amat membahagiakan. Kendati jalan masih panjang, ini sinyal dominasi Eropa mulai keropos.
Akankah mampu dua negara itu membuka sejarah baru?
Di Asia, Jepang dan Korsel adalah pioner. Di tahun 40-an kolonialisme Eropa meresahkan
Negeri Samurai. Melalui semangat Asianisme Jepang mengajak sesama Asia untuk bersatu
membentuk kekuatan. Itu melahirkan sebutan Jepang sebagai saudara tua.
Dalam tingkat praktek, bukan persaudaraan yang dibangun. Pasukan pribumi embrio Peta dididik
bukan agar rakyat negeri ini pandai berperang. Itu diformat mengatasi serangan bangsa Eropa
yang hendak kembali. Jepang berkepentingan melestarikan kekuasaannya di negeri jajahan.
Sebab semangat Asianisme itu lumer tatkala melihat kekayaan Nusantara. Mata mereka "hijau"
dan mengusung kekayaan negeri ini menuju Negara Matahari Terbit. Saudara tua itu ingkar dari
niat mula. Dan sejarah memberi kesaksian, penjajah sesama Asia itu lebih keji ketimbang
Belanda.
Jepang yang 'pioner' itu membangun trauma bagi sesama bangsa Asia. Tak hanya China dan
Indonesia, tapi juga Filipina serta Korea. Ini memberi pengertian, solidaritas tidak sebangun
soliditas negeri jika itu menyangkut hubungan bilateral. Tak terkecuali soal apa saja di masa kini.
Korea Selatan adalah macan Asia. Ekonominya yang jauh di bawah Jepang dan imbang dengan
Indonesia, ternyata mampu digenjot dengan kekuatan maksimal. Negeri Ginseng tak sampai
sepuluh tahun berhasil mensejajarkan diri dengan Dai Nippon dan menepis sederajat dengan
Indonesia. Kita tetap lenggang kangkung, alon-alon waton klakon.
Dalam dunia sepakbola, dua negara itu telah berubah menjadi raksasa. Dominasi Asia yang
biasanya dikuasai negara-negara Timur Tengah diambil-alih. Mutual shohibul hajat Piala Dunia
2002 menahbiskan kekuataan keduanya. Dan kini mereka masih punya kans mengukir prestasi
yang lebih mulia lagi. Masuk delapan besar, empat besar, dan mungkin tampil sebagai juara
dunia.
Sepakbola sekarang memang bukan hak prerogatif Eropa. Globalisasi positif memberi
pasokan gizi yang sama di belahan dunia mana saja. Berkat itu tubuh tinggi, besar dan kokoh
menyebar. Dan teori Abdul Kadir melewati lawan melalui selangkangan tak perlu dipikir lagi.
Sepakbola kini dan mendatang adalah gabungan antara talenta, intelejensia dan speed. Keahlian
menggocek bola ditopang kecerdasan dan kecepatan, maka itulah yang bakal menjadikan sebuah
kesebelasan tampil sebagai juara. Jangan kaget jika yang unggul dalam Piala Dunia 2010 ini juga
yang memenuhi kriteria itu.
Sejauh ini yang selalu menang adalah tim yang mempunyai kecepatan. Tampil ngotot hukum
wajib dalam sepakbola moderen. Untuk itu lupakan Yunani yang tetap pada pakem ritus di
Olympus. Dan lupakan Samba jika tetap berusaha menampilkan sepak bola indah. Wong Spanyol
yang dihuni pemain-pemain hebat itu saja bisa digilas Swiss.
Sepakbola tetaplah sepakbola. Butuh skor dan kemenangan. Dia bagian dari olahraga. Termasuk
doktrin sakralnya, terkuat, tercepat, terhebat. Bukan yang "berkesenian" dalam permainan yang
bakal menjadi juara. Adakah di Piala Dunia 2014 nanti negeri ini mampu mengikuti jejak Korea
Selatan sebagai sesama mantan jajahan Jepang?
Detik.Com
BisnisAsia.com
Singapore, 12 Januari 2025
Hampir 10 tahun ekonomi Asia mengalami keterpurukan. Inflasi mencapai 30% selama 2 tahun
ini. banyak bisnis terutama di Asia Tenggara mengalami kehancuran, terutama bisnis generik,
yaitu bisnis yang tingkat persaingannya sangat tinggi dan dimiliki oleh hampir semua negara,
karena tidak bisa bersaing dari sisi tarif dan pelayanan. Di Indonesia, pengusaha kecil dan
menengah hampir tidak bisa berkutik menghadapi derasnya produk luar.
Globalisasi yang semakin meluas berdampak semakih legalnya industri – industri haram di Asia
yang sebelumnya dilarang. Industri perjudian, pornografi dan miras malah melonjak tajam.
