Kedua)
Sumber: Berita Iptek Topik: Pangan Tags: Antimikroba, dinding sel, Enzim,
lipofilat, mikrosidal, mikrostatik
Pada bagian kedua tulisan ini penulis mencoba menguraikan mekanisme kerja
penghambatan senyawa antimikroba dan faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas antimikroba dalam pengolahan pangan.
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam
mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan
enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat
atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan
mikroba terhenti (inaktif).
Corner (1995) melaporkan bahwa pada konsentrasi 0,005 M alisin (senyawa aktif
dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim sulfhidril. Minyak
oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh, thyme, dan oregano dapat
menghambat produksi ethanol, proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan
kapang.
1. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap aktivitas pertumbuhan mikroba telah diketahui
sejak lama, terutama pemakaian pada suhu tinggi (pemanasan) dan suhu
rendah (pendinginan dan pembekuan).
Minyak cengkeh dan minyak sage dengan konsentrasi satu persen mampu
menurunkan jumlah sel L. monocytogenes sebanyak 2 log pada suhu 4oC
selama 14 hari penyimpanan, bila dibanding pada suhu 24 oC selama 24 jam
(Ting & Deibel, 1992). Minyak atsiri dari kayu manis, pala, thyme, dan cengkeh
mempunyai efek bakteristatik dan bakterisidal terhadap E. coli, S. aureus, L.
monocytogenes, Salmonella enteridis, dan C. jejuni lebih baik pada suhu 4oC
dibanding suhu 35oC (Palmer et al. 1998).
Aktivitas antimikroba dengan menurunkan suhu mencapai 4oC akan lebih efektif
menghambat pertumbuhan beberapa strain bakteri. Mekanisme penghambatan
disebabkan oleh terhambatnya aktivitas enzim pada suhu rendah dan penetrasi
minyak atsiri lebih efektif pada suhu rendah terhadap membran sel sehingga
akan mempengaruhi keseimbangan komposisi sel.
2. Keasaman (pH)
Jika pH diturunkan (asam) maka proton yang terdapat dalam jumlah tinggi dalam
medium akan masuk ke dalam sitoplasma sel. Sehingga proton ini harus
dikeluarkan untuk mencegah terjadinya pengasaman dan denaturasi komponen-
komponen sel. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perbedaan gradien
konsentrasi sehingga memerlukanenergi. Semakin rendah pH semakin
dibutuhkan energi dalam jumlah tinggi untuk menghilangkan proton tersebut dan
lama-kelamaan sel akan mengalami kematian.
3. Interaksi (sinergi)
Sumber bacaan:
3. Ting, EWT & Deibel, KE. 1992. Sensitivity of Listeria monocytogenes to spices
at two temperature. J. Food Safety 12: 19-137.
Sambungan
Melihat kondisi ini Sedarnawati Yasni dan Hanny Dulimarta, peneliti dari Institut Pertanian Bogor
(IPB) membuat terobosan minuman kesehatan yang dikenal dengan Cinna-ale (jahe), demikian
dijelaskan oleh Kepala Humas IPB, drh Agus Lelana di Bogor, Selasa.
"Minuman kesehatan ini terdiri dari rempah-rempah asli Indonesia," katanya dan menambahkan
bahwa ramuan Kayu Manis dan jahe (Cinna-Ale) hasil penelitian itu berpotensi sebagai
Antioksidan dan Antimikroba
Bahan yang diambil dari bumi Indonesia ini memiliki karakteristik warna merah, aroma dan rasa
yang khas. Nama Cinna-ale berasal dari nama latin kayu manis (Cinnamomum burmannii) dan
jahe (Zingiber officinale).
Selain mengembangkan produk Cinna Aale, kedua Dosen Departemen Teknologi Pangan dan
Teknologi Industri IPB ini, juga meneliti aspek komponen aktif, aktivitas antioksidan dan
antimikrobanya.
Cinna-Ale terdiri dari campuran 17 macam rempah-rempah, yaitu jahe, kayu secang, cabai jawa,
kayu manis, sereh, lada putih, lada hitam, daun pandan, cengkeh, kembang pala, adas manis,
kapulaga besar, kapulaga kecil, jintan hitam, pekak dan kayu mesoyi.
Secara umum proses pembuatan Cinna-ale meliputi penyiapan bahan baku, ekstraksi,
penyaringan, dekantasi (pengendapan), pembotolan, dan sterilisasi.
Komponen aktif yang dikandung oleh minyak atsiri formula Cinna-ale diantaranya ialah trans-
kariofilena, eugenol, miristin, N-terpinena, 1,8-sineol, terpineol, Z-sitral, geranial, 3-karena, 1-
limonena, dan N-pinena.
Kesebelas komponen yang terdeteksi tersebut sangat berperan bagi kesehatan tubuh manusia,
yaitu dapat mencegah masuk angin, batuk, influensa, rematik, muntah-muntah, memperlancar
pencernaan, mengurangi keletihan tubuh dan sebagai antidiare.
Aktivitas antioksidan minyak atsiri formula Cinna Ale yang terukur IC50 = 56.70. Aktivitas
antioksidan Cina ale ini lebih besar dibandingkan dengan aktivitas antioksidan sintetik butylated
hydroxytoluene (BHT), yaitu IC50 = 60.81.
Antioksidan dapat berfungsi untuk menangkal radikal bebas, membentuk kompleks dengan
logam pro-oksidan, bahan pereduksi dan memutuskan formulasi oksigen singlet sehingga
melindungi tubuh dari penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung koroner, dan
diabetes.
Hal ini dibuktikan dari hasil uji in vivo dengan menggunakan tikus Sprague Dawley jantan.
Minuman kesehatan Cinna-ale 10% (w/v) dengan pH 5.74 dan total padatan terlarut 3.830Brix
cukup efektif, menurunkan kadar kolesteraol serum darah pada dosis 1 ml/hari.
Aktivitas antimikroba minyak atsiri ini terhadap mikroba perusak dan patogen menunjukkan
bahwa Cinna-ale memiliki kemampuan mengawetkan, sehingga tidak perlu lagi menambahkan
bahan pengawet dan mencegah terjadinya keracunan makanan.
Hal ini terlihat dari aktivitas antimikrobnya yang sangat peka menghambat pertumbuhan
Salmonella thypii (bakteri Gram negatif penyebab tipus), Bacillus cereus, dan Staphilococcus
aureus (bakteri Gram positif penyebab gangguan pencernaan).
Keunggulan Teknologi Cinna-ale dapat dikonsumsi dalam keadaan panas, hangat, ataupun
dingin dengan efek hangat di badan yang tetap dapat dirasakan. Cinna-ale tersebut dibuat dari
bahan-bahan alami yang terrdiri atas rempah-rempah asli Indonesia, memiliki rasa yang disukai
dan daya awet yang cukup baik.
Cinna Ale juga memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh terutama mencegah masuk angin, batuk,
influensa, rematik, muntah-muntah, melancarkan pencernaan, mengurangi keletihan tubuh, dan
sebagai antidiare.
Selain itu, minuman ini bisa mencegah terjadinya oksidasi di dalam tubuh manusia, sehingga
dapat melindungi tubuh dari penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung koroner, dan
diabetes.
Produk Cinna-ale merupakan upaya dalam diversifikasi produk rempah-rempah, harganya dapat
bersaing dengan minuman lain yang sudah ada di pasaran. Produk ini juga akan mendukung
peningkatan citra produk pangan tradisional Indonesia.
Saat ini baru dikembangkan Cinna-ale instan dengan teknik spray dying dengan kadar formula 10
persen (w/v) dan bahan pengisi maltodekstrin 5 persen (b/v), serta total padatan terlarut berkisar
antara 3.03 -3.750Brix.
"Temuan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan-bahan alami dari tumbuhan di
Indonesia harus terus dikembangkan karena ternyata punya manfaat secara luas bagi
masyarakat," demikian Agus Lelana.
Sambungan II
Sejak lama manusia telah dihadapkan oleh kerusakan atau penurunan mutu
bahan pangan, terutama bahan pangan yang mengandung kandungan air dan
gizi yang tinggi. Penambahan bahan pengawet pada makanan merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan
pada bahan pangan. Bahan pengawet untuk mencegah kerusakan biologi yang
disebabkan oleh mikroorganisme disebut dengan antimikroba.
Komponen aktif yang terdapat pada minyak thyme diantaranya thymol, carvacrol,
(ro)-cymene, dan (gamma)-terpiene diketahui mempunyai efek sebangai
senyawa antimikroba terhadapa pertumbuhan bakteri. Bakteri-bakteri yang
dapat dihambat pertumbuhannya antara lain Salmonella sp., S. aureus, E. coli,
Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, dan B. Cereus. Dari laporan
tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa bakteri gram positif lebih sensitif
dibanding dengan bakteri gram negatif.
Bakteri dalam bentuk sel vegetatif lebih sensitif dibanding dalam bentuk
sporanya, hal ini dibuktikan oleh Ultee et al. (1998) yang meneliti efek
penghambatan komponen carvacrol yang terdapat pada minyak thyme dan
oregano terhadap pertumbuhan bakteri B. cereus.
Pada konsentrasi 1,75 mmol/L bentuk sel vegetatif lebih sensitif dibanding
bentuk sporanya. Hal ini disebabkan struktur spora yang lebih komplek
dibanding bentuk sel vegetatif, seperti adanya komponen asam dipikolinat yang
dapat melindungi spora terhadap gangguan faktor lingkungan (suhu dan pH
ekstrim). Lebih lanjut Ultee et al. (1998) menyebutkan bahwa pada konsentrasi
1.75 mmol/L dapat mneghambat kecepatan pertum buhan B. cereus sehingga
fase lag diperpanjang. Semakin lama fase lag maka aktivitas B. cereus sebagai
penyebab kerusakan bahan pangan dapat dicegah.
Komponen-komponen antimikroba yang terdapat pada minyak cengkeh, minyak
kayu manis, minyak oregano, minyak thyme, minyak bawang putih, dan bawang
merah dapat menghambat spesies kapang diantaranya adalah Aspergillus
flavus, A. parasiticus, A. versicolor, A. ochraceus, Candida sp., Crytococcus sp.,
Rhodotorulla sp., Torulopsis sp., dan Tricosporon sp.
Sumber bacaan;
Ultee A, Gorris LGM, Smid EJ. 1998. Bacterial activity of carvacrol toward the
food-borne pathogen Bacillus cereus. J. Appl. Microbiol: 213-218
Sambungan III
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan
bahan aditif berupa zat antimikroba dalam bentuk rempahrempah. Rempah-
rempah merupakan bahan tambahan yang tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia dan banyak digunakan sebagai bumbu dalam makanan tradisional.
Rempah-rempah adalah tanaman atau bagian tanaman yang dapat
dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.
1. 1. LENGKUAS
LENGKUAS (Lenguas galanga atau Alpinia galanga) sering digunakan oleh para
ibu di dapur sebagai penyedap masakan. Selain itu lengkuas ternyata juga
punya peran dalam memperpanjang umur simpan atau mengawetkan makanan
karena aktivitas mikroba pembusuk. Pendeknya, lengkuas dapat berperan
sebagai pengganti fungsi seperti formalin.
Antimikroba
Minyak atsiri memiliki aktivitas sebagai antijamur dan antibakteri (Elistina, 2005).
Minyak atsiri pada umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu golongan
hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi (Robinson, 1991 dalam Soetarno,
1990). Menurut Heyne (1987), senyawa-senyawa turunan hidrokarbon
teroksigenasi (fenol) memiliki daya anti bakteri yang kuat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi, IPB yang dimotori oleh Winiati Pudji Rahayu misalnya telah
membuktikan bahwa lengkuas merah yang muda memiliki aktivitas antimikroba
yang tinggi, yaitu dengan daya hambat rata-rata 38,3 persen. Lengkuas ini
mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan perusak pada pangan
khususnya terhadap Bacillus cereus. Penelitian yang dilakukan terhadap ikan
kembung terbukti dapat memperpanjang masa simpan ikan kembung pada suhu
40 oC dari 5 hari menjadi 7 hari dengan menggunakan bubuk lengkuas 2,5
persen yang dikombinasikan dengan garam 5 persen.
Penelitian ini telah berhasil menemukan sebuah pengawet alami untuk membuat
makanan tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan lengkuas diharapkan
mampu memperpanjang masa simpan bahan pangan dan minuman tanpa
mengurangi kualitas dan lebih penting tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Pengawet alami ini jelas lebih murah dan mudah didapat di sekitar kita
( Anonymous a, 2010).
Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran akan
mengalami lisis. Seperti senyawa antimikroba lainnya, mekanisme kerja fenol
adalah menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri dengan cara
merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel. Sehingga
senyawa tersebut dapat bersifak bakterisidal atau bakteriostatis, bergantung
dosis yang digunakan (Parwata dan F.Feny,2008).
Menurut Corn dan Stumpf (1976) dalam Pudjiarti (2000) menyatakan bahwa
fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam lemah sehingga disebut juga
asam karbolat. Sebagai asam lemah senyawa-senyawa fenolik juga dapat
terionisasi melepaskan ion Hˉ dan meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan
negatif. Kondisi yang bermuatan negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri
garam positifyang secara alami juga bermuatan negatif. Kondisi yang asam pada
senyawa tersebut menyebabkan fenol dapat bekerja menghambat pertumbuhan
bakteri.
1. 2. Bawang Putih
ekstrak air bawang putih dan ekstrak murni bawang putih yang dilarutkan dalam
air dengan konsentrasi 75% menunjukkan pembentukan diameter hambat
terbesar terhadap Streptococcus yaitu masing-masing sebesar 28,25 mm dan
28,5 mm serta terhadap Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan
27.75 mm. Pada bakteri uji lain, ekstrak bawang putih dengan pelarut air dan
ekstrak air bawang putih hanya memberikan pada semua tingkat konsentrasi
hanya memberikan ukuran antara 6,5 mm hingga 9.75 mm.
Ektrak murni bawang putih dengan pelarut etanol dan ekstrak etanol bawang
putih pada konsentrasi 75 % ternyata menunjukkan diameter hambat yang
terbesar pada Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan 23 mm.
Pada Streptococcus, kedua jenis ekstrak ini juga masih memberikan diameter
hambat yang cukup besar yaitu sebesar masing-masing 19.5 mm. Ekstrak
bawang putih dengan pelarut etanol pada konsentrasi 75 % ternyata
berpengaruh juga terhadap Pleisomonas, yaitu memberikan diameter hambat
sebesar 22,25 mm.
1. 3. cengkeh
Dalam industri makanan cengkeh digunakan dalam bentuk bubuk atau produk
hasil ekstraksi dari bunga cengkeh seperti minyak cengkeh atau oleoresin.
Cengkeh digunakan untuk keperluan sehari – hari di rumah tangga sebagai
penambah rasa dan aroma khususnya untuk memasak, dan juga dalam industri
makanan dan minuman. Penggunaannya biasanya dalam bentuk bubuk, tetapi
ada juga penggunaan dalam bentuk utuh seperti untuk pembuatan pikel atau
asinan sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Elistina, M. D., 2005, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dari Daun
Heyne K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta
Parwata, Oka Adi dan F. Fanny Sastra Dewi. Jurnal : Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Udayana
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih