Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMANTAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN

PASCA TAMBANG DI PT.TIMAH (PERSERO) Tbk.

Oleh :

Kaka Enindhita Prakasa

E14204027

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008
i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya Akhirnya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
dan menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapangan ini dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah


membantu terselenggaranya Praktek Kerja Lapangan hingga selesainya Laporan
Praktek Kerja Lapangan ini

Akhir kata penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat disampaikan
kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, Juli 2008

Penulis

Laporan PKL Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
1.3 Manfaat ............................................................................................................2
II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK............................................................3
2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan..................................................................3
2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan..................................................................4
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan.......................................................................4
2.4 Ketenagakerjaan...............................................................................................6
2.4.1 Sistem perekrutan tenaga kerja..................................................................6
2.4.2 Ikatan Karyawan Timah............................................................................6
2.5 Sarana dan Prasarana........................................................................................6
2.5.1 Kapal Keruk..............................................................................................6
2.5.2 Kapal Hisap...............................................................................................7
2.5.3 Tambang Darat..........................................................................................7
2.5.4 Unit Metalurgi Timah...............................................................................7
2.5.5 Balai Karya................................................................................................8
2.5.6 Pembibitan.................................................................................................8
2.6 Kondisi Umum Pulau Bangka..........................................................................9
2.6.1 Keadaan Cuaca..........................................................................................9
2.6.2 Keadaan Iklim...........................................................................................9
2.6.3 Tipologi...................................................................................................10
2.6.4 Kondisi Geografis...................................................................................10
2.6.5 Keanekaragaman Vegetasi......................................................................11
2.6.6 Keanekaragaman Satwa..........................................................................11

Laporan PKL Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.
iii

2.6.7 Kondisi Fisik dan Kimia Tanah..............................................................12


2.6.8 Kondisi Sosial Kemasyarakatan.............................................................14
III. KEGIATAN PRAKTEK......................................................................................16
3.1 Tahapan Kegiatan Reklamasi.........................................................................18
3.1.1 Perencanaan.............................................................................................18
3.1.2 Persiapan Reklamasi...............................................................................20
3.1.3 Pelaksanaan Reklamasi...........................................................................29
IV. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................37
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................37
4.2 Saran...............................................................................................................38
V. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
VI. LAMPIRAN.........................................................................................................40

Laporan PKL Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1, Kondisi Penanaman di lapangan dan POT Lubang Tanam ....................31


Gambar 2, Lubang Tanam Yang Memenuhi Syarat..................................................32
Gambar 3, Pupuk Yang digunakan oleh mitra...........................................................35
Gambar 4, Tanaman yang tumbuh kurang baik dilapangan dan Tanaman yang
tumbuh baik di lapangan.........................................................................35

Laporan PKL Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan sebuah kegiatan pembukaan lahan untuk


mengambil mineral yang terkandung dalam suatu lahan. Dalam penambangan timah
secara garis besar terdapat dua tipe penambangan yaitu tambang darat dan tambang
laut. Aktifitas penambangan darat terbagi lagi menjadi dua tipe tambang yaitu :
Tambang semprot dan Tambang terbuka (Open pit). Sedangkan aktivitas
penambangan di laut dilakukan dengan kapal keruk dan kapal hisap.

Kegiatan penambangan di darat dilakukan dengan cara membuka vegetasi


yang ada di permukaan dan dilakukan penggalian sampai pada lapisan mineral yang
dituju kemudian dilakukan penambangan mineral tersebut baik dengan tambang
terbuka (Open pit), maupun tambang semprot. Pembukaan vegetasi dalam kegiatan
penambangan menyebabkan perubahan komposisi ekosistem yang berada pada
areal pertambangan, kegiatan penambangan menyebabkan perubahan struktur dan
sifat fisik dan kimia tanah pada areal tersebut, dan limbah sisa kegiatan
penambangan akan merusak lingkungan sekitar areal penambangan. Oleh karena
hal tersebut maka setelah itu perlu diadakan usaha revegetasi pada lahan pasca
pertambangan.

PT.Timah (Persero) Tbk. merupakan salah satu perusahaan penghasil timah


terbesar di dunia, dalam kegiatan penambangannya telah melakukan reklamasi
lahan pasca pertambangan. Reklamasi yang dilakukan melibatkan banyak pihak,
antara lain PT.Timah (Persero) Tbk (bagian K3LH), Pemerintah Daerah
(Pemerintah Kota, Kabupaten, Provinsi, maupun Pemerintah Pusat), serta
masyarakat luas (penduduk setempat, mitra kegiatan reklamasi, peneliti dan
akademisi).

Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut diharapkan


reklamasi yang dilakukan dapat terlaksana dengan lancar dan sukses, sehingga
lahan yang terbuka dapat kembali tertutup dengan vegetasi.
2

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan di PT. Timah (Persero)


tbk. ini memiliki 2 (tujuan) yang bersifat umum dan khusus. Adapun Tujuan Umum
adalah :

1. Mempelajari perencanaan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang yang


dilaksanakan oleh PT Tambang Timah (Persero) tbk.

2. Mempelajari dan memahami bentuk-bentuk kegiatan reklamasi dan


rehabilitasi yang telah diaksanakan serta mengetahui kendala yang dihadapi
sehubungan dengan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang.

Sedangkan Tujuan Khusus yang ingin dicapai adalah mengkaji pemilihan


jenis tanaman, keadaan persemaian, proses penanaman serta pemeliharaan pada
areal rehabilitasi lahan tambang.

1.3 Manfaat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan menjadi sebuah sarana pembelajaran bagi


mahasiswa untuk mempelajari mekanisme kegiatan reklamasi pasca tambang yang
dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk, dan Laporan Kegiatan Praktek Kerja
Lapang “Pemantauan Kegiatan Reklamasi Lahan Pasca Tambang di PT.Timah
(Persero) tbk” dapat dijadikan masukan kepada perusahaan dalam kegiatan
reklamasi yang sedang berjalan.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

Di masa kolonial pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha


milik pemerintah kolonial yang bernama “Banka Tin Winning Bedrijf” (BTW). Di
Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing
“Gemmeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton” (GMB), dan “NV Singkep
Tin Exploitatie Maatschappij” (NV SITEM). Setelah kemerdekaan R.I., ketiga
perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953–1958 menjadi
tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah)
untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan tersebut . Pada tahun 1968 ketiga
perusahaan negara tersebut digabungkan menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan
Negara (PN) Tambang Timah.

Dengan diberlakukannya undang-undang No.9 Tahun 1969 dan Peraturan


Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan
Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan
(Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan
namanya diubah menjadi PT. Tambang Timah (Persero).

Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council
(ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang
dilakukan dalam kurun waktu 1991-1995, yang meliputi program-program
reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok
dan penunjang produksi, serta pelepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan
dengan usaha pokok perusahaan.

Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing


perusahaan, menjadikan PT. Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan
sebagian. PT. Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar
modal Indonesia dan Internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
4

Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19
Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam
dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia.

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada


tahun 1998 PT.Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha
dengan memisahkan operasi perusahan kedalam 3 (tiga) anak perusahaan yang
secara praktis menempatkan PT.Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan
(holding company) dan memperluas cakupannya ke bidang pertambangan, Industri,
keteknikan,dan perdagangan.

2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT.Timah (Persero) Tbk berkantor pusat di kota Pangkalpinang, tepatnya di


jalan Jenderal Sudirman No. 51 Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, dan wilayah operasinya tersebar di seluruh penjuru Pulau Bangka,
Belitung dan Kepulauan Karimun Kundur, yang terletak di Kepulauan Riau. Selain
itu PT.Timah juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta.

Selain kantor cabang di Jakarta, terdapat anak perusahaan yang berlokasi di


luar daerah Pulau Bangka antara lain adalah Indometal London (ltd) berlokasi di
London Inggris, dan berbagai anak perusahaan yang berlokasi di Sumatera,
Kalimantan dan Pulau Buton

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

PT.Timah (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang direktur utama yang


membawahi berbagai pimpinan anak perusahaan. Dimana keputusan tertinggi
terletak pada RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham). Anak perusahaan PT.Timah
(Persero) Tbk antara lain PT.Tambang Timah, PT. Timah Industri, PT. Indometal
(London) ltd, PT.Timah Investasi Mineral (PT.TIM), PT. Kutaraja Tembaga Raya,

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
5

dan PT.Timah Eksplomin.

PT. Timah Eksplomin merupakan pengembangan usaha PT.TImah (Persero)


Tbk di bidang eksplorasi mineral lain selain timah. Anak perusahaan ini dibentuk
pada tahun 1998 sebagai bentuk keinginan manajemen PT.Timah (Persero) Tbk
untuk memiliki bidang eksplorasi lain di luar timah. Selain itu perusahaan ini juga
menerima permintaan riset geologi/geo-Hidrologi, Studi kelayakan dan analisa
mineral. Bentuk riset yang masih dilaksanakan hingga kini antara lain adalah
mengenai cadangan batubara di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sumatera Selatan.

Timah Investasi Mineral, merupakan anak perusahaan PT.Timah (Persero)


Tbk yang bergerak diluar bisnis inti perusahaan. Perusahaan ini didirikan tahun
1996. Melalui perusahaan ini PT.Timah melakukan ekspansi usaha di bidang
penambangan batubara hal ini di implementasikan dengan mengakuisisi perusahaan
batubara di Banjar, Kalimantan Selatan dengan nama perusahaan PT.Tanjung Alam
Jaya.

PT.Tambang Timah merupakan cabang anak perusahaan yang mengurusi


bisnis utama PT.Timah (Persero) Tbk. Yaitu mengelola Kuasa Penambangan (KP),
Penambangan Timah di darat dan di laut, dan Pengolahan bijih timah dan mineral
ikutannya serta peleburan dan pemurnian logam timah.

Indometal London Limited, merupakan unit usaha PT Timah (Persero) Tbk


yang berperan menjadi agen penjualan timah Indonesia ke pasar Kawasan Eropa
dan Amerika Serikat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1998 dan berkedudukan di
London Inggris. Sedangkan kegiatan pemasaran timah di asia pasifik dilakukan
dibawah kendali perusahaan pusat di Indonesia.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
6

2.4 Ketenagakerjaan

2.4.1 Sistem perekrutan tenaga kerja

Dalam perekrutan tenaga kerja PT.Timah (Persero) Tbk tidak memiliki


periode pasti dalam perekrutan, namun apabila di butuhkan sewaktu-waktu
perekrutan bisa dibuka. PT.Timah (Persero) Tbk menerapkan kebijakan untuk
mengambil putra daerah untuk lulusan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan, dan
untuk D3, S1, dan S2 dibuka pendaftaran skala nasional.

2.4.2 Ikatan Karyawan Timah

Di PT.Timah (Persero) Tbk terdapat pula suatu wadah sebagai bentuk


solidaritas sesama karyawan timah yang bernama Ikatan Karyawan Timah (IKT).
Wadah ini berbentuk sebuah organisasi dan terdapat struktur didalamnya, IKT
merupakan sarana untuk membentuk ikatan kekeluargaan antara sesama karyawan
timah sehingga dapat tercipta suasana yang dinamis dilingkungan kerja PT.Timah
(Persero) Tbk.

2.5 Sarana dan Prasarana

2.5.1 Kapal Keruk

Dalam melakukan operasi penambangan di laut PT.Timah sampai saat ini


masih menggunakan kapal keruk yaitu sebuah kapal yang dilengkapi dengan
mangkuk-mangkuk pengeruk berukuran sedang sampai besar yang digunakan untuk
mendulang tanah dari dasar laut yang akan di ambil timahnya.

Kapal ini berukuran sangat besar, awak kapal didalamnya hanya 9 orang
yaitu sebagai operator mesin keruk, kapten kapal dan keamanan. Dalam
pengoprasiannya kapal ini dipimpin oleh seorang kapten kapal, sedangkan petugas
keamanan bekerjasama dengan aparat kepolisian.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
7

2.5.2 Kapal Hisap

Selain kapal keruk dalam penambangan timah di laut lepas juga dilakukan
dengan kapal hisap, kapal hisap berukuran jauh lebih kecil dari kapal keruk namun
efektifitas pekerjaannya hampir sama dengan sebuah kapal keruk, dimasa
mendatang kapal hisap inilah yang akan digunakan sebagai pengganti kapal keruk.

2.5.3 Tambang Darat

Tambang darat merupakan sistim penambangan yang dilakukan di daratan,


beberapa sistim yang dipakai adalah model Open pit, Tambang semprot. pada awal
pembukaan Kuasa Penambangan PT.Timah (Persero) Tbk menjadi produksi utama
namun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya cadangan timah yang berada di
daratan kini tambang darat lebih banyak dikelola menjadi tambang rakyat, yang
diorganisir PT.Timah(Persero) Tbk menjadi mitra. Namun pembukaan tambang
rakyat ini menjadi masalah tersendiri bagi PT.Timah dan pemerintah, karena
dengan dibukanya tambang rakyat tidak mengurangi jumlah penambang illegal di
wilayah KP PT.Timah dengan banyaknya tambang rakyat yang masih beroperasi
terkadang menyulitkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan.

2.5.4 Unit Metalurgi Timah

Unit Metalurgi Timah merupakan pusat peleburan timah di Pulau


Bangka,Unit Metalurgi ini berlokasi di Muntok, Bangka Barat. Di Unit Metalurgi
ini bekerja 5 hari seminggu dari jam 08.00 sampai jam 17.00, Unit Metalurgi
merupakan tempat untuk memproduksi Timah siap ekspor.

Pada tempat ini terdapat tanur-tanur pengolahan biji timah untuk dijadikan
timah batangan siap ekspor. Selain itu di tempat ini juga terdapat pembibitan yang
dahulu merupakan pembibitan pusat PT.Timah (Persero) Tbk, namun sekarang
pembibitan pusat dipindahkan ke kantor pusat di Pangkalpinang.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
8

2.5.5 Balai Karya

Balai karya terletak di Sungailiat Bangka tengah yaitu merupakan bengkel


yang pada awalnya diperuntukkan perbaikan peralatan-peralatan serta komponen-
komponen alat berat penambangan. Di balai karya terdapat 5 bengkel yaitu bengkel
listrik, bengkel las, bengkel mesin, bengkel desain alat, bengkel cor besi. Dalam
perkembangannya Balai karya menjadi salah satu bidang usaha yang dikelola oleh
PT.Timah (Persero) Tbk untuk perbaikan barang barang industri baik dari dalam
maupun luar lingkungan PT.Timah (Persero) Tbk.

2.5.6 Pembibitan

Terdapat dua tempat pembibitan di PT.Timah (Persero) Tbk yaitu di kantor


pusat PT.Timah (Persero) Tbk yang berlokasi di Pangkalpinang, Bangka Induk, dan
satu tempat di Unit Metalurgi di Muntok Bangka Barat, serta terdapat satu tempat
lagi di bekas tambang 1-9 Sungailiat, Bangka tengah yang masih dalam proses
pembangunan.

Pembibitan di Pangkalpinang difokuskan untuk perkerjaan perbanyakan


bibit untuk penyulaman dan penampungan bibit yang datang dari mitra sedangkan
pembibitan pada Unit Metalurgi di Muntok selain digunakan untuk pembibitan
tanaman untuk penyulaman juga merupakan tempat produksi kompos yang
digunakan dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang.

Pada kegiatan reklamasi periode 2008 diadakan perubahan tata guna


pembibitan sebagai berikut, pembibitan pusat di kota Pangkalpinang akan
dimanfaatkan sebagai tempat perbanyakan sejuta tanaman dan tempat
penampungan dialihkan ke bekas tambang 1-9 di Sungailiat, sedangkan pembibitan
di Unit Metalurgi Muntok akan difokuskan untuk pembuatan kompos.

Pengelolaan dilakukan oleh 4 orang pekerja termasuk juru pembibitan yang


berperan sebagai manager pembibitan. Jam kerja di pembibitan tersebut dari pukul
08.00 sampai pukul 17.00 dan istirahat dari pukul 12.00 sampai pukul 13.30.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
9

Pembibitan di Pangkalpinang merupakan pembibitan terbesar di PT.Timah


(Persero) Tbk. Segala aktivitas perbanyakan bibit dan terkoordinasi disana. Pada
pembibitan Pangkalpinang terdapat persemaian terbuka, persemaian dengan
naungan paranet, serta persemaian indoor. Di persemaian tersebut terdapat 200
bedeng yang setiap bedeng memiliki daya tampung 1500 bibit.

2.6 Kondisi Umum Pulau Bangka

2.6.1 Keadaan Cuaca

Menurut data Badan Meteorologi setempat, pada tahun 2005 kelembapan


udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkisar antara 78% sampai dengan
87% dengan rata-rata perbulan mencapai 82% dengan curah hujan antara 72,2 mm
sampai dengan 410,2 mm, tekanan udara selama tahun 2005 sekitar 1.010,1 MBS.
Rata-rata udara selama tahun 2005 di Provinsi ini mencapai 27,00C dengan rata-rata
suhu suhu udara maksimum 31,50C dengan rata-rata suhu udara minimum 24,00C.
Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Mei dan September dengan suhu
udara 27,60C, sedangkan untuk suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli dengan
suhu udara sebesar 25,70C.

2.6.2 Keadaan Iklim

Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin


musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan
kering selam lima bulan terus menerus. Tahun 2005 bulan kering terjadi pada bulan
Mei sampai September dengan hari hujan 11-15 hari per bulan. Untuk bulan basah
hari hujan 15-27 hari per bulan, terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan
Juli dan bulan Maret dan bulan Desember.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
10

2.6.3 Tipologi

Pulau Bangka memiliki luas daratan 11.614.125 km2 yang dipisahkan dengan
Pulau belitung melalui selat Gaspar. Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebagian besar merupakan daratan rendah, lembab dan sebagian kecil
pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter
di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung
Maras mencapai 699 meter, Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500
meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti bukit
Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan bukit Mangkol
dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut.

2.6.4 Kondisi Geografis

Bangka Belitung adalah gugusan Pulau di Selatan Kepulauan Riau, di


sebelah timur daratan Propinsi Sumatera Selatan sampai Selat Karimata pada

koordinaat 108o 58' BT dan di utara gugusan Kepulauan Seribu. Dalam gugusan itu

Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Dalam peta bumi letaknya pada 104o 50' – 109o

30' BT dan antara 0o 50' LS – 04o 10' LS dengan batas – batas wilayah sebagai
berikut :

● Di sebelah Barat dengan Selat Malaka

● Di sebelah Timur dengan Selat Karimata

● Di sebelah Utara dengan Laut Natuna

● Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah

daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725, 14 km2. Luas

daratan lebih kurang 16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah, luas laut

kurang lebih 65.301 km2 atau 79,9 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Wilayah daratan terbagi menjadi menjadi 6 Kabupaten dan 1

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
11

Kota, yaitu Kabupaten Bangka dengan luas wilayah 2.950,68 km2, Kabupaten

Bangka Barat dengan luas wilayah 2.820,61 km2, Kabupaten Bangka Tengah

dengan luas wilayah 2.155,77 km2, Kabupten Bangka Selatan dengan luas wilayah

3.607,08 km2, Kota Pangkalpinang dengan luas wilayah 89,40 km2, Kabupaten

Belitung dengan luas wilayah 2.293,69 km2, Kabupaten Belitung Timur dengan

luas wilayah 2.506,91 km2 dan Kepulauan Bangka Belitung merupakan gugusan
dua Pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi
Pulau-Pulau kecil. Pulau-Pulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain
Nangka, Penyu, Burung, Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, Tujuh.

2.6.5 Keanekaragaman Vegetasi

Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu


berkualitas yang diperdagangkan ke luar daerah seperti : Kayu Meranti, Tamin,
Mambalong, Mendaru, Bulin dan Kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah :
Kapuk, Jelutung, Pulai, Meranti, Rawa, Mentagor, Mahang, Bakau dan lainnya.
Hasil hutan lainnya merupakan hasil hutan terutama madu dan rotan. Penurunan
keanekaragaman hayati di Pulau Bangka terjadi karena perambahan hutan untuk
perladangan serta koversi lahan menjadi perkebunan.

2.6.6 Keanekaragaman Satwa

Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan


fauna di Kepulauan Riau dan Semenanjung Malaysia daripada dengan daerah
Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung
antara lain : Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi, Tringgiling, Kancil, Musang,
Elang, Ayam Hutan, Pelanduk, berjenis-jenis ular dan biawak.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
12

2.6.7 Kondisi Fisik dan Kimia Tanah

Di P.Bangka terdapat sub unti tanah (sistim PPT, 1983) dari 6 unit yang
tersebar dalam 24 satuan lahan dan 5 sistim lahan, 14 unit tanah tersebut adalah :

1 Organosol Hemik 2 Kambisol Litik

3 Organosol Fibrik 4 Kambisol Distrik

5 Gleisol Hemik 6 Podsolik Gleik

7 Sulfat masam 8 Podsolik Ortoksik

9 Regosol distrik 10 Podsolik Humik

11 Gleisol Eutrik 12 Podsolik Humik

13 Gleisol Hidrik 14 Oksisol Humik


dan tanah-tanah dalam jumlah yang lebih sedikit seperti Podsolik Kromik, Podsolik
Haplik, Podsolik Pllintik, dan Kambisol Oksik.

2.6.7.1 Kesuburan tanah di P.Bangka

Pada umumnya, tanah di P.Bangka bersifat masam < pH 4,5 dengan KTK
dan kandungan basa-basa (Ca, Mg, K, dan Na) sangat rendah, sedangkan kejenuhan
Al sangat tinggi (>60%).

Mineral cadangan sudah sangat jarang, dapat disimpulkan secara alamiah


potensi kesuburan tanah dari tanah-tanah di P.Bangka tergolong sangat rendah.

2.6.7.2 Klasifikasi tanah

Pada umumnya tambang darat berlokasi di sistem lahan Aluvial, dan sistem
lahan dataran dan sedikit pada sistem perbukitan. Hasil pengamatan profil tanah
dari tempat-tempat yang belum terganggu di sekitar daerah tambang dan calon
lokasi tambang.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
13

Tanah – tanah tersebut pada umumnya adalah kambisol distrik ( Typic


Dystropepts dan Oxic Dystropepts) dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah.
Tekstur yang umumnya belempung dan reaksi tanah masam, tanah ini umumnya
masih memiliki topsoil 15-30cm di daerah rawa umumnya dijumpai tanah Gleisol
Hidrik (Typic Flufaquents) dan Organosol Hemik (Tropo Hemist).

2.6.7.3 Keadaan Tanah Bekas Tambang.

Sesuai dengan tahap-tahap kegiatan penambangan di darat, yaitu : Stripping,


Pembuangan tanah-tanah stripping ( ditumpuk atau juga dibuang kedalam bekas
galian lama / Backfilling). Penggalian, Dumping (Untuk Open Pit) dan pencucian,
maka pemandangan umum yang dijumpai di daerah bekas tambang berupa :

1 Kolong, bisa dalam ataupun dangkal, bisa berair atau kering dengan
kadar kaolin ataupun granit yang melapuk yang bersifat kedap air, bisa
berisi penuh bahan-bahan tailing atau overburden.

2 Tumpukan-tumpukan hasil bahan galian (Overburden, Dumping hole,


clay Ball, Oversize Grizlly).

3 Hamparan tailing, bisa berair/rawa ataupun yang sudah kering.


Overburden merupakan material yang dipindahkan pada saat kegiatan
stripping, terdiri dari campuran tanah, bahan induk tanah, Pasir, Kerikil,
boulders dan lain-lain. Tailing merupakan tumpukan pasir dan kerikil
yang dibuang setelah melalui pencucian.

Keadaan ini hampir sama di semua jenis tambang kecuali untuk lokasi
tambang di Laut. dengan demikian tanah yang berada di lahan bekas tambang
tersebut tidak dapat lagi disebut tanah karena tidak sesuai dengan definisi
ilmiahnya.

Proses penambangan, menjadikan tanah bekas tambang mempunyai


penampilan dan sifat-sifat fisik serta kesuburan yang sama yaitu sangat jelek.
Hamparan tailing yang tersusun dari endapan bahan kuarsa berukuran pasir sampai

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
14

kerikil yang berlapis, makin jauh jarak dari Jig bahan yang lebih halus bercampur
dengan sedikit liat. Bahan ini memiliki potensi kesuburan yang ekstrim rendah
dengan sifat-sifat mengikat air dan kation yang juga sangat kecil, kadar bahan
organik, P-tersedia, KTK, kadar basa (Ca, Mg, K, Na) ekstrim rendah dengan pH
antara 5.0 - 6.0 dan umumnya bertekstur pasir dan pasir berlempung, memberi
kesan gundul dengan suasana padang pasir kecuali di bagian-bagian yang sudah
lama tidak diganggu dan cukup lembab, terdapat perkembangan vegetasi tertentu.

Daerah kolong yang tidak berair, keadaannya relatif sama. Kolong - kolong
yang terbuka dengan dasar Kong (Consolidated) atau Kolong-kolong yang
tertimbun bahan tailing dan stripping, Umumnya tidak ada tanaman yang tumbuh.

2.6.8 Kondisi Sosial Kemasyarakatan

Kondisi masyarakat di Pulau Bangka bersifat sangat majemuk dan


heterogen, corak kehidupan masyarakatnya dapat dibedakan dari jenis mata
pencaharian mereka. didalamnya terdapat berbagai suku dan agama serta
kepercayaan. Penduduk yang mendiami Pulau Bangka selain penduduk asli Pulau
itu sendiri adalah suku Jawa, Aceh, Batak, Palembang, Padang, Bugis, Madura,
Cina, Ambon, dan lain-lain. Keanekaragaman suku di Pulau Bangka menjadikan
keanekaragaman corak mata pencaharian yang mereka jalankan, sebagian besar
mereka bekerja sebagai petani, buruh/ karyawan tambang,pedagang dan nelayan.

Keberadaan timah di Pulau Bangka, serta besarnya aktivitas penambangan


timah di Pulau Bangka baik yang berada di darat maupun di lepas pantai
menyebabkan bukan hanya masyarakat kota saja yang melakukan aktivitas
penambangan tersebut melainkan sebagian besar penduduk di Pulau Bangka baik
yang berada di kota, pedesaan, dan pesisir serta para masyarakat pendatang bekerja
sebagai penambang timah, dan disela-sela pekerjaannya mereka bercocok tanam
maupun berdagang di luar jam kerjanya.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
15

Keadaan tanah asli di Pulau Bangka sangat cocok untuk perkebunan seperti
kelapa sawit dan karet, hal tersebut membuat maraknya perkebunan karet, lada,
kelapa, dan kelapa sawit. Beberapa lahan reklamasi juga dijadikan kebun sawit
untuk meningkatkan nilai tanah pasca tambang. Hasil perkebunan tersebut dijual ke
luar daerah atau keluar negeri, yang menjadi sumber pendapatan bagi petani
sehingga mendorong mereka untuk meningkatkan usaha mereka di bidang ini.

Pulau Bangka memiliki perairan yang sangat kaya baik timah maupun hasil
tangkapan ikan. Keadaan ini menarik perhatian nelayan dari tempat lain seperti
suku bugis, yang pada awalnya hanya datang sesekali waktu dan pada akhirnya
banyak diantara mereka yang menetap dan membuat perkampungan di sana. Hasil
tangkapan ikan di Pulau Bangka dijual juga keluar daerah dan sebagai bahan
ekspor, selain itu hasil sampingan dari kegiatan nelayan adalah akar bahar yang
kemudian di jual pada pengerajin akar bahar untuk dijadikan cindera mata yang
sudah terkenal di dalam maupun luar negeri, pusat pengerajin akar bahar berada di
daerah muntok Bangka barat.

Karena bukan merupakan daerah dengan padang rumput yang baik maka
untuk kebutuhan daging masyarakat Bangka pada mulanya mendatangkan sapi
potong dari luar daerah antara lain Madura, Bali, dan Sumbawa. Hal tersebut
menimbulkan daya tarik bagi masyarakat tersebut untuk berdagang serta beternak
sapi di Pulau Bangka selain bercocok tanam palawija terutama jagung.

Usaha perdagangan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Bangka


keturunan Cina, bukan hanya di kota melainkan sampai ke desa-desa, selain itu di
beberapa pantai mereka bermata pencaharian sebagai nelayan, mereka juga
bercocok tanam sayur-sayuran, dan beternak babi.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
III. KEGIATAN PRAKTEK

Divisi K3LH PT.Timah (Persero) Tbk merupakan sebuah divisi di


lingkungan kerja PT.Timah (Persero) Tbk yang menangani urusan lingkungan
hidup, keselamatan kerja, dan kesehatan kerja. Bidang Lingkungan hidup
membawahi bidang pemantauan lingkungan hidup dan bidang reklamasi, bidang
keselamatan kerja dan meteorologi membawahi bagian Pemeriksa cuaca dan
pemeriksa keselamatan kerja, sedangkan bidang kesehatan kerja membawahi
bagian pemeliharaan kesehatan karyawan dan bagian kesehatan lingkungan kerja.

Pada awalnya Bagian K3LH ini berada di bawah anak perusahaan PT.
Tambang Timah, seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan kebijakan
organisasi di PT.Timah (Persero) Tbk dan sekitar tahun 2000 Bagian K3LH
menjadi bagian dari PT.Timah (Persero) Tbk, dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Utama PT.Timah (Persero) Tbk.

Bagian reklamasi terdiri dari dua seksi yaitu seksi Perencanaan dan Evaluasi
reklamasi dan seksi pembibitan. Seksi perencanaan ditangani oleh kepala urusan
perencanaan dan evaluasi reklamasi sedangkan seksi pembibitan ditangani oleh
seorang juru pembibitan.

Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk pada
periode 2008, akan dihijaukan lahan bekas tambang seluas 2000 ha. 1400 ha berada
di Pulau Bangka dan 600 ha di Pulau Belitung. Dalam kegiatan reklamasi yang
dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk secara garis besar dilakukan dalam
beberapa tahapan antara lain :

1. Pengambilan data Luasan dan Levelling

2. Tender Perataan

3. Sosialisasi Reklamasi

4. Perataan Lahan dan Pembuatan sistem Drainase

5. Pemeriksaan Bibit

6. Pengawasan Perataan Lahan


17

7. Tender Penanaman

8. Pengawasan Pekerjaan

Pada setiap tahap kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak antara lain
adalah Divisi K3LH, Divisi Logistik, Divisi SPI (Satuan Pengawas Independen)
dan Divisi Humas yang mewakili PT.Timah, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan
Hidup, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Pemerintah tingkat kecamatan dan desa di masing – masing daerah yang akan di
reklamasi, serta mitra PT.Timah.

Divisi K3LH merupakan motor penggerak kegiatan reklamasi yang


diadakan oleh PT.Timah Persero Tbk Bagian tersebut merupakan bagian yang
bertanggungjawab atas berjalannya reklamasi di PT.Timah, baik Pra, saat, sampai
pasca reklamasi dan lahan diserahkan kembali kepada pemerintah. Peran bagian
logistik adalah untuk membantu bagian K3LH dalam pengadaan sarana dan
prasarana reklamasi seperti dalam pemilihan mitra yang layak untuk membantu
dalam pelaksanaan reklamasi. Bagian SPI (Satuan Pengawas Independen)
merupakan sebuah lembaga Independen yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur utama PT.Timah (Persero) Tbk yang bertugas mengawasi agar reklamasi
berjalan sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedure ) yang telah ditentukan
PT.Timah (Persero) Tbk. Bagian Humas berperan dalam mendokumentasikan
seluruh tahapan jalannya kegiatan reklamasi yang dilaksanakan.

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh SPI antara lain dengan observasi
bersama dengan tim dari K3LH ataupun observasi insidental yang dilaksanakan
secara insidental tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga diharapkan diperoleh
data jalannya reklamasi secara akurat dan lebih objektif.

Mitra reklamasi PT.Timah (Persero) Tbk merupakan sebuah lembaga


berbadan hukum yang dipilih melalui sistem tender untuk melaksanakan beberapa
bagian tahapan kegiatan reklamasi. Beberapa pekerjaan yang dilakkukan oleh mitra
reklamasi PT.Timah (Persero) Tbk antara lain :

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
18

● Perataan lahan

● Pengadaan bibit

● Penanaman dan Perawatan

Dalam setiap kegiatan tersebut para mitra reklamasi PT.Timah telah dibekali
dengan SOP dari PT.Timah, agar jalannya reklamasi sesuai dengan target yang
diharapkan.

3.1 Tahapan Kegiatan Reklamasi

3.1.1 Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan reklamasi yang dilakukan oleh PT.timah


dilakukan inventarisasi lahan yang akan di reklamasi yaitu kegiatan penentuan area-
area yang akan di reklamasi. Dari inventarisasi untuk kegiatan reklamasi yang akan
dilakukan pada periode tahun 2008 ini diperoleh target luasan 2000 ha yaitu lahan
seluas 1400 ha di Pulau Bangka dan lahan seluas 600 ha di Pulau Belitung dari
luasan tersebut dibagi menjadi paket-paket yang lebih kecil yaitu masing-masing
40ha sehingga diperoleh total 50 paket reklamasi yang akan di tenderkan kepada
mitra reklamasi PT.Timah (Persero) Tbk.

Peta awal untuk kegiatan perataan ditargetkan selesai pada akhir bulan
Maret 2008, peta tersebut merupakan peta awal yang digunakan untuk melakukan
perataan. Dalam peta tersebut terkandung berbagai data yang melukiskan rona awal
lahan sebelum diadakan perataan. Peta tersebut kemudian dijadikan acuan untuk
pelaksanaan perataan dan pembuatan peta selanjutnya untuk kegiatan penanaman
dan evaluasi serta pemantauan.

Karena kondisi lahan yang sangat marginal dan berkarakter kering, tandus
dan porositas sangat tinggi, maka untuk pemilihan jenis diutamakan jenis-jenis
yang mudah tumbuh dan cepat menghasilkan, selain itu pemilihan jenis juga dicoba
disesuaikan juga dengan peruntukan lahan yang telah direncanakan oleh
pemerintah, jenis – jenis tersebut antara lain adalah :

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
19

○ Akasia Mangium (Acacia mangium)

Pemilihan Jenis ini dikarenakan sifat tanaman akasia mangium yang


mudah tumbuh di lahan yang marginal dengan hara yang sangat terbatas,
ketersediaan air yang terbatas dan lahan yang tandus. Selain itu tanaman
ini ditanam karena kayunya merupakan bahan baku pembuatan kertas,
sehingga nantinya dapat dijadikan komoditi dari Pulau Bangka.

○ Jambu mete

Pemilihan jenis tanaman ini untuk reklamasi adalah dari segi


pemanfaatan hasil untuk buah dan diharapkan nantinya tanaman ini dapat
bermanfaat bagi penduduk sekitar lahan reklamasi dan menjadi salah satu
komoditi tambahan dari Pulau Bangka, tanaman ini masuk sebagai salah
satu jenis tanaman reklamasi pada periode 2008, karena tanaman jambu
mete ini dilihat berkembang baik di Pulau Bangka.

○ Sengon laut (Albizzia falcataria)

Jenis Sengon laut dipilih karena sengon juga mudah tumbuh pada
lahan-lahan marginal, selain itu kondisi Pulau Bangka yang dekat dengan
laut sehingga terdapat kesesuaian iklim dengan tempat penanaman dan
diharapkan dapat tumbuh dengan baik. Jenis ini ditanam pada area yang
akan dijadikan hutan produksi.

