Anda di halaman 1dari 4

EKSISTENSI AHMAD TOHARI DAN RONGGENG DUKUH PARUK

DALAM JAGAT SASTRA INDONESIA

Kehadiran Ahmad Tohari dalam jagat sastra Indonesia tampaknya melekat erat dengan
novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (RDP). Novel trilogi RDP yang terdiri atas Catatan Buat
Emak, Lintang Kemukus Dini hari, dan Jentera Bianglala, kemudian Kubah, Di Kaki Bukit
Cibalak, Bekisar Merah, Belantik, kumpulan cerpen Senyum Karyamin dan Nyanyian Malam,
serta novel Orang-orang Proyek, demikian kuat meniupkan nafas budaya Jawa dalam kehidupan
rakyat kecil yang terpinggirkan. Membaca karya-karya Ahmad Tohari kita dapat belajar banyak
dari kehidupan masyarakat kecil dengan segala kearifan lokalnya.
Novel trilogi RDP merupakan pengambaran sketsa sosial yang kuat, diwarnai erotisme
(cinta) yang memukau, halus, menyentuh dan menggelitik. Tidak seperti kebanyakan karya
sastra Indonesia lainnya yang melo dan happy ending, novel trilogi RDP merupakan novel
tragedy. Tokoh sentral cerita itu, seorang ronggeng jelita dan mempesona, belia, yang citranya
lugu dan tidak berdosa, harus menjadi korban dari budaya masyarakat yang patriarkis.
Dalam RDP, Ahmad Tohari menyajikan sebuah tragedi kehidupan secara tajam
mencekam. Sebuah kondisi yang sangat kontras. Seorang perempuan yang cantik, belia, terkenal,
lugu, dan tidak berdosa harus tertimpa kesengsaraan, kemalangan, kekecewaan, dan bencana
yang sangat dahsyat, yang akhirnya meruntuhkan, memporak-porandakan, dan menggerogoti
keseimbangan jiwanya. Akhir kehidupan ronggeng sang primadona yang sungguh tragis,
dramatis serta menyayat hati.
Dalam RDP, pemahaman antara batas fakta dan fiksi menjadi kabur. Sebab, banyak
perempuan atau manusia pada umumnya, yang mengalami nasib seperti sang ronggeng.
Diungkapkan melalui realitas dan budaya masyarakat desa yang agraris dengan setting desa di
daerah Banyumas Jawa Tengah sekitar tahun 1965/ 1966 yang menampilkan peran ronggeng
sang primadona dalam budaya masyarakat desa.
Di sisi lain, novel RDP menyuarakan kesetaraan jender kaum perempuan melalui tokoh
Srintil. Srintil dalam novel RDP dilukiskan sebagai wanita yang harus patuh pada budaya, Srintil
menyadari perannya sebagai ronggeng dukuh Paruk yang harus mengampu naluri-naluri
kelelakian. Hal itu dalam pandangan orang Dukuh Paruk merupakan keniscayaan agar terjadi
keselarasan antara perempuan dan laki-laki yang bersama-sama hadir dalam kehidupan
masyarakat. Sebagai seorang perempuan, Srintil tidak melihat lelakli sebagai pihak yang superior
dan menguasainya. Srintil tidak merasa lemah ketika berhadapan dengan dunia lelaki.
RDP memiliki beberapa keunikan atau ciri khas yang istimewa di antara novel-novel
Indonesia lainnya. RDP dapat dikatakan merupakan salah satu novel Indonesia mutakhir. RDP
melukiskan latar, peristiwa, dan tokoh-tokoh yang terdiri atas orang-orang desa yang sederhana
dengan menarik. RDP disajikan dengan cara yang menggugah perasaan ingin tahu, suatu
masalah yang sebenarnya sangat lazim. RDP mengungkapkan budaya lokal Banyumas Jawa
Tengah yang khas dengan karakteristik, keunikan, dan permasalahannya dengan cara khas sastra.
RDP memaparkan fenomena yang belum pernah terjadi di dunia sastra Indonesia, yakni
kehidupan dunia ronggeng yang khas dengan latar sejarah malapetaka politik G30S/ PKI. Kultur
desa yang longgar dalam tata susila perkawinan, penuh dengan kata-kata cabul, orang leluasa
meniduri istri tetangganya, terlukis dalam RDP. Bagi orang dukuh Paruk, jika seorang istri
berselingkuh dengan tetangga, maka sang suami tidak perlu ribut menghajar tetangga tadi.
Cukuplah sang suami meniduri istri tetangga tersebut, selesailah urusannya.
Dari segi daya ungkap, RDP memiliki bentuk ekspresinya yang segar, orisinal, dan khas
sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Menarik dan lancar teknik pengisahannya, sehingga
dibanding Kubah, RDP menunjukkan bahwa Ahmad Tohari sangat lancar mendongeng. Dari
segi pengungkapan, ekspresi bahasa dalam RDP variatif dengan gaya bahasa yang orisinal.
Sesuai dengan latar masyarakat dalam RDP dan latar kehidupan Ahmad Tohari yang akrab
dengan dunia pedesaan, banyak ungkapan bahasa dan gaya bahasa yang segar dan khas
pedesaan. Profesi Ahmad Tohari sebagai wartawan turut mewarnai pemakaian bahasa yang
variatif dan lancar dalam RDP. Selain itu, kultur Jawa yang kaya nuansa memperindah bahasa
RDP yang mencerminkan Ahmad Tohari dibesarkan di lingkungan masyarakat Jawa Tengah.
Salah satu kekuatan Ahmad Tohari dibandingkan sastrawan lain adalah kepiawaiannya
melukiskan alam pedesaan yang eksotis dan perawan. Di tangannya, panorama kehidupan
pedesaan menjadi sedemikian hidup dan menawan. Selain itu, Ahmad Tohari selalu
menyuguhkan cinta dan erotisme dengan kuat sehingga cinta, seks, erotisme, perempuan, dan
seterusnya menjadi sedemikian memiliki ruh dan menggairahkan.
Latar belakang Ahmad Tohari yang pernah kuliah di Fakultas Kedokteran, di samping
Fakultas Ekonomi dan Fakulatas Ilmu Sosial Politik, diduga turut berperan dalam memberikan
eksplorasi bahasa dalam RDP. Banyaknya ungkapan dan gaya bahasa yang orisinal, segar dan
khas dalam RDP. Gaya bahasa yang kaya informasi tentang istilah dalam ilmu pengetahuan
terutama bidang sosial, politik, kedokteran, dan biologi, terlihat sebagai pelangi yang turut
memperindah RDP.
Ahmad Tohari merupakan pengarang realis yang tidak pernah menulis dari sesuatu yang
hampa. Sebagai seorang sastrawan, ia menjadi pengamat sosial budaya yang ada di
lingkungannya. Praktik-praktik ketimpoangan sosial yang terjadi di kehidupan rakyat kecil atau
kaum pinggiran menjadi sentral dalam karya-karyanya. RDP merupakan sebuah dokumentasi
sosial pada masa pergolakan politik sekitar 1965/ 1966 di Indonesia yang higga kini masih
menyisakan kesengsaraan bagi sebagian rakyat Indonesia. Melalui empatinya terhadap nasib
wong cilik, Ahmad Tohari dengan fasih mampu mengekspresikan ketertindasan dan
menyuarakan riak-riak kebenaran yang terbenam dalam berbagai kepentingan politik, ekonomi,
maupun kepentingan nafsu keserakahan manusia.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dikemukakan bahwa kehadiran Ahmad
Tohari dengan novel triloginya Ronggeng Dukuh Paruh menjadi fenomena tersendiri dalam jagat
sastra Indonesia. Selain itu, RDP menjadi citra Ahmad Tohari sebagai sastrawan Indonesia
sekaligus merupakan karya monumental yang memiliki warna dan keunikan tersendiri yang
menempatkan Tohari sebagai salah satu sastrawan terkemuka di negeri ini.
EKSISTENSI AHMAD TOHARI DAN RONGGENG DUKUH PARUK
DALAM JAGAT SASTRA INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Kritik Sastra

Dosen Pengampu: Esti Swatikasari, M. Hum.

Disusun Oleh :

Iwan Khairi Yahya 08201244053

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010

Anda mungkin juga menyukai