Anda di halaman 1dari 7

PERAYAAN ANAK JEPANG DAN

INDONESIA

Oleh :

Athiyah amatillah
Dyllan nauval azmi
Muhammad fauzi
Silmy kaffah

Pembimbing :

Bapak Alif Rifa’i


PERAYAAN HARI ANAK DI JEPANG

Shichi-Go-San ( 七 五 三 Shichigosan?, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang


yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan dilakukan setiap
tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari libur.

Peserta perayaan adalah anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, dan anak perempuan
berusia 3 dan 7 tahun. Umur-umur tersebut dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam
kehidupan, dan angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa
keberuntungan. Anak-anak yang cukup umur sebagai peserta Shichi Go San didandani
dengan kimono dan dibawa ke kuil Shinto untuk didoakan. Orang tua memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengabadikan anak-anak yang sudah berpakaian bagus dengan
berfoto di studio foto.

Pada hari ini, untuk pertama kalinya anak perempuan berumur 7 tahun mengganti
pengikat yang biasanya dipakai untuk mengikat kimononya dengan obi, pengikat
tradisional, dan anak laki laki berumur 5 tahun memakai hakama, yang diikatkan
dipinggang dan seperti rok panjang dibiarkan memanjang sampai kira kira pergelangan
kaki,untuk pertama kalinya di depan umum.
Umur 3 tahun untuk anak laki laki dan perempuan adalah menandakan mereka dijinkan
untuk membiarkan rambutnya tumbuh karena sebelum umur 3 tahun mereka diharuskan
memotong rambut dengan potongan tertentu.
Anak-anak yang merayakan Shichi Go San mendapat hadiah permen panjang
yang disebut permen chitose (千歳飴 chitoseame?, permen seribu tahun) yang dipercaya
membuat anak sehat dan panjang umur. Kantong tempat permen chitoseame bergambar
kura-kura dan burung jenjang yang merupakan simbol umur panjang.

Jaman sekarang orang-orang lebih memilih yang praktis. Permen itu hanya di
masukkan dalam kantong plastik yang panjang.

ASAL USUL

Hari ke-15 menurut kalender Tionghoa merupakan hari baik dan semua yang
dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan
bulan selesai panen. Orang zaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama hari ke-15 bulan
ke-11 untuk berterima kasih atas hasil panen. Kesempatan ini sekaligus digunakan untuk
berterima kasih atas pertumbuhan anak, serta memohon perlindungan agar anak tetap
sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.

Di zaman dulu, angka kematian anak kecil sangat tinggi sehingga lahir tradisi
merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di
Jepang. Tradisi ini meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara.
Anak perempuan dan anak laki-laki berusia 3 tahun mengikuti upacara Kamioki yang
menandai mulai dipanjangkannya rambut anak setelah sebelumnya selalu dicukur habis.
Anak usia 5 tahun mengikuti upacara Hakama-gi yang menandai pertama kali anak mulai
memakai hakama dan haori. Anak perempuan mengikuti upacara Obitoki Himo-otoshi
yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari kimono anak-anak
yang bertali menjadi kimono berikut obi seperti yang digunakan orang dewasa.
Kesempatan Shichi Go San sering merupakan kesempatan pertama bagi anak perempuan
untuk merias wajah.

Sejak kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15


November. Di zaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichi Go San
sudah disesuaikan dengan waktu libur orangtua. Anak boleh dibawa kapan saja ke kuil di
sepanjang bulan November (hari Sabtu, Minggu, atau hari libur), dan tidak harus persis di
tanggal 15 November. Di Hokkaido dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat
dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan sering dilakukan
sebulan lebih awal pada 15 Oktober

PERAYAAN ANAK DI INDONESIA

Setiap tanggal 23 Juli, anak-anak diseluruh Indonesia mendapat perhatian khusus,


karena tanggal tersebut merupakan hari anak Nasional, yang telah resmi ditetapkan.
sejak tahun 1986 setiap tanggal 23 juli selalu diperingati hari anak nasional dengan
meriah, yang tentu saja ditujukan untuk anak-anak.

Hari anak nasional ini merupakan prakarsa Alm. Soeharto, mantan presiden RI,
yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1984. Pada saat itu
pertimbangannya adalah anak dianggap sebagai aset kemajuan bangsa. Anak tidak
meminta untuk dilahirkan. Anak juga tidak bisa memilih siapa orangtuanya. Maka dari
itu, apapun yang terjadi pada masa pertumbuhan anak sesungguhnya bukanlah tanggung
jawab mereka. Anak dilahirkan dengan berbagai sebab, antara lain untuk meneruskan
keturunan, tuntunan keyakinan, bahkan tanpa sengaja.

Peringatan HAN pada hakekatnya merupakan momentum yang penting untuk


menggugah kepedulian maupun partisipasi seluruh Rakyat Indonesia dalam menghormati
dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, memberikan yang terbaik bagi anak,
menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan perkembangan anak serta
menghargai pendapat anak.

Pada hari itu biasanya diadakan banyak acara perlombaan, baik perlombaan
kreatifitas maupun kecerdasan. Acara ini diadakan oleh sekolah sekolah maupun
pemerintah. Biasanya pemerintah berperan besar dalam momen ini.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

PERSAMAAN

Persamaan perayaan anak di jepang dan Indonesia sebenarnya tidak terlalu


terlihat. Hari anak ini sama sama bukan merupakan hari libur. Dan perayaan ini
bermaksud agar anak bangsa mereka jadi lebih baik dan yang terbaik.

PERBEDAAN

Perbedaan perayaan di kedua Negara ini sangat banyak terlihat. Jika di jepang
perayaan ini menurut adat dan budaya yang sehingga harus pergi ke kuil untuk berdoa,
berbeda dengan di Indonesia, yang kesemuanya merupakan acara yang terbebas dari adat
dan budaya. Di Indonesia para anak-anak hanya memperingati dengan mengikuti
berbagai perlombaan atau mungkin jalan-jalan bersama, di jepang mereka masih terikat
oleh ritual-ritual adat seperti mendatangi kuil Shinto untuk mendoakan anak-anak
mereka.

Dan lagi di jepang para anak-anak mengharuskan memakai baju adat seperti
kimono dan hakama. Di Indonesia anak-anak memakai pakaian sesuai tema acara yang di
gelar di tempat itu.

Anak-anak jepang juga selalu memadati studio foto untuk berfoto di hari itu.
Akan tetapi di Indonesia acara seperti itu tidaklah perlu untuk di lakukan.

Perbedaan yang lainnya yang mencolok adalah batas umur yang di tetapkan di
jepang. Di jepang perayaan Sichi-Go-san merupakan perayaan untuk anak berusia 3, 5
dan 7. akan tetapi di Indonesia, hari anak nasional di perutukkan untuk semua anak-anak
di negri ini tanpa terkecuali.

Anda mungkin juga menyukai