Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN ILMU KESEHATAN FORENSIK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

VAGINAL SWAB

Oleh:
SITI KHADIDJAH (105505408618)
RISTI INDAH N. ANWAR (105505408518)

Pembimbing:
Kompol. Dr. dr. Mauluddin M, SH., MH., Sp.F.
dr. Denny Mathius, Sp.F., M.Kes.

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan


Forensik)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah subhanu wa ta’ala
karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat
dengan judul “Vaginal Swab” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat
senantiasa tercurah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sang
pembelajar sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing, Kompol. Dr. dr.
Mauluddin M, SH., MH., Sp.F dan dr. Denny Mathius, Sp.F., M.Kes., yang telah
memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam
penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 30 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
II. BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Definisi Vaginal Swab.......................................................................... 2
B. Aplikasi Vaginal Swab.......................................................................... 2
C. Vaginal Swab dalam Aspek Medikolegal............................................. 3
D. Prosedur Pemeriksaan Vaginal Swab.................................................... 7
III. KESIMPULAN ........................................................................................... 11
IV. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13

iii
I. PANDAHULUAN
Perkosaan merupakan kejahatan yang serius dan bukti pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM). Tindakan perkosaan menyebabkan trauma psikologis
yang serius pada korban serta keluarga. Mengingat apa yang dilakukan pelaku
telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan buruk yang dihadapi oleh
korban dan juga mengakibatkan ketakutan pada masyarakat (fear of society).
Pemerkosaan adalah suatu tindakan kekerasan, bukan seksual karena suka
sama suka. Sangat banyak klasifikasi psikologi yang telah diusulkan untuk
mengkarakteristik perkosaan, tapi perubahan psikodinamik pada korban yang
terlibat dalam seluruh skema meliputi feelings of inadequacy, kemarahan yang
tidak tersalurkan (misalnya, impulse control disorders), atau penyimpangan
gangguan karakter lain.
Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) sejak tahun 1998 hingga 2010 hampir sepertiga kasus kekerasan
terhadap perempuan adalah kasus kekerasan seksual, atau tercatat 91.311 kasus
kekerasan seksual dari 295.836 total kasus kekerasan terhadap perempuan.
Selama 2010 tercatat 1.751 korban kekerasan seksual. Pasien-pasien yang
datang ke bagian gawat darurat sesudah kekerasan seksual memberikan
tantangan khusus bagi dokter yang menanganinya. Pasien mungkin malu atau
tidak ingin mengingat kembali riwayat peristiwa yang dialami, ketepatan waktu
dalam mengumpulkan data riwayat peristiwa sangat penting untuk penanganan
tepat waktu dan dokumentasi forensik.
Perkosaan merupakan suatu peristiwa yang sulit dibuktikan walaupun pada
kasus tersebut telah dilakukan pemeriksaan dan pengumpulan barang bukti
yang lengkap. Pasal 285 tentang pemerkosaan berbunyi : Barang siapa dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa orang perempuan di luar
perkawinan bersetubuh dengan dia karena salahnya perkosaan, dihukum
dengan hukuman penjara selamalamanya dua belas tahun. Jadi harus
dibuktikan terlebih dahulu adanya suatu persetubuhan. Bila persetubuhan tidak
bisa dibuktikan, maka janggal bila dikatakan suatu perkosaan.
Suatu pembuktian yang jelas bahwa telah terjadi suatu persetubuhan secara
medis adalah mendapatkan sperma laki-laki di liang senggama wanita yang
dimaksud. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah bahwa: (a) sperma hidup
dapat bertahan selama 3x24 jam dalam rongga rahim; (b) sperma mati dapat
bertahan selama 7x24 jam dalam rongga rahim. Dapat dibayangkan adanya
kesulitan bila terjadi suatu overspel, maksudnya antara persetubuhan yang
diduga dan waktu pemeriksaan terdapat lagi persetubuhan dengan suaminya
sendiri, sehingga sperma yang ditemukan tidak diketahui milik siapa. Dalam
kasus-kasus seperti ini, ilmu forensik dapat digunakan untuk mengungkap
pelaku kejahatan seksual dengan melakukan vaginal swab.

II. PEMBAHASAN
A. Definisi Vaginal Swab
Vaginal swab adalah pemeriksaan cairan dari vagina dengan usapan,
hasil usapan lalu ditambahkan cairan fisioloigis dan garam lalu ditunggu
selama 4-5 menit. Vaginal swab atau pemeriksaan apusan vagina artinya
mengambil sediaan seperti lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk
diperiksa kandungan kuman atau hal lain yang ada didalamnya dengan
menggunakan bantuan mikroskop(1).

B. Aplikasi Vaginal Swab


Umumnya pemeriksaan vaginal swab dilakukan sebagai penunjang
diagnosis infeksi vagina dan skrining infeksi menular seksual.
Pemeriksaan mikroskopi sekret vagina dilakukan untuk membedakan
antara infeksi gonokokus, Candida albicans, dan Trichomonas vaginalis,
yang berturut-turut menyebabkan vaginosis bakterial, kandidiasis
vulvovaginal, dan trikomoniasis(2).
Selain itu, vaginal swab juga diterapkan secara khusus dalam aspek
medikolegal untuk kepentingan penegakan hukum. Pembuktian ada
tidaknya tindak kejahatan seksual khususnya perkosaan sangat sulit
dibuktikan karena kejahatan seperti ini sangat jarang ada saksi (kecuali

2
tertangkap basah) satu-satunya saksi adalah saksi korban, oleh karena itu
untuk membuktikan adanya perkosaan pembuktian ilmiah sangat penting
karena tidak terbantahkan. Korban kejahatan seksual pada dasarnya adalah
orang yang sedang menderita, apakah penderitaan diakibat adanya
perlukaan (fisik) maupun psikisnya (psikologis) sehingga tentunya secara
otomatis mereka akan dating ke dokter oleh karena itu peran dokter beserta
tenaga medis lainnya yang terlibat dalam penanganan korban pada tahap
ini sangat penting. Ketidaktahuan dari dokter dalam pemeriksaan korban
akan menyebabkan hilangnya barang bukti maupun bertambahnya
penderitaan korban baik secara fisik maupun psikis. Pemeriksaan vaginal
swab ditujukan untuk dapat menemukan tanda-tanda yang diakibatkan
oleh perlakuan dari pelaku terhadap korban(3).

C. Vaginal Swab dalam Aspek Medikolegal


Dalam menjalankan profesi, dokter bukan hanya memiliki peran klinis
yakni mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien, namun dokter
juga berperaan untuk membantu pencarian bukti tindak pidana, khususnya
dengan membuat visum et repertum. Kedua peran tersebut sulit untuk
dapat dipisahkan dan harus dijalankan secara bersamaan. Dalam
penanganan korban kekerasan seksual, seorang dokter bukan hanya harus
mencari dan mengamankan bukti-bukti yang terdapat pada korban maupun
tersangka yang diperiksa, tapi sekaligus juga memberikan terapi fisik dan
psikis korban(4).
Pasien-pasien yang datang ke bagian gawat darurat sesudah kekerasan
seksual memberikan tantangan khusus bagi dokter yang menanganinya.
Pasien mungkin malu atau tidak ingin mengingat kembali riwayat
peristiwa yang dialami, ketepatan waktu dalam mengumpulkan data
riwayat peristiwa sangat penting untuk penanganan tepat waktu dan
dokumentasi forensik(5).
Berdasarkan data Komnas perempuan, sejak tahun 1998 sampai tahun
2010 terdapat 295.836 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

3
Sebanyak 91.311 kasus diantaranya adalah kasus kekerasan
seksual.Pemerkosaan menempati peringkat pertama yang sering terjadi.
Sebanyak 4.391 perempuan di Indonesia menjadi korban kasus perkosaan.
Kasus perkosaan yang kian meningkat, merupakan masalah yang sangat
penting dan perlu penanggulangan yang efektif. Dokter umum yang
bertugas sebagai penyedia layanan kesehatan primer, dituntut untuk
mampu mengatasi permasalahan tersebut dalam hal pemeriksaan pada
korban. Bukti berupa ejakulat sperma yang didapat pada korban
perkosaan, akan memberikan bantuan yang sangat besar bagi aparat
penegak hukum dalam proses peradilan(6).
Pendeteksian ada tidaknya sel sperma secara mikroskopik merupakan
teknik pemeriksaan untuk konfirmasi pasti bahwa terdapat ejakulat sperma
pada korban kejahatan seksual. Pemeriksaan dilakukan terhadap ekstrak
atau dengan pembuatan preparat tipis vaginal swab. Apabila ditemukan sel
sperma pada pemeriksaan (hasil positif), hal tersebut merupakan tanda
pasti adanya aksi persetubuhan dimana ada penetrasi dan ejakulasi(6).
Spermatozoid (spermatozoa) atau sel sperma adalah sel dari sistem
reproduksi pria. Sel sperma memiliki jenis kelamin jantan dan betina.
Spermatozoid terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor
sepanjang 50 µm.Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi
3 bagian utama yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala
dengan bagian tengah Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerakmaju,
panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala(7).
Waktu bertahan hidup sel sperma bergantung pada lingkungan tempat
spermatozoid tersebut berada. Ketika berada dalam duktus genitalia pria,
sperma dapat hidup selama beberapa hari. Begitu sperma diejakulasikan
kedalam semen, jangka waktu hidup maksimal sperma hanya 24 sampai 48
jam pada suhu tubuh(8).
Pemeriksaan Swab dan sampel menurut Magalhães T dalam jurnal
berjudul Biological Evidence Management for DNA Analysis in Cases of

4
Sexual Assault sangat penting untuk dijadikan sebagai bukti adanya kontak
seksual antara korban dengan pelaku dan membantu penyidik dalam
menemukan pelaku kejahatan seksual(9).
Joanne Archambault dalam Jurnal Kedokteran Diponegoro
menyatakan bahwa 44% tersangka didapatkan dengan menggunakan
analisis DNA yang diperoleh dari pemeriksaan swab dan sampel, sehingga
dengan melakukan pemeriksaan swab dan pengumpulan sampel sangat
membantu investigasi dan penyelesaian kasus kejahatan seksual(10).
Pemeriksaan cairan biologis pada tubuh merupakan hal yang sangat
penting hal ini dikarenakan hasil dari pemeriksaan ini digunakan sebagai
bukti dalam sebuah kasus kejahatan seksual. Swab yang diperoleh dari
tubuh korban diperlukan untuk pemeriksaan DNA yang dapat digunakan
oleh penyidik dalam menemukan pelaku kejahatan seksual(10). Salah satu
yang dapat diperiksa adalah sel spermatozoa dan cairan mani(4).
1. Menentukan cairan mani
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam secret vagina perlu
dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani,
beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan hal
tersebut adalah:
a. Reaksi Fosfatase Asam
Fosfatase asam adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat di dalam cairan semen/mani dan didapatkan pada
konsentrasi tertinggi diatas 400 kali dalam mani dibandingkan yang
mengalir dalam tubuh lain. Dengan menentukan secara kuantitatif
aktifitas fosfatase asam per 2 cm. bercak, dapat ditentukan apakah
bercak tersebut mani atau bukan. Aktifitas 25 U.K.A per 1cc
ekstrak yang diperoleh 1 cm bercak dianggap spesifik sebagai
bercak mani.
b. Reaksi Berberio
Prinsip reaksi ini adalah menentukan adanya spermin dalam semen.
Spermin yang terkandung pada cairan mani akan beraksi dengan

5
larutan asam pikrat jenuh membentuk kristal spermin pikrat.Bercak
diekstraksi dengan sedikit aquades. Ekstrak diletakkan pada kaca
objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup.Reagen
diteteskan dengan pipet di bawah kaca penutup. Interpretasi: hasil
positif memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang
kekuning-kuningan atau coklat berbentuk jarum dengan ujung
tumpul.
c. Reaksi Florence
Dasar reaksi adalah untuk menemukan adanya kholin. Bila terdapat
bercak mani, tampak kristal kholin-peryodida berwarna coklat,
berbentuk jarum dengan ujung terbelah.
2. Pemeriksaan Spermatozoa
a. Tanpa pewarnaan / pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat
spermatozoa yang bergerak.Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini
paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya
persetubuhan. Umumnya disepakati bahwa dalam 2-3 jam setelah
persetubuhan, masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak
dalam vagina.Bila tidak ditemukan lagi, belum tentu dalam vagina
tidak ada ejakulat.

Gambar 1. Sperma pada pemeriksaan langsung.


b. Dengan pewarnaan (pulasan Malachite green 1 %)

6
Pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat gambaran
sperma dengan kepala sperma tampak berwarna ungu menyala dan
lehernya merah muda, sedangkan ekornya berwarna hijau.

Gambar 2. Sperma pada pewarnaan malachite green 1 %


c. Pewarnaan Baecchi
Prinsip kerja nya yaitu asam fukhsin dan metilen biru merupakan
zat warna dasar dengan kromogen bermuatan positif. Asam nukleat
pada kepala spermatozoa dan komponen sel tertentu pada ekor
membawa muatan negatif, maka akan berikatan secara kuat dengan
kromogen kationik tadi. Sehingga terjadi pewarnaan pada kepala
spermatozoa. Interpretasi : Kepala spermatozoa berwarna merah,
ekor merah muda, menempel pada serabut benang.

D. Prosedur Pemeriksaan Vaginal Swab


Peran dokter dalam mengumpulkan swab dan sampel yaitu sebagai
berikut(10).

7
1. Dalam melakukan swab sesuai dengan teknik pemeriksaan yang
benar.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap sampel dan swab yang didapat dari
tubuh korban bila terdapat fasilitas di rumah sakit / merujuk sampel
kepada laboratorium yang lebih berkompeten untuk dilakukan
pemeriksaan.
3. Mampu menjelaskan kepada penyidik mengenai hasil dari sampel
secara detail dan lengkap.

Secara umum tujuan pemeriksaan korban kekerasan seksual adalah


untuk(4):
1. Melakukan identifikasi, termasuk memperkirakan usia korban;
2. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, dan waktu terjadinya,
bila mungkin;
3. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan, termasuk tanda
intoksikasi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA);
4. Menentukan pantas/tidaknya korban utk dikawin, termasuk tingkat
perkembangan seksual; dan membantu identifi kasi pelaku.

Sebelum pemeriksaan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut(4):


1. Melakukan informed consent untuk menjelaskan kepada anak maupun
kepada orangtuanya tentang maksud, tujuan, proses dan lama
pemeriksaan serta mendapatkan persetujuan dari anak yang diduga
sebagai korban maupun orangtua.
2. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus didampingi
oleh petugas kesehatan lainnya. Jika anak yang diduga sebagai korban
berjenis kelamin perempuan, sebaiknya diperiksa oleh petugas
kesehatan perempuan dan sebaliknya.
3. Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan ramah dan
sopan.

8
4. Menjalin hubungan yang akrab dan saling percaya antara petugas
kesehatan dan anak yang diduga sebagai korban KtA.
5. Menyiapkan alat bantu seperti boneka, alat gambar dan mainan untuk
berkomunikasi dan menggali data dari anak.
6. Semua hasil pemeriksaan pada kasus KtA merupakan catatan penting
yang harus disimpan dalam rekam medis dan bersifat rahasia.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban


kekerasan seksual(4):
1. Lakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan
dibiarkan menunggu terlalu lama. Hal ini penting untuk mencegah
rusak atau berubah atau hilangnya barang bukti yang terdapat di tubuh
korban, serta untuk menenangkan korban dan mencegah terjadinya
trauma psikis yang lebih berat.
2. Pada saat pemeriksaan, dokter harus didampingi perawat yang sama
jenis kelaminnya dengan korban (biasanya wanita) atau bidan.
Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa malu korban dan sebagai
saksi terhadap prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel. Selain
itu, hal ini juga perlu demi menjaga keamanan dokter pemeriksa
terhadap tuduhan palsu bahwa dokter melakukan perbuatan tidak
senonoh terhadap korban saat pemeriksaan.
3. Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh
terhadap seluruh bagian tubuh korban, tidak hanya terhadap daerah
kelamin saja.
4. Catat dan dokumentasikan semua temuan, termasuk temuan negatif.

Pemeriksaan swab vagina adalah pemeriksaan sampel sekret vagina(11).


1. Prosedur Vaginal Swab
a. Alat dan bahan
1) Speculum steril
2) APD lengkap

9
3) Lidi kapas steril
4) Tabung reaksi yang telah ditutupi kapas berlemak
5) Baskom berisi desinfektan
6) Garam fisiologis

Gambar 3. Alat-alat pengambilan swab vagina

b. Cara kerja
1) Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih
dahulu, setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-
langkah pengambilan sample.
2) Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan
khusus untuk pengambilan sample swab vagina dengan
menekuk lutut hingga dekat paha.
3) Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis.
4) Masukkan speculum ke lubang vagina, buka speculum
hingga terlihat serviks.
5) Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan.
6) Kembalikan posisi peculum pada posisi semula.
7) Keluarkan perlahan.

10
8) Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan.
9) Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi.
10) Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas
perkamen.
11) Bawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan gram dan
kultur.

Gambar3. Cara pengambilan swab vagina

2. Prosedur Pemeriksaan Hasil Vaginal Swab


a. Tanpa pewarna : satu tetes cairan vaginal ditaruh pada gelas objek
dan kemudian ditutup; pemeriksaan dibawah mikroskop 500 kali.
b. Dengan pewarna : buat sediaan apus dari cairan vagina pada gelas
objek, keringkan diudara, fiksasi dengan api, warnai dengan
malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci dengan
air, warna dengan Eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit,
cuci dengan air, keringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.
3. Interpretasi
a. Tanpa pewarna : Sperma yang masih bergerak.
b. Dengan pewarna : Bagian basis kepala sperma berwarna ungu,
bagian hidung merah muda.

III. KESIMPULAN

11
Vaginal swab atau pemeriksaan apusan vagina artinya mengambil sediaan
seperti lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa kandungan
kuman atau hal lain yang ada didalamnya dengan menggunakan bantuan
mikroskop. vaginal swab dilakukan sebagai penunjang diagnosis infeksi vagina
dan skrining infeksi menular seksual dan diterapkan secara khusus dalam aspek
medikolegal untuk kepentingan penegakan hukum bagi korban korban
kekerasan seksual.
Pendeteksian ada tidaknya sel sperma secara mikroskopik merupakan
teknik pemeriksaan untuk konfirmasi pasti bahwa terdapat ejakulat sperma
pada korban kejahatan seksual. Pemeriksaan dilakukan terhadap ekstrak atau
dengan pembuatan preparat tipis vaginal swab. Apabila ditemukan sel sperma
pada pemeriksaan (hasil positif), hal tersebut merupakan tanda pasti adanya
aksi persetubuhan dimana ada penetrasi dan ejakulasi.

12
IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Karneli. Kajian Penjelasan Bahan Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi


Bahan Swab. 2018;1.

2. Chairlan M, Estu Lestari. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium


Kesehatan. 2nd ed. Mahode AA, editor. Jakarta: EGC; 2011. 210 p.

3. Rogers D, Newton M. Sexual Assault Examination. :61–126.

4. Dewi R, Irianto MG, Falamy R, Ramkita N. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik


dan Aspek Medikolegal Kekerasan Seksual pada Anak dan Remaja. Bandar
Lampung: FK Unila; 2017. 20 p.

5. Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam


Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan
Seksual. Bagian Forensik Fak Kedokt Univ Samratulangi Manad. 2016;

6. Arios R, Kristanto E. Efektivitas Deteksi Spermatozoa Menggunakan


Pewarnaan Malachite Green. J e-CliniC. 2014;2:5–7.

7. Anonim. Spermatozoid. In: Wikipedia. 2020.

8. Arthur G, Hall John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta:
EGC; 2006.

9. T Magalhães, Dinis-Oliveira R, Silva B, Corte-Real F, Vieira DN.


Biological Evidence from: Management for DNA Analysis in Cases of
Sexual Assault. Sci World J. 2015;

10. Samatha SA, Dhanardhono T, Kirana S, Bhima L, Medis A. Aspek medis


pada kasus kejahatan seksual. J Kedokt Diponegoro. 2018;7(2):1012–29.

11. Alfanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik &


Medikolegal. Jakarta: Rajawali Pers; 2017. 234-235 p.

13

Anda mungkin juga menyukai