○ Mahoni (Swietenia mahagony)

Mahoni disini ditanam direncanakan untuk diambil kayunya yang


bernilai tinggi, tanaman ini di tanam di kawasan yang akan dibangun
sebagai hutan produksi.

Jenis-jenis diatas selain merupakan beberapa merupakan jenis lokal dari Pulau
Bangka, juga anjuran dari Dirjen RLPS Departemen Kehutanan RI.

Untuk pengadaan bibit yang akan ditanam dalam reklamasi ini diadakan
permintaan kepada Departemen Kehutanan kemudian diberikan kemitra dengan
seistem tender untuk mengadakan bibit bersertifikat, selain itu bibit dikembangkan

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
20

di pembibitan PT.Timah (Persero) Tbk. Total bibit yang diperlukan dalam


reklamasi periode 2008 adalah 2.5 juta bibit dari berbagai jenis.

Penanaman akan dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan


Oktober 2008 yang akan diserahkan kepada mitra PT.Timah (Persero) Tbk melalui
sistem tender, diperkirakan pada bulan-bulan itu adalah musim penghujan, sehingga
tidak diperoleh kesulitan penyediaan air untuk penanaman.

Perawatan dilakukan setelah dilakukan penanaman, perawatan dilakukan


juga oleh mitra yang sama dengan mitra yang melakukan penanaman. Perawatan
dilakukan selama dua tahun sebelum kembali diserahkan kepada PT.Timah
(Persero) Tbk untuk kembali diserahkan kepada pemerintah dan kembali
dimanfaatkan sesuai denganperuntukan lahannya. Selama perawatan Tim dari
Divisi K3LH dan SPI, PT.Timah (Persero) Tbk memantau kegiatan serta
keberhasilan penanaman .

3.1.2 Persiapan Reklamasi

3.1.2.1 Inventarisasi Tegakan

Inventarisasi Tegakan dilakukan sebelum dilakukan pembukaan lahan untuk


penambangan, yang dilakukan oleh tim amdal yang merupakan tim independen
berasal dari luar lingkungan kerja PT.Timah dan hasil dari inventarisasi itu
dijadikan acuan sebagi rona awal keadaan lahan penambangan. Dari inventarisasi
tersebut diperoleh jenis-jenis tumbuhan asli daerah tersebut.

3.1.2.2 Penataan Lahan

Penataan lahan sebelum reklamasi dilakukan dengan melakukan


pengumpulan data luasan dan leveling daerah pasca tambang yang akan dilakukan
reklamasi. Kegiatan tersebut dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS) dan Kompas.
Dalam kegiatan ini dilakukan pengumpulkan data luasan, jumlah kolong-kolong

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
21

serta bukit yang terbentuk akibat dari kegiatan penambangan.

GPS selain digunakan untuk menentukan lokasi reklamasi juga digunakan


untuk menentukan titik ukur yang akan dijadikan acuan. Karena kondisi lahan yang
tidak stabil titik ukur diambil pada lokasi-lokasi tertentu yang masih mungkin
untuk dijadikan sebagai titik acuan dengan kriteria antara lain :

● Merupakan daerah yang tinggi (punggung bukit)

● Memiliki tingkat keteguhan yang tinggi sehingga tidak mudah longsor

Titik-titik tersebut kemudian dijadikan sebuah acuan untuk menentukan titik


lain yang berada pada lokasi yang tidak memungkinkan untuk dijangkau di
lapangan. yaitu dengan menggunakan kompas sebagai alat bantu untuk menentukan
sudut yang terbentuk dari titik-titik acuan, sedangkan jarak yang diambil
berdasarkan perkiraan, oleh karena itu dalam kegiatan pengukuran dan leveling ini
harus dilakukan oleh seorang juru ukur yang benar-benar berpengalaman. Dalam
kegiatan tersebut juga diadakan pengukuran letak dan luasan kolong-kolong dan
pembuatan sketsa bentuk area reklamasi yang harus diratakan sehingga diperoleh
sebuah peta sketsa lapangan.

Dari kegiatan pengambilan data luasan serta leveling kemudian diolah untuk
memperoleh data yang kemudian digunakan untuk membuat peta perencanaan
perataan yang akan diserahkan kepada mitra PT.Timah (Persero) Tbk pada saat
dilakukan tender kegiatan perataan, pengolahan data yang dilakukan antara lain
adalah penentuan titik-titik acuan dilapangan, penghitungan luasan area total
berdasarkan data titik acuan yang diambil dilapangan, penentuan letak dan luasan
kolong yang terbentuk, dan penggambaran peta. Peta dibuat dengan cara manual
yaitu digambar dengan peralatan tulis sederhana dan disesuaikan dengan letak
kolong bukit dan beberapa kondisi yang mungkin untuk ditampilkan sebagai rona
awal lahan yang akan di reklamasi sehingga dapat memberikan gambaran yang
cukup mewakili mengenai luasan dan leveling lahan yang ada. Pekerjaan ini
dilakukan oleh juru ukur reklamasi.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
22

Setelah dilakukan pembuatan peta awal untuk keperluan perataan lahan


kemudian dilakukan anwizing yaitu rapat sosialisasi pembukaan tender perataan
lahan. Dalam rapat tersebut mitra yang akan melakukan perataan lahan menerima
penjelasan seputar SOP perataan dari PT.Timah (Persero) Tbk dalam sosialisasi
tersebut dilakukan oleh kepala bagian lingkungan hidup dan kepala divisi logistik
PT.Timah (Persero) Tbk. Dalam kegiatan tersebut disampaikan pula berbagai
persyaratan baik teknis dan administrasi untuk menjadi peserta tender perataan.
Selain itu dalam kegiatan terebut mitra memperoleh peta lokasi yang akan
dilakukan perataan yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga mitra memperoleh
gambaran mengenai rona awal lahan yang harus diratakan. Kemudian pada hari lain
yang telah ditentukan para mitra didampingi oleh petugas yang telah ditunjuk dari
PT.Timah (Persero) Tbk melakukan peninjauan lokasi yang akan di ratakan,
sehingga terjadi kesepahaman mengenai kondisi peta dengan kondisi sesungguhnya
dilapangan antara mitra dengan pihak PT.Timah (Persero) Tbk.

Setelah terpilih beberapa mitra yang layak untuk melakukan kegiatan


perataan lahan. Kemudian dilakukan sosialisasi reklamasi. Sosialisasi tersebut
dilaksanakan di setiap kecamatan pada lokasi-lokasi yang terdapat lahan bekas
tambang yang akan diratakan. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat yang
diwakilkan oleh para kepala desa serta tokoh-tokoh masyarakat desa. Sosialisasi
tersebut dihadiri oleh kepala K3LH, kepala bagian lingkungan hidup, serta bagian
humas PT.Timah (Persero) Tbk, dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas
Pertambangan, Camat dan para aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat
serta mitra.

3.1.2.3 Perataan lahan

Kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan secara bertahap kegiatan yang pertama


kali dilakukan adalah kegiatan perataan lahan. Kegiatan perataan dilakukan
dikarenakan lahan yang telah disusun pada saat awal proses penambangan untuk
dikemballikan seperti semula telah rusak kembali karena masuknya tambang-

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
23

tambang inkonvensional yang menyebabkan tanah pucuk dan humus yang telah
dipisahkan menjadi rusak dan hilang sama sekali serta kondisi fisik tanah sangat
tidak teratur, kegiatan perataan ini merupakan solusi terbaik untuk penyiapan lahan
dalam reklamasi lahan pasca tambang di PT.Timah (Persero) tbk.

Perataan lahan dilakukan dengan cara penimbunan kolong-kolong yang


masih mungkin untuk ditutup dengan tanah sedangkan kolong yang sudah tidak
mungkin untuk ditutup dilakukan pembuatan tallud yaitu tanggul sekitar kolong
untuk mencegah terjadinya erosi apabila terjadi hujan, dan kolong yang tidak
tertutup tersebut kemudian nantinya dimanfaatkan menjadi sumber persediaan air
yang akan dipakai pada saat kegiatan revegetasi berlangsung. Kegiatan perataan
dilakukan dengan menggunakan alat berat antara lain buldozer dan escavator, alat
berat digunakan karena kondisi medan yang cukup luas dan berat.

Dalam kegiatan ini juga dibuat sistem drainase yang nantinya akan
digunakan pada saat kegiatan penanaman berlangsung, penataan sistim drainase ini
antara lain pemilihan kolong-kolong yang berpotensi untuk sumber air yang dapat
dijadikan sumber air pada saat penanaman nantinya. Kolong-kolong yang telah
ditentukan kemudian dijaga keberadaannya agar tidak terjadi erosi dan
pendangkalan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman nantinya.

Kegiatan perataan lahan diawasi oleh wasprod (pengawas produksi) di


masing-masing wilasi (wilayah operasi), masing-masing wasprod tersebut
kemudian memberikan laporan perkembangan pekerjaan perataan lahan kepada
Divisi K3LH kantor pusat sehingga apabila terjadi sesuatu segera dapat di tindak
lanjuti.

3.1.2.4 Penyediaan Bibit

Dalam penyediaan bibit PT.Timah (Persero) Tbk melakukan permintaan


kepada tempat – tempat yang di rekomendasikan oleh Departemen Kehutanan RI
dengan tujuan untuk memperoleh bibit bersertifikasi baik, kemudian untuk

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
24

pengadaan bibit tersebut diserahkan kepada mitra reklamasi yang telah dipilih
melalui sistem tender, bibit dari luar Pulau Bangka ditampung terlebih dahulu di
pembibitan Pusat di Pangkalpinang untuk diperiksa kelayakan tanamnya, standar
kelayakan bibit berdasarkan SOP yang telah dibuat oleh bagian K3LH antara lain :

● Jenisnya sesuai dengan permintaan

● Memiliki tinggi sekitar 30 cm

● 60 % daunnya masih hijau pada saat sampai di pembibitan dapat


diasumsikan tanaman masih sehat

● Sistem perakarannya bagus, dilihat dengan kondisi tanaman yang masih


dalam polybag dalam kondisi baik

● Jumlah tanaman yang sehat sesuai dengan permintaan

Bibit yang telah datang di tempat penampungan kemudian di evaluasi oleh tim dar
K3LH dan SPI PT.Timah (Persero) Tbk apabila terjadi ketidaksesuaian kondisi
bibit dengan yang diharapkan maka dilakukan pengembalian kepada mitra untuk
diganti kembali dengan bibit yang sesuai permintaan.

Penampungan bibit dilakukan karena kegiatan penyiapan lahan untuk


penanaman belum selesai, sehingga bibit terlebih dahulu harus ditampung di
pembibitan di kantor pusat. Apabila penyiapan lahan penanaman oleh mitra telah
selesai, mitra yang akan menjemput bibit yang berada di pembibitan pusat.

Pembibitan pusat di Pangkalpinang selain dilakukan penampungan bibit


juga dilakukan pembuatan bibit, sebelumnya pembibitan di kantor pusat ini dibuat
untuk penyediaan bibit untuk penyulaman yang dikembangkan di sini antara lain
jambu mete, sengon laut, dan akasia mangium. Selain itu juga dikembangkan
tanaman lain untuk Ujicoba penanaman menurut kesesuaian kondisi lahan seperi
Nyatoh (Palaquium sp.), Karet (Hevea brasiliensis), Cemara laut (Casuarina
equisetifolia), Duren (Durio zibethinus), dan Jati (Tectona grandis). Tanaman Jarak
pagar (Jathropa curcas) juga sempat dikembangkan di persemaian ini namun
karena setelah dilakukan uji penanaman dilapangan ternyata tidak sesuai dengan

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
25

lahan yang akan ditanami maka pengembangan tanaman jarak pagar dihentikan.

Pada pembibitan ini selain disiapkan untuk reklamasi lahan yang dilakukan
PT.Timah (Pesero) Tbk juga digunakan untuk penyediaan tanaman yang digunakan
untuk penyulaman tanaman yang di tanam pada program Green Babel, yaitu
program penghijauan yang merupakan kerjasama antara PT.Timah (Persero) Tbk
dengan pemerintah provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3.1.2.5 Penyiapan Bedeng

Penyiapan bedeng dilakukan dengan cara pembersihan rumput dan tanaman


liar yang tumbuh disekitar bedeng. Pembersihan tersebut dilakukan dengan cara
penyemprotan herbisida sehari sebelum gulma tersebut disiangi sehingga gulma
mati dan lebih mudah untuk disiangi. Kemudian pembersihan bedeng dilanjutkan
dengan memindahkan polybag yang masih tersisa di bedeng tersebut untuk dipilah
mana yang masih dapat terpakai atau yang sudah harus diganti dan tanah yang
berada dalam polybag yang rusak dikumpulkan untuk digunakan kembali.

Setelah pembersihan bedeng dilanjutkan dengan pembersihan jalan dan area


sekitar bedeng, yang nantinya menjadi akses untuk keluar masuk bedeng.
Pembersihan dilakukan dengan cara yang sama yaitu penyemprotan herbisida agar
gulma yang berada di sekitar bedeng mati sehingga lebih mudah untuk disiangi.
Karena letak bedeng yang saling berimpit penyemprotan dilakukan secara hati-hati
dan penyiangan dilakukan secara manual dengan tangan. Pembersihan bedeng tidak
dilakukan secara serentak namun tergantung kebutuhan.

Persiapan Bedeng kemudian dilanjutkan dengan perbaikan bedeng yang


mengalami kerusakan. Bedeng yang mengalami kerusakan tidak terlalu parah
dilakukan penambalan namun apabila kerusakan yang terjadi terlalu parah
dilakukan rekonstruksi ulang bedeng.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
26

3.1.2.6 Perbanyakan bibit

Perbanyakan bibit yang dilakukan di pembibitan PT.Timah (persero) Tbk


dengan 2 cara yaitu dengan cara mencari bibit cabutan dari hutan sekitar Pulau
Bangka untuk jenis cemara laut sedangkan untuk sengon, jambu mete dan akasia
mangium dilakukan dengan cara pengembangbiakan secara generatif. Biji yang
diperoleh untuk perbanyakan generatif tersebut merupakan benih bersertifikasi.
Pengembangbiakan secara vegetatif belum dilakukan disini karena keterbatasan
sumberdaya yang berada di pembibitan.

Pengambilan cabutan dilakukan dibawah tegakan pohon liar, yang tumbuh


alami di dalam hutan. Pengambilan dilakukan secara hati-hati menggunakan
cangkul menjaga agar akar tanaman tidak rusak sehingga persen kehidupannya
tetap tinggi setelah tanaman diangkat dari tempat tumbuhnya untuk pengangkutan
ke lokasi pembibitan digunakan karung yang basah sehingga tetap terjaga
kelembabannya. Setelah sampai di pembibitan, bibit tersebut dimasukkan kedalam
ember-ember berisi air dan segera dipindahkan ke dalam polybag yang telah
disiapkan sebelumnya dan diletakkan dalam bedeng indoor untuk mengurangi
intensitas cahaya matahari yang secara langsung mengenai bibit, agar stress yang
dialami tanaman tidak terlalu tinggi, yang akan mengakibatkan kegagalan
pertumbuhan.

Untuk perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan dengan


menyemaikan terlebih dahulu menyemaikan ke dalam bedeng terbuka, dengan
media kompos tanah dan pasir dengan perbandingan 3:2:1 setelah kecambah
berumur satu minggu untuk sengon dan akasia serta tiga minggu untuk jambu mete
kemudian bibit dipindahkan kedalam polybag berukuran 10 x 15, dengan media
kompos dan tanah dengan perbandingan 3:1dan disusun di bedeng. Penyusunan di
bedeng sesuai jumlah maksimal bedeng berkisar antara 1000 sampai 1500 bibit
setiap bedeng.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
27

3.1.2.7 Perawatan bibit

Untuk menjaga kelembaban di pembibitan karena suhu yang tinggi di Pulau


Bangka dilakukan dengan cara pemasangan paranet sebagai naungan selain itu
terdapat pohon sengon dan pohon jarak yang telah tumbuh besar disekitar bedeng
sehingga dapat di manfaatkan untuk naungan.

Penyiangan bibit dilakukan beberapa kali selama berada di pembibitan yaitu


pada saat bibit mulai di tanam, kemudian dilakukan penyiangan setiap dua minggu
sekali untuk mengurangi gulma yang tumbuh di dalam polybag. Selain itu
penyiangan juga dilakukan di sekitar bedeng untuk menjaga agar bedeng tetap
bersih dari gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara menyiangi satu
per satu polybag yang ada.

Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada hari biasa namun apabila
hari hujan intensitas penyiraman 1 kali atau bahkan tidak dilakukan penyiraman.
Penyiraman dilakukan dengan cara manual. Penyiraman juga dilakukan pada
setelah pemindahan bibit ke dalam polybag

Penyulaman bibit yang mati biasanya dilakukan seiring dengan kegiatan


penyiangan penyulaman bibit tersebut dilakukan apabila terdapat bibit yang merana
ataupun mati. Penyulaman dilakukan untuk mempertahankan jumlah bibit yang
berada dibedeng. Bibit untuk penyulaman di ambil dari bedeng semai. Pada saat
penyulaman juga dilakukan pengisian kembali polybag dengan tanah dan kompos.

Pemupukan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali seminggu dengan


pupuk NPK dan pupuk kandang. Pemupukan dilakukan untuk menjaga nutrisi tanah
sehingga kebutuhan hara tanaman tetap terjaga.

Perawatan juga dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dua


minggu sekali pada bibit untuk membebaskan bibit dari serangga dan hama yang
mengganggu bibit.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
28

3.1.2.8 Pengangkutan bibit

Pengangkutan bibit dari pembibitan dilakukan oleh mitra yang melakukan


penanaman, jenis bibit yang akan diangkut dipilih terlebih dahulu sesuai dengan
peruntukan lahannya, bibit yang akan diangkut harus dipastikan dalam kondisi
sehat dan siap tanam untuk menjamin keberhasilan penanaman.

Bibit yang telah terpilih kemudian dikumpulkan sesuai jumlah permintaan


dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik yang berkapasitas 25
bibit untuk masing-masing kantong. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah
penghitungan bibit karena jumlah yang di angkut sangat banyak. Namun yang
terjadi perlakuan tersebut membuat kerusakan bibit semakin tinggi pada saat
pengangkutan.

Bibit yang telah masuk ke dalam kantong plastik kemudian dihitung


kemudian disusun ke dalam bak truk yang telah disiapkan. Jarak antara pembibitan
dengan lokasi penanaman sekitar satu hingga tiga jam perjalanan. Setelah sampai
dilokasi penanaman bibit di letakkan di tempat untuk penampungan bibit sementara
yang telah disiapkan khusus oleh mitra.

Penghitungan bibit dilakukan secara mendetail melalui penghitungan satu


per satu bibit yang datang dari mitra. Karena dalam sekali kedatangan jumlah bibit
antara 12000 sampai 25000 bibit maka penghitungan langsung dilakukan pada saat
pemindahan bibit yang telah datang kedalam bedeng penampungan, penghitungan
hanya dilakukan pada bibit yang dianggap layak untuk ditanam dilapangan.

3.1.2.9 Pemeriksaan bibit

Pemeriksaan dilakukan antara lain adalah Jenis tanaman, tanaman yang


datang harus sesuai dengan jenis yang tertera dalam permintaan, jenis yang tersebut
merupakan jenis yang telah disesuaikan dengan SOP yang telah dibuat. Apabila
jenis yang datang tidak sesuai, maka bibit yang datang di kembalikan kepada mitra
untuk diganti dengan jenis yang sesuai

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
29

Kondisi tanaman harus dalam kondisi sehat dan segar, hal tersebut ditandai
dengan keberadaan 60% daun yang berada di batang bibit masih terlihat hijau dan
segar. Kondisi ini untuk mencegah matinya bibit selama ditampung dan agar ketika
nanti pada saat di ambil oleh mitra yang melakukan penanaman tanaman dalam
kondisi segar 90% setelah dirawat di pembibitan. Apabila tidak memenuhi kondisi
tersebut tanaman dikembalikan kepada mitra untuk diganti dengan tanaman dengan
kondisi yang sesuai dengan persyaratan.

Tinggi bibit yang datang minimal 30 cm, hal tersebut untuk mempermudah
pemindahan dan bibit dengan kisaran tinggi 30 cm lebih tahan untuk dipindahkan
dan stress yang dialami tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan bibit yang
memiliki kisaran tinggi kurang dari 30 cm. Namun untuk persyaratan ini PT.Timah
memberikan toleransi 5 cm, sehingga tanaman dengan tinggi sekitar 25 cm masih
diijinkan.

Sistem perakaran yang bagus juga merupakan salah satu kriteria yang
dijadikan acuan untuk menentukan kesehatan bibit yang datang. Sistim perakaran
yang bagus ditandakan dengan kuatnya akar dalam mengikat tanah yang berada di
dalam polybag. Dalam hal ini PT.Timah memberikan toleransi apabila kerusakan
akar yang terjadi tidak lebih dari 5% maka bibit diterima dan apabila tingkatan
kerusakan melebihi batas minimum yang telah ditentukan maka bibit akan
dikembalikan untuk diganti dengan bibit yang baru.

Pemeriksaan ini dilakukan langsung oleh tim K3LH dan SPI PT.Timah
(Persero) Tbk, setelah diadakan pemeriksaan kemudian dibuat Berita Acara
Pemeriksaan sesuai dengan kondisi di lapangan.

3.1.3 Pelaksanaan Reklamasi

Kegiatan penanaman merupakan puncak kegiatan reklamasi lahan pasca


tambang yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk, dalam kegiatan tersebut
bibit yang telah disiapkan dipindahkan untuk dilakukan penanaman di lapangan.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
30

Kegiatan ini dilakukan oleh mitra kerja PT.Timah (Persero) Tbk yang dipilih
melalui sistem tender, dalam kegiatan ini mitra bertanggung jawab dari mulai
persiapan lubang tanam sampai kegiatan penanaman bibit ke lapangan. Kegiatan
penyiapan lubang tanam dan penaman dilakukan berdasarkan SOP yang
dikeluarkan oleh divisi K3LH PT.Timah (Persero) Tbk.

Pada periode ini penanaman dilakukan pada bulan September sampai Oktober
2008, diperkirakan pada bulan-bulan tersebut adalah musim hujan sehingga
ketersediaan air untuk bibit yang ditanam terjamin dan tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Selanjutnya akan dilakukan perawatan selama dua tahun oleh mitra
kemudian diserahkan kembali kepada PT.Timah (Persero) Tbk.

3.1.3.1 Metode Penanaman

Bentuk penanaman yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk


mengadaptasi sistem cemplongan yang dinamakan dengan sistem Pot, yaitu dengan
membuat lubang tanam dengan ukuran tertentu yang kemudian akan diisi dengan
media tanam. Pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar pot tanam yang dibuat.
Hal ini dilakukan karena kondisi lahan tanam yang sangat luas dan marginal dimana
pada lahan tersebut hampir tidak memungkinkan untuk tumbuhnya suatu individu,
sehingga dapat menekan biaya reklamasi.

Bentuk perlakuan penanaman yang dilakukan sesuai SOP dipandang


merupakan solusi yang paling memungkinkan untuk menumbuhkan komunitas
tumbuhan di lahan tersebut.

3.1.3.2 Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam yang disiapkan memiliki ukuran 60cm x 60cm x 60cm,


lubang ini dibuat dengan jarak 4 meter antar lubang diperkirakan untuk menjaga
persaingan hara dan air antar tanaman nantinya, sehingga tanaman mampu bertahan
hidup. Dalam Lubang tanam tersebut diisi dengan tanah humus , kompos, zeolit dan

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
31

pupuk yang mengandung hara makro dan mikro sehingga kondisi lubang pot yang
dibuat mendekati kondisi lahan penanaman yang normal.

Pemberian humus di lubang tanam dilakukan karena kondisi tanah pada


lahan area penanaman yang umumnya terdiri dari pasir kuarsa dan endapan tailing,
sehingga tidak cocok sebagai media tempat tumbuh karena memiliki karakter
porositas yang sangat tinggi sehingga rentan sekali terhadap pencucian hara dan
keteguhan tanah yang sangat rendah sehingga akar tanaman akan mudah roboh,
selain itu kondisi

kimia lahan pasca tambang yang pada umumnya bersifat asam sehingga
pada pembuatan lubang pot untuk penanaman harus melalui perlakuan pemberian
zeolit untuk menekan keasaman tanah sehingga pH tanah mendekati netral.

Gambar  1, Kondisi  Penanaman  di lapangan(kiri)  dan POT Lubang  Tanam  (kanan)

3.1.3.3 Pemberian Ajir

Pemberian ajir pada masing-masing lubang tanam dilakukan setelah lubang


tanam siap, pengajiran dilakukan untuk menjaga bibit tanaman agar tumbuh dengan
lurus dan tidak rusak apabila terkena angin maupun gangguan yang lainnya.

Sistim pengawasan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
32

mengirim tim dari divisi K3LH langsung ke lapangan untuk pengecekan kelayakan
lubang tanam yang telah dibuat oleh mitra dengan cara pengukuran beberapa buah
pot lubang tanam secara acak dan kesiapan sarana dan prasarana penanaman dari
mitra, sarana prasarana yang dibutuhkan sebelum dilakukan penanaman antara lain
adalah kesiapan tenaga kerja untuk penanaman, kesiapan tempat untuk
penampungan bibit sementara dengan kapasitas sesuai paket luasan yang akan di
tanam, dan kesiapan peralatan perawatan tanaman. Pabila semua telah siap maka
bibit tanaman akan segera dikirim ke lokasi untuk kemudian dilakukan penanaman
namun apabila ditemukan lubang tanam tidak sesuai dengan ketentuan spesifikasi
teknis yang telah diserahkan maka pembuatan lubang tanam harus dibenahi atau
diulangi.

Gambar  2, Lahan  Tanam  Yang  Memenuhi  Syarat

Penanaman dilakukan setelah bibit diterima oleh mitra, penanaman


dilakukan dengan cara mengisi pot lubang tanam dengan kompos dan zeolit terlebih
dahulu hingga terisi 50%, selanjutnya bibit di benamkan dengan memadatkan tanah
dalam polybag dan melepas polybag secara hati-hati agar akar tanaman tidak rusak,
kemudian ditutup dengan pupuk dan humus di lapisan atas baru kemudian tanaman
disiram sampai jenuh agar tidak terjadi stress pada tanaman.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
33

3.1.3.4 Pengawasan Penanaman

Pengawasan penanaman dilakukan dengan cara peninjauan langsung


kelapangan oleh tim dari divisi K3LH. Pot lubang tanam yang telah ditanami di cek
kembali apakah sesuai dengan spesifikasi teknis dari PT.Timah (Persero) Tbk
antara lain ukuran pot, dilakukan dengan mengecek kembali ukuran pot, ketika
ditemukan ukuran pot yang tidak wajar mitra akan diminta untuk membenahi,
kemudian pengecekan pemberian humus dan kompos pada setiap lubang tanam
dilakukan dengan menggali beberapa lubang secara acak apakah terdapat humus
dan kompos didalamnya apabila tidak ditemukan humus dan kompos maka tanaman
harus di benahi.

Sistem penanaman yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk diadaptasi


dari pola penanaman ke-tiga, dokumen RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan)
mengenai penjelasan pola tanam yang disusun tahun 1992 dengan berbagai
modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat ini. Beberapa
perubahan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi adalah rincian
urutan penanaman, pada dokumen RKL dilakukan penanaman tanaman pendahulu
sebelum penanaman tanaman jenis pohon berkayu seperti perdu dan tumbuhan
bawah penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menanam tumbuhan merambat
bawah hanya di sekitar kolong, untuk mencegah erosi, dan tanaman berkayu yang
seharusnya ditanam dua tahun setelah penanaman tumbuhan bawah yang bertujuan
untuk pembentukan komunitas tumbuhan, dengan sistem yang dimodifikasi
tanaman berkayu langsung ditanam saat itu juga namun lubang tanam yang
diadaptasikan dari 50cm x 50cm x 50cm menjadi 60cm x 60cm x 60cm sehingga
pemberian hara dan pupuk lebih banyak.

3.1.3.5 Perawatan Tanaman di Lapangan

Kegiatan perawatan dilakukan selama dua tahun terhitung mulai bulan


berikutnya sesudah bulan tanam. Kegiatan perawatan ini dilakukan oleh mitra,
kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pemupukan, penyiangan, penyulaman,

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
34

penjarangan, serta pemeliharaan terhadap hama penyakit.

Pemupukan berdasarkan RKL dilakukan selama tiga kali selama sesudah


penanaman yaitu pada umur ke 3, 6, dan 9 bulan pemupukan hanya diberikan untuk
satu tahun. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea 0.15kg/bibit, Tsp 0.25kg/bibit,
KCL 0.15kg/bibit, dan kompos.

Karena kondisi lahan pasca tambang yang sangat miskin akan hara maka
penyiangan perlu dilakukan. Penyiangan dilakukan apabila mulai terdapat gulma
yang tumbuh di sekitar bibit hal ini untuk melindungi tanaman dari persaingan hara
dan air, penyiangan juga dapat mengurangi resiko penularan pnyakit tanaman yang
ditularkan melalui gulma. peyiangan dapat dilakukan dengan cara pemberian
herbisida maupun dengan cara manual.

Penyulaman tanaman dilakukan apabila terdapat bibit yang mati di


lapangan. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati
dengan tanaman baru. Dalam penyulaman yang dilakukan pemberian pupuk hara
dan humus harus diulang hal tersebut untuk meningkatkan persen hidup dari bibit
yang ditanam.

Penjarangan dilakukan apabila terdapat individu yang berpenyakit sehingga


berpotensi untuk menularkan penyakit ke tanaman lain sehingga harus segera
ditebang agar tidak menulari tanaman yang lain.

Pemeliharaan tanaman terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara


pemantauan tanaman secara berkala untuk memantau gejala dan tanda yang terjadi
pada tanaman sehingga apabila terjadi serangan hama dan penyakit tertentu dapat
segera diatasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida.

Pertumbuhan tanaman harus selalu dipantau dan didokumentasikan dengan


baik secara berkala oleh mitra sebagai bahan laporan perkembangan pemeliharaan
tanaman kepada PT.Timah (Persero) Tbk. Pemantauan pertumbuhan diantaranya
dengan melakukan pengukuran tinggi, diameter pohon, dan perkembangan tajuk
yang terbentuk.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
35

Gambar  3, Pupuk  Yang  digunakan  oleh mitra

3.1.3.6 pengawasan dan evaluasi hasil penanaman

Pengawasan hasil penanaman dilakukan secara berkala selama masa


pemeliharaan oleh mitra, untuk memastikan keadaan tanaman sesuai yang
diharapkan dan mitra berjalan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk. Pengawasan yang dilakukan meliputi
perlakuan-perlakuan yang dilakukan selama masa perawatan tanaman dilapangan .

Gambar 5, Tanaman yang tumbuh kurang baik dilapangan (kiri) dan Tanaman yang  
tumbuh baik di lapangan(kanan)
Evaluasi dilakukan pada akhir masa penanaman, sebagai bahan acuan yang

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
36

digunakan adalah laporan berkala dari mitra yang dilaporkan kepada PT.Timah
(Persero) Tbk. Evaluasi dilakukan dengan mengirim tim dari divisi K3LH untuk
mengukur kondisi tegakan dilapangan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan
melakukan inventarisasi tegakan dengan pembuatan plot seluas 0,1 ha, Pengukuran
meliputi diameter pohon, tinggi pohon, dan luas penutupan tajuk yang terbentuk.
Hasil dari evaluasi tersebut kemudian yang akan menjadi masukan untuk
menentukan persentase keberhasilan reklamasi yang dilakukan oleh PT.Timah
(Persero) Tbk.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kegiatan reklamasi PT.Timah (Persero) tbk dilaksanakan berdasarkan
Dokumen Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) yang disusun tahun 1992, yang
kemudian diadaptasikan sesuai dengan perkembangan keadaan masa kini.

Urutan kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk


adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan data Luasan dan Levelling

2. Tender Perataan

3. Sosialisasi Reklamasi

4. Perataan Lahan dan Sistem Drainase

5. Pemeriksaan Bibit

6. Pengawasan Perataan Lahan

7. Tender Penanaman

8. Pengawasan Pekerjaan

dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Mitra PT.Timah (Persero) Tbk yang
dipilih melalui mekanisme tender dan diawasi oleh tim dari Wasprod(Pengawas
Produksi), Bagian K3LH(Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup),
dan Bagian SPI (Satuan Pengawas Internal).

Banyaknya penambangan illegal menjadi salah satu penghambat laju


kegiatan reklamasi, yang kemudian menjadikan lahan menjadi semakin rusak, dan
aparat tidak dapat menindak secara tegas para penambang ilegal tersebut. Faktor
lainnya adalah karena mitra tidak melaksanakan SOP secara sungguh-sungguh
dapat dilihat ketika dilakukan pemantauan ditemukan beberapa yang tidak sesuai
dengan SOP yang telah ditentukan.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
38

Jenis yang dipilih dalam kegiatan reklamasi diadaptasi dari ketentuan Dirjen
RLPS Departemen Kehutanan RI dan dengan beberapa tanaman lokal setempat.
Penanaman dilakukan oleh mitra pada awal musim penghujan sehingga
memudahkan dalam perawatan, dengan mengacu pada SOP yang telah diberikan
dari PT.Timah (Persero) Tbk, dan akan diserah terimakan kembali kepada
PT.Timah (Persero) Tbk setelah tanaman berusia 2 tahun dan selanjutnya perawatan
dilanjutkan oleh PT.Timah (persero) Tbk.

Perawatan yang dilakukan di lapangan adalah pemupukan dan penyulaman


tanaman yang mati setelah dilakukan, sedangkan pemberian insektisida dilakukan
seperlunya saja.

4.2 Saran

1. Dokumen Studi Evaluasi Lingkungan yang dijadikan acuan perlu


diperbaharui, menyesuaikan dengan keadaan lahan dan lingkungan pasca
tambang masa kini.

2. Pengawasan terhadap mitra perlu ditingkatkan untuk menanggulangi


kecurangan dalam pelaksanaan SOP Reklamasi.

3. Koordinasi dengan aparat penegak hukum setempat serta pemerintah perlu


ditingkatkan untuk menanggulangi para penambang timah illegal sehingga
kegiatan reklamasi dapat berjalan dengan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Sudah saatnya melakukan penerapan teknologi perbanyakan vegetatif


dalam pengembangbiakan bibit tanaman untuk reklamasi, untuk
mendapatkan jenis unggul dari spesies yang digunakan.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian jenis tanaman


dan manipulasi lingkungan di lokasi bekas tambang PT.Timah (Persero)
Tbk.

Laporan PKL “Pemantauan Kegiatan Reklamasi


Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk.”
V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Keadaan Tanah Propinsi Bangka Belitung


http://www.Bangka.go.id/keadaan_tanah.htm. [11 Maret 2008].

Anonim, 2008, Gambaran Umum kep. Bangka-Belitung, http://www.pta-babel.net/


gambaran-umum-babel.ptabb. [1 Maret 2008].

Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang.


Disampaikan dalam Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertania UGM,
Sabtu 11 Feb 2006.

Tim Amdal PT.Timah (Persero) Tbk. 1992, Rencana Pengelolaan Lingkungan


PT.Timah (Persero) Tbk.

Tim Amdal PT.Timah (Persero) Tbk. 1992, Studi Evaluasi Lingkungan PT.Timah
(Persero) Tbk.

Anda mungkin juga menyukai