Abram 0906556433
1. Latar Belakang
Lanthanum pertama kali ditemukan pada 1839 oleh Carl Gustav Mosandar ketika
mencoba untuk mendekomposisi serium nitrat dengan pemanasan dan mereaksikan garam yang
dihasilkan dengan asam nitrat. Lanthanum adalah unsur pertama dalam satu seri unsur-unsur yang
disebut dengan “Lanthanida”, yang sering disebut dengan golongan “rare earth” atau mineral
langka. Y (Yttrium) dan La (Lanthanum) hampir selalu tergabung dengan gol Lanthanida. La berwarna
putih silver, lunak, dan cukup mudah diiris dengan pisau biasa. Seluruh logam dalam gol III B mudah
timbul bercak noda jika dalam udara, dan mudah terbakar seperti : La 2O3.
Lanthanum merupakan basa yang paling kuat dari semua lanthanida dan sifatnya membuat
Mosander mengisolasi dan memurnikan garam-garam dari unsur tersebut. Pemisahannya
dioperasikan secara komersial meliputi pengendapan dari basa lemah larutan nitrat dengan
penambahan magnesium oksida atau gas ammonia. Pemurnian lanthanium tetap pada kondisi
larutan. Cara lain kristalisasi fraksional dibuat oleh Dimitry Mendeleev, dalam bentuk ganda
ammonium nitrat tetrahidrat, yang digunakan untuk memisahkan lanthanum yang memiliki
kelarutan kecil dari didymium yang memiliki kelarutan lebih besar di tahun 1870. Sistem tersebut
digunakan secara komersial dalam proses pemurnian lanthanum sampai perkembangan metode
ekstraksi pelarut yang dimulai tahun 1950. Seperti pada pemurnian lanthanum, ammonium nitrat
direkristalisaikan dari air. Lanthanum relatif mudah dimurnikan, karena hanya terdapat satu
lantanida yang berdekatan yaitu cerium yang sangat mudah lepas sesuai dengan ikatan valensinya.
Lanthanum tergolong unsur yang cukup banyak terdapat di dalam kerak bumi.
Kelimpahannya di dalam kerak bumi diperkirakan sebanyak 18 ppm. Dengan jumlah sebesar itu
maka Lanthanum dapat dikatakan hampir sama berlimpahnya dengan logam tembaga ataupun seng.
Tetapi tidak seperti logam – logam tersebut, persebaran Lanthanum tidak tersebar di satu tempat
sebagaimana halnya dengan tembaga, melainkan tersebar secara luas dan merata di kerak bumi.
Lanthanum ditemukan terdapat dalam beberapa mineral seperti monazite, bastnasite, gadolinitem
fergusomite, samarskite, xenotime, yttrocite, cerite, dan allanite atau orthite, namun mineral paling
umum yang diketahui mengandung kadar Lanthanum paling tinggi adalah monazite.
Di Indonesia sendiri, Lanthanum dapat diekstraksi dari bijih monazite yang banyak terdapat
di Batam sebagai produk sampingan dari penambangan timah. Monazite tersebut mengandung
mineral rare earth termasuk Lanthanum dan juga bebarapa unsur radioaktif. Saat ini monazite
tersebut belum diolah dan hanya ditempatkan pada tempat khusus untuk melindungi penyebaran
radiasi. Produksi monazite di Bangka sendiri diperkirakan sebanyak 7.290 – 8.505 ton per tahun.
Mengingat kebutuhan dunia saat ini akan unsur – unsur rare earth yang semakin meningkat,
maka cadangan Lanthanum yang terdapat di Batam ini dapat dijadikan produk tambang andalan
Indonesia. Namun mineral Rare Earth seperti Lanthanum biasa ditemukan dalam sebuah campuran
dengan deposit mineral lain, dan biasanya memiliki kesamaan ciri – ciri fisik dan kimia, oleh karena
itu proses pemisahan Lanthanum tergolong amat sulit dibandingkan dengan logam lain. Ciri – ciri
dari logam Lanthanum itu sendiri sebagai berikut :
A. Sifat Fisika
1. Densitas : 6,17 g/cm3
2. Titik leleh : 1193,2 K
3. Titik didih : 3693 K
4. Bentuk (25°C) : padat
5. Warna : putih perak
B. Sifat Atomik
1. Nomor atom : 57
2. Nomor massa : 138,91
3. Konfigurasi elektron : [Xe] 5d1 6s2
4. Volume atom : 22,5 cm3/mol
5. Afinitas elektron : 50 kJ/mol
6. Keelektronegatifitasan : 1,1
7. Energi ionisasi : - pertama : 538,1 kJ/mol- kedua : 1067 kJ/mol- ketiga : 1850 kJ/mol
8. Bilangan oksidasi utama : +3
9. Bilangan oksidasi lainnya : +2
10. Bentuk Kristal : Double Hexagonal Unit Cell
C. Sifat Kimia
Lantanum cukup elektropositif dan bereaksi secara lambat dengan air dingin tapi cukup cepat jika
bereaksi dengan air panas membentuk lanthana hidroksida dan gas hidrogen.
2La(s) + 6H2O(g) -> 2La(OH)3(aq) + 3H2(g)
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka akan membentuk Lanthana (III)
oksida.
4La(s) + 3O2(g) -> 2La2O3(s)
Logam lanthanum bereaksi dengan semua unsur halogen membentuk lanthana (III) halida.
2La(s) + 3F2(g) -> 2LaF(s)
2La(s) + 3Cl2(g) -> 2LaCl(s)
2La(s) + 3Br2(g) -> 2LaBr(s)
2La(s) + 3I2(g) -> 2LaI(s)
Lanthanum mudah larut dalam asam klorida untuk membentuk larutan yang mengandung ion La (III)
dan gas hidrogen.
2La(s) + 3H2SO4(aq) -> 2La3+(aq) + 3SO42-(aq) + 3H2(g)
Dalam prakteknya di lapangan, oksida dari Lanthanum yaitu La 2O3 memiliki kegunaan yang
lebih luas daripada logam lanthanum itu sendiri. Sifat fisik dari oksida Lanthaum sendiri adalah
berwujud serbuk putih amorfus, dan tidak larut dalam air. Teknologi pengolahan dan pemurnian
oksida dari Lanthanum tersebut yang masih jarang di dunia juga menyimpan potensi besar yang
apabila dapat dikembangkan dan diterapkan di Indonesia dapat memberikan berbagai kuntungan
M
z
ti
k
lc
o
ip
D
u
g
P
h
t
r
e
d
n
m
s
a
C
H
bagi Indonesia. Oleh karena itu, paper ini dibuat dengan tujuan menggali potensi eksplorasi dan
eksploitasi dari senyawa rare earth di Indonesia khususnya oksida dari Lanthanum, mengingat
potensi ekonominya yang cukup besar bagi pertumbuhan Indonesia.
Proses memperoleh oksida Lanthanum dari bijih Monazite dapat digambarkan dengan diagram alir
berikut :
Kemudian larutan ini diencerkan dengan air panas selama satu jam, sehingga
bebarapa mineral yang ada dan unsur rare earth ada dalam bentuk larutan,
kemudian gangue mineral yang tidak diinginkan dan tidak larut masih tetap dalam
bentuk residu padatan. Setelah proses pelarutan ini, terjadi perubahan warna dari
warna beach ke warna kuning.
Pengendapan Selektif
o Filtrate dari pealrutan dengan HCl tersebut kemudian diendapkan dengan amonium
hidroksida. Mineral hidroksida lain yang ada kemudian diendapkan dengan
mengatur pH pada 5.8, dan rare earth hidroksida diendapkan pada pH 11. Kemudian
hidroksida dari rare earth tersebut dikeringkan di oven pada suhu 100 oC selama satu
jam.
Digestion Rare Earth Dengan Nitric Acid
o Hidroksida dari rare earth yang telah diendapkan tadi kemudian direaksikan dengan
larutan nitric acid dan dipanaskan pada suhu 90 oC sampai terjadi pelarutan
sempurna dari hidroksida rare earth selama satu jam. Larutan rare earth tersebut
kemudian dioksidasi dengan kalium permanganat dan diendapkan kembali dengan
natrium karbonat pada pH 3,8. Kemudian diperoleh cerium karboanat, salah satu
campuran dalam monazite yang sulit untuk dipisahkan dengan Lanthanum. Setelah
proses filtrasi, larutan kemudian diendapkan dengan asam oksalat dan dikalsinasi
pada suhu 1000oC sehingga diperoleh suatu oksida dari campuran rare earth yang
telah dihilangkan cerium nya. Setelah dihilangkan ceriumnya, warna berubah dari
kuning menjadi kuning pucat. Logam logam rare earth memiliki ciri fisik dan kimia
yang serupa, karena itu pemisahan satu sama lainnya amat sulit. Namun, pemisahan
logam rare earth dapat dilakukan dengan pengendapan selektif. Jadi pertama –
tama, padatan hidroksida dari rare earth yang ada setelah penghilangan cerium
tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu dengan asam nitric.
Berdasarkan tabel di atas, logam rare earth sedang dan logam rare earth berat mulai
mengendap dari pH 6.3 sampai pH 6.92 dan Lanthanum mulai mengendap pada pH
7.92 pada media asam nitiric. Untuk mendapatkan Lanthanum, maka logam rare
earth sedang dan berat lain yang ada harus dipisahkan terlebih dahulu dengan
metode pengendapan selektif ini.
Pemisahan Medium Rare Earth dan Heavy Earth
o Untuk memisahkan medium rare earth dan heavy rare earth, oksida dari rare earth
yang tersisa setelah pemisahan cerium kemudian dilarutkan dengan asam nitric dan
diencerkan dengan air. Pelarutan oksida rare earth dengan nitric acid merupakan
langkah ke lima dalam tahap ekstraksi oksida Lanthanum. Pada tahap ini, warna
larutan adalah merah kecoklatan. Kemudian larutan tersebut diendapkan dengan
amonium hidroksida pada pH 6.9 – 7. Setelah pengendapan, dilakukan filtrasi untuk
memisahkan residu dengan larutan. Endapan yang terbentuk adalah heavy rare
earth dan medium rare earth, sedangkan larutan yang masih ada merupakan logam
rare earth lain yang masih tersisa, termasuk Lanthanum.
Pemisahan Neodymium dan Praseodymium
o pH pengendapan neodymium dan praseodymium secara berturut – turut adalah
sebagai 7.31 dengan 7.35. Jadi setelah memisahkan heavy dan medium rare earth,
filtrat yang dihasilkan kemudian diendapkan lagi dengan mengatur pH pada sekitar
7.3 sampai 7.4. kemudian dilakukan filtrasi untuk memisahkan residu dengan filtrat.
Filtrat yang ada mengandung Lanthanum yang kemudian kita endapkan berdasarkan
pH pengendapannya.
Pengendapan Lanthanum
o Setelah pemisahan logam rare earth lain, filtrat dari proses pemisahan neodymium
dan praseodymium tersebut kemudian diendapkan lebih lanjut lagi dengan
amonium hidroksida pada pH 7.9 untuk memperoleh endapan Lanthanum
hidroksida. Kemudian dilakukanlah proses filtrasi. Filtrat yang terbentuk kemudian
dilakukan pengendapan lanjutan pada pH 9.6 untuk memperoleh Lanthanum oksida
murni. Setelah menambahkandua endapan yang diperoleh pada pH 7.9 dan pH 9.6
tersebut, endapan ini kemudian dilarutkan kembali dengan asam nitric untuk
kemudian dilakukan pengendapan selektif dengan proses yang sama dengan di atas
untuk memperoleh Lanthanum oksida dengan kemurnian tinggi, dan proses
pengendapan selektif iini dilakukan tiga kali. Setelah dilakukan tiga kali
pengendapan, kemudian lanthanum yang masih dalam bentuk hidroksida dilarutkan
kembali dengan asam nitric dan diendapkan dengan menggunakan asam oksalik.
Kemudian Lanthanum oksalat yang terbentuk dikalsinasi pada suhu 1000 oC untuk
memperoleh kemurnian sekitar 96% dari Lanthanum oksida yang berwarna putih.
Hasil pemisahan Lanthanum dari bijih Monazite ini merupakan suatu proses yang amat sulit
dan banyak melibatkan proses kimia sehingga untuk saat ini baru dapat dilakukan dalam
skala yang tidak terlalu besar. Proses ekstraksi yang diuraikan di atas merupakan suatu
proses ekstraksi pemisahan lanthanum dari bijih monazite umum, sehingga kadar gangue
mineralnya sudah tidak setinggi pada monazite rendah karena telah dilakukan ore dressing
dan mineral beneficiation.
Produksi minyak
Fluid Cracking
La, Ce, Pr, Nd 15,400 ton
Catalysis Peningkatan kegunaan
minyak mentah
Referensi.
1) N.E.TOPP., 1965. The Chemistry of the Rare-Earth Elements . Amsterdam/London/New York.
Elsevier Publishing Company.
2) Nwe Nwe Soe, Lwin Thuz Shwe, Kay Thi Lwin. Study on Extraction of Lanthanum Oxide Monazite
Concentrate