Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, topik elektrokimia ini sudah kita pelajari
saat masih duduk di bangku SMA. Namun, pembahasan pada saat itu hanya
secara garis besarnya saja. Dengan adanya makalah ini, kami bermaksud untuk
membahas topik elektrokimia dengan lebih lengkap dan mendalam.
Elektrokima itu penting untuk diketahui dan dibahas lebih lanjut karena
fungsi dan kegunaan dari elektrokimia itu sangat penting dan berguna dalam
kehidupan kita sehari-hari.

I.2.Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran,
penjelasan yang lebih mendalam mengenai elektrokimia. Diharapkan mahasiswa
dapat mendalami dan memahami konsep-konsep dan teori mengenai elektrokimia.

I.3.Sistematika Penulisan
Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstrak

Bab I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

I.2. Tujuan Penulisan

I.3. Sistematika Penulisan

Bab II. Isi

II.1. Reaksi Redoks

II.2. Sel Galvani

II.3. Hukum Faraday

1
II.4. Sel Elektrolisis

II.5. Termodinamaka Sel Elektrokimia

II.6. Sel Kimia

II.7. Hasil Kali Kelarutan

II.8. Sel Konsentrasi

Bab III.Penutup

III.1. Kesimpulan

III.2. Saran

Daftar Pustaka

2
BAB II

ISI

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi


kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan
dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi
dalam dua kelompok, yaitu sel galvanik dan sel elektrolisa.

Sel elektrokimia, juga disebut sel volta atau sel galvani, adalah suatu alat
dimana reaksi kimia terjadi dengan produksi suatu perbedaan potensial listrik
antara dua elektroda. Jika kedua elektroda dihubungkan terhadap suatu sirkuit luar
dihasilkan aliran arus, yang dapat mengakibatkan terjadinya kerja mekanik
sehingga sel elektrokimia mengubah energi kimia ke dalam kerja.

II.1.Reaksi Redoks

Berikut akan dijelaskan bagaimana mengerjakan setengah-reaksi elektron untuk


proses oksidasi dan reduksi, kemudian bagaimana menggabungkan setengah-
reaksi tersebut untuk mendapat persamaan ion untuk reaksi redoks secara utuh. Ini
merupakan pelajaran yang penting dalam kimia anorganik.

Setengah-Reaksi Elektron

Apakah setengah-reaksi elektron?

Ketika magnesium mereduksi tembaga(II)oksida dalam suhu panas menjadi


tembaga, persamaan ion untuk reaksi itu adalah:

Kita dapat membagi persamaan ion ini menjadi dua bagian, dengan melihat dari
sisi magnesium dan dari sisi ion tembaga(II) secara terpisah. Dari sini terlihat
jelas bahwa magnesium kehilangan dua elektron, dan ion tembaga(II) yang
mendapat dua elektron tadi.

3
Kedua persamaan di atas disebut “setengah-reaksi elektron” atau “setengah-
persamaan” atau “setengah-persamaan ionik” atau “setengah-reaksi”, banyak
sebutan tetapi mempunyai arti hal yang sama.

Setiap reaksi redoks terdiri dari dua setengah-reaksi. Pada salah satu reaksi terjadi
kehilangan elektron (proses oksidasi), dan di reaksi lainnya terjadi penerimaan
elektron (proses reduksi).

Mengerjakan setengah-reaksi elektron dan menggunakannya untuk


membuat persamaan ion

Pada contoh di atas, kita mendapat setengah-reaksi elektron dengan memulai dari
persamaan ion kemudian mengeluarkan masing-masing setengah-reaksi dari
persamaan tersebut. Itu merupakan proses yang tidak benar.

Pada kenyataannya, kita hampir selalu memulai dari setengah-reaksi elektron dan
menggunakannya untuk membuat persamaan ion.

Contoh 1: Reaksi antara klorin dan ion besi(II)

Gas klorin mengoksidasi ion besi(II) menjadi ion besi(III). Pada proses ini, klorin
direduksi menjadi ion klorida. Sebagai permulaan kita buat dahulu masing-masing
setengah-reaksi.

Untuk klorin, seperti kita ketahui klorin (sebagai molekul) berubah menjadi ion
klorida dengan reaksi sebagai berikut:

Pertama, kita harus menyamakan jumlah atom di kedua sisi:

4
Penting untuk diingat, jumlah atom harus selalu disamakan dahulu sebelum
melakukan proses selanjutnya. Jika terlupa, maka proses selanjutnya akan menjadi
kacau dan sia-sia.

Kemudian untuk menyempurnakan setengah-reaksi ini kita harus menambahkan


sesuatu. Yang bisa ditambah untuk setengah-reaksi adalah:

* Elektron

* Air

* Ion hidrogen (H+) (kecuali jika reaksi terjadi dalam suasana basa, jika demikian
yang bisa ditambahkan adalah ion hidroksida (OH-)

Dalam kasus contoh di atas, hal yang salah pada persamaan reaksi yang kita telah
buat adalah muatannya tidak sama. Pada sisi kiri persamaan tidak ada muatan,
sedang pada sisi kanannya ada muatan negatif 2 (untuk selanjutnya disingkat
dengan simbol : 2-).

Hal itu dapat dengan mudah diperbaiki dengan menambah dua elektron pada sisi
kiri persamaan reaksi. Akhirnya didapat bentuk akhir setengah-reaksi ini:

Proses yang sama juga berlaku untuk ion besi(II). Seperti telah diketatahui, ion
besi(II) dioksidasi menjadi ion besi(III).

Jumlah atom dikedua sisi telah sama, tetapi muatannya berbeda. Pada sisi kanan,
terdapat muatan 3+, dan pada sisi kiri hanya 2+.

Untuk menyamakan muatan kita harus mengurangi muatan positif yang ada pada
sisi kanan, yaitu dengan menambah elektron pada sisi tersebut:

5
Mengabungkan setengah reaksi untuk mendapat persamaan ion untuk reaksi
redoks

Sekarang kita telah mendapatkan persamaan dibawah ini:

Terlihat jelas bahwa reaksi dari besi harus terjadi dua kali untuk setiap molekul
klorin. Setelah itu, kedua setengah-reaksi dapat digabungkan.

Tapi jangan berhenti disitu! Kita harus memeriksa kembali bahwa semua dalam
keadaan sama atau setara, baik jumlah atom dan muatannya. Sangat mudah sekali
terjadi kesalahan kecil (tapi bisa menjadi fatal!) terutama jika yang dikerjakan
adalah persamaan yang lebih rumit.

Pada persamaan terakhir, terlihat bahwa tidak ada elektron yang diikutsertakan.
Pada persamaan terakhir ini, di kedua sisi sebenarnya terdapat elektron dalam
jumlah yang sama, jadi saling meniadakan, dapat dicoret, dan tidak perlu ditulis
dalam persamaan akhir yang dihasilkan.

Contoh 2: Reaksi antara hidrogen peroksida dan ion manganat(VII)

6
Persamaan reaksi pada contoh 1 merupakan contoh yang sederhana dan cukup
mudah. Tetapi teknik atau cara pengerjaannya berlaku juga untuk reaksi yang
lebih rumit dan bahkan reaksi yang belum dikenal.

Ion manganat(VII), MnO4-, mengoksidasi hidrogen peroksida, H2O2, menjadi gas


oksigen. Reaksi seperti ini terjadi pada larutan kalium manganat(VII) dan larutan
hidrogen peroksida dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat.
Selama reaksi berlangsung, ion manganat(VII) direduksi menjadi ion mangan(II).

Kita akan mulai dari setengah-reaksi dari hidrogen peroksida.

Jumlah atom oksigen telah sama/ setara, tetapi bagaimana dengan hidrogen?

Yang bisa ditambahkan pada persamaan ini hanyalah air, ion hidrogen dan
elektron. Jika kita menambahkan air untuk menyamakan jumlah hidrogen, jumlah
atom oksigen akan berubah, ini sama sekali salah.

Yang harus dilakukan adalah menambahkan dua ion hidrogen pada sisi kanan
reaksi:

Selanjutnya, kita perlu menyamakan muatannya. Kita perlu menambah dua


elektron pada sisi kanan untuk menjadikan jumlah muatan di kedua sisi 0.

Sekarang untuk setengah-reaksi manganat(VII):

Ion manganat(VII) berubah menjadi ion mangan(II).

7
Jumlah ion mangan sudah setara, tetapi diperlukan 4 atom oksigen pada sisi kanan
reaksi. Satu-satunya sumber oksigen yang boleh ditambahkan pada reaksi suasana
asam ini adalah air.

Dari situ ternyata ada tambahan hidrogen, yang juga harus disetarakan. Untuk itu,
kita perlu tambahan 8 ion hidrogen pada sisi kiri reaksi.

Setelah semua atom setara, selanjutnya kita harus menyetarakan muatannya. Pada
tahapan reaksi diatas, total muatan disisi kiri adalah 7+ (1- dan 8+), tetapi pada
sisi kanan hanya 2+. Jadi perlu ditambahkan 5 elektron pada sisi kiri untuk
mengurangi muatan dari 7+ menjadi 2+.

Dapat disimpulkan, urutan pengerjaan setengah reaksi ini adalah:

• Menyetarakan jumlah atom selain oksegen dan hidrogen.


• Menyetarakan jumlah oksigen dengan menambah molekul air (H2O).
• Menyetarakan jumlah hidrogen dengan menambah ion hidrogen (H+).
• Menyetarakan muatan dengan menambah elektron.

Menggabungkan setengah-reaksi untuk membuat persamaan reaksi

Kedua setengah-reaksi yang sudah kita dapat adalah:

8
Supaya dapat digabungkan, jumlah elektron dikedua setengah-reaksi sama
banyak. Untuk itu setengah-reaksi harus dikali dengan faktor yang sesuai
sehingga menghasilkan jumlah elektron yang setara. Untuk reaksi ini, masing-
masing setengah reaksi dikalikan sehingga jumlah elektron menjadi 10 elektron.

Tapi kali ini tahapan reaksi belum selesai. Dalam hasil persamaan reaksi, terdapat
ion hidrogen pada kedua sisi reaksi.

Persamaan ini dapat disederhanakan dengan mengurangi 10 ion hidrogen dari


kedua sisi sehingga menghasilkan bentuk akhir dari persamaan ion ini. Tapi
jangan lupa untuk tetap memeriksa kesetaraan jumlah atom dan muatan!

Sering terjadi molekul air dan ion hidrogen muncul di kedua sisi persamaan
reaksi, jadi harus selalu diperiksa dan kemudian disederhanakan.

Contoh 3: Oksidasi etanol dengan kalium dikromat(VI) suasana asam

Tehnik yang telah dijelaskan tadi dapat juga digunakan pada reaksi yang
melibatkan zat organik. Larutan kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan
asam sulfat encer dapat digunakan untuk mengoksidasi etanol, CH3CH2OH,
menjadi asam etanoat, CH3COOH.

Sebagai oksidator adalah ion dikromat(VI), Cr2O72-, yang kemudian tereduksi


menjadi ion kromium (III), Cr3+.

9
Pertama kita akan kerjakan setengah-reaksi etanol menjadi asam etanoat.

- Tahapan reaksi seperti contoh sebelumnya, dimulai dengan menulis reaksi utama
yang terjadi, yang diketahui dari soal.

- Setarakan jumlah oksigen dengan menambah molekul air pada sisi kiri:

- Tambahkan ion hidrogen pada sisi kanan untuk menyetarakan jumlah hidrogen:

- Selanjutnya, setarakan muatan dengan menambah 4 elektron pada sisi kanan


sehingga menghasilkan total muatan nol pada tiap sisi:

Setengah reaksi untuk dikromat(VI) agak rumit dan jika tidak teliti dapat
menjebak:

- Buat persamaan reaksi utama:

- Setarakan jumlah kromium. Hal ini sering dilupakan, dan jika ini terjadi akan
fatal, karena hasil reaksi selanjutnya akan salah. Jumlah muatan akan salah, faktor
pengali yang digunakan juga akan salah. Sehingga keseluruhan persamaan reaksi
akan salah.

- Kemudian setarakan oksigen dengan menambah molekul air:

10
- Setarakan jumlah hidrogen dengan menambah ion hidrogen:

- Selanjutnya setarakan muatannya. Tambah 6 elektron pada sisi kiri sehingga


jumlah muatan menjadi 6+ pada tiap sisi.

Menggabungkan setengah-reaksi untuk mendapat persamaan reaksi

Sejauh ini setengah reaksi yang telah kita dapat adalah:

Untuk menyelesaikan persamaan ini kita harus mengubah jumlah elektron, dengan
jumlah terkecil yang dapat habis dibagi 4 dan 6, yaitu 12. Jadi faktor pengali
untuk persamaan ini adalah 3 dan 2.

Dapat dilihat ada molekul air dan ion hidrogen pada kedua sisi persamaan. Ini
dapat disederhanakan menjadi bentuk akhir persamaan reaksi:

11
II.2. Sel Galvani
Sel galvani adalah sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. Contoh sel galvani adalah
sel Daniell yang gambarnya dapat dilihat pada gambar 1. Jika kedua elektrodanya
dihubungkan dengan sirkuit luar, dihasilkan arus litrik yang dapat dibuktikan
dengan meyimpangnya jarum galvanometer yang dipasang pada rangkaian luar
dari sel tersebut.

Gambar 1. Sel Daniell

Sel Daniell sering pula dimodifikasi seperti yang terlihat pada gambar 2. Kedua
setengah sel dihubungkan dengan jembatan garam.

Gambar 2. Sel Daniell dengan jembatan garam

Ketika sel Daniell digunakan sebagai sumber listrik terjadi perubahan dari Zn
menjadi Zn2+ yang larut

12
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- (reaksi oksidasi)

Hal ini dapat diketahui dari semakin berkurangnya massa Zn sebelum dan sesudah
reaksi. Di sisi lain, elektroda Cu semakin bertambah massanya karena terjadi
pengendapan Cu dari Cu2+ dalam larutan.

Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) (reaksi reduksi)

Pada sel tersebut elektroda Zn bertindak sebagai anoda dan elektroda Cu


sebagai katoda.
Ketika sel Daniell dirangkai, terjadi arus elektron dari elektroda seng (Zn) ke
elektroda tembaga (Cu) pada sirkuat luar. Oleh karena itu, logam seng bertindak
sebagai kutub negatif dan logam tembaga sebagai kutub positif. Bersamaan
dengan itu pada larutan dalam sel tersebut terjadi arus positif dari kiri ke kanan
sebagai akibat dari mengalirnya sebagian ion Zn2+ (karena dalam larutan sebelah
kiri terjadi kelebihan ion Zn2+ dibandingkan dengan ion SO42-yang ada).
Reaksi total yang terjadi pada sel Daniell adalah :

Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)

Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks yang spontan yang dapat digunakan
untuk memproduksi listrik melalui suatu rangkaian sel elektrokimia.

Macam-macam sel volta/ sel galvani

1. Sel Kering atau Sel Leclance

• Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll.

• Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk


grafit) yang terlindungi oleh pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2

• Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian
bawah baterai sebagai terminal negatif.

• Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air

13
• Reaksi anoda adalah oksidasi dari seng

Zn(s) → Zn2+ (aq) + 2e-

• Reaksi katodanya berlangsung lebih rumit dan suatu campuran hasil akan
terbentuk. Salah satu reaksi yang paling penting adalah :

2MnO2(s) + 2NH4 + (aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O

• Amonia yang terjadi pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang
dihasilkan pada anoda dan membentuk ion

Zn(NH3)42+.

2. Sel Aki

• Katoda: PbO2

• Anoda : Pb

• Elektrolit: Larutan H2SO4

• Reaksinya adalah :

PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O (katoda) Pb (s) + SO42-(aq) →


PbSO4(s) + 2e- (anoda) PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) +
2H2O (total)

• Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena
ia terlibat dalam reaksi tersebut.

• Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang
(recharge) dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses
elektrolisis, dengan reaksi :

2PbSO4(s) + 2H2O → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)

• Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan
lagi ia mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-
pindahkan.

3. Sel Bahan Bakar

• Elektroda : Ni

• Elektrolit : Larutan KOH

• Bahan Bakar : H2 dan O2

14
4. Baterai Ni – Cd

• Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang
umum dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.

• Katoda : NiO2 dengan sedikit air

• Anoda : Cd

• Reaksinya :

Cd(s) + 2OH- (aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-

2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)

• Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.

II.3. Hukum Faraday


Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan
kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya arus 1 F
mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda (anoda)
dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).

Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis
berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan.
w~Q w = massa zat yang diendapkan (g).
w ~ I.t Q = jumlah arus listrik = muatan listrik (C)
w = e.I.t e = tetapan = (gek : F)
= gek.I.t I = kuat arus listrik (A).
F t = waktu (dt).
gek = massa ekivalen zat (gek).
= Ar.I.t Ar = massa atom relatif.
n. F n = valensi ion.
F = bilangan faraday = 96 500 C.
Massa ekivalen = massa zat yang sebanding dengan 1 mol elektron = 6,02 x 1023
ē. 1 gek ~ 1 mol ē.

15
Jika arus listrik 1 F dialirkan ke dalam larutan AgNO 3 maka akan diendapkan 1
gram ekivalen Ag.
Ag+ (aq) + ē Ag (s)
1 mol ē ~ 1 mol Ag ~ 1 gram ekivalen Ag
Untuk mendapatkan 1 gram ekivalen Ag diperlukan 1 mol ē
1 gram ekivalen Ag = 1 mol ē = 1 mol Ag = 108 gram Ag

II.4. Sel Elektrolisis


Elektrolisis berasal dari kata elektro (listrik) dan lisis (penguraian), yang berarti
penguraian senyawa oleh arus listrik, dan alatnya disebut sel elektrolisis. Dengan
kata lain, sel elektrolisis ini memerlukan energi listrik untuk memompa elektron,
dan prosesnya kebalikan dari proses sel Galvani.
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi
redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Contohnya
adalah elektrolisis lelehan NaCl dengan electrode platina. Contoh lainnya adalah
pada sel Daniell jika diterapkan beda potensial listrik dari luar yang besarnya
melebihi potensial sel Daniell.

a. Notasi Sel dan Reaksi Sel


Notasi sel memberikan informasi yang lengkap dari sel galvani. Informasi
tersebut meliputi jenis elektroda, jenis elektrolit yang kontak dengan elektroda
tersebut termasuk konsentrasi ion-ionnya, anoda dan katodanya serta pereaksi
dan hasil reaksi setiap setengah-sel.
Setengah sel anoda dituliskan terlebih dahulu, diikuti dengan setengah sel
katoda. Satu garis vertikal menggambarkan batas fasa. Dua spesi yang ada
dalam fasa yang sama dipisahkan dengan tanda koma. Garis vertikal rangkap
dua digunakan untuk menyatakan adanya jembatan garam. Untuk larutan,
konsentrasinya dinyatakan di dalam tanda kurung setelah penulisan rumus
kimianya. Sebagai contoh:

Zn(s)|Zn2+(1,00 m) || Cu2+(1,00 m) |Cu(s)


Pt|Fe2+, Fe3+|| H+|H2|Pt

16
Karena yang dituliskan terlebih dulu (elektroda sebelah kiri) dalam notasi
tersebut adalah anoda, maka reaksi yang terjadi pada elektroda sebelah kiri
adalah oksidasi dan elektroda yang ditulis berikutnya (elektroda kanan) adalah
katoda maka reaksi yang terjadi pada elektroda kanan adalah reaksi reduksi.
Untuk sel dengan notasi :

Zn(s)|Zn2+(1,00 m) ||Cu2+(1,00 m) |Cu(s) reaksinya adalah:

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- (reaksi oksidasi)


Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) (reaksi reduksi)

Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) (reaksi keseluruhan)

b. EMF dan Pengukurannya

Sel seperti Sel Daniell, dapat dibuat reversibel dengan cara mengimbangi
potensialnya dengan suatu potensial eksternal sehingga tidak ada aliran arus.
Saat potensial listrik benar-benar berimbang, sel tersebut bereaksi reversibel
dan potensialnya dirujuk sebagai elektrokimia force (EMF). Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan suatu potensiometer.

Pengukuran emf

Emf dari suatu sel dapat diukur dengan menggunakan potensiometer. Emf sel
galvani dapat diukur secara akurat dengan menggunakan potensiometer.
Rangkaian potensiometer dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 3. Rangkaian
Potensiometer

Karena emf merupakan beda


potensial sel saat sel tersebut

17
bereaksi reversibel dan reaksi reversibel dapat dicapai saat arus yang lewat
sama dengan nol, maka arus listrik yang keluar dari sel harus diimbangi oleh
arus dari sel kerja yang mempunyai emf yang lebih besar dari emf sel yang
akan diukur. Jadi kutub harus dipasang berlawanan dengan kutub-kutub listrik
dari luar seperti yang terlihat pada gambar.

Sel kerja dihubungkan dengan kawat yang homogen (BC) yang mempunyai
tahanan yang tinggi, sel yang akan diukur, Sx dihubungkan dengan B dan
galvanometer G. Kontak peluncur (tanda panah) digeser sedemikian rupa
sampai galvanometer menunjukkan tak ada arus yang mengalir, misal di titik
D. Pada titik ini, potensial dari sel kerja sepanjang BD diimbangi dengan tepat
oleh emf dari sel X, Ex. Dengan mengetahui kuat arus yang mengalir
(diukur dengan ammeter di titik A), dan tahanan jenis ( ) serta luas
penampang kawat tahanan BC maka emf sel X dapat dihitung melalui
persamaan :

Akan tetapi cara tersebut hampir tidak pernah


dilakukan karena dan A tidak diketahui. Cara yang biasa dilakukan adalah
untuk mengkalibrasi kawat tahanan BC menggunakan sel standar yang sudah
diketahui emfnya. Caranya sama seperti tadi, tapi sel yang digunakan bukan
sel X melainkan sel standar. Misalkan diperoleh jarak saat tidak ada arus
mengalir ke dalam sel standar adalah BE’ yang sesuai dengan E sel standar=

. Kita jangan mengubah-ubah lagi kuat arus ke dalam sel standar dari
DC-PS, lalu kita ganti sel standar dengan sel X dengan cara yang sama ukur
jarak kawat tahanan saat tak ada arus melalui sel X, misal jarak yang diperoleh
adalah BF, yang sesuai dengan Esel X, karena I dari DC-PS sama ketika
digunakan saat mengukur Esel X dan Esel standar, maka :

18
Karena , dan kawatnya homogen (

), maka :

Emf dan potensial elektroda


Berdasarkan konvensi IUPAC, emf sel didefinisikan sebagai
E = Ekanan – Ekiri
dengan E potensial sel, Ekanan potensial elektroda sebelah kanan(dalam bentuk
reduksi), Ekiri potensial elektroda (reduksi) untuk elektroda sebelah kiri seperti
yang tercantum dalam notasi selnya.
Karena elektroda sebelah kanan merupakan katoda dan elektroda sebalah kiri
merupakan anoda maka emf sel dapat dituliskan sebagai :

E= Ekatoda – E Anoda

c. Jenis-Jenis Elektroda Reversible


Kereversibelan pada elektroda dapat diperoleh jika pada elektroda terdapat semua
pereaksi dan hasil reaksi dari setengah-reaksi elektroda. Contoh elektroda
reversibel adalah logam Zn yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung
Zn2+ (misalnya dari larutan ZnSO4). Ketika elektron keluar dari elektroda ini,
setengah reaksi yang terjadi adalah :

19
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e

dan sebaliknya jika elektron masuk ke dalam elektroda ini terjadi reaksi yang
sebaliknya:

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)


Tetapi jika elektroda Zn tersebut dicelupkan ke dalam larutan KCl, tidak dapat
terbentuk elektroda yang reversibel karena saat ada elektron keluar dari elektroda
ini terjadi setengah-reaksi :

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-


akan tetapi saat ada elektron yang masuk ke dalam elektroda ini, yang terjadi
adalah setengah-reaksi :

2H2O + 2e- H2 + 2OH-,


dan bukan reaksi :

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s) ,


karena larutan yang digunakan tidak mengandung Zn2+. Jadi dalam hal ini
kereversibelan memerlukan adanya Zn2+yang cukup dalam larutan di sekitar
elektroda Zn.

Elektroda logam-ion logam


Pada elektroda ini logam L ada dalam kesetimbangan dengan larutan yang
mengandung ion Lz+. Setengah reaksinya ditulis:
Lz+ + ze- L
Contoh dari elektroda ini diantaranya Cu2+|Cu; Zn2+|Zn, Ag+|Ag, Pb2+|Pb.
Logam-logam yang dapat mengalami reaksi lain dari reaksi setengah-sel yang
diharapkan tidak dapat digunakan. Jadi logam-logam yang dapat bereaksi dengan
pelarut tidak dapat digunakan. Logam-logam golongan IA dan IIA seperti Na dan
Ca dapat bereaksi dengan air, oleh karena itu tidak dapat digunakan. Seng dapat

20
bereaksi dengan larutan yang bersifat asam. Logam-logam tertentu perlu diaerasi
dengan N2 atau He untuk mencegah oksidasi logam dengan oksigen yang larut.

Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan dari logam dengan cairan Hg. Pada elektroda ini
amalgam dari logam L berkesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion
Lz+, dengan reaksi :
Lz+ + ze- L(Hg)
Dalam hal ini raksanya sama sekali tidak terlibat dalam reaksi elektroda. Logam
aktif seperti Na, K, Ca dan sebagainya biasa digunakan dalam elektroda amalgam.

Elektroda logam-garamnya yang tak larut


Pada elektrtoda ini logam L kontak dengan garamnya yang sangat sukar larut
(L+ X-) dan dengan larutannya yang jenuh dengan garam tersebut serta
mengandung garam yang larut (atau asam) yang mengandung Xz-. Contoh dari
elektroda ini adalah elektroda perak-perak klorida, elektroda kalomel, dan
elektroda timbal-timbal sulfat.

Elektroda gas
Pada elektroda gas, gas berkesetimbangan dengan ionnya dalam larutan. Contoh
dari elektroda ini adalah elektroda hidrogen dan elektroda klor.

Elektroda redoks
Sebetulnya semua elektroda melibatkan setengah-reaksi oksidasi – reduksi. Tapi
istilah untuk elektroda redoks biasanya hanya digunakan untuk elektroda yang
setengah-reaksi redoksnya melibatkan dua spesi yang ada dalam larutan yang
sama. Contoh dari elektroda ini adalah Pt yang dicelupkan ke dalam larutan yang
mengandung ion-ion Fe2+ dan Fe3+dengan setengah-reaksi :
Fe3+ + e- Fe2+. Notasi setengah-selnya adalah Pt|Fe3+, Fe2+ yang gambarnya
tampak seperti di bawah.

21
Contoh lainnya adalah Pt|MnO4-, Mn2+.

Elektroda membran selektif-ion


Elektroda ini mengandung membran gelas, kristal atau cairan yang mempunyai
sifat : perbedaan potensial antara membran dan elektrolit yang kontak dengan
membran tersebut ditentukan oleh aktifitas dari ion tertentu.
Elektroda membran yang paling tua dan paling banyak digunakan adalah
elektroda gelas. Elektroda ini dikatakan selektif-ion karena hanya spesifik untuk
ion H+ . Elektroda ini dapat dilihat pada gambar.

22
Gambar 8. Elektroda Gelas

Elektroda gelas ini terdiri dari membran yang sangat tipis yang terbuat dari gelas
yang permeabel terhadap ion H+. Elektroda Ag|AgCl dicelupkan ke dalam larutan
buffer yang mengandung ion Cl-. Kadang-kadang digunakan juga elektroda
kalomel untuk mengganti elektroda Ag|AgCl. Elektroda gelas terutama digunakan
pada pengukuran pH.

d. Potensial Elektroda Standar


Potensial elektroda tidak dapat diukur. Yang dapat diukur adalag beda potensial
dari kedua elektroda (dalam suatu sel). Untuk itu perlu suatu elektroda yang
potensialnya diketahui dan ini tidak ada. Oleh karena itu dipilih elektroda
hidrogen standar sebagai pembanding, dengan konvensi bahwa elektroda ini
mempunyai potensial sama dengan nol.
Untuk mengetahui potensial dari suatu elektroda, maka disusun suatu sel yang
terdiri dari elektroda tersebut dipasangkan dengan elektroda hidrogen standar
(Standard Hydrogen Electrode). Potensial suatu elektroda X didefinisikan sebagai
potensial sel yang dibentuk dari elektroda tersebut dengan elektroda hidrogen
standar, dengan elektroda X selalu bertindak sebagai katoda. Sebagai contoh

potensial elektroda Cu2+/Cu adalah untuk sel :

23
Karena pada adalah nol, maka :

Jika diperoleh Esel untuk sel diatas adalah 0,337 V,

jadi . Nilai potensial elektroda bukan nilai mutlak, melainkan


relatif terhadap elektroda hidrogen. Karena potensial elektroda dari
elektroda X didefinisikan dengan menggunakan sel dengan elektroda X bertindak
sebagai katoda (ada di sebelah kanan pada notasi sel), maka potensial elektroda
standar dari elektroda X sesuai dengan reaksi reduksi yang terjadi pada elektroda
tersebut. Oleh karena itu semua potensial elektroda standar adalah potensial
reduksi.

Dari definisi ,

Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan
dengan susunan fisik sel tersebut di laboratorium.
Jadi, yang diukur di laboratorium dengan potensiometer adalah emf dari sel
sebagai volta atau sel galvani, dengan emf > 0. Sebagai contoh untuk sel yang
terdiri dari elektroda seng dan elektroda hidrogen dari pengukuran diketahui
bahwa elektron mengalir dari seng melalui rangkaian luar ke elektroda hidrogen
dengan emf sel sebesar 0,762 V.

24
Jika potensial elektroda berharga positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah
mengalami reduksi daripada H+, dan jika potensial elektroda berharga negatif
artinya elektroda tersebut lebih sulit untuk mengalami reduksi dibandingkan
denga H+.
Potensial elektroda seringkali disebut sebagai potensial elektroda tunggal,
sebenarnya kata ini tidak tepat karena kita tahu bahwa elektroda tunggal tidak
dapat diukur.

25
Persamaan Nernst

Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk


persamaan sel umum,

aA +bB xX + yY (10.20)

potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst.

E = Eθ – (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b) (10.21)

Eθ adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi
sel dalam keadaan standar), n jumlah elektro yang terlibat dalam reaksi, F adalah
tetapan Faraday, [A]. dsb, adalah konsentrasi molar masing-masing ion yang
terlibat.

Contoh soal 10.6 persamaan Nernst

K2Cr2O7/ H2SO4 adalah oksidan yang dikenal baik, dan reaksi elektrodanya adalah

Cr2O72- + 14H+ + 6e-–> 2Cr3+ + 7H2O (Eθ = 1,29 V)

Hitung potensial elektroda ini pada kondisi berikut. (gunakan nilai ini lnx = 2,303
logx, 2,303RT/F = 0,0592 V pada 25°C).

1. [Cr2O72-] = [Cr3+] = [H+] = 1,0 mol dm-3


2. [Cr2O72-] = [Cr3+] = 1,0 mol dm-3, [H+] = 10-7 mol dm-3

Dari hal tersebut dapat diketahui:

1. Dengan mensubstitusi nilai yang tepat pada persamaan Nernst, Anda akan
mendapat nilai berikut E = Eθ + (0,0592/6) log([Cr2O72-] [H+]14/[ Cr3+]2) =
Eθ = 1,26 V. Dalam kasus ini potensial sel adalah potensial elektroda
normal.
2. E = 1,29 + (0,0592/6) log[1,0 x (10-7)14]/1,02 = 0,33 V.

26
Ini berarti bahwa potensial sel, dan dengan demikian kekuatan oksidan, secara
substansial menurun pada kondisi netral. Bila reaksi sel dalam keadaan
kesetimbangan, maka E = 0. Akibatnya,

E = Eθ -(RT/nF) lnK (10.22)

K adalah konstanta kesetimbangan untuk persamaan berikut.

K = ([X]x[Y]y/[A]a[B]b)eq (10.23)

subskrip eq menunjukkan konsentrasi molar pada nilai keadaan setimbang.

Jelas bahwa konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan pengukuran


potensial dengan bantuan persamaan Nernst. Lebih lanjut, bila konsentrasi larutan
elektrolit berbeda, potensial tetap akan dihasilkan walaupun dua elektroda yang
sama digunakan. Reaksi yang berlangsung dalam sel konsentrasi dalam arah yang
akan menyamakan perbedaan dalam konsentrasi dalam dua elektroda. Arah ini
cocok dengan prinsip Le Chatelier.

e. Elektroda Hidrogen Standar Sebagai Elektroda Pembanding

27
Secara sembarangan (konvensi), emf dari elektroda hydrogen standarsama dengan
nol. Elektroda ini ada pada keadaan standar jika fugasitas gasnya =1 dan aktifitas
ion H+=1.

IUPAC memilih menempatkan elektroda hidrogen pada sisi kiri, dan emf dari
elektroda lainnya diambil sebagai emf sel tersebut. Hanya emf yang demikian,
pada kondisi standar disebut sebagai potensial elektroda standar atau potensial
reduksi standar. Contoh :

Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)|| Cu2+ (a=1)|Cu

Sel tersebut memberikan EoSel = + 0,34 Volt. Karena EoHidrogen = 0 Volt, maka ini
menunjukkan tendensi yang lebih besar untuk proses :

daripada

Untuk sel : Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)||Zn2+ (a=1)|Zn EoSel = -0,78 V

Artinya, pada sel tersebut ada tendensi yang lebih besar untuk proses :

Kita dapat mereduksi emf sel yang melibatkan dua elektroda, misalnya :

Zn | Zn2+ (a=1) || Cu2+ (a=1) | Cu

Dengan emf sel :

Esel = Ekatoda-EAnoda

= 0,34 V – (-0,76 V)

28
= 1,1 V

Potensial setengah sel adalah suatu sifat intensif : Ingat, bahwa dalam penulisan
reaksi sel elektroda, tak ada perbedaan apakah ditulis untuk 1 elektron ataupun
lebih. Jadi untuk reaksi elektroda hidrogen dapat ditulis :

Tetapi dalam menuliskan proses keseluruhan kita harus menyeimbangkan


elektronnya.

Jadi untuk sel : Pt, H2 (1 bar)| H+ (a=1)|| Cu2+ (a=1)|Cu

Reaksi elektroda dapat ditulis :

Sehingga keseluruhan prosesnya adalah :

Proses ini didasari pelewatan 2 elektron pada sirkuit luar.

Kita dapat menuliskannya (sama baiknya) sebagai :

Dalam proses ini setiap 0,5 mol Cu2+ hilang, 0,5 mol Cu muncul, 1 mol elektron
lewat dari elektroda kiri ke kanan.

f. Elektroda Pembanding Lainnya


Pada dasarnya semua elektroda reversibel dapat digunakan sebagai elektroda
rujukan untuk pembanding, tapi berdasarkan kepraktisannya elektroda
pembanding yang paling banyak digunakan adalah elektroda perak-perak
klorida dan kalomel.

29
II.5. Termodinamika Sel Elektrokimia

Kontribusi awal terhadap termodinamika sel elektroda kimia diberikan oleh Joule
(1840) yang memberikan kesimpulan bahwa :

Panas (Heat) yang diproduksi adalah proporsional terhadap kuadrat arus I2 dan
resitensi R. Dan karena juga proporsional terhadap waktu (t), Joule menunjukkan
bahwa panas proporsionil terhadap :

I2Rt

Karena :

maka panas/kalor proporsionil terhadap

q = VIt

dengan : q = Joule (J)

V = Volt (V)

I = Amper (A)

t = Detik (s)

J = Kg m2 s-2

V = Kg m2 s-3 A-1

Hubungan di atas adalah benar. Tapi terjadi kesalahan fatal dengan menafsirkan
bahwa panas yang diproduksi tersebut adalah panas reaksi. (Joule, Helmholtz,
William Thomson)

Penafsiran yang benar diberikan oleh Willard Gibbs (1878) bahwa kerja yang
dilakukan oleh sel elektrokimia sama dengan penurunan energi Gibbs, yaitu kerja
maksimum di luar kerja -PV.

Ini dapat diilustrasikan dengan sel berikut :

Pt|H2|H+||Cu2+|Cu

30
Reaksi di anoda : H2 2H+ + 2e-

Reaksi di katoda : Cu2+ + 2e- Cu

Reaksi keseluruhan: H2 + Cu2+ 2H+ + Cu

Saat 1 mol H2 bereaksi dengan 1 mol Cu2+, 2 mol elektron mengalir melalui sirkuit
luar. Menurut Hukum Faraday, ini berarti terjadi transfer 2 x 96.465 C listrik. Emf
sel tersebut adalah + 0.3419 V, sehingga kerja listrik yang dihasilkan adalah :

2 x 96.485 x 0.3419 CV = 6.598 x 104 J

Kerja dilakukan sistem. Karena kerja yang dilakukan oleh sel elektrokimia sama
dengan penurunan energi Gibbs maka :

 G = - 6.598 x 104 J

Secara umum :

 G = - nFE

dan pada keadaan standar :

 Go = - nFEo

(Hubungan antara perubahan energi Gibbs standar dengan potensial sel standar)
Potensial sel pada keadaan standar dapat digunakan untuk menentukan tetapan
kesetimbangan melalui perubahan energi Gibbs.

Pada 25oC,

Koefisien Suhu dari Emf Sel

31
Perubahan Entropi :

Perubahan Entalpi :

Pengukuran E pada berbagai suhu memberikan harga (koefisien suhu)


Jenis-jenis sel Elektrokimia

32
II.6. Sel Kimia
Jika reaksi elektrokimia pada setengah sel berbeda dan reaksi keseluruhannya
merupakan reaksi kimia maka selnya disebut sel kimia. Sel kimia terdiri dari sel
kimia tanpa perpindahan (without transference) dan sel kimia dengan
perpindahan (with transference).

Koefisien Aktivitas
Sampai sejauh ini kita gunakan molalitas (suatu aproksimasi). Untuk formulasi
yang benar harus digunakn “aktivitas”, dan pengukuran emf pada suatu rentang
konsentrasi membawa pada nilai koefisien aktivitas

Pandang sel :

Pt, H2|HCl(aq)|AgCl (s)|Ag

Dengan reaksi elektroda:

33
Reaksi keseluruhan

Dan perubahan energi Gibbs adalah :

Karena

II.7. Hasil Kali Kelarutan

Contoh :
Pt, Cl2 (1 bar)|HCl(aq)|AgCl(s)|Ag
Proses elektroda :

keseluruhan proses :

Walau bagaimanapun, AgCl(S) adalah berekesetimbangan dengan ion Ag+ dan


Cl- yang ada dalam larutan, dan dapat kita tulis keseluruhan proses sebagai :

34
Emf yang berkaitan dengan proses tersebut adalah :

Karena n=1, maka

Pengukuran pH
Aplikasi pengukuran emf yang sudah sangat luas digunakan adalah pada
pengukuran pH dari berbagai larutan. Ada dua elektroda yang akan diuraikan pada
penentuan pH yakni elektroda hidrogen dan elektroda gelas.
Saat mengukur pH dengan menggunakan elektroda hidrogen, elektroda ini
dipasangkan dengan elektroda lain seperti Ag|AgCl atau kalomel.

Sel Konsentrasi

Pada sel konsentrasi reaksi keseluruhan dari sel tersebut merupakan transfer
materi dari satu bagian ke bagian yang lain. Pada sel ini yang berbeda hanyalah
konsentrasi dan bukan jenis elektroda dan elektrolitnya. Sel ini terdiri dari sel
konsentrasi elektroda dan sel konsentrasi elektrolit.

Contoh :

35
Pt|H2(P1)|HCl|H2(P2)|Pt

Reaksi keseluruhan merupakan perpindahan hidrogen dari yang bertekanan tinggi


ke tekanan yang lebih rendah.

II.8.Sel Konsentrasi Elektroda

Sel ini hanya berbeda pada konsentrasi elektrodanya saja dan tidak pada jenis
elektroda serta elektrolit yang digunakan. Pada sel ini proses pengaliran
elektron disebabkan oleh perbedaan konsentrasi elektroda. Reaksi total
merupakan perpindahan materi elektroda yang satu ke elektroda yang lain.
Elektroda gas dan amalgam masuk ke dalam klasifikasi ini.

Sel Konsentrasi Elektroda Gas

Sel konsentrasi elektroda yang terdiri dari elektroda gas dapat diilustrasikan
sebagai berikut :

Pt|H2(P1)|HCl|H2(P2)|Pt

Reaksi yang terjadi

36
Reaksi keseluruhan yang terjadi bukan reaksi Kimia melainkan hanya transfer gas
hidrogen dari tekanan yang satu ke hidrogen pada tekanan yang lain. Eo
untuk sel di atas berharga nol, karena elektroda kanan dan kiri sama. Ingat
bahwa Eo = Eokanan-Eokiri

Dapat dilihat bahwa transfer hidrogen akan terjadi spontan dari yang bertekanan
tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

Sel Konsentrasi Elektroda Amalgam

Sel ini dapat dibuat dari amalgam dengan dua konsentrasi yang berbeda dari

logam yang sama. Sel :

Reaksi elektroda bisa :

Tak ada reaksi kimia yang terjadi, dan reaksi terdiri dari transfer timbal dari
suatu amalgam yang berkonsentrasi tertentu ke konsentrasi lainnya. Disini Eo
= 0, dan emf sel demikian adalah :

37
Timbal akan cenderung berpindah melalui proses elektrokimia secara spontan
dari amalgam dengan aktivitas tinggi ke aktivitas rendah.

Contoh : Jika maka E berharga positif dan reaksi berlangsung


seperti arah yang ditunjukkan.

Jika maka E berharga negatif dan proses berlangsung


sebaliknya.

Sel konsentrasi elektroda yang terdiri dari elektroda gas dapat diilustarsikan
sebagai berikut : Pt|H2(P1)|HCl|H2(P2)|Pt

38
BAB III

PENUTUP

III.1.Kesimpulan

Konsep termodinamika saat ini tidak hanya berhubungan dengan mesin uap
saja, atau transfer energi berupa kalor dan kerja. Di dalam konteks kehidupan
sehari-hari aplikasi termodinamika sangat luas mulai dari pemanfaatan baterai
untuk menjalankan hampir semua alat elektronik hingga pelapisan logam pada
permukaan logam lain.

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan reaksi


kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan
prinsip reaksi redoks dalam aplikasinya.

Sel elektrokimia, juga disebut sel volta atau sel galvani, adalah suatu alat
dimana reaksi kimia terjadi dengan produksi suatu perbedaan potensial listrik
antara dua elektroda.

Dalam elektrokimia terdapat jenis-jenis elektroda reversible yang terdiri dari


elektroda logam-ion logam, elektroda amalgam, elektroda logam-garamnya yang
tak larut, elektroda gas, elektroda redoks, dan elektroda membran selektif-ion.

III.2.Saran

Melalui makalah ini kami berharap agar mahasiswa dapat lebih memahami
mengenai elektrokimia dan dapat mengaplikasikannya dengan lebih efektif dan
praktis dalam kehidupan sehari-hari.

39
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Ed. ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Rosenberg, Jerome L. 1985. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Kimia Dasar.
Ed. ke-6. Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://kimia.upi.edu

www.chem-is-try.org

40

Anda mungkin juga menyukai