iye dok pernah dok
DM : Berapa lamaki dulu dirawat disini pak?
M : lupaka dok karena lamami saya keluar dok
DM : Bapak tahu alasan ta dibawa kesini?
M : tidak tau juga dok, keluargaku bilang mengamukka dok
DM : katanya bapak pernah halangi warga dengan parang?
M : ah tidak dok, itu saya bawa parang keluar untuk berkebunji dok, jarang sekali
saya keluar dok apalagi mau halangi warga
DM : oh iya pak, tapi keluarga bapak juga bilang kemarin mau kita’ parangi anakta’
lewat kolong tannga kayu pak?
M : tidak dok tidak benar itu dok\
DM : apa kita rasa sekarang pak?
M : sedih ka’ dok
DM : Kenapaki sedih pak?
M : Tidak tahu dok
DM : Kalau malam bisa tidur?
M : iye dok bisaji
DM : Bapak biasa dengar ada suara-suara yang berbisik ditelingata?
M : iye dok ada
DM : Suara cewek atau cowok kita dengar?
M : Kadang-kadang cowok kadang-kadang cewek
DM : Ingat apa yang dia bilang Pak?
M : tidak saya tau juga dok, kayaknya dia ceritaika’ dok
DM : Seperti apa misalnya?
M : Tidak tahu dok

16
DM : Kalau sekarang kita masih dengar itu suara?
M : iya dok kadang kadang
DM : Apa na bilang?
M : sembarang dok
DM : Tidak pernahji kita dengar suara-suara yang mengancam bapak?
M : Tidak tau
DM : Berapa anak ta?
M : 4 orang
DM : Ingat berapa kali ki masuk rumah sakit?
M : lupa ma’ dok, lama sekalimi
DM : terus keluarki dari rumah sakit sehat kita’ rasa?
M : iye dok
DM : Ada obat yang dikasihki?
M : Ada,
DM : Warna apa obatnya?
M : lupaka dok,
DM : Kenapaki berhenti minum obat ?
M : sehatmi saya rasa dok
DM : Bapak tahu artinya, panjang tangan ?
M : iya dok, pencuri
DM : Kalau 100-7 berapa pak?
M : 97 dok
DM : Terima kasih pak, nanti saya tanya-tanya lagi, abaikan mi saja suara suara
yang kita dengar selalu pak, nanti obatnya diminum teratur biar itu suara suara
jadi hilang yah pak

M : iya dok

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R (ed). 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.


Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT Nuh Jaya
2. Sadock B J, Sadock V A. Kaplan & Sadock. 2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC
3. Utama H (ed). 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Jakarta : FK Unika Atmajaya

18

Anda mungkin juga menyukai