Published: 12 Juli 2010
Hubungan antara suku Sunda dan Jawa sungguh tidak seperti hubungan
dengan suku-suku lain di tanah Indonesia ini. Di antara suku Sunda dan
Jawa ada semacam benang merah pengikat sekaligus pemutus yang
membuat hubungan kedua suku ini "panas dingin".
Sebagai orang yang punya garis keturunan Sunda dan Jawa, saya
merasakan sendiri "batasan-batasan" yang diberlakukan bagi orang Sunda
terhadap orang Jawa dan sebaliknya. Misal, lelaki Jawa tidak disarankan
menikah dengan perempuan Sunda karena posisi dia sebagai suami akan
kalah dari si perempuan ketika berumah tangga nanti. Dan sebisa mungkin
perempuan Sunda pun disarankan tidak memilih suami dari suku Jawa.
Banyak yang menyebut, di tanah Sunda, tidak ada jalan bernama Majapahit,
Gajah Mada, atau Hayam Wuruk. Pun demikian di Jawa tidak ada nama jalan
Pajajaran, Sunda Galuh, atau Parahyangan. Benar tidaknya, entahlah,
karena negara ini belum baik dalam mengelola datanya, jadi tidak ada yang
bisa ditanyakan dengan pasti.
Melihat hal itu mungkin ada hubungannya dengan Perang Bubat. Perang
yang terjadi tahun 1357 itu membuat terbunuhnya keluarga kerajaan Sunda
Galuh. Raja Linggabuana, Permaisuri Dewi Lara Linsing, dan anak raja Dyah
Pitaloka beserta segenap prajuritnya tewas di Lapangan Bubat, sebuah
tempat di Kerajaan Majapahit.
Buku Perang Bubat karya Aan Merdeka Permana mengisahkan perang itu
terjadi dilatarbelakangi oleh kisah asmara Gajah Mada dengan Dyah
Pitaloka. Kebalikan dengan kisah Perang Bubat karya Langit Kresna Hariadi.
Dalam buku serial Gajah Mada yang berjudul Perang Bubat, Langit
mengisahkan Dyah Pitaloka justru menjalin asmara dengan seorang pelukis
sebelum dipinang oleh Raja Majapahit Hayam Wuruk. Pelukis itulah yang
membuat lukisan wajah Dyah Pitaloka yang disampaikan pada Hayam
Wuruk sehingga Hayam Wuruk terpikat pada Dyah Pitaloka.
Namun pada buku karya Aan Merdeka Permana dengan judul sama, Perang
Bubat, Gajah Mada dikisahkan keturunan Sunda yang mengadu nasib ke
Majapahit. Ia terbunuh dalam pelarian dikejar tentara Majapahit karena
menjalin cinta dengan Dyah Pitaloka. Pada buku Langit, Gajah Mada
memang orang Majapahit yang sedari awal merintis karir di keprajuritan
Majapahit.
Diluar buku Langit dan Aan, beberapa sumber sejarah menyebutkan Gajah
Mada adalah orang Melayu, bukan orang Jawa. Tapi soal siapa sebenarnya
Gajah Mada sampai sekarang masih buram. Sosok yang jadi tokoh utama
dalam Perang Bubat, semua sepertinya sepakat, adalah Gajah Mada yang
menjabat mahapatih, orang nomor dua tertinggi di kerajaan, yang pada
zaman sekarang mungkin sama dengan perdana menteri. Dialah yang
menentukan perlakuan kepada Sunda Galuh sebagai negara bawahan
Majapahit.
Kembali ke hubungan Sunda dan Jawa, bila ingin dapat gambaran hubungan
dua suku ini pada masa lalu berkenaan dengan Perang Bubat, kisah
karangan Langit Kresna Hariadi lebih otentik karena ia melakukan riset
sejarah sebelum membuat tulisan itu.
Sementara, Aan Merdeka Permana menulis kisah Perang Bubat lebih banyak
berdasarkan cerita turun temurun masyarakat Sunda. Tapi tak mengapa,
toh ia memang membuat kisah fiksi, bukan sinopsis sejarah.
Sosok Gajah Mada pada waktu itu dianggap punya jasa demikian besar,
karena dialah yang membuat semua kerajaan-kerajaan di Nusantara ada di
bawah Majapahit sehingga Majapahit menjadi negara besar yang disegani di
Asia. Majapahit runtuh bukan karena serangan atau intervensi negara asing,
melainkan karena perang saudara yang memperebutkan tahta.