Dengan alasan HAM dan Globalisasi, negara negara maju memaksakan negara berkembang
untuk menerimanya.
Walaupun tingkat investasi di Asia Tenggara cukup tinggi, ekonomi masyarakat tidak
mengalami peningkatan. Namun uniknya ada beberapa bisnis terutama yang menerapkan prinsip
syariah masih tetap bertahan dan berkembang walaupun didera krisis. Diantaranya bisnis
perbankan syariah, asuransi syariah, hotel syariah. Hal ini disampaikan oleh Pakar Syariah Prof.
DR. Syafei Antonio dalam ceramahnya di ASIA BUSINESS SUMMIT di Singapore tahun 2020
lalu.
Setelah 5 tahun pertama terpuruknya ekonomi Asia, dalam ASEAN SUMMIT 2020 di Surakarta,
akhirnya diputuskan untuk lebih banyak menerapkan prinsip – prinsip syarih di setiap lini bisnis,
karena terbukti fairness dan transparansi dalam bisnis yang menerapkan bisnis syariah,
menghindari semua pihak yang terlibat didalamnya dari kerugian. Selain itu bisnis Syariah
terbukti sangat diminati oleh masyarakat sehingga menekan pertumbuhan bisnis haram sesuai
keyakinan masyarakat serta tata krama asia.
Indonesia dan Malaysia akan menjadi negara pusat pendidikan dan opelatihan bisnis syariah bagi
negara – negara Asia lainnya agar pertumbuhan bisnis syariah di Asia dapat cepat dilaksanakan.
Di tahun 2025 ini Asia telah menerapkan 100% ekonomi syariah dan berhasil memulihkan
kondisi ekonomi dan sosial negara negara Asia.
Antonio Syafei Pakar Syariah & Me on a Summit 2008
(BA)
This entry was posted in Business, Social Economy, Uncategorized and tagged
Antonio, Asia, bisnis, economy, ekonomi, generik, globalisasi, inflasi, krisis, pakar,
singapore, Surakarta, Syafei, syaria, syariah. Bookmark the permalink.
Remake Ayat Ayat Cinta Tembus Hollywood Dan Masuk Box Office →
Like
Alamat surel anda tidak akan ditampilkan. Required fields are marked *
Nama *
Email *
Situs web
Komentar
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">
<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del
datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>
Komentar tulisan 66 0
1294918548
Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.
Bottom of Form
• Cari itu!
Top of Form
Cari
Pencarian untuk:
Bottom of Form
• Entri Terkini
○ Indonesia Berhasil Memproduksi Sendiri Vaksin Meningitis Yang Halal
○ Visit Jakarta Year 2018: History Underwater
○ PBB melegalisasi Percobaan Manusia Transgenik dan Kloning
○ Krisis Dominasi Manusia vs Ancaman Hewan Transgenik
○ Visit Jakarta Year 2015: New Batavia
○ Serial TV Jeng Kelin mendapat penghargaan BAFS Award
○ DNA Scanner for Commercial Use: Pindai Belanjaan Anda Dengan
DNA Scanner
○ The Future Of World Economies (2) by Mansid
○ Obamania!
○ MUI Mengharamkan SMS Musyrik
• Tautan
○ Beyond Imagination: A DIary Of An Alien
○ Coklat Mentari, jadilah yang pertama mencicipinya !
○ Dapur Mama Ita, enak dan lezat !
○ Dapur Mama Ita: Koleksi Resep kue-kue.
○ Giyzstar: His brain splat in Tokyo
○ WordPress.com
Kekayaan global juga sedang berpindah dari negara maju di Barat ke Timur Tengah,
Rusia, dan Asia. Pembentukan tatanan keuangan global baru terjadi lebih cepat dari
yang diduga. Forum G-20 yang semakin penting menunjukkan hal itu. Laporan lain
dari Goldman Sach dalam Global Economic Paper mengenai prediksi perekonomian
global 2050 menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor
7 dunia setelah China, AS, India, Jepang, Rusia, dan Brasil, melampaui Korea
Selatan, Turki, Prancis, Inggris, Jerman, Italia, dan Kanada.
Sementara Price Waterhouse and Cooper (PWC) dalam studi berjudul The World in
2050 menyebutkan bahwa pada 2050 akan ada kelompok negara besar yang
disebut sebagai E-7. Kelompok negara elite ini berturut-turut berdasarkan kekuatan
ekonominya terdiri atas AS, China, India, Jepang, Brasil, Indonesia,dan Rusia.
Majalah ekonomi terkemuka The Economist terbitan London dalam laporan berjudul
The World in 2007 menyebutkan bahwa Indonesia ada pada urutan ke-21,
sedangkan pada 2004 masih berada di urutan ke-26 dunia.
Pada 2008, Indonesia ada di peringkat ke-20 melampaui Taiwan, pada 2010
melampaui Swiss, Swedia, dan Belgia dengan PDB sebesar USD550 miliar. Pada
2025 Indonesia akan berada di posisi ke-14 dunia. Bagaimana nilai strategis Asia
dan Indonesia dalam tatanan dunia mendatang juga terlihat dari peristiwa yang
baru sekali ini terjadi dalam sejarah, yaitu kunjungan Menlu AS Hillary Clinton tidak
ke Eropa sebagaimana tradisi selama ini, tetapi ke Jepang, Indonesia, China,dan
Korea Selatan. Kekuatan Asia yang bangkit juga terlihat di lingkup korporasi.
Di Indonesia,Krakatau Steel dilirik oleh raksasa baja asal India, Mittal, Indosat dioper
kepada Q-Tel dari Qatar,Telkomsel dimilikiTemasek Singapura,Lippo Bank dimiliki
Khazanah-Malaysia; BCA, BII, dan Bank Buana dimiliki perusahaan Singapura.
Singapura juga telah berekspansi ke sektor telekomunikasi di Australia,Thailand,
Filipina,dan India. Indonesia diharapkan menjadi bagian dari Asia yang memainkan
posisi kunci dalam ekonomi dunia.
Dalam konteks ini, China telah mengambil langkah strategis untuk memenangi
persaingan dengan menjajaki akuisisi terhadap sejumlah perusahaan di Eropa.
Maret lalu, delegasi bisnis tingkat tinggi China mengunjungi sejumlah negara Eropa.
China saat ini berlaku seperti Jepang pada dekade 80-an yang gencar melakukan
outbound investment dalam rangka akuisisi atas sejumlah perusahaan dunia.
Sebelumnya, China sudah menggarap AS. Dalam lima tahun terakhir, beberapa
perusahaan terkemuka AS juga mulai jatuh ke tangan korporasi China.
Raksasa IBM adalah salah satunya. Pemerintah AS dan China pertengahan tahun
2008 lalu meneken kesepakatan bilateral berupa pakta perlindungan investasi
korporasi AS di China dan korporasi China di AS. Menurut Li Jian, peneliti di China
Academy of International Trade and Economic Cooperation, China saat ini semakin
tertarik pada merger skala dunia.
Langkah ini membuat China bukan saja lebih mampu mendekati pasar, tetapi juga
mengatasi hambatan-hambatan perdagangan. India juga berupaya melakukan hal
yang serupa.Taktik China dan India dalam membuka akses pasar serta mengakuisisi
knowledge dan teknologi dengan kegiatan outwardFDI atau outbound investment
perlu dipertimbangkan Indonesia. Sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan
akses pasar jika pemerintah dan dunia usaha nasional hanya ingin menggenjot
ekspor dari basis produksi di dalam negeri.
Apalagi jika hanya menjadikan Indonesia sebagai basis produksi industri relokasi
dari luar negeri. Indonesia perlu mengeksplorasi keunggulannya di bidang natural
resources base. Contohnya, sebagai salah satu produsen cokelat terbesar dunia,
Pemerintah Indonesia dapat mendorong perusahaan nasional mengakuisisi
pabrikan cokelat di Eropa dan AS. Selain membuka akses pasar, hal ini juga
membuat Indonesia bisa meningkatkan nilai tambah industri cokelat domestik
melalui integrasi industri hulu-hilir.
Di era ketika ekonomi dunia sedang direstrukturisasi, Indonesia jangan berpuas diri
hanya menjadi host country bagi kegiatan investasi multinasional asing yang untuk
saat ini dan ke depan akan didominasi oleh multinasional dengan home country di
negaranegara Asia. Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum kebangkitan
ekonomi Asia.(*)
http://rizki-ahmad.blogspot.com/2010/05/kebangkitan-asia-kebangkitan-
indonesia.html
Niko Ramandhana
Selama ini Asia termasuk sebagai benua yang tertinggal kedua setelah Afrika. Hal ini bisa dilihat
dari ketertinggalan Asia dalam hal kemajuan Ekonomi dan Teknologi, Sering terjadinya
kelaparan, Padatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan yang rendah, masih sering terjadinya
konflik antar negara, dan baru merdekanya negara-negara di Asia saat Abad 20. Berbeda sekali
dengan Amerika, Eropa, dan Australia yang lebih dahulu merasakan kemajuan dalam berbagai
bidang, sehingga dunia ini dipenuhi oleh teknologi-teknologi dari Eropa dan Amerika kemudian
disusul oleh Australia. Begitupun dalam hal ekonomi ketiga benua tersebut mampu menyetir
perekonomian global, dan bahkan saling berebut kekuasaan untuk menguasai Sumber Daya Asia
dan Afrika yang notabenenya Miskin dan Bodoh.
Keadaan ini berubah saat mendekati abad ke 21, Jepang dan Rusia menjadi pelopor kebangkitan
Asia, dengan kecanggihan teknologi yang dihasilkannya, disusul oleh Korea Selatan yang juga
mempunyai teknologi yang canggih. Pada Abad 21 ini, negara-negara di Asia pun tidak hanya
diam, tidak mau begitu saja dikekang oleh Barat, yang akhirnya memunculkan Cina dan India
sebagai kekuatan baru Asia. Cina dengan Kekuatan yang mampu menguasai perekonomian dunia
setelah terjadinya krisis global yang mendera Amerika dan Eropa, Teknologi China juga tidak
kalah bagusnya dengan Teknologi USA dan Eropa. India juga sama mempunyai kekuatan yang
hebat dalam hal teknologi dan ekonomi dan industri Film Bollywood yang tak kalah dengan
Hollywood. Lihat saja saat krisis Global tahun 2008, China dan India mempunyai pertumbuhan
ekonomi yang positif, sedangkan yang lain sampai ada yang negatif 10% pertumbuhan
ekonominya.
Asia Timur dan Asia Selatan sudah menunjukkan kebangkitan yang fantastis. Saat ini Timur
Tengah pun sedang menyusun strategi untuk menyusul kebangkitan Jepang, Korsel, China, dan
India. Abu Dhabi misalnya, dan saat ini yang menjadi pusat perhatian dunia yaitu IRAN. Iran,
yang dahulunya sebagai negara yang di embargo oleh USA, dan PBB saat ini mampu
menciptakan Nuklir dan Rudal dengan ukuran berbagai jarak, Mahmoud Ahmadinejad sebagai
pemimpin yang tangguh tidak kehabisan akal atau menyerah begitu saja, walaupun di embargo
mereka mampu bertahan bahkan sekarang tampil dengan kekuatan baru dan Kebangkitan ASIA
yang mampu mengancam kedudukan Amerika dan Eropa.
Tak khayal, kalau Amerika cs ketakutan dan akan menyerang IRAN, karena mereka Takut
sumber daya yang selama ini mereka kuasai akan dikuasai oleh Iran, seperti Sumberdaya di Irak,
Afganistan dan negara-negara di timur tengah lainnya yang kaya akan minyak. Iran sebagai
kekuatan Baru Asia dengan di dukung oleh Rusia, mampu bergerak melawan Amerika dan Eropa
jika memang mereka menyerang negeri dengan presiden yang tangguh tersebut. Penulis jadi
teringat akan embargo yang dilakukan USA untuk mengembargo Indonesia dalam hal pengadaan
suku cadang peralatan militer, tapi bedanya dengan Iran, Indonesia tidak se kreatif Iran dan
China. Alhasil Indonesia tetap saja ketergantungan terhadap USA dan sekutunya baik di bidang
perekonomian, perpolitikan, pangan, teknologi dan pendidikan. Diharapkan dengan adanya
kekuatan baru yang ditunjukkan oleh Jepang, Korsel, China, India, Abu Dhabi dan Iran, mampu
mengcambuk pemimpin negeri ini untuk menjadikan negeri ini negeri yang Berdaulat, Mandiri
dan Maju, serta menjadi Kekuatan Baru di Asia setelah Iran. Hal ini titik cerah untuk Asia untuk
menjadi benua yang mandiri yang mampu mengolah Sumber daya yang Melimpah tanpa harus
adanya keterlibatan pihak barat.
• Laporkan Tulisan
• Beri Tanggapan
• Beri Nilai
○ Aktual
○ Inspiratif
○ Bermanfaat
○ Menarik
•
Aslan Z
6 September 2010 | 08:57:34
0
semoga
+1
Balas tanggapan |
•
Kiki Muntako
6 September 2010 | 10:17:04
0
sebuah negara kalau mau maju jagan sekali-sekali berharap bantuan dari negara
lain,harus mampu berdiri-sendiri tidak tergantung negara lain. contoh negar2 tersebut d
atas
+1
Balas tanggapan |
•
Mbahkung
6 September 2010 | 11:50:00
0
Banyak orang keliru membaca langkah Iran ini..
Warna merah dan hijau kadang memang hampr sama kalau diihat dari jauh… hehe..
Salam damai.
+1
Balas tanggapan |
•
Niko Ramandhana
6 September 2010 | 17:00:44
0
@Aslan..semoga apanya?
@kiki s7
@Mbahkung…brarti saya juga keliru dalam melihat langkah iran ini? kelirunya di mana?
+1
Balas tanggapan |