Anda di halaman 1dari 16

Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm.

61-68
Bidang Teknik
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON
YATNA SUPRIYATNA

Jurusan Teknik Sipil


Universitas Komputer Indonesia

Pada perencanaan struktur bangunan sipil, pemakaian beton sebagai material


struktur merupakan alternatif yang paling banyak digunakan, untuk mendapatkan
hasil pengerjaan beton yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka perlu
dilakukan perencanaan dan pengendalian mutu beton. Perencanaan dan
pengendalian mutu beton dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian mutu
bahan, proporsi campuran beton, pelaksanaan pengerjaan beton, dan dilengkapi
dengan pengujian pada beton segar (freshly mixed concrete) juga pada beton keras
(hardened mixed concrete), setelah penempatan beton pada bekisting selesai maka
dilakukan suatu perawatan beton dengan baik. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk pengendalian mutu beton adalah dibuatnya rencana mutu dari sifat-sifat
bahan pembentuk beton, proses pembuatan beton, dan pelaksanaan pengerjaan
beton. Sebagai instrumen untuk merekam data yang terjadi di lapangan dan untuk
pengendalian proses digunakan control chart, yang terdiri dari garis lurus yang
menggambarkan tingkat sasaran, tingkat batas atas, dan tingkat batas bawah.
Mutu beton, uji slump, uji tekan, control chart.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini pemakaian beton semakin banyak
dijumpai untuk berbagai macam konstruksi
bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki
berbagai macam keuntungan, antara lain
seperti memiliki kekuatan yang tinggi,
perawatan yang murah, dan dapat dicor sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki.
Beton merupakan elemen pembentuk struktur
yang merupakan campuran dari semen,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan lainnya. Dalam
hal pencapaian mutu pekerjaan beton terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi hasil dari
pekerjaan beton. Faktor-faktor tersebut dapat
kita kelompokkan menjadi faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal mencakup
mutu bahan-bahan campuran beton. Faktor
eksternal mencakup proses pelaksanaan.
Terjadinya perselisihan, pengulangan
pekerjaan, dan perbaikan pekerjaan sangat
merugikan semua pihak yang terkait, untuk
menanggulangi hal tersebut, maka
pengendalian mutu akibat pengaruh faktor
internal dapat dilaksanakan dengan
mempersiapkan program Quality Control
dengan kegiatan monitoring selama
berlangsungnya pekerjaan dan setelah
selesainya pekerjaan, sedangkan untuk
pengendalian mutu akibat pengaruh faktor
eksternal diperlukan pengawasan yang lebih
aktif dari pihak manajemen konstruksi
terhadap pihak kontraktor dan konsultan.
SPESIFIKASI BETON
Pada pembangunan rumah susun ini
menggunakan beton dengan mutu K-400,
Alamat korespondensi pada Yatna Supriyatna, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kom
puter Indonesia, Jalan Dipati Ukur
114, Bandung 40132. Email: yatna02@yahoo.com.
61
YATNA SUPRIYATNA

yaitu kekuatan tekan karakteristik minimum


adalah 400 kg/cm2 pada umur beton 28 hari,
dengan menggunakan kubus beton ukuran
15x15x15 cm. Besarnya nilai slump di lokasi
adalah 14 cm-16 cm dan besarnya agregat
kasar maksimum adalah 30 mm.
BAHAN-BAHAN PEMBUAT BETON

Agregat halus menggunakan pasir alam


dari Cireme
Agregat kasar menggunakan batu pecah
dari Rumpia
Semen menggunakan semen Tiga Roda
dari PT Indocement.
Air menggunakan air yang dapat diminum.
Additives menggunakan Rheobuild 716.
PENGENDALIAN MUTU BAHAN
Agregat Kasar
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar

Tabel 2
Analisa Saringan Agregat Kasar

Gambar 1
Batas gradasi dalam daerah gradasi
agregat kasar

Agregat Halus
Tabel 3
Hasil Pemeriksaan Agregat Halus
Tabel 4
Analisa Saringan Agregat Halus

62
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

Gambar 4
Batas Gradasi Dalam Daerah Gradasi
Agregat Halus

Semen
Untuk semen tidak diadakan pemeriksaan
lagi, karena semua ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah telah dipenuhi
oleh pabrik. Oleh karena itu yang terpenting
ialah pada waktu penyimpanan. Di tempat
penyimpanan semen, semen disimpan dengan
memakai alas yang terbuat dari papan,
sehingga semen tidak berhubungan langsung
dengan lantai.
Air
Air yang digunakan pada pembuatan beton
ialah yang dapat diminum. Yang dimaksud di
sini adalah air yang tidak mengandung
minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang
dapat merusak kekuatan beton. Sebelum
digunakan air terlebih dahulu diperiksa di
laboratorium baru kemudian bisa digunakan.
PENGENDALIAN PROPORSI
CAMPURAN
Didapat hasil dari mix design K-400, dengan
uji kubus 15x15x15 cm, slump on site 14 cm
16 cm. Maksimum agregat kasar ± 30 mm.
Tabel 5
Susunan Campuran Agregat Beton
K- 400

PENCAMPURAN BETON
Sebelum pencampuran, bahan-bahan
pembuat beton ditimbang sesuai dengan mix
design. Kemudian bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam mixer dengan urutan
sebagai berikut :
1. Memasukan air kurang lebih 10 % air
campuran.
2. Memasukan agregat kasar.
3. Memasukan agregat halus.
4. Memasukan semen.
5. Memasukan air sisa yang kurang lebih 10
% air campuran, karena pada waktu
memasukan bahan-bahan kering air
dimasukkan sedikit demi sedikit.
6.
Bahan additive dimasukkan di lokasi
pembangunan.
PENGANGKUTAN BETON
Pengangkutan dikerjakan dengan
menggunakan truk mixer dan selama dalam
perjalanan mixer diputar dengan RPM 400.
Lama perjalanan dari pabrik ke lokasi
pembangunan kurang lebih 20 menit
sedangkan adukan beton harus dicor dalam
waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai, jadi untuk lamanya pengangkutan
memenuhi ketentuan dari PBI 71. Untuk
menghindari panas yang tinggi dan
penguapan maka pengangkutan dilaksanakan
pada malam hari.
PENGADUKAN BETON
Pengadukan dikerjakan dengan memakai
mixer dan lamanya pengadukan tergantung
dari kapasitas mixer.
63
YATNA SUPRIYATNA

Tabel 6
Pengadukan Beton

Setelah selesai pengadukan, adukan beton


memperlihatkan susunan dan warna yang
merata dan pekerjaan ini diawasi oleh seorang
ahli.
PENAMBAHAN ADDITIVE

Additive yang digunakan adalah Rheobuild


716 dan penambahan additive dikerjakan di
lokasi. Banyaknya additive sesuai dengan mix
3
design yaitu 2.3 l/ m . Setelah additive
dimasukkan, mixer diputar kembali dengan
RPM 2300 selama kurang lebih 1.5 menit
karena syarat pengadukan menurut PBI 71
paling sedikit 1.5 menit.
PENGUJIAN BETON
Pengujian Slump
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
beton, pada adukan beton dilakukan terlebih
dahulu pengujian slump. Ini dilakukan untuk
menjamin agar nilai air-semen tetap sesuai
rencana. Nilai slump yang diambil adalah 14
cm 16 cm. Setelah diukur dan nilai slump
memenuhi untuk kemudian dibuat benda uji
kubus beton.
Control Chart Untuk Slump Test
Upper Control Limit = 160 mm
Lower Control Limit = 140 mm
Target Value = (160 + 140) : 2 = 150 mm
Upper Warning Limit = 160 ( 160 x 5 %) =
152 mm
Lower Warning Limit = 140 + (140 x 5 %) =
147 mm
Gambar 3
Control Chart Slump Test

Pembuatan Dan Pemeriksaan Benda Uji


Pada pembangunan rumah susun ini dibuat
benda uji dengan ukuran kubus 15x15x15 cm.
Benda uji kubus beton ini dibuat untuk umur
14 jam, untuk umur 4 hari, untuk umur 7 hari,
dan umur beton 28 hari. Di sini diambil
sampel benda uji untuk umur 14 jam, karena
cetakan direncanakan akan dibuka bila sudah
mencapai waktu 14 jam. Ini dikarenakan
pihak pelaksana menggunakan cetakan kubus
di mana cetakan harus dibongkar dalam
waktu 14 jam.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik,
pihak pelaksana merubah Tbk Ijin untuk
umur beton 14 jam dari 13.330% menjadi
25%. Dan untuk mendapatkan kekuatan 25%
dari K-400 ini ditambahkan additives
Rhebuild 716.
Selain dari itu additives ini juga berfungsi
untuk memudahkan pekerjaan. Analisa
karakteristik beton periode pengecoran bulan
Januari 1996.
64
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

Tabel 7
Analisa Karakteristik Beton Periode
Pengecoran Bulan Januari 1996.

Control Chart Untuk Kuat Tekan Beton


K-400
Upper Control Limit = 400 + 2.46 x 70 =
572.2 kg/ cm2
Lower Control Limit = 400 + 0.82 x 70 =
457.4 kg/ cm2
Target Value = 400 + 1.64 x 70 = 514.8 kg/
Upper Warning Limit = 572.2 (572.2 x 5 %)
= 543.59 kg/ cm2
Lower Warning Limit = 457.4 + (457.4 x 5
%) = 480.27 kg/cm2
Gambar 4
Control Chart Kuat Tekan Beton K-400

Menentukan Deviasi Standar Berdasarkan


Data Hasil Uji Kekuatan Tekan
Dari hasil pengujian beton dapat
ditentukan deviasi standar baru, yang
mencerminkan kondisi lapangan
sesungguhnya.
Diketahui: S = 30.23 kg/cm2
Upper Control Limit = 400 + 2.46 x 30.23 =
474.3658 kg/ cm2
Lower Control Limit = 400 + 0.82 x 30.23 =
424.7886 kg/cm2
Target Value = 400 + 1.64 x 30.23 =
449.5772 kg/ cm2
Upper Warning Limit = 474.3658 (474.3658
x 5 %) = 450.64751 kg/ cm2
Lower Warning Limit = 424.7886 + (424.7886
x 5 %) = 446.02803 kg/cm2
Gambar 5
Control Chart Kuat Tekan Beton
K-400

Pembahasan Pekerjaan Beton Seluruhnya


Control charts menunjukkan bahwa strategi
penetapan mutu yang sudah ada, apakah
menggunakan mutu yang lebih tinggi atau
lebih rendah.
Control charts hasil pengujian beton dari
Proyek Bangunan Rumah Susun
menunjukkan bahwa sebagian besar hasil
pengujian beton untuk kekuatan tekan berada
di atas Lower Control Limit.
Pada pengujian Slump terlihat secara visual
nilai Slump lebih besar, tapi pada pengujian
kuat tekan menunjukkan sebagian besar hasil
pengujian beton berada di atas Lower Control
Limit, jadi untuk hasil pengujian ini bahwa
pengecoran masih bisa diteruskan, tapi untuk
pekerjaan selanjutnya harus ada perbaikan.
65
YATNA SUPRIYATNA

Perbaikan yang harus dilakukan:


Untuk pembetonan berikutnya dilihat dari
control chart Slump test di mana hasil uji
yang didapat berada di atas Upper Control
Limit, dan dilihat pada Control Chart kuat
tekan hasil uji yang didapat cenderung berada
di bawah Target Value, jadi kelihatan sekali
bahwa campuran beton ini kelebihan air.
Maka pada proporsi campuran beton
berikutnya harus diubah dengan mengambil
water/cement ratio yang lebih kecil dari
sebelumnya.
PENGECORAN
Pengecoran ini dilaksanakan pada malam
hari. Karena kalau pada siang hari suhu cukup
tinggi dan dikhawatirkan terjadi keretakan
akibat dari penguapan dan pengerasan yang
terlalu cepat.
Dari truk mixer spesi beton dituangkan
dahulu dalam bucked untuk selanjutnya
diangkat dengan menggunakan crane ke
tempat yang akan dicor. Pada waktu
penuangan beton ini diusahakan sedekat
mungkin dengan tempat yang akan dicor
untuk menghindari tinggi jatuh yang terlalu
jauh yang akan menyebabkan segregasi spesi
beton. Ini disebabkan karena bahan-bahan
yang terberat dan terbesar akan jatuh ke
bawah lebih dahulu, selanjutnya kerikil dan
kemudian pasir dan akhirnya pasta semen
yang akan jatuh dalam cetakan. Pencampuran
sebelumnya yang baik akan terpengaruh dan
kualitas beton akan berkurang bahkan buruk
sekali.
PEMADATAN
Untuk menghilangkan udara yang terdapat
antara dinding dan spesi beton juga di dalam
campuran beton itu sendiri dilakukan
pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan
maka udara akan membentuk ruang kosong
dalam beton. Ruang kosong itu sangat
merugikan bagi kualitas beton, selain
kekuatannya berkurang hasil cornya akan
buruk dan berongga.
Metode pemadatan yang dilakukan adalah
dengan tangan dan jarum penggetar. Metode
pemadatan dengan tangan yaitu dengan cara
menusuk-nusuk dengan sepotong kayu atau
batang lain. Sedangkan metoda dengan jarum
getar yaitu pemadatan dengan menggunakan
alat mekanis yang disebut jarum penggetar
atau vibrator.
Para pekerja yang melakukan pekerjaan ini
dibekali cara-cara praktis untuk mengetahui
cukup tidaknya pemadatan. Pengambilan
keputusan apakah telah atau belum cukup
pemadatan yang dilakukan ialah dengan
menggunakan indera penglihatan dan
pendengaran. Untuk indera penglihatan dapat
dilihat keluarnya gelembung-gelembung
udara yang besar kemudian disertai
gelembung-gelembung yang kecil. Juga dapat
dilihat pada permukaan beton akan mulai
bersinar akibat cukupnya air akibat bleeding.
Pada indera pendengaran digunakan untuk
memeriksa frekuensi dari alat penggetar. Alat
penggetar yang berada di luar beton akan
mengeluarkan suara yang nyaring
berfrekuensi tinggi, tetapi begitu dimasukkan
dalam campuran beton maka suaranya
menjadi rendah dan frekuensinya rendah pula,
kemudian lambat laun suaranya akan
meninggi dan mencapai frekuensi yang
konstan, bila hal ini terjadi maka pemadatan
sudah cukup.
PERAWATAN BETON
Untuk menjaga supaya permukaan beton
tidak retak maka sewaktu beton mengeras
perlu perawatan. Tindakan ini diambil setelah
penuangan, agar mendapat situasi pengerasan
yang optimal sehingga menghasilkan mutu
beton yang sesuai dengan yang diharapkan.
Fungsi utama dari perawatan ini adalah :
1. Menghindarkan kehilangan zat cair yang
banyak ketika pengerasan beton pada jam-
jam awal.
66
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

2. Menghindarkan kebanyakan
penguapan
air dari beton pada pengerasan beton
pada suhu yang tinggi.
3. Menghindarkan
perbedaan temperatur
dalam beton yang mengakibatkan rengatrengat
atau retakan pada beton.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh
pelaksana untuk menanggulangi kehilangan
zat cair (air) persis setelah penuangan adalah
dengan menyemprot/memerciki dengan air
pada permukaan beton atau bila suhu sangat
tinggi ditutupi dengan goni basah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Beton
adalah suatu bahan yang dibuat
sehingga mutunya akan banyak
tergantung dari material pembentuk
maupun pada proses pembuatannya.
Maka mutu bahan maupun mutu proses
harus dikendalikan.
2. Pengetesan sebelum pengecoran berupa
Slump Test perlu dilakukan. Tindakan
yang perlu diambil bila Slump Test
melebihi dari nilai yang direncanakan
dengan penambahan semen sebelum
pengecoran, untuk menentukan
banyaknya semen dengan cara cobacoba.
3. Dari
hasil pengujian dengan Control
Chart seperti pada studi kasus, terlihat
bahwa nilai slump lebih cenderung di
atas Upper Control Limit, sedangkan
hasil pengujian kekuatan tekan
cenderung mendekati Lower Control
Limit, sehingga untuk proporsi campuran
berikutnya maka proporsi campuran
diubah dengan mengambil water/cement
ratio yang lebih kecil.
4. Pengendalian
mutu dengan Control
Chart berguna untuk mengevaluasi beton
yang sedang dicor, dan untuk mengambil
tindakan-tindakan perbaikan untuk
pembetonan berikutnya.
Saran
1. Mengingat pada pekerjaan pembetonan
bisa bervolume besar dan tidak hanya
dilakukan satu lantai satu kali
pembetonan, maka untuk setiap adanya
perubahan bahan hendaknya baik
rencana campuran maupun pengendalian
selalu dilakukan.
2.
Quality Control dan Quality Assurance
yang telah dibuat harus disosialisasikan
pada setiap jenjang pekerjaan sehingga
setiap orang memahami kewajibannya,
sehingga koordinasi di lapangan dapat
dilakukan dengan lebih baik, sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman dan
keterlambatan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi.
3. Hasil
dari control chart harus selalu
dievaluasi, adanya indikasi
penyimpangan mutu harus segera
ditindak lanjuti dengan perbaikan agar
kesalahan jangan berlanjut terus sampai
akhirnya berakibat penolakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, I. (1993). Struktur beton
bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Gunawan, D.T. (1999). Teknologi beton
lanjut. Bahan Kuliah Fakultas Teknik
Sipil, Program Pascasarjana, UNPAR.
Mehta, P.K. (1986). Concrete structure,
properties and materials. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Murdock, L.J. & Brook K.M. (1999). Bahan
dan Praktek Beton. Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Tanusaputra, N. (2000). Pengendalian mutu
pengerjaan beton dengan metode
statistik menggunakan control chart.
Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, UNPAR
Bandung.
Yayasan LPMB, SK-SNI T-15-1990-03.
(1990). Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal. Bandung:
LPMB Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
67
YATNA SUPRIYATNA

Yayasan LPMB, SK-SNI M-26-1990-F.


(1990). Metode pengambilan contoh
untuk campuran beton segar. Bandung:
LPMB Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
Yayasan LPMB, SK-SNI M-62-1990-03.
(1990). Metode pembuatan dan
perawatan benda uji beton di
laboratorium. Bandung: LPMB
Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia.
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia.
(1971). Peraturan beton bertulang
Indonesia 1971-N.I-2. Bandung: DPMB
Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia.
68

Anda mungkin juga menyukai