Yang jelas, antara Majapahit dengan Sunda Galuh sebenarnya masih ada
hubungan kekerabatan. Raden Wijaya, pendiri Majapahit, masih keturunan
Sunda dari garis Lembu Tal. Inilah yang saya katakan benang merah
perekat dan pemutus itu. Keluarga Majapahit minta Gajah Mada
memperlakukan Sunda Galuh tidak sebagai negara bawahan, melainkan
saudara. Tapi Gajah Mada berkehendak jangan sampai ada warna lain di
tanah Jawa sementara semua warna sudah sewarna di Nusantara. Maka
Perang Bubat pun terjadi.
Tentu masih banyak kisah sejarah lain yang perlu kita pelajari karena terkait
dengan apa pola pikir masa kini. Banyak orang diluar suku Jawa yang
³sebal´ dengan orang Jawa karena sering menguasai pemerintahan selama
ini. Ini kemungkinan besar terkait dengan masa lalu dimana kerajaan-
kerajaan di Jawalah yang sering berhubungan dengan politik dunia luar dan
mampu membuat pemerintahannya di segani. Tapi tentu dulu kerajaan-
kerajaan di luar Pulau Jawapun hebat-hebat.
Jika ingin mengetahui bagaimana hubungan Sunda dan Jawa pada tempo
lalu untuk kemudian dihubungkan dengan masa sekarang, ada baiknya kita
baca buku karangan Langit Kresna Hariadi dan Aan Merdeka Permana yang
menyuguhkan kisah menarik yang berlatar sejarah itu.
Berikut adalah komentar soal tulisan ini yang ada di blog lama Yana,
rayakawula.wordpress.com :
@
1. O
O
Soal R. Wijaya keturunan Sunda itu belum ada sumber jelas (sumber
tersebut hanya versi Sunda). Dari sumber tersebut disebutkan bahwa
R. Wijaya anak Dyah Lembu Tal yang bersuami Rakeyan Jayadarma,
putra Prabu Guru Darmasiksa raja Kerajaan Sunda-Galuh yang
memerintah tahun 1175-1297.
Lain halnya dengan Nagarakretagama. Menurut naskah ini, Dyah
Lembu Tal bukan seorang perempuan, melainkan seorang laki-laki.
Disebutkan bahwa, Ayah Raden Wijaya bernama Lembu Tal, putra
Narasinghamurti. Lembu Tal dikisahkan sebagai seorang perwira yuda
yang gagah berani.
2. O
O Ñ
Gini, kalo dibaca lbh teliti lagi, aku justru lbh prefer dan mendukung
buku Gajah Mada Perang Bubat karya Langit Kresna Hariadi karena
bukti sejarahnya lbh otentik mengambil kitab Negarakertagama
karangan Mpu Prapanca. Langit Kresna Hariadi juga melakukan dialog
dng tokoh Sunda sebelum menulis Perang Bubat utk menemukan
objektivitas.
3. O
O 0
Terserah mau bapaknya Wijaya itu orang Sunda atau orang Jawa. Hati
nurani saya berkata betapa jahatnya Gajah Mada (apakah anda punya
hati nurani?), dia megalomaniak sejati menggunakan segala cara
untuk mencapai tujuan (apakah mental korup dan ga tau malu para
pejabat RI, itu juga diwarisi dari Gajah Mada). Apakah si Gajah Mada
ini akan tetap diagung-agungkan orang Jawa sebagai ³pahlawan´
padahal orang Aceh, orang Padang, orang Banjar, orang Sulawesi dan
tentu saja orang Sunda sangat membencinya. Hentikanlah bersikap
egois dan mau menang sendiri, bersikaplah adil walaupun dirasa berat
dalam hati kalau leluhur sendiri itu bejat. Luruskan sejarah selurus-
lurusnya jangan seenaknya memangkat ³pahlawan´ kalau nantinya
menyakiti etnis lain, Indonesia didirikan berdasarkan Sumpah Pemuda
bukan Sumpah Palapa, kita bersatu karena kesetaraan dan
kesejajaran bukan taklukan juga bukan untuk diperlakukan seperti
taklukan
5. O
O Ñ
× O
O
iya neh, sutisna sensi banget seh, orang sensi itu menunjukkan
kelemahannya loh
6. O
O ^!"#
Terlalu naif jika tidak mengakui gadjah Mada sebagai orang besar.
kenaifan itu muncul karena jelous terhadap orang Indonesia yg ingin
meniru keprajuritan gadjah mada.
salam,
Tambahan :
8. O
O O
sunda vs jawa«««««
persatuan dan kesatuan lebih penting
10.O
O
11.O
O Ñ
12.O
O
sejarah memang hanya mencatat orang besar, luka hati siapa sih yang
mau mencatat dalam prasasti?
seandainya waktu itu fesbuk sudah ada tentu hayam wuruk jatuh
cintanya sama putri dari perancis. