Anda di halaman 1dari 12

Portal z ne

manggarai-jogja Edisi I, 19 Nov. 08 2

Kado dari Kami untuk Kita

I de itu berhenti menjejaki khasanah imajinasi dan kini


menjelma dalam rupanya sebagai bacaan. Dalam
tatapan dan genggaman tangan pembaca, dia
berbentuk halaman-halaman makna dan racikan-racikan abjad
yang mengantar kita pada pelabuhan pengetahuan. Ia tidak
berpikir, menjelajahi samudra ide tak bertepi, untuk
menambahkan sentuhan-sentuhan kuas yang halus pada jejak-
jejak itu.
Ini kado dari kami untuk kita. Kado yang dibungkus oleh
kesadaran akan pentingnya arti kebersamaan kita dan
pernah menjadi tempat berhenti. Bukan rumah yang pasti pentingnya sebuah eksistensi kekerabatan. Tetapi neka keta
tempat kita menetap sampai jompo. Ia terbuka bagi siapa saja rabo jika kami kurang cermat memilih kado buat ase kae.
untuk mampir. Membuka pikir atau sekadar tertirah di waktu Kado ini berisi prasasti yang mengukir jejak-jejak
luang yang silir. kebersamaan kita dan “gada-gada” yang
Kita menyapanya M-Zone (Manggarai Zone). Nama menunjukkan kita, arah untuk menemukan
yang lahir bukan dalam kenaifan ide. Nama yang arti persaudaraan. Kado yang
lahir bukan dari rahim sang bohemian mengingatkan kita kalau kita adalah
yang tak bertujuan. M-Zone keluarga besar. Keluarga besar yang
sebagai nama, bukan hadir datang dari satu rahim, nuca lale.
tanpa pertimbangan. Bahkan Sebelum ase kae menjelajahi lebih
dia telah memenangi jauh racikan-racikan abjad ini,
kontestasi ide akan sebuah sedengkan telinga! kami ingin
nama. Beberapa nama yang berbisik: Tanggalkan ego yang
telah mengukir jejak-jejak berlebihan dan kenakan kostum
histori M-Zone, seperti: persaudaraan dalam rajutan kata
MIMMY (Media Informasi “Satu Untuk Manggarai”, Neka
Masyarakat Manggarai hemong!
Yogyakarta), Nggong, dan Mesen tegi dami, mudah-mudahan
MaTa (Mai Tae), dieliminasi diakhir penjelajahan yang meletihkan
oleh pertimbangan-pertimbangan mata, mulut, tangan, dan pikiran, Ase
rasional dan matang para awak
kae sempat berkomentar; menarik
M-Zone. Nama M-Zone ditetapkan
sebagai “pemenang” karena atau buruk sekali? cukup menarik atau
Manggarai Zone adalah nama yang cukup buruk?. Luangkan pikir untuk mengkritik sisi-sisi minus
mempertegas identifikasi media ini. D i a halaman-halaman makna ini. Kami tidak mungkin
arena (zone) bagi semua putra-putri kuni agu kalo berekspresi, “mengegos” semua kritikan karena media ini membawa dua
berdialektika, sekaligus sebagai natas yang merepresentasi sisi di dalam dirinya, yaitu kelebihan dan kekurangan. Setiap
warna-warni nuca lale. Sekat-sekat yang selama ini mungkin pembaca kiranya bisa mengapresiasi dua hal tersebut.
membekukan gerak dan tutur kita, kini dicairkan oleh
Apresiasi pembaca merupakan dukungan bagi eksistensi
iluminasi M-Zone.
Kami sadar bahwa M-Zone bukan si sulung dalam silsilah media ini. Tanpa kita, media ini akan kehilangan desah nafas,
keluarga media bagi ase kae Manggarai di Yogyakarta. Kita kehilangan derap langkah dan jiwanya sebagai representasi
mempunyai media lain seperti Lilin dan X-pio yang sudah makna kebersamaan. Jika kita merasa ini bukan menjadi
menyapa kita terlebih dahulu. M-Zone terbang meninggalkan bagian yang utuh dari diri kita, M-Zone akan berlabuh pada ilir
sangkar ide dan menampakkan wujudnya di antara kedua kesemuan tanpa makna. Kami berharap, kita sepakat berikrar
media tersebut, bukanlah sebuah bentuk pengeksploitasian bahwa M-Zone adalah alter ego (diri yang lain) bagi kita.
identitas. Dia adalah warna baru pada lukisan jejak-jejak lawa Keluarga Manggarai di natas Yogyakarta. Tabe! (Kored)
di Yogyakarta. Kita adalah pelukisnya yang akan terus

Mz
Diterbitkan oleh Mahasiswa MANGGARAI-JOGJA
Penanggungjawab : Gonsaldus Jusin , Koordinator : Ignasius Juru, Redaksi : Elin, Sello,
Mendra , Is, Egi B., Ocin, Editor : Astri , Sera, Fie, Fotografer : Djille , Freelance : Encik G,
(siapa saja yang ingin berpartisipasi), Designer : DND, R-Q ,
ne
manggarai-jogja
Alamat Redaksi : Jl. Prof. Dr. Yohanes, Sagan GK V/ 871/ Yogyakarta, 55223, Telp :
085239363946
Email : ManggaraiZONE@gmail.com, manggarai_zone@yahoo.com

M-zone
Opini z ne
manggarai-jogja Edisi I, 19 Nov. 08 4

SatuTak Mesti Sama sebagai suatu gerakan bersama. Muku ca pu'u neka woleng
oleh : Gonsaldus Jusin* curup, teu ca ambo neka woleng jaong! Itulah adagium
kebudayaan yang semoga belum menjadi usang, akan tetapi
senantiasa vital dan esensial tentu dalam konteks ke-

I de-ide pembentukan satu organisasi yang bisa manggarai-an kita kini dan di sini.
mewadahi semua warga Manggarai di Yogyakarta Apa itu satu dan sama dalam konteks kemanggaraian
sudah seringkali muncul baik dalam perbincangan tadi tentunya akan terus direfleksikan dalam perjalan
formal maupun informal ase ka'e Manggarai. Tahap IKAMAYA ke depan. IKAMAYA adalah sebuah atap yang di
pencapaian itu terjadi pada tanggal 22 Juni 2008 di wisma bawahnya terdapat banyak kelompok dan individu yang
PMKRI jl. Dr. Wahidin No. 54, Yogyakarta. Meski proses itu pluralistik. Dan, pluralitas itu akan terus memungkinkan
terjadi dengan pelbagai kendala teknis sosialisasi yang singkat dialog, diskusi, dan dialektika. Di sini, apa itu satu dan sama
dan mendadak, satu hal yang patut disyukuri dan didukung menjadi sangat relatif. Titik pijak IKAMAYA pun tidak akan
bersama yakni wadah “ideal” itu sudah terealisasi dengan pernah kokoh dengan kerentanan tersebut layaknya siri
nama besar, IKAMAYA. bongkok yang akan lapuk oleh waktu.
IKAMAYA adalah akronim dari Ikatan Keluarga Refleksi eksistensi IKAMAYA ini bercemin pada
Manggarai Raya. Selanjutnya realitas “ke-Manggarai-an” itu fenomena keragaman yang terjadi di antara orang Manggarai
sendiri sebagai kesatuan wilayah geografis telah terpecah sendiri yang terpotret dalam banyak hal. Untuk itu, sebagai
menjadi tiga kabupaten mengakibatkan kerancuan penyatuan sesuatu yang baru saja terbentuk, ikatan ini harus selalu
pada tataran riil. Kata “raya” kemudian menjadi sangat membuka terhadap ide-ide termasuk yang saling berbenturan
penting sebagai unsur yang mereduksi sekaligus menyatukan sekalipun. Tetapi, harapannya adalah semuanya masih dalam
keterpisahan tersebut. Kata “raya” bukanlah sekadar bingkai keluargaan yang dialogis, diskusif, relektif, dan kalau
pengakalan demi menggapai kesatuan itu. “Raya” adalah perlu dialektis. Hal ini dikarenakan oleh apa yang disebut
sebuah unsur substansial dan fundamental dalam kesadaran sabagai shades of opinion: IKAMAYA yang akan datang
akan perumusan ide kesatuan tadi. “Raya” adalah sangat bergantung kepada opini-opini yang akan berkembang.
kulminasi kesadaran bahwa orang Manggarai Menyadari bahwa cita-cita itu tidak mudah untuk
memiliki satu kebudayaan. dicapai tanpa adanya langkah awal yang akan menjejaki
Meskipun demikian, akronim itu langkah selanjutnya. Dengan kata lain, perlu adanya
dianggap terlalu abstrak teruatama sebuah moment di mana kita padir wa'i rentu sa'i; kita
berkaitan dengan ruang cakupan Titik pijak IKAMAYA secara bersama membuat komitmen komunal tentang
keanggotaan organisatorisnya tidak akan pernah kokoh adanya ikatan ini untuk kita khususnya dan untuk
sendiri. Akhirnya setelah melewati dengan kerentanan “ke-Manggarai-an” kita pada umumnya. Untuk itu,
layaknya siri bongkok IKAMAYA harus diresmikan dan dirayakan
diskusi beberapa pihak pencetus,
akan lapuk oleh waktu bersama agar apa pun yang dirancang dalam koridor
nama IKAMAYA dirasa perlu untuk
ditambahkan dengan kata Yogyakarta di organisasi ini nantinya tidak lagi berbenturan dengan
belakangnya. persoalan legalitas dan legitimasi.
Titik-titik kesadaran itu kemudian Untuk itu, pengurus inti IKAMAYA beserta ketua-
tidak serta merta memudahkan perjalanan ikatan ketua divisi-divisi telah merancang sebuah acara
yang sudah berdiri ini. Adanya ikatan ini pembukaan bagi gerak langkah IKAMAYA ke depan.
kemudian menjadi problematis ketika berbenturan “Design” ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama yang
dengan satu fenomena yang tidak kalah pelik yakni sangat kooperatif dengan ketua-ketua rayon sebagai wakil
munculnya organisasi berbasis sektarian, sekolah, dan basis IKAMAYA di rayon-rayon. Selain itu, kerja sama dengan
emosional lainnya. Perumusuan dan cara baca yang baru beberapa ketua organisasi berbasis almamater pun telah
tentang relasi keduanya pun menjadi sangat penting. dijalin baik secara formal maupun informal. Tanggal
Kepelikan ini disadari lagi bukan sebagai signal pelaksanaan acara itu direncanakan akan diadakan pada
keterpisahan atau perpecahan, akan tetapi dibaca sebagai tanggal 29 November 2008. Berkaitan dengan itu, diharapkan
manifestasi keinginan ase ka'e terhadap lahirnya sebuah semua pihak berpartisispasi dalam kegiatan ini.*penulis
ikatan baik sebagai sesuatu yang mempersatukan maupun adalah Ketua IKAMAYA

Mz
M-zone mengucapkan
Selamat atas Terbentunya IKAMAYA
“jangan berhenti bernafas!”
ne
manggarai-jogja

M-zone
Figur z ne
manggarai-jogja Edisi I, 19 Nov. 08 6

Gembala Kita

Mgr. Eduardus Sangsun SVD Riwayat Pekerjaan:


Sebagai Frater, 1966-1967 Praktek mengajar di di Seminari
Tempat/tgl/lahir, Karot Ruteng, 14 Kisol,
Juni 1943 Sebagai Imam, Tahun 1973-1975 Prefek SMP Seminari Pius
Riwayat Pendidikan: XII Kisol,
SD di Pagal Kecamatan Cibal 1949- Tahun 1975-1978 Perfek SMA Seminari Pius XII Kisol,
1955, Tahun 1979-1982 Rektor/Direktur Seminari Kisol,
SMP Seminari Pius XII Kisol 1955- Tahun 1983-1985, Rektor Skolastikat SVD Malang dan
1958 (Angkatan I), sebagai Dosen pada STFK Widya Sasana Malang Jawa Timur.
SMA Seminari Mataloko, 1958-1962, Tanggal 15 Januari 1985 pengangkatan sebagai Uskup
Novisiat SVD Leda Lero, 1962-1964, Ruttahbiskan menjadi Uskup Ruteng
Seminari Tinggi (Filsafat Ledalero 1964-1967, Teologi Leda RIP : Jakarta, 14 Oktober 2008.[Sello]
Lero 1968-1972)
Tahbisan jadi Imam : di Karot, 12 Juli 1972,
Pendidikan Universitas Gregoriana di Roma, 1975-1978 Ase Ka’e lawa Manggarai mengucapkan turut berdukacita atas
jurusan teologi spiritual, berpulangnya Sang Gembala, + Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, ke pangkuan Bapa
Kursus Bahasa Jerman, 1976 di Staufen Jerman Barat.

Sebuah Tanggung Jawab

S aat langkah menjejaki


kamar lalong reba dari
Anam, salah seorang
awak M-Zone tergelitik
membaca aforisme yang
Kurniawan, sang novelis.
Tanggal 22 juni 2008 kemarin, Oncak dipercaya menjadi
Ketua IKAMAYA, sebuah jabatan yang penuh tanggung
jawab dan semangat pelayanan. Bagi dia, jabatan ini diterima
karena kecintaanya terhadap natas congka sae, Juga Semangat
terukir penuh pertimbanagan untuk memberi sentuhan perubahan pada nilai kekeluargaan
pada dinding kos yang bercat dan kesatuan ase kae di natas Yogyakarta.
p u t i h p i n k y. D a l a m Kraeng Oncak dan kawan-kawan pengurus
kebingungan, IKAMAYA dengan gaya bukan seperti militer,
sang awak M- bergegas mengambil langkah-langkah untuk
Zone coba mewujudkan perubanhan-perubahan yang
mengeja diinginkan. Dalam waktu dekat (tanggal 29
racikan Teu ca ambok november 2008) mereka merancang sebuah
kata-kata tersebut: Better to die on your
feet than to live on your knees. Maknanya? maram woleng tae selebrasi persaudaraan yang dibingkis
dalam rajutan kata Satu Untuk Manggarai.
Mending hidup mandiri, daripada Kedepannya mereka berusaha
bergantung pada orang lain. Kata empunya
landing neka behas memepertegas eksistensi IKAMAYA
aforisme singkat, dihiasi kepulan asap dengan memperluas networking.
Djarum yang tinggal satu isapan terakhir Sasarannya adalah ikatan-ikatan keluarga
dan tegukan secangkir kapal api. Ya itulah Manggarai yang tersebar di luar Yogyakarta
Gonsaldus Jusin yang akrab dipanggil Aldo, dan Pemda di tiga Kabupaten dalam region
Oncak, dan sapaan lainya yang kira-kira tidak Manggarai. Ini usaha yang perlu kita dukung.
kalah keren-nya dari sapaan-sapaan tersebut. Sebelum awak M_Zone mengenakan sandal untuk
Pria kelahiran 22 Desember 1986 ini punya daya jelajah kembali melangkah; memburu ceceran informasi di lorong-
tinggi, ruang imajinasinya dihiasi berjuta pesona ide yang lorong Yogyakarta; Lalong Oncak berpesan agar ase kae
sering dtuangkan dalam guratan Puisi-puisi absurd, reflektif,
Manggarai di Bumi Mataram bisa berpartisipasi aktif dalam
dan kritis-nya. Selain berpuisi, sang lalong juga gandrung
dengan kitab-kitab filsasfat dan sastra (yang disebut terakhir segala kegiatan IKAMAYA. Porong neka hemong pede dise
mungkin karena tuntutan, mungkin!). Salah-satu pendekar Ema agu Ende; teu ca ambok maram woleng tae landing neka
yang dia bangga-banggakan sering disapa kraeng Eka behas.[Elyn, Ignasius].
M-zone
Flash z ne
manggarai-jogja Edisi I, 19 Nov. 08 7

Peresmian dan Penerimaan Anggota Baru tidak tersalurkan karena keterbatasan sarana, silakan
mengikuti perlombaan ini.
IKAMAYA Kesuksesan acara peresmian dan penerimaan anggota baru
IKAMAYA adalah tanggung jawab dari semua anggota
IKAMAYA kembali hadir di tengah warga Manggarai
IKAMAYA. Oleh karena itu, mari kita mendukung acara
Raya yang berada di Yogyakarta. Organisasi yang berada
tersebut sesuai dengan kapasitas kita masing-masing dengan
dibawah pimpinan Kraeng Aldo Jusin tersebut akan
tetap menjunjung persatuan, persaudaraan dan keakraban di
diresmikan pada tanggal 29 November 2008 di Kaliurang
antara kita. [Enchyk]
sekaligus penerimaan anggota baru. Berbagai kegiatan
dilakukan untuk mempersiapkan acara tersebut. Langkah awal
yang dilakukan panitia, yang dipimpin Ka'e Leon adalah
melakukan sosialisasi, dengan mengadakan rapat gerilya JXCOM “WE ARE YOUR'S”
kepanitiaan dari rayon ke rayon. Kegiatan ini sangat
membantu, karena selain mensosialisasikan acara yang JXCOM (Jogja Xaverius Community) pada hari
dinantikan oleh warga Manggarai ke warga rayon, juga Sabtu (15 November 2008) yang lalu mengadakan acara
merupakan saat yang tepat untuk menikmati kopi mane dalam penerimaan anggota baru dalam organisasi ini. Para anggota
menjalin keakraban antara sesama ase kae Manggarai baru ini adalah alumni SMAK ST. Fransiskus Xaverius
Yogyakarta. (angkatan 2008) yang melanjutkan studinya di Jogja. Acara
'Satu untuk Manggarai' merupakan tema yang yang bertempat di Wisma Bethesda Kaliurang dibuka dengan
membingkai acara tersebut. selaku koordinator Sie acara , misa,yang kemudian diikuti oleh makan malam bersama, kata
Febry Jumpa dan Ka'e Noya, mengadakan perlombaan sambutan dari ketua panitia,dan kata sambutan dari
menulis cerpen, puisi, essay, opini dan mendesign Logo perwakilan anggota baru. Puncak dari acara ini adalah
IKAMAYA. Sasaran dari perlombaan ini adalah seluruh warga penyematan pin kepada para anggota baru. Penyematan pin ini
IKAMAYA, so ase kae anggota IKAMAYA yang mempunyai dilakukan oleh panitia kepada sembilan anggota baru. Acara
bakat-bakat menulis dan mendesign yang selama ini mungkin kemudian dilanjutkan dengan acara bebas sampai pagi.[sera]

Photo

! m
e....!! eng
viva uras ide u
aung
ogo r M-zo n
AYA, ne tuk sebua
o p I KAM h l og o
wark

satu untuk Manggarai

M-zone
Budaya z ne
manggarai-jogja
Edisi I, 19 Nov. 08 9

Caci, Tuak dan Keberanian yang sudah menjalankan kebiasaan ini salah, tetapi saya hanya
berasumsi dan mencoba membuka wawasan berpikir kita
untuk melihat kebiasan ini, apakah bertolakbelakang dengan
hakikat dari tarian caci itu sendiri yang melambangkan

W arisan sejarah dan budaya itu, khas akan


keanekaragaman serta tingginya
kemampuan cipta, rasa, dan karsa para
leluhur masa lalu, hasil budaya masa lalu itu bernilai sosial,
kemasyarakatan, pendidikan serta religi tinggi (Bagul.
keberanian dan keperkasaan seorang laki-laki Manggarai
tanpa harus didopping dengan segelas tuak atau tidak? Dalam
benak saya, kebiasaan ini justru mengarah pada suatu bentuk
pengurangan arti sebenarnya nilai dasar dari tarian caci itu
2005:69). Warisan sejarah dan budaya ini sendiri. Memang pada dasarnya setiap
diekspresikan dalam berbagai bentuk manusia tidak pernah terlepas dari perasaan
seperti benda-benda purbakala, ragam takut dan cemas saat menghadapi suatu
upacara adat, jenis tari-tarian dan tantangan. Begitu pula saat seseorang ingin
keseniaan, dan bahkan secara filosofis- masuk dalam arena permainan caci tetapi
simbolik dalam bentuk rumah-rumah pertanyaannya haruskah dengan tuak?
adat. Sebagai orang Manggarai tentu kita Kebiasaan minum tuak memang
mengetahui salah satu sejarah budaya sudah mengakar dalam masyarakat
yang unik dalam masyarakat kita yaitu Manggarai. Dalam berbagai acara adat
tarian caci. ataupun acara lainnya, tuak seakan menjadi
Tarian Caci merupakan tarian atau tolok ukur bahwa acara tersebut terasa lebih
permainan ketangkasan yang dilakukan nikmat ketimbang tanpa tuak. Dalam
oleh kaum pria. Kedua pemain bersikap sebagai lawan dengan konteks permainan caci; saya berpikir bahwa penggunaan
menggunakan cemeti (Larik. red) sebagai alat pukulnya. Dan tuak sebagai dopping justru menurunkan nilai dasar dari caci.
untuk menangkis cemeti tersebut, digunakan perisai Mengapa? Alasannya sederhana saja, kita semua mengetahui
(Nggiling. red) yang juga terbuat dari kulit kerbau, ditambah bahwa tuak itu mengandung alkohol dan tentu orang yang
sebuah busur (Agang. red) yang terbuat dari bambu sambil mengkonsumsinya akan terpengaruh oleh alkohol tersebut.
diiringi suara musik gong dan gendang untuk memberi Nah, orang mengkonsumsi tuak kemudian masuk dalam arena
semangat kepada penari caci. Masih banyak lagi hal berkaitan permainan caci tentu adrenalinnya keberaniannya muncul
dengan tarian caci ini. Tentu pembaca sekalian juga karena dipicu oleh alkohol yang terkandung dalam tuak
mengetahui banyak hal bekaitan dengan tarian ini baik tersebut. Oleh karena itu, patut dipertanyakan keberanian atau
atributnya maupun berbagai peraturan dalam tarian ini. keperkasaan seseorang yang tampil dalam permainan caci
Terlepas dari kalah dan menang, tarian caci ini dapat setelah ia mengkonsumsi tuak. Jika kita berpegang pada
dikatakan sebagai tolok ukur keberanian atau lambang hakikat dasar dari tarian caci, maka kita tentu menyayangkan
keperkasaan seorang laki-laki Manggarai. kebiasaan seperti ini karena cukup bertolak belakang dengan
Tulisan ini mencoba untuk menggelitik sikap kritis tolok ukur yang dipakai sebagai landasannya. Bila hal ini terus
pembaca terhadap fenomena menarik yang terjadi dalam bertahan dalam budaya kita maka bukan tidak mungkin ke
event tradisional Manggarai ini, yaitu kebiasaan minum moke depannnya permainan caci ini akan semakin jauh dari makna
(tuak.red) sebelum masuk dalam arena caci untuk merangsang dasarnya. Lalu apakah kita hanya menutup mata melihat
keberanian seseorang sehingga mampu tampil maksimal dan fenomena seperti ini? Mengingat begitu banyak tindak
tidak gentar menghadapi lawan. Tentu hal ini sangat kekerasaan sekarang ini dipicu oleh alkohol, maka kita perlu
mendukung penari caci agar tampil semenarik mungkin dan berwaspada agar warisan budaya khas tanah Congkasae ini
memukau penonton. Dan memang penonton melihat gerik- tidak tercoreng dengan perilaku menyimpang seperti itu.
gerik yang begitu indah dipertontonkan oleh para penari caci Akhirnya saya mengajak pembaca semua untuk
ini. Kemudian hal ini menjadi suatu kebiasaan yang wajar- berefleksi dan berusaha untuk menggelitik sikap kritis kita
wajar saja dan diterima secara umum oleh masyarakat dalam meneropong fenomena seperti ini. Saya ingin
Manggarai. Namun ada satu pertanyaan sederhana yang cukup mengantar pembaca dalam ruang dialektika; sehingga
mengusik pikiran saya dari fenomena di atas yakni; apakah pertukaran ide kritis tersebut memberi warna baru dalam
keberanian seorang laki-laki Manggarai tergantung pada horison kita. Sebagai anak bumi Congkasae yang sedang
segelas tuak? Apakah tanpa tuak keberanian dan keperkasaan berkiprah dan merajut tali kehidupan masa depan kita di tanah
seorang laki-laki Manggarai bisa muncul? Dan masih rantauan, dan tidak ada salahnya juga jika kita sejenak berpikir
relevankah pernyataan bahwa tarian caci dikatakan sebagai tentang tanah kita, tanah Congkasae. Tugas kita sekarang
tolok-ukur keberanian seorang laki-laki Manggarai? Memang adaalah mengembalikan makna caci ini pada makna yang
saya tidak mengetahui secara pasti sejak kapan kebiasaan ini sebenarnya. Memang bukan suatu perkara yang mudah.
ada, apakah sudah ada sejak tarian ini muncul pertama kalinya Mampukah kita memikul tanggung jawab ini? Mari kita mulai
pada zaman nenek moyang kita dahulu? Saya juga tidak memikirkannya dari sekarang demi menjaga keluhuran
bermaksud menyalahkan kebiasan ini atau menuduh orang warisan budaya ini!![endak marung]
M-zone
Free z ne
manggarai-jogja Edisi I, 19 Nov. 08 11

present SATU
IKAMAYA
UNTUK MANGGARAI

Welcome Mahasiswa Baru


Jogja, 2008
Ikuti Acara Peresmian dan Pelantikan
pengurus IKAMAYA

Open Recruitment
Dibutuhkan orang-orang
berkomitment,loyal,sigap,dll
untuk menjadi anggota di setiap divisi !

Ikatan Keluarga Manggarai Raya Yogyakarta


Mz ne
manggarai-jogja
manggarai zone

M-zone

Anda mungkin juga menyukai