Anda di halaman 1dari 19

Proposal Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI DAN FOSFOR


PADA TANAMAN PADI GOGO TERHADAP
HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.)

Oleh

Chairul Musca
020510301006

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sejak dulu hingga kini sangat mengandalkan beras

sebagai bahan pangan nasional. Dengan demikian produktivitas padi sebagai

bahan baku beras harus terus ditingkatkan, bukan saja padi sawah namun juga

padi gogo. Pada saat ini kontribrusi padi sawah pada produksi beras nasional

mencapai 95% (Prasetyo, 2003). Pada masa yang akan datang kontribusi padi

sawah hendaknya dapat diturunkan dan kontribusi padi gogo diharapkan

meningkat. Harapan ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa potensi lahan kering

sebagai lahan yang dapat ditanami padi gogo sangat besar di Indonesia

(Handayani, 2001).

Upaya meningkatkan produksi pangan tidak terlepas dari teknologi di

bidang pemupukan sebagai salah satu foktor penentunya (Kasniari dan Supadma,

2007). Pemupukan merupakan usaha pemberian atau penambahan unsur-unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu

tanaman (Sarief, 1989).

Salah satu langkah yang sedang gencar dikembangkan saat ini adalah

pemanfaatan pupuk hayati (Geonadi dan Herman, 1999). Pupuk hayati telah

dilaporkan mampu meningkatkan efisiensi serapan hara, memperbaiki

pertumbuhan dan hasil serta diyakini meningkatkan ketahanan terhadap

serangan hama dan penyakit (Hardianto, 2000 dalam Agung dan Rahayu, 2004).

Pupuk hayati merupakan suatu bahan yang mengandung mikroorganisme

2
bermanfaat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman, melalui

perningkatan aktifitas biologi akhirya dapat berinteraksi dengan sifat-sifat fisik

dan kimia tanah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai bahan aktif

pupuk hayati adalah mikroba penambat nitrogen, pemantap agregat dan pelarut

fosfat (Rao, 1982).

Unsur fosfat berperan menjaga keseimbangan dari efek pemberian

nitrogen yang berlebihan, merangsang pembentukan jaringan, dan memperkuat

dinding sel sehingga diyakini dapat membuat tanaman menjadi resisten (Buckman

dan Brady , 1982).

Penggunaan pupuk dengan perilaku berlebihan atau melebihi dosis yang di

anjurkan akan mengakibatkan pada pemborosan energi dan menimbulkan

berbagai dampak negatif terhadap lingkukan (Geonadi dan Herman, 1999).

Pemupukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat haranya hanya akan

mengakibatkan gangguan pada tanaman budidaya (Salim et al., 2003 dalam

Juniati dan Syamiah, 2006).

Sistem pemupukan merupakan salah satu proses pengendalian hama secara

kultur teknis dan termasuk kepada pengendalian hama terpadu. Seperti yang

diketahui selama ini bahwa penggunaan pupuk yang tidak benar (waktu, jenis, dan

dosis) akan meyebabkan berbagai masalah terhadap tanaman, sebaliknya

penggunaan pupuk yang berimbang dan benar dosis serta waktu pemakaian dapat

mengurangi perkembangan beberapa organisme peganggu tanaman (OPT). Maka

pantaslah pemakaian dosis pupuk harus benar-benar diperhatikan. Berdasarkan

hasil penelitian Gunarto (1990), menganjurkan penggunaan pupuk hayati pada

3
pertanaman padi sebanyak 6 Liter/ha-1 yang diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu 3

hari sebelum tanam, 30 hari setelah tanamam, serta pada saat padi sedang bunting,

sedangkan dosis anjuran penggunaan pupuk fosfor untuk tanaman padi gogo

menurut Deptan (2006) adalah sebanyak 100 kg (SP-36)/ ha-1 yang diberikan 1

hari sebelum tanam.

Seperti halnya tanaman budidaya yang lain, tanaman padi gogo juga kerap

terserang oleh serangga hama tanaman, salah satunya adalah kepik hijau (Nezara

viridula) yang masih tercatat sebagai hama penting tanaman padi (Pracaya, 1995).

Hama kepik hijau merupakan salah satu hama utama padi gogo yang merusak

pada stadia generatif diwaktu tanaman telah mementuk bulir dalam keadaan

matang susu (Hasan et al., 1992); Prihatman, (2000); Harahap (1994)

menambahkan , kepik hijau (Nezara viridula) juga menyerang batang, daun dan

bulir padi dengan cara mengisap cairan tanaman padi sehingga dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu

sistem pemupukan yang sesuai dengan lingkungan juga mampu mendukung

pencapaian produksi optimum dan aman terhadap lingkungan serta dimungkinkan

yang dapat membuat tanaman padi gogo menjadi resisten. Salah satu sistem yang

akan dicobakan adalah pengaruh pemberian pupuk hayati dan fosfor pada

tanaman padi gogo terhadap hama kepik hijau (Nezara viridula).

1.2. Identifikasi Masalah

4
1. Apakah ada pengaruh dari pemberian dosis pupuk hayati dan fosfor pada

tanaman padi gogo terhadap hama kepik hijau (Nezara viridula)

2. Apakah ada perbedaan akibat pemberian pupuk hayati dan fosfor pada

tanaman padi gogo terhadap intensitas kerusakan, jumlah malai yang

terserang, serta persentase penghambatan makan yang disebabkan oleh

serangan hama kepik hijau (Nezara viridula).

1.3. Hipotesis

Ho : Pemberian pupuk hayati dan fosfor pada tanaman padi gogo tidak

berpengaruh terhadap serangan hama kepik hijau (Nezara

viridula).

H1 : Pemberian pupuk hayati dan fosfor pada tanaman padi gogo

berpengaruh terhadap serangan hama kepik hijau (Nezara

viridula).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari

pemberian pupuk hayati dan fosfor pada tanaman padi gogo terhadap serangan

hama hama kepik hijau (Nezara viridula)

II. TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Botani Tanaman Padi (Oryza sativa)

Padi merupakan tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia

dan Afrika Barat, tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa

penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil

butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800

SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara,

Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Prihatman, 2000).

Tanaman pangan khususnya padi merupakan tanaman semusim, termasuk

golongan rumput-rumputan atau Graminae (Ismunadji dan Manurung, 1988).

Menurut Gould (1968), klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Family : Graminae (Poaceae)
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
Spesies : Sativa
Nama latin : Oryza sativa L.
Tanaman padi mempunyai 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah

O. Sativa. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam

di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan

penggenangan.Tanamann padi mepunyai ciri-cri, misalnya berakar serabut, daun

berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun,

bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret, floret

6
tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu

floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir atau kariopsis. Setiap

bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)

bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap

reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari

palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman

berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur

tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah

dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti

polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi

mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi

sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi

(Ismunadji dan Manurung, 1988; Prihatman, 2000).

2.2. Deskripsi Kepik Hijau (Nezara viridula )

2.2.1. Biologi N. viridula

N. viridula tergolong sebagai hama penting pada tanaman budidaya.

Hama ini menyerang lebih dari 200 jenis tanaman, salah satunya adalah tanaman

padi gogo. Seperti yang dikemukakan oleh Hasan et al. (1992) bahwa, N. viridula

merupakan hama padi gogo yang merusak pada stadia generatif diwaktu tanaman

telah membentuk bulir dalam keadaan matang susu. Prihatman (2000)

menambahkan, N. viridula juga menyerang batang padi sehingga membuat

pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

N. viridula tergolong dalam filum Arthropoda, kelas Hexapoda, sub kelas

7
Pterygota, ordo Hemiptera, famili Pentatomidae, genus Nezara, spesies viridula,

nama latin Nezara viridula L. Hama ini mengalami perkembangan metamorfosa

secara bertingkat (Paurometabola) yaitu telur, nimfa dan imago (Kalshoven,

1981).

Kepik hijau meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan daun

bagian bawah yang terdiri atas 10-15 butir per kelompok, di laboratorium dapat

mencapai 118 butir per kelompok. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning.

Tiga hari sebelum menetas warnanya berubah menjadi merah bata. Telur yang

steril, warnanya tidak berubah dan telur yang terparasit warnanya berubah

menjadi hitam. Stadia telur lamanya 5-7 hari dan rata-rata 6 hari (Tengkano dan

Soehardjan, 1985; Harahap, 1994).

Nimfa N. viridula terdiri dari lima instar dan diantara instar terdapat

perbedaan warna, umur dan ukuran. Nimfa instar pertama tidak makan dan untuk

perkembangannya memerlukan kelembaban tinggi, karena itu nimfa-nimfa

tersebut tetap tinggal bergerombol di atas kulit telur, nimfa instar ini mula-mula

berwarna kemerahan kemudian berubah menjadi coklat muda, instar ini

berlangsung 3 hari dengan panjang badan 1,2 mm. Nimfa instar kedua berwarna

hitam dengan bintik putih, nimfa instar dua mulai mencari makan secara

bergerombol pada tanaman inang. Umur instar dua rata-rata 3-9 hari dengan

panjang badan 2,0 mm. Nimfa instar tiga warnanya berubah menjadi hijau

berbintik hitam dan putih, pada instar ini nimfa masih bergerombol. Umur instar

tiga rata-rata 4 hari, dengan panjang badan 3,6 mm. nimfa instar empat berwarna

hijau berbintik hitam dan putih, nimfa mulai menyebar atau pindah ke tanaman di

8
sekitarnya. Umur nimfa instar empat rata-rata 4 hari dengan panjang badan 6,9

mm. Nimfa instar lima merusak tanaman secara individual. Umur nimfa instar

lima rata-rata 7 hari dengan panjang badan 10,2 mm. Kisaran fase instar adalah

22-28 hari (Tengkano dan Seohardjan, 1985).

Imago berbentuk segi lima, berwarna hijau dengan ukuran panjang badan

16 mm. Imago aktif pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari

bersembunyi dibawah permukaan daun. Lama hidup imago jantan berkisar 7-134

hari sedangkan imago betina berkisar 12-128 hari, lama hidup imago ini

tergantung pada tanaman inang dan keadaan iklim. Imago betina pada sisi kiri dan

kanan abdomen terdapat garis membujur berwarna coklat kehitaman dan tubuhnya

lebih besar, sedangkan imago jantan selain ukuran tubuhnya lebih kecil, tidak

terdapat garis coklat kehitaman pada sisi kiri dan kanan abdomennya. Siklus

hidup imago N. viridula berkisar 60-70 hari (Kartosuwondo, 1984).

2.2.2. Gejala Serangan N. viridula Pada Tanaman Pado Gogo

Nimfa dan imogo menimbulkan kerusakan pada bulir padi dengan cara

mengisap cairan bulir pada stadia matang susu sampai periode pengisian bulir.

Bulir padi dalam keadaan matang susu lebih rentan terhadap serangan hama ini

sehingga dengan adanya pengisapan oleh hama ini membuat bulir menjadi hampa

(Hasan et al., 1992).

Selain merusak bulir N. viridula juga menyerang batang padi. Dengan

gejala serangan pada batang padi dapat dikenali dengan adanya bekas tusukan

serta noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu (Prihatman, 2000).

2. 3. Deskripsi Pupuk Hayati

9
Pupuk hayati merupakan suatu bahan yang mengandung mikroorganisme

bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman, melalui perningkatan

aktifitas biologi akhirya dapat berinteraksi dengan sifat-sifat fisik dan kimia tanah.

Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai bahan aktif pupuk hayati adalah

mikroba penambat nitrogen, pemantap agregat dan pelarut fosfat (Rao, 1982).

Pupuk hayati mengandung indole acetic (hormon tumbuh) serta mikroba

indigenous (mikroba tanah) yang sangat dibutuhkan dalam proses penyeburan

tanah secara biologi antara lain seperti Azospirillum sp, Azotobacter sp., mikroba

pelarut P, Lactobacilus sp., dan mikroba pendegradasi selulosa. Mikroba tersebut

dapat bekerja secara maksimal dan dapat mengubah unsur hara yang tadinya sulit

untuk diserap oleh tanaman menjadi unsur hara yang mudah diserap oleh tanaman

sehingga penggunaan pupuk menjadi efesien.

Formulasi pupuk hayati yang terdiri Azospirillum sp, Azotobacter sp dan

lain-lain berasal dari dalam tanah (Mezuan et al., 2002). Di dalam tanah kerap kali

dijumpai jasad renik pelarut fosfat yang hidup di rezosfer dan mempunyai

kemampuan untuk membebaskan asam-asam organik ke dalam tanah seperti asam

fomiat, propionate, laktat ataupun asam fumarat ke dalam medium tumbuhnya.

Asam-asam ini akan membentuk kelat di dalam tanah, dengan ion-ion Ca2+ Mg2+

Fe3+ dan Al3+ sehingga mampu meningkatkan kosentrasi fosfor tersedia di dalam

tanah sehingga jumlah fosfor yang dapat diserap tanaman akan membebaskan ion

fosfat terikat dan dapat diserap oleh tanaman ( Alexander, 1977; Gaur, 1981;

Premono et, al., 1997 dalam Bretham, 2002).

2. 4. Deskripsi Pupuk Fosfor

10
Tanaman akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang subur artinya

berbagai unsur hara yang dikehendaki terpenuhi. Salah satu unsur hara yang

cukup berperan bagi pertumbuhan tanaman adalah unsur P (Fosfor). Unsur P

berperan dalam metabolisme energi yang merupakan bagian dari ATP. Unsur P

dalam tanah yang terikat dalam bentuk senyawa fosfat merupakan senyawa yang

mudah tersedia bagi tanaman. (Prawinata et al.,1981)

Kulit bumi mengandung kira-kira 0,1 persen fosfor. Berdasarkan hal ini,

fosfor dalam satu hektas irisan alur kebanyakan tanah dapat menghasilkan 50.000

bushel per are. Hal ini tidak termasuk fosfor yang dapat diadsorbsi oleh akar pada

kedalaman dibawah lapisan bajak. Bentuk dominan dari fosfat tersedia dan

diserap oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4 , HPO4 dan PO4. Diantara ke-3

ion ini yang lebih mudah diserap adalah ion H2PO4 karena bermuatan satu

(valensi satu) sehingga tanaman hanya membutuhkan sedikit energi untuk

menyerapnya (Soepardi,1983)

Secara detail, peranan fosfor dalam pertumbuhan tanaman sukar di

utarakan. Namun demikian, fungsi utama fosfor dalam pertumbuhan tanaman

adalah memacu terbentuknya bunga dan bulir pada malai, menurunkan aborsitas,

merangsang perkembangan akar halus dan akar rambut, memperkuat jerami

sehingga tidak mudah rebah, dan memperbaiki kualitas gabah. Sebaliknya,

kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, jumlah

anakan sedikit, daun meruncing dan berwarna hijau gelap (Rauf et al., 2000).

Buckman dan Brady (1982) menambahkan bahwa unsur fosfor berperan

menjaga keseimbangan dari efek pemberian nitrogen yang berlebihan,

11
merangsang pembentukan jaringan, dan memperkuat dinding sel sehingga

diyakini dapat membuat tanaman menjadi resisten.

III. METODE PENELITIAN

12
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh. Pelaksanaan penelitian

direncanakan dimulai bulan oktober 2008 sampai dengan selesai

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: N. viridula, kain kasa,

kertas merang, polybag, benih padi gogo. Pupuk dasar (kandang, Urea, SP-36,

KCl) serta pupuk yang diujiakan (pupuk hayati, pupuk fosfor).

Alat-alat yang digunakan adalah kotak pemeliharaan atau stoples, tabung,

cangkul, meteran, pisau,dan lain-lain.

3.3. Rancangan yang Digunakan

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

dengan faktor yang diteliti pemberian jenis Pupuk hayati dan Pemberian pupuk

fosfor.

• Faktor dosis pupuk hayati (H) terdiri dari 4 taraf yaitu:

H0 = Tanpa Pupuk

H1 = 3 Liter/ha-1 = 0,012 cc/tan

H2 = 6 Liter/ha-1 = 0,024 cc/tan

H3 = 9Liter/ha-1 = 0,036 cc/tan

• Faktor pupuk fosfor (F) terdiri 4 taraf yaitu:


F0 = Tanpa Pupuk

13
F1 = 80 kg (SP-36) / ha-1 = 0,32 gr/tan

F2 = 100 kg (SP-36) / ha-1 = 0,4 gr/tan

F3 = 120 kg (SP-36) /ha-1 = 0,48 gr/tan

Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 2 ulangan,


serta satu perlakuan terdiri dari 2 unit sehingga terdapat 64 satuan percobaan.
Susunan kombinasi perlakuan tertera pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel. 1. Susunan Perlakuan Pupuk hayati dan Pupuk fosfor


No. Perlakuan Dosis pupuk hayati (H) Dosis Pupuk fosfor (F)
L/ha-1 Cc/tan-1 Kg/ha-1 gr/tan-1
1. H0F0 Tanpa pupuk Tanpa pupuk Tanpa pupuk Tanpa pupuk
2. H0F1 Tanpa pupuk Tanpa pupuk 80 0,32
3. H0F2 Tanpa pupuk Tanpa pupuk 100 0,4
4. H0F3 Tanpa pupuk Tanpa pupuk 120 0,48
5. 3 0,012 Tanpa pupuk Tanpa pupuk
H1F0
6. 3 0,012 80 0,32
7. H1F1 3 0,012 100 0,4
8. H1F2 3 0,012 120 0,48
9. H1F3 6 0,024 Tanpa pupuk Tanpa pupuk
10. H2F0 6 0,024 80 0,32
11. H2F1 6 0,024 100 0,4
12. 6 0,024 120 0,48
H2F2
13. 9 0,036 Tanpa pupuk Tanpa pupuk
14. H2F3 9 0,036 80 0,32
15. H3F0 9 0,036 100 0,4
16. H3F1 9 0,036 120 0,48
H3F2
H3F3

14
3. 4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pembiakan serangga uji.

Pembiakan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan imago N.

viridula dari lapangan dan dipelihara dengan menggunakan tabung pemeliharaan.

Imago dibiarkan berkopulasi dan bertelur pada kertas merang yang telah

disediakan. Telur-telur tersebut dipindahkan ke stoples penetasan yang sudah diisi

dengan polong buncis sebagai makanan nimfa instar pertama. Selanjutnya nimfa-

nimfa tersebut terus dipelihara dengan memberikan makan polong buncis segar

sampai memasuki nimfa tiga dan imago. Hasil pembiakan tersebut digunakan

sebagai serangga uji.

3.4.2. Penyiapan media tanam.

Tanah yang digunakan adalah tanah lapisan atas (Top Soil). Tanah tersebut

dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, kemudian

dimasukkan kedalam polibag ukuran 10 kg, selanjutnya diinkubasikan selama 1

minggu. Setelah satu minggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan dasar

dengan, pupuk Urea dan KCl dengan dosis masing-masing 150 kg/ha (0,75

g/polibag), 50 kg/ha (0,25 g/polibag), serta SP-36 dengan setengah dari dosis

anjuran 50 kg/ha (0,25 g/polibag).

3.4.3. Penanaman.

Penanaman padi gogo pada kedalam lubang 3-5 cm dengan satu lubang

diisi dengan 5-7 butir padi dan ditutup dengan pupuk kandang.

15
3.4.4. Pemupukan.

Pumupukan hayati dilakukan sebanyak tiga kali dari dosis perlakuan yaitu

3 hari sebelum tanam, 30 hari setelah tanam, dan yang terakhir pada saat padi

sedang bunting. Sedangkan pemupukan fosfor dilakukan sesuai dosis perlakuan

penelitian pada saat1 hari sebelum penanaman.

3.4.5. Pemeliharaan.

Tanaman disiram yaitu pagi atau sore, pada kondisi kapasitas lapang kecuali

hari hujan dan penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yang dilakukan

setiap minggu.

3.4.6. Infestasi hama N. Viridula

Sepasang hama N. Viridula hasil pemilihan dari pembiakan diinfestasikan

pada 30 HST. Infestasi yang dilakukan pada masing-masing polbag atau rumpun

padi yang menjadi sampel yang sebelumnya telah disungkup dengan kain kasa..

3.4.7. Pemanenan.

Panen dilakukan setelah 80 atau 90% populasi padi menunjukan gejala

masak atau bulir susah di pecahkan bila ditekan dengan jari.

3.4.8. Pengamatan.

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Intensitas kerusakan batang

Pengamatan persentase kerusakan batang/daun dilakukan dengan

menghitung jumlah batang yang terserang N. viridula. Persentase kerusakan

batang dihitung dengan menggunakan rumus Abott (1925) dalam Unterstenhofer

(1963)

16
a
P= x100%
b
Keterangan :

I = Intensitas kerusakan batang (%)

a = Jumlah daun atau batang yang terserang

b = Jumlah daun atau batang yang diamati.

b. Jumlah malai yang terserang

Pengamatan dilakukan dengan menghitung seberapa besar jumlah malai

tanaman padi yang terserang pada setiap rumpun.

c. Persentase Penghambatan Makan

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bintik cokelat pada tanaman akibat

tusukkan N. viridula. Persentase penghambatan makan dihitung berdasarkan

rumus Hassanali dan Bentley (1987) dalam Hariri dan Yasin (1998) sebagai

berikut:

 x
1 − y  x100%
Penghambatan makan =  

Keterangan :

x = Rata-rata jumlah bintik cokelat akibat tusukan pada perlakuan

y = Rata-rata jumlah bintik cokelat akibat tusukan pada kontrol

17
DAFTAR PUSTAKA

Agung, T D. H. dan A.Y. Rahayu. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N,


Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan
Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains. Fakultas
Pertanian Unsoed Purwokerto. 6 (2): 70-74

Bretham, Y.H. 2002. Potensi pupuk hayati dalm peningkatan produktifitas


kacang tanah dan kedelai pada tanah seri kandanglimun bengkulu. Jurnal
ilmu ilmu pertanian Indonesia. 4 (1): 18-26

Buckman, H. O. dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah (terjemahan Soegiman).


Bharatakarya Aksara. Jakarta.

Deptan. 2006. Teknologi Budidaya Padi Gogo. http://www.pustaka-deptan.go.id.


Akses 02 september 2008

Geonadi, H. D. dan Herman. 1999. Manfaat dan prospek pengembangan industri


pupuk hayati di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Dep. Pertanian. 18 (3): 91-97

Gould, F. W. 1968. Grass Systematics. McGraw-Hill Book. New York.

Gunarto, L. 1990. Pupuk Hayati Ramah Lingkungan ”Pengetahuan Dasar Untuk


Aplikasi dan Kalkulasi”. International Rice Research Institute. Los Banos
Philipina.

Handayani, I. P. 2001. Kurangi ”Ketergantungan”Pupuk Kimia Dengan Pupuk


Hayati. Warta UNIB. XVII. Bengkulu.

Harahap, I.S, 1994. Seri PHT: Hama Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hariri, A. M. dan N. Yasin.1998. Penghambatan Aktivitas Makan dan


Perkembangan Larva Crocidolomia binotalis oleh Ekstrak Batang
Brotowali (Tinospora crispa). Jurnal Pertanian. No IX (9): 117-123.

Hasan, N. Amri, B.Syarif, A. A. Lamid, Z. Manti, I. dan Z. Zaini. 1992. Buku


Petunjuk Hama, Penyakit Dan Gulma Utama Pada Tanaman Padi Gogo.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Pangan Sukarami. Sukarami.

Juniati dan Syamiah. 2006. Pengaruh jenis pupuk organik dan jarak tanam
terhadap pertumbuhan lidah buaya. Jurnal floretek 2 : 107-113. Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala.

18
Ismunadji, M., dan S.O. Manurung. 1988. Padi ‘’ Morfologi dan Fisiologi Padi’’.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Mezuan. Handayani, I. P. Inoriah E. 2002. Penerapan formulasi pupuk hayati


untuk budidaya padi gogo. Jurnal Ilmu-olmu Pertanian Indonesia. 4 (1):
27-34.

Kalshaven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Revised and Translated by


Van Ver Laan and GHL Roths Child. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve –
Jakarta.

Kartosuwondo, U. 1984. Beberapa Hama Penting Tanaman Pangan. Diktat


Kuliah. Jurusan Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Kasniari, D. N dan A. A. N. Supanda. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis


Pupuk (N, P, K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol Selemadeg, Tabanan.
Agritop Fakultas Pertanian Udayana. Denpasar. 26 (4) : 168-176.

Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prasetyo, Y. T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta

Prawinata, W S Harran dan P Tjondronegoro, 1981. Dasar fisiologi tumbuhan (II).


Dep. Botani Fak. Pertanian, IPB, Bogor.

Prihatman, K. 2000, Padi (Oryza Sativa). TTG Budidaya Pertanian. BPP


Teknologi. Jakarta. http://www.ristek.go.id. Akses tanggal 02 September
2008.

Rauf, A.W. Syamsudin, T.S.R. Sihombing. 2000. Loka pengkajian teknologi


Pertanian Koya Barat Irian Jaya. Departemen Pertanian, Badan Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Jurusan Ilmu-ilmu tanah, Institut Pertanian
Bogor.

Rao, S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxfort-IBH. New Delhi..

Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 1985. Jenis Hama Utama pada Berbagai Fase
Pertumbuhan Tanaman Kedelai, dalam S. Somatmadja, M. ismunadji,
Sumarno, M. Stam, S.O. Manurung & Yuswandi (Penyunting). Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Unterstenhofer. 1963. The basic principles of crop protection field trials.


Pelanzenschutz Nachricheten-Bayer. Leverkusen.

19

Anda mungkin juga menyukai