Anda di halaman 1dari 2

Implementasi Tauhid: Ke Arah Kesatuan Gerakan Islam

Tauhid bukanlah sekadar teori, namun juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Sesuai dengan konsep awal tauhid yaitu menempatkan Allah sebagai satu – satunya Tuhan, manusia
harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga
jika seseorang belum mengimani hal ini, maka ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang
lurus.

Konsep tauhid dalam pandangan yang lebih luas, tidak cukup hanya dengan membenarkan bahwa
Allah adalah Tuhan Yang Mahaesa. Pada hakekatnya, tauhid memerlukan manifestasi dalam realita
kehidupan. Jika tauhid diartikan sebagai pengesaan Tuhan, maka salah satu aplikasi sosialnya adalah
tidak adanya peramal dan dukun, artinya kita hanya percaya bahwa hanya Allah yang dapat memberi
pertolongan. Aplikasi inilah yang saat ini kita lihat telah terkikis oleh modernitas dengan adanya
dukun dan peramal yang tampil di televisi.

Selain itu, makna dan hakekat “fokus pada satu” dalam ajaran tauhid dapat pula diimplementasikan
dalam kehidupan sehari – hari dengan secara serius melaksanakan amanah, tidak boleh menduakan
kewajiban terkait kepentingan umat dengan mendahulukan kepentingan pribadi. Contoh aktual
dalam masyarakat adalah adanya pekerjaan ganda yang sesungguhnya tidak dapat dilaksanakan
dengan baik dalam waktu yang bersamaan. Seorang guru yang notabene PNS, saat ini ada saja yang
mencari pekerjaan lain seperti pengusaha, wiraswasta, pimpinan proyek, dan sebagainya sehingga
seringkali mengurangi waktu untuk melaksanakan tugas utama yaitu mendidik murid – murid
mereka. Dapat dikatakan orang yang seperti itu telah menyekutukan kewajiban utama mereka
dengan kepentingan yang bersifat pribadi dan materi.

Tauhid juga dapat dimaknai sebagai kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan. Artinya, kita tidak
cukup bertauhid tanpa melakukan ibadah – ibadah yang diperintahkan dalam lingkup spiritual
maupun sosial. Sholat, puasa, dan zakat, masih belum bisa dikatakan sempurna jika tidak dibarengi
dengan kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan manusia lainnya. Oleh karena itu, sesuai dengan
hakekat manusia sebagai Zoon Politicon yang menurut Plato adalah mahluk sosial, maka haruslah
memiliki kesadaran akan fenomena ketimpangan sosial dalam masyarakat. Hal ini mengandung arti
bahwa tauhid tak cukup hanya menjadi pajangan hati, tanpa implikasi sosial yang berarti.

Seharusnya, dengan implementasi tauhid dalam kehidupan sehari – hari maka seorang muslim tidak
cukup hanya menjalankan tauhid dengan meyakini bahwa Allah Yang Mahaesa, melainkan juga
harus mempraktikkan nilai – nilai tauhid ke dalam realitas sosial secara benar, menjalankan
perintah-Nya dan peka terhadap urusan kemanusiaan, sehingga tercipta keseimbangan antara
ibadah dan perilaku sosial. Hal inilah yang disebut sebagai amal shalih.

Disamping segala hal yang berkaitan dengan kepribadian dan karakter manusia yang telah
disebutkan diatas, tauhid juga mendasari kesatuan gerakan umat Islam. Dengan penanaman tauhid
yang benar dalam niat yang lurus dan tujuan yang satu maka tauhid akan terwujud sebagai kesatuan
umat Islam. Tak ada arogansi gerakan yang mengatasnamakan golongan taupun lembaga. Dengan
penguatan dan kesatuan niat serta tujuan, maka tidak akan kita dapati fenomena revolusi pemikiran
akibat pengaruh dari agresi yahudi, zionisme, maupun freemansory. Dapat kita simpulkan, ketika
tauhid telah diimplementasikan dalam setiap karakter dan kepribadian umat muslim, maka kesatuan
niat dan tujuan akan terpatri dalam jiwa umat dan membentuk satu gerakan perjuangan Islam
sebagai agama yang hanif tanpa saling menyalahkan maupun menjatuhkan. Atas dasar capaian
tersebut, maka seharusnya kita melaksanakan segala kebaikan dengan niat semata – mata untuk
Allah dalam konteks berlomba – lomba dalam kebaikan sesuai dengan firman Allah:

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba
-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al –
Baqarah: 148)

Anda mungkin juga menyukai