61-68
Bidang Teknik
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON
YATNA SUPRIYATNA
Tabel 2
Analisa Saringan Agregat Kasar
Gambar 1
Batas gradasi dalam daerah gradasi
agregat kasar
Agregat Halus
Tabel 3
Hasil Pemeriksaan Agregat Halus
Tabel 4
Analisa Saringan Agregat Halus
62
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON
Gambar 4
Batas Gradasi Dalam Daerah Gradasi
Agregat Halus
Semen
Untuk semen tidak diadakan pemeriksaan
lagi, karena semua ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah telah dipenuhi
oleh pabrik. Oleh karena itu yang terpenting
ialah pada waktu penyimpanan. Di tempat
penyimpanan semen, semen disimpan dengan
memakai alas yang terbuat dari papan,
sehingga semen tidak berhubungan langsung
dengan lantai.
Air
Air yang digunakan pada pembuatan beton
ialah yang dapat diminum. Yang dimaksud di
sini adalah air yang tidak mengandung
minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang
dapat merusak kekuatan beton. Sebelum
digunakan air terlebih dahulu diperiksa di
laboratorium baru kemudian bisa digunakan.
PENGENDALIAN PROPORSI
CAMPURAN
Didapat hasil dari mix design K-400, dengan
uji kubus 15x15x15 cm, slump on site 14 cm
16 cm. Maksimum agregat kasar ± 30 mm.
Tabel 5
Susunan Campuran Agregat Beton
K- 400
PENCAMPURAN BETON
Sebelum pencampuran, bahan-bahan
pembuat beton ditimbang sesuai dengan mix
design. Kemudian bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam mixer dengan urutan
sebagai berikut :
1. Memasukan air kurang lebih 10 % air
campuran.
2. Memasukan agregat kasar.
3. Memasukan agregat halus.
4. Memasukan semen.
5. Memasukan air sisa yang kurang lebih 10
% air campuran, karena pada waktu
memasukan bahan-bahan kering air
dimasukkan sedikit demi sedikit.
6.
Bahan additive dimasukkan di lokasi
pembangunan.
PENGANGKUTAN BETON
Pengangkutan dikerjakan dengan
menggunakan truk mixer dan selama dalam
perjalanan mixer diputar dengan RPM 400.
Lama perjalanan dari pabrik ke lokasi
pembangunan kurang lebih 20 menit
sedangkan adukan beton harus dicor dalam
waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air
dimulai, jadi untuk lamanya pengangkutan
memenuhi ketentuan dari PBI 71. Untuk
menghindari panas yang tinggi dan
penguapan maka pengangkutan dilaksanakan
pada malam hari.
PENGADUKAN BETON
Pengadukan dikerjakan dengan memakai
mixer dan lamanya pengadukan tergantung
dari kapasitas mixer.
63
YATNA SUPRIYATNA
Tabel 6
Pengadukan Beton
Tabel 7
Analisa Karakteristik Beton Periode
Pengecoran Bulan Januari 1996.
2. Menghindarkan kebanyakan
penguapan
air dari beton pada pengerasan beton
pada suhu yang tinggi.
3. Menghindarkan
perbedaan temperatur
dalam beton yang mengakibatkan rengatrengat
atau retakan pada beton.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh
pelaksana untuk menanggulangi kehilangan
zat cair (air) persis setelah penuangan adalah
dengan menyemprot/memerciki dengan air
pada permukaan beton atau bila suhu sangat
tinggi ditutupi dengan goni basah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Beton
adalah suatu bahan yang dibuat
sehingga mutunya akan banyak
tergantung dari material pembentuk
maupun pada proses pembuatannya.
Maka mutu bahan maupun mutu proses
harus dikendalikan.
2. Pengetesan sebelum pengecoran berupa
Slump Test perlu dilakukan. Tindakan
yang perlu diambil bila Slump Test
melebihi dari nilai yang direncanakan
dengan penambahan semen sebelum
pengecoran, untuk menentukan
banyaknya semen dengan cara cobacoba.
3. Dari
hasil pengujian dengan Control
Chart seperti pada studi kasus, terlihat
bahwa nilai slump lebih cenderung di
atas Upper Control Limit, sedangkan
hasil pengujian kekuatan tekan
cenderung mendekati Lower Control
Limit, sehingga untuk proporsi campuran
berikutnya maka proporsi campuran
diubah dengan mengambil water/cement
ratio yang lebih kecil.
4. Pengendalian
mutu dengan Control
Chart berguna untuk mengevaluasi beton
yang sedang dicor, dan untuk mengambil
tindakan-tindakan perbaikan untuk
pembetonan berikutnya.
Saran
1. Mengingat pada pekerjaan pembetonan
bisa bervolume besar dan tidak hanya
dilakukan satu lantai satu kali
pembetonan, maka untuk setiap adanya
perubahan bahan hendaknya baik
rencana campuran maupun pengendalian
selalu dilakukan.
2.
Quality Control dan Quality Assurance
yang telah dibuat harus disosialisasikan
pada setiap jenjang pekerjaan sehingga
setiap orang memahami kewajibannya,
sehingga koordinasi di lapangan dapat
dilakukan dengan lebih baik, sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman dan
keterlambatan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi.
3. Hasil
dari control chart harus selalu
dievaluasi, adanya indikasi
penyimpangan mutu harus segera
ditindak lanjuti dengan perbaikan agar
kesalahan jangan berlanjut terus sampai
akhirnya berakibat penolakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, I. (1993). Struktur beton
bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Gunawan, D.T. (1999). Teknologi beton
lanjut. Bahan Kuliah Fakultas Teknik
Sipil, Program Pascasarjana, UNPAR.
Mehta, P.K. (1986). Concrete structure,
properties and materials. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Murdock, L.J. & Brook K.M. (1999). Bahan
dan Praktek Beton. Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Tanusaputra, N. (2000). Pengendalian mutu
pengerjaan beton dengan metode
statistik menggunakan control chart.
Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, UNPAR
Bandung.
Yayasan LPMB, SK-SNI T-15-1990-03.
(1990). Tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal. Bandung:
LPMB Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
67
YATNA SUPRIYATNA