Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Maddeleine M. Leininger adalah


seorang perawat professional
pertama yang menyandang gelar
Ph.D dibidang cultural dan social
antrophology.

Lahir di Sutton, Nebraska ia


memulai karir sebagai perawat
setelah menyelesaikan program
diplomanya di sekolah
keperawatan St ‘Anthony di
Denver. Dia menyandang gelar di
B. S. di bidang Biological Sience
di kampus Benedictine tahun
1950, Atrhison Kansas. Setelah
tamat ia bertugas sebagai
instruktur perawat dan kepala
perawata di unit medical surgical
dan mebuka unit psikiatri yang
Pada tahun 1954 Leineinger menyandang gelaar M. S. N , di Universitaas Khatholik
baru dimana ia bertindak sebagai
di America Washington. Kemudian ia pindah ke Universitas Cincinnatih, disini ia memulai
karirnya sebagainya perawat spesialis di klinik anak. Disinilah ia menemukan adanya
kesulitan pada waktu memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam
budaya yang berbeda. Kemudian ia mulai meneliti sustu teori yang bisa membantu
memecahkan masalah ini.

2.1 Konsep Utama Teori Madeleine Leininger

Pada akhir 1970 – an medeleine leininger membuat model konseptual tentang


pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di berbagai buku dan
artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (leninger, 1984).
Yang kemudian diakui public pada tahun 1998.

Setelah menyelesaikan pendidikanya sebagai perawat psikiatrik, leninger melanjutkan


studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli antropologi ia melakukan banyak
praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia
melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan
di lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.

Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan


transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan (universalitas)
dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini mengarah pada di kembangkannya
teori - teori universalitas dan diversitas dalam asuhan cultural.

Beberapa inti dari model teorinya adalah :

Asuhan

Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang
memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup
dan kondisinya.

Budaya

Budaya dapat diekspresikan sebagai norma – norma dan nilai nilai kelompok tertentu,
berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan, dikembangkan , dan
dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.

Asuhan transkultural

Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari norma –


norma, nilai – nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan
dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya,
memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar menerima batasan – batasan.

Diversitas asuhan kultural

Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang kemungkinan


tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan. Keanekaragaman ini terjadi
berdasarkan nilai – nilai, norma – norma, dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu.
Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma – norma,
dan cara hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual
dapat muncul dari nilai – nilai dan norma – norma budaya tertentu tentang kematian,
kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.

Universalitas asuhan kultural

Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk pada


persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Menurut leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan – tindakan seperti
tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan primer.
Kontribusi leininger merupakan hal yang signifikan. Pertama, ia membahas tentang
pengaruh budaya dan kebutuhan untuk memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan
asuhan. Topik ini semakin bermakna dalam masyarakat multi – kultural yang modern,
perawat perlu mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari berbagai
kelompok etnik yang berbeda. Hal tersebut oleh leininger disebut asuhan budaya atau
etnonursing.

Kedua, leininger menarik terhadap peran sentral dari asuhan di dalam keperawatan.
Ia masuk kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan Watson yang menekankan
pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari keperawatan. Hal ini terlihat jelas dalam
definisinya tentang keperawatan, yang antara lain sebagai berikut :

“(keperawatan adalah) : seni humanistic yang dapat dipelajari dan ilmu yang
berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan
proses yang diarahkan pada peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau
pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikansi fisik, psiko cultural dan
sosialatau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional
atau dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa” (leininger,1984, hal 4-5)

Hubungan model dengan paradigma keperawatan

Manusia

Menurut pendapat leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan nilai serta
norma – norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini dan pandangan
tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari
budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan
pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki
atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut social atau secara lebih
spesifik, merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.
Lingkungan

Menurut leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang – orang atau kelompok
atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsure lingkungan social mayoritas, ekonomi,
budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga merupakan faktor
lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub system :

1. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi bagian dari
system layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis, layanan keperawatan, dan
fisioterapi.

2. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang terlibat dalam
bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan
alternative.

Sehat dan sakit

Masih menurut leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di
tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda – beda antar –
budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu memahami
makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.

Keperawatan

Dalam deskripsinya tentang keperawatan (yang ia sebutkan sebagai keperawatan


transkultural atau keperawatan etnik) leininger menekankan aspek – aspek sebagai berikut :

1. Keperawatan sebagai seni ketrampilan dan humanistik

2. Keperawatan berpusat pada individu

3. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan


memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil
mempertimbangkan perbedaan budaya.
Menurut leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :

1. Preservasi Asuhan Kultural

Preservasi asuhan cultural berarti bahwa keperawatan melibatkan penghargaan yang


penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.

2. Adaptasi Asuhan Kultural

Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural melibatkan


negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan
ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.

3. Rekonstruksi Asuhan Kultural

Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya


dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan
sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi mereka.

Dalam model sunrice-nya, leininger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat dari leininger
sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan
asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari
keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku yang mendukung. Menurut
leininger, bantuan tersebut baru benar – benar efektif jika latar belakan budaya pasien
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

2.2 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring

Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang buruk, serta
member perhatian dan cinta. Caring act adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah
fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan.

Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan


pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini secara langsung menyentuh
bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada
tahun 1960-an leininger mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena
keperawatan secara spesifik dan sistematik. Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan
klasifikasi pelayanan keperawatan, nilai2, praktik2 secara kognitif atau secara subjektif yang
dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural representatives) melalui bahasa lokal,
pengalaman2, keyakinan2, dan system value tentang fenomena keperawatan yang aktual dan
potensial seperti kesehatan dan faktor2 lingkungan.

Walaupun keperawatan telah menggunakan kata2 ”care” dan ”caring” untuk


menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad, definisi dan
penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk klise tanpa ada pengertian
yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat itu sendiri. ‘walau demikian, konsep caring
adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada bidang ilmu
pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui definisi bahwa teori keperawatan
transkultural dan ethnomethodes yang berfokus pada “emic” (insiders’ views) seseorang
dapat semakin dekat pada pengertian ”care” itu sendiri, karena ethnomethodes bersumber
pada people-centered data dan tidak berasal dari opini peneliti tersebut (outsiders’ views),
kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat
mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan secara sistematis data
dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan yang ada terkait dengan pelayanan
professional, pelayanan secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori
keperwatan transkultural adalah untuk menentukan people’s emic terhadap ”care” sesuai
dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber pengetahuan ini
menggunakan persfektif etika keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa
”care” adalah cocok dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.
Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan
keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.” Alasan utama untuk
mempelajari caring adalah :

1. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia, perkembangan


manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan2 pemberi pelayanan dan
penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
secara kultural
3. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok sepanjang
waktu.
4. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara sistematis
dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek2 epistemology dan ontology yg
berlandaskan pada pengetahuan keperawatan
leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan elusive yang sering
muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan landasan bagi perawat dalam
menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah
penyakit, proses penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi,
perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai
kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu, keluarga dan
kelompoknya. Jadi “care” menurut sudut pandang leininger merupakan salah satu konsep
yang paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana bentuk dan
konsep care itu sendiri, sehingga harus benar2 di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan
agar ”care” menjadi petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek2
keperawatan.

Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan teori tetapi
hanya beberapa hal yang didefinisikan :

a. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, dukungan atau


perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain / kelompok dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia
b. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung
individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.

c. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi


nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa

d. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,


kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung aau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meingkatkan
kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.

e. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu cara yang
hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam periode waktu
tertentu

f. Perbedaan culture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian, pola nilai
atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian

g. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap kesehatan manusia.

h. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,


kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.

i. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk


memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture lain karena mereka percaya
bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang
berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture’s care, nilai2, keyakinan, dan pola
hidup memberikan landasan yang reliable dan akurat untuk perencanaan dan implementasi
yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat
tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang
biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor2 ini saling berhubungan satu sama
lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

2.3 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism

Holistic artinya menyeluruh. Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan secara


menyeluruh/ holistic care, hal ini dikarenakan objek keperawatan adalah manusia yang
merupakan indivcidu yang utuh sehingga dengan asuhan keperawatan terhadap individu
harus dilakukan secara menyeluruh dan holistic.

Pada asuhan holistic maupun menyeluruh individu diperlakukan secara utuh sebagai
individu/ manusia, perbedaan asuhan keperawatan menyeluruh berfokus memadukan
berbagai praktek dan ilmu pengetahuan kedalam satu kesatuan asuhan. Sedangkan asuhan
holistic berfokus pada memadukan sentiment kepedulian ( sentiment of care) dan praktek
perawatan ke dalam hubungan personal-profesional antara perawat dan pasien yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan pasien sebagai individu yang utuh.

Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas memaparkan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan
individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan
menitikberatkan konsep terapi pada kondisi kultural klien.

2.4 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism

Filosofi (Watson 1979, 1989, 1988) mendefinisikan hasil dari aktifitas keperawatan
yang berhubungan dengan aspek humanistic dari kehidupaan. Tindakan keperawatan
mengacu kepada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan prilaku manusia. Intervensi
keperawatan diberikan dengan proses perawatan manusia. Perawatan manusia membutuhkan
perawat yang memahami prilaku dan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang
aktual maupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana cara berespon kepada
orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus
pemahaman kepada dirinya sendiri.selain itu perawat memberikan kenyamanan dan perhatian
serta empati kepada klien dan keluarganya, asuhan keperawatan tergambar pada seluruh
faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan pada
klien (Watson, 1987).

“(keperawatan adalah) : seni humanistic yang dapat dipelajari dan ilmu yang
berfokus pada personalisasi perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan
proses yang diarahkan pada peningkatan, dan pemeliharaan perilaku sehat atau
pemulihan dari penyakit yang memiliki signifikansi fisik, psiko cultural dan sosial
atau makna dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau
dari orang yang memiliki kompetensi peran serupa” (leininger,1984, hal 4-5)

Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini bahwa memberikan
pelayanan kesehatan pada klien dengan memandang klien sebagai invidu sebagai
personal lengkap dengan fungsinya.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga penyusunan makal tentang Teori dan Model Madeleine Leininger dapat
terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar
keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat arahan dari berbagai pihak,
untuk itu perkenankan kami kelompok 4 mengucapkan terima kasih:

1. Ibu Mariah Komariah,SKp, M.Kes selaku coordinator teori dan model keperawatan.

2. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku sumber di perpustakaan.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di makalah
selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya
bagi kelompok 4 dan bagi para pembaca lainnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Metode Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep utama Teori Madeleine Leininger

2.2 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring

2.3 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Holism

2.4 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Humanism

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan


kiat keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial – spiritual. Dalam teori Madeleine
Leininger bahwa keperawatan transkultural merupakan wilayah utama dari keperawatan yang
berfokus pada studi komparatif dan analisa perbedaan kultur dan subkultur didunia dengan
menghargai perilaku ”caring” yang ada.

Melihat penjelasan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas tentang teori dan
model keperawatan Madeleine Leininger.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui tentang teori dan model keperawatan Madeleine

Leininger.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mengetahui konsep utama teori Madeleine Leininger

Mahasiswa mengetahui hubungan dengan konsep utama keperawatan

Mahasiswa mengetahui hubungan dengan proses keperawatan

Mahasiswa mengetahui hubungannya dengan ciri-ciri teori

Mahasiswa mengetahui tentang penerapan teori Madeleine Leininger

1.2.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalalm pembuatan makalah ini adalah metode

kepustakaan.
1.2.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan terdiri dari Bab I Pendahuluan terdiri


dari latar belakang, tujuan, metode penulisan , sistematika penulisan. Bab II
tinjauan teoritis terdiri dari konsep utama Madeleine Leininger , hubungan
dengan konsep utama keperaawatan , hubungan dengan proses keperawatan,
hubungan dengan ciri-ciri teori , penerapan teori Madeleine Leininger .

BAB III
KESIMPULAN

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh
elemen-elemen beerikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor
filosofi , sistem sosial, nilai-nilai cultural , politik dan factor-faktor legal, factor –faktor
ekonomi, dan factor-faktor pendidikan . Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks
lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur
sosial.Pada setiap kelompok masyarakat ; pelayanan kesehatan , pola-pola yang ada dalam
masyarakat daan praktek-praktek yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur
sosial (Leineinger dan MC Farland 2002).

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara


berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger
sebagai bentuk tindakan dari asuhan ) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan
sebagai prilaku yang mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-
benar efektif jika latarbelakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan
dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

Sumber : http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=26447538&ref_url=

Anda mungkin juga menyukai