VAGINAL SWAB
Oleh:
SITI KHADIDJAH (105505408618)
RISTI INDAH N. ANWAR (105505408518)
Pembimbing:
Kompol. Dr. dr. Mauluddin M, SH., MH., Sp.F.
dr. Denny Mathius, Sp.F., M.Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
II. BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Definisi Vaginal Swab.......................................................................... 2
B. Aplikasi Vaginal Swab.......................................................................... 2
C. Vaginal Swab dalam Aspek Medikolegal............................................. 3
D. Prosedur Pemeriksaan Vaginal Swab.................................................... 7
III. KESIMPULAN ........................................................................................... 11
IV. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13
iii
I. PANDAHULUAN
Perkosaan merupakan kejahatan yang serius dan bukti pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM). Tindakan perkosaan menyebabkan trauma psikologis
yang serius pada korban serta keluarga. Mengingat apa yang dilakukan pelaku
telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan buruk yang dihadapi oleh
korban dan juga mengakibatkan ketakutan pada masyarakat (fear of society).
Pemerkosaan adalah suatu tindakan kekerasan, bukan seksual karena suka
sama suka. Sangat banyak klasifikasi psikologi yang telah diusulkan untuk
mengkarakteristik perkosaan, tapi perubahan psikodinamik pada korban yang
terlibat dalam seluruh skema meliputi feelings of inadequacy, kemarahan yang
tidak tersalurkan (misalnya, impulse control disorders), atau penyimpangan
gangguan karakter lain.
Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) sejak tahun 1998 hingga 2010 hampir sepertiga kasus kekerasan
terhadap perempuan adalah kasus kekerasan seksual, atau tercatat 91.311 kasus
kekerasan seksual dari 295.836 total kasus kekerasan terhadap perempuan.
Selama 2010 tercatat 1.751 korban kekerasan seksual. Pasien-pasien yang
datang ke bagian gawat darurat sesudah kekerasan seksual memberikan
tantangan khusus bagi dokter yang menanganinya. Pasien mungkin malu atau
tidak ingin mengingat kembali riwayat peristiwa yang dialami, ketepatan waktu
dalam mengumpulkan data riwayat peristiwa sangat penting untuk penanganan
tepat waktu dan dokumentasi forensik.
Perkosaan merupakan suatu peristiwa yang sulit dibuktikan walaupun pada
kasus tersebut telah dilakukan pemeriksaan dan pengumpulan barang bukti
yang lengkap. Pasal 285 tentang pemerkosaan berbunyi : Barang siapa dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa orang perempuan di luar
perkawinan bersetubuh dengan dia karena salahnya perkosaan, dihukum
dengan hukuman penjara selamalamanya dua belas tahun. Jadi harus
dibuktikan terlebih dahulu adanya suatu persetubuhan. Bila persetubuhan tidak
bisa dibuktikan, maka janggal bila dikatakan suatu perkosaan.
Suatu pembuktian yang jelas bahwa telah terjadi suatu persetubuhan secara
medis adalah mendapatkan sperma laki-laki di liang senggama wanita yang
dimaksud. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah bahwa: (a) sperma hidup
dapat bertahan selama 3x24 jam dalam rongga rahim; (b) sperma mati dapat
bertahan selama 7x24 jam dalam rongga rahim. Dapat dibayangkan adanya
kesulitan bila terjadi suatu overspel, maksudnya antara persetubuhan yang
diduga dan waktu pemeriksaan terdapat lagi persetubuhan dengan suaminya
sendiri, sehingga sperma yang ditemukan tidak diketahui milik siapa. Dalam
kasus-kasus seperti ini, ilmu forensik dapat digunakan untuk mengungkap
pelaku kejahatan seksual dengan melakukan vaginal swab.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Vaginal Swab
Vaginal swab adalah pemeriksaan cairan dari vagina dengan usapan,
hasil usapan lalu ditambahkan cairan fisioloigis dan garam lalu ditunggu
selama 4-5 menit. Vaginal swab atau pemeriksaan apusan vagina artinya
mengambil sediaan seperti lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk
diperiksa kandungan kuman atau hal lain yang ada didalamnya dengan
menggunakan bantuan mikroskop(1).
2
tertangkap basah) satu-satunya saksi adalah saksi korban, oleh karena itu
untuk membuktikan adanya perkosaan pembuktian ilmiah sangat penting
karena tidak terbantahkan. Korban kejahatan seksual pada dasarnya adalah
orang yang sedang menderita, apakah penderitaan diakibat adanya
perlukaan (fisik) maupun psikisnya (psikologis) sehingga tentunya secara
otomatis mereka akan dating ke dokter oleh karena itu peran dokter beserta
tenaga medis lainnya yang terlibat dalam penanganan korban pada tahap
ini sangat penting. Ketidaktahuan dari dokter dalam pemeriksaan korban
akan menyebabkan hilangnya barang bukti maupun bertambahnya
penderitaan korban baik secara fisik maupun psikis. Pemeriksaan vaginal
swab ditujukan untuk dapat menemukan tanda-tanda yang diakibatkan
oleh perlakuan dari pelaku terhadap korban(3).
3
Sebanyak 91.311 kasus diantaranya adalah kasus kekerasan
seksual.Pemerkosaan menempati peringkat pertama yang sering terjadi.
Sebanyak 4.391 perempuan di Indonesia menjadi korban kasus perkosaan.
Kasus perkosaan yang kian meningkat, merupakan masalah yang sangat
penting dan perlu penanggulangan yang efektif. Dokter umum yang
bertugas sebagai penyedia layanan kesehatan primer, dituntut untuk
mampu mengatasi permasalahan tersebut dalam hal pemeriksaan pada
korban. Bukti berupa ejakulat sperma yang didapat pada korban
perkosaan, akan memberikan bantuan yang sangat besar bagi aparat
penegak hukum dalam proses peradilan(6).
Pendeteksian ada tidaknya sel sperma secara mikroskopik merupakan
teknik pemeriksaan untuk konfirmasi pasti bahwa terdapat ejakulat sperma
pada korban kejahatan seksual. Pemeriksaan dilakukan terhadap ekstrak
atau dengan pembuatan preparat tipis vaginal swab. Apabila ditemukan sel
sperma pada pemeriksaan (hasil positif), hal tersebut merupakan tanda
pasti adanya aksi persetubuhan dimana ada penetrasi dan ejakulasi(6).
Spermatozoid (spermatozoa) atau sel sperma adalah sel dari sistem
reproduksi pria. Sel sperma memiliki jenis kelamin jantan dan betina.
Spermatozoid terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor
sepanjang 50 µm.Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi
3 bagian utama yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala
dengan bagian tengah Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerakmaju,
panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala(7).
Waktu bertahan hidup sel sperma bergantung pada lingkungan tempat
spermatozoid tersebut berada. Ketika berada dalam duktus genitalia pria,
sperma dapat hidup selama beberapa hari. Begitu sperma diejakulasikan
kedalam semen, jangka waktu hidup maksimal sperma hanya 24 sampai 48
jam pada suhu tubuh(8).
Pemeriksaan Swab dan sampel menurut Magalhães T dalam jurnal
berjudul Biological Evidence Management for DNA Analysis in Cases of
4
Sexual Assault sangat penting untuk dijadikan sebagai bukti adanya kontak
seksual antara korban dengan pelaku dan membantu penyidik dalam
menemukan pelaku kejahatan seksual(9).
Joanne Archambault dalam Jurnal Kedokteran Diponegoro
menyatakan bahwa 44% tersangka didapatkan dengan menggunakan
analisis DNA yang diperoleh dari pemeriksaan swab dan sampel, sehingga
dengan melakukan pemeriksaan swab dan pengumpulan sampel sangat
membantu investigasi dan penyelesaian kasus kejahatan seksual(10).
Pemeriksaan cairan biologis pada tubuh merupakan hal yang sangat
penting hal ini dikarenakan hasil dari pemeriksaan ini digunakan sebagai
bukti dalam sebuah kasus kejahatan seksual. Swab yang diperoleh dari
tubuh korban diperlukan untuk pemeriksaan DNA yang dapat digunakan
oleh penyidik dalam menemukan pelaku kejahatan seksual(10). Salah satu
yang dapat diperiksa adalah sel spermatozoa dan cairan mani(4).
1. Menentukan cairan mani
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam secret vagina perlu
dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani,
beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan hal
tersebut adalah:
a. Reaksi Fosfatase Asam
Fosfatase asam adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat di dalam cairan semen/mani dan didapatkan pada
konsentrasi tertinggi diatas 400 kali dalam mani dibandingkan yang
mengalir dalam tubuh lain. Dengan menentukan secara kuantitatif
aktifitas fosfatase asam per 2 cm. bercak, dapat ditentukan apakah
bercak tersebut mani atau bukan. Aktifitas 25 U.K.A per 1cc
ekstrak yang diperoleh 1 cm bercak dianggap spesifik sebagai
bercak mani.
b. Reaksi Berberio
Prinsip reaksi ini adalah menentukan adanya spermin dalam semen.
Spermin yang terkandung pada cairan mani akan beraksi dengan
5
larutan asam pikrat jenuh membentuk kristal spermin pikrat.Bercak
diekstraksi dengan sedikit aquades. Ekstrak diletakkan pada kaca
objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup.Reagen
diteteskan dengan pipet di bawah kaca penutup. Interpretasi: hasil
positif memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang
kekuning-kuningan atau coklat berbentuk jarum dengan ujung
tumpul.
c. Reaksi Florence
Dasar reaksi adalah untuk menemukan adanya kholin. Bila terdapat
bercak mani, tampak kristal kholin-peryodida berwarna coklat,
berbentuk jarum dengan ujung terbelah.
2. Pemeriksaan Spermatozoa
a. Tanpa pewarnaan / pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat
spermatozoa yang bergerak.Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini
paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya
persetubuhan. Umumnya disepakati bahwa dalam 2-3 jam setelah
persetubuhan, masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak
dalam vagina.Bila tidak ditemukan lagi, belum tentu dalam vagina
tidak ada ejakulat.
6
Pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat gambaran
sperma dengan kepala sperma tampak berwarna ungu menyala dan
lehernya merah muda, sedangkan ekornya berwarna hijau.
7
1. Dalam melakukan swab sesuai dengan teknik pemeriksaan yang
benar.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap sampel dan swab yang didapat dari
tubuh korban bila terdapat fasilitas di rumah sakit / merujuk sampel
kepada laboratorium yang lebih berkompeten untuk dilakukan
pemeriksaan.
3. Mampu menjelaskan kepada penyidik mengenai hasil dari sampel
secara detail dan lengkap.
8
4. Menjalin hubungan yang akrab dan saling percaya antara petugas
kesehatan dan anak yang diduga sebagai korban KtA.
5. Menyiapkan alat bantu seperti boneka, alat gambar dan mainan untuk
berkomunikasi dan menggali data dari anak.
6. Semua hasil pemeriksaan pada kasus KtA merupakan catatan penting
yang harus disimpan dalam rekam medis dan bersifat rahasia.
9
3) Lidi kapas steril
4) Tabung reaksi yang telah ditutupi kapas berlemak
5) Baskom berisi desinfektan
6) Garam fisiologis
b. Cara kerja
1) Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih
dahulu, setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-
langkah pengambilan sample.
2) Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan
khusus untuk pengambilan sample swab vagina dengan
menekuk lutut hingga dekat paha.
3) Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis.
4) Masukkan speculum ke lubang vagina, buka speculum
hingga terlihat serviks.
5) Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan.
6) Kembalikan posisi peculum pada posisi semula.
7) Keluarkan perlahan.
10
8) Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan.
9) Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi.
10) Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas
perkamen.
11) Bawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan gram dan
kultur.
III. KESIMPULAN
11
Vaginal swab atau pemeriksaan apusan vagina artinya mengambil sediaan
seperti lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa kandungan
kuman atau hal lain yang ada didalamnya dengan menggunakan bantuan
mikroskop. vaginal swab dilakukan sebagai penunjang diagnosis infeksi vagina
dan skrining infeksi menular seksual dan diterapkan secara khusus dalam aspek
medikolegal untuk kepentingan penegakan hukum bagi korban korban
kekerasan seksual.
Pendeteksian ada tidaknya sel sperma secara mikroskopik merupakan
teknik pemeriksaan untuk konfirmasi pasti bahwa terdapat ejakulat sperma
pada korban kejahatan seksual. Pemeriksaan dilakukan terhadap ekstrak atau
dengan pembuatan preparat tipis vaginal swab. Apabila ditemukan sel sperma
pada pemeriksaan (hasil positif), hal tersebut merupakan tanda pasti adanya
aksi persetubuhan dimana ada penetrasi dan ejakulasi.
12
IV. DAFTAR PUSTAKA
8. Arthur G, Hall John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta:
EGC; 2006.
13