Anda di halaman 1dari 5

1.

BATUK
Batuk adalah suatu ekspirasi paksa yang terkoordinasi, yang diakibatkan oleh rangsangan
mekanik atau kimiawi pada reseptor batuk yang banyak terdapat di laring dan percabangan
trakeobronkial.Pola dasar terjadinya batuk dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Inspirasi dalam
secara cepat. 2. Kontraksi Otot-otot ekspirasi melawan glottis yang tertutup, yang menghasilkan
tekanan tinggi dalam paru. 3. Pembukaan glottis secara tiba-tiba, sehingga arus udara eksplosif
keluar. 4. Relaksasi otot-otot ekspirasi. Batuk dapat volunter, namun biasanya involunter,dapat
produktif atau nonproduktif (kering). Batuk produktif adalah batuk yang mengeluarkan lendir
atau bahan lain. Batuk kering adalah batuk yang tidak menghasilkan sekret apapun. biasanya
berkurang pada saat tidur, tetapi saat bangun pagi, batuk cenderung produktif untuk
membersihkan saluran pernapasan.
Batuk dapat pula psikogenik. Batuk non produktif ini terjadi pada orang dengan stress
emosional. Bila perhatian ditujukan pada stress itu batuknya meningkat Selama tidur atau
sewaktu perhatian pasien dialihkan, batuknya berhenti. Batuk psikogenik adalah diagnosis
pereksklusionam.

Mekanisme Batuk.

Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda
asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan batuk. Impuls
aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus vagus ke medula. Di
sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medula,
menyebabkan efek sebagai berikut.
Kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi. Epiglotis dan pita suara menutup erat-erat untuk
menjerat udara dalam paru. Lalu, otot-otot perut dan otot ekspirasi lainnya berkontraksi dengan
kuat mendorong diafragma. Akibatnya, tekanan dalam paru meningkat sampai 100 mmHg atau
lebih. Selanjutnya, pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar, sehingga udara bertekanan
tinggi dalam paru meledak keluar. Udara yang mengalir dengan cepat tersebut biasanya
membawa pula benda asing yang terdapat dalam bronkus atau trakea.
Jalannya Impuls
Reseptor = bronkus dan trakea sensitif terhadap sentuhan halus, laring
dan karina paling sensitif, bronkiolus terminalis dan alveoli
sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif
ex:SO2 dan Cl

Serabut saraf Aferen = nervus vagus, glosofaringeus, trigerminus, frenikus

Pusat Batuk = medula dekat pusat muntah dan pernapasan

Susunan saraf Eferen = membawa impuls ke efektor

Efektor = otot-otot larynx, m. Intercostalis, trakea, bronkus

2. SESAK NAPAS
Sesak nafas atau nafas pendek merupakan suatu keluhan yang menunjukan ada gangguan
atau penyakit kardiorespirasi. Factor-faktor yang dapat menyebabkan keluhan sesak nafas ,
secara umum dikelompokan di bawah ini:
1. Faktor psikis
keadaan emosi tertentu; saat menangis terisak-isak atau tertawa terbahak- bahak. Sesak nafas
karena factor emosi terjadi melalui mekanisme hiperventilasi.
2. Faktor peningkatan kerja pernafasan
2.1. peningkatan ventilasi
 latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia hipoksik, asidosis metabolik
2.2. sifat fisik yang berubah
 tahanan elastis paru meningkat seperti pada pneumonia
 tahanan elastis dinding toraks meningkat, seperti pada obesitas
 peningkatan tahanan bronkial selain dari tahanan elastis. Seperti pada
asma bronkial dan bronquitis.
jika kemampuan mengembang dinding toraks maupun paru berkurang sedangkan tahanan
saluran nafas meningkat, maka tenaga yang diperlukan otot pernafasan guna memberikan
perubahan volume serta tenaga yang diperlukan akan bertambah. Jika paru tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen maka akan terjadi sesak nafas.
3. Otot pernafasan yang abnormal
3.1 penyakit otot
 kelemahan otot, kelumpuhan otot, dan otot yang distrofi
3.2 fungsi mekanis otot berkurang
 saat inspirasi maupun saat ekspirasi
Kelelahan yang terjadi pada otot tergantung dari jumlah energi yang tersimpan dalam otot
serta kecepatan pemasokan energi.

Patofisiologi sesak nafas dapat dibagi sebagai berikut:


1) oksigenasi jaringan menurun
Penyakit atau keadaan tertentu dapat menyebabkan kecepatan pengiriman oksigen ke
jaringan menurun, seperti perdarahan anemia, perubahan hemoglobin dapat menyebabkan
sesak nafas.
2) kebutuhan oksigen meningkat
Penyakit atau keadaan tertentu seperti infeksi akut yang membutuhkan oksigen lebih banyak
karena peningkatan metabolisme akan menyebabkan sensasi sesak nafas
3) kerja pernafasan meningkat
penyakit parenkim paru seperti pneumonia, sembab paru akan menyebabkan elastisitas paru
berkurang serta penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran nafas dapat menyebabkan
ventilasi paru menurun. Untuk mengimbangi keadaan ini otot pernafasan bekerja lebih keras,
keadaan ini menimbulkan peningkatan metabolisme.
4) rangsangan pada sitem saraf pusat
penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan sesak nafas secara
tiba-tiba. Belum diketahui mekanisme pasti bagaimana hal ini dapat terjadi.
5) penyakit neuromuskuler
banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan jika mengenai
diafragma, seperti miastenia gravis dan amiotropik lateral sklerosis. Tetapi ekanismenya
belum diketahui secara jelas.

Klasifikasi sesak nafas:


Sesuai dengan berat ringannya keluhan, sesak nafas dapat dibagi menjadi 5 tingkat:
a) Sesak nafas tingkat I
Tidak ada hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tetapi sesak nafas terjadi bila
penderita melakukan aktifitas yang berat dari biasanya.
b) Sesak nafas tingkat II
Sesak nafas terjadi bila penderita melakukan aktifitas yang berat dari biasanya. Tetapi tidak
terjadi bila melakukan aktifitas yang biasa. Seperti naik tangga dan berlari.
c) Sesak nafas tingkat III
Sesak nafas sudah timbul saat penderita melakukan kegiatan sehari-hari, tetapi penderita
masih dapat melakukan tanpa bantuan orang lain.
d) Sesak nafas tingkat IV
Penderita sudah sesaki napas pada waktu melakukanh kegiatan sehari-hari seperti mandi,
berpakaian, dll. Sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Sesak napas belum tampak pada waktu penderita istirahat.
e) Sesak nafas tingkat V
Penderita harus membatasi diri dalam melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari yang
pernah dilakukan secara rutin. Keterbatasan ini menyebabkan penderita lebih banyak
berada di tempat tidur. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat
bergantung pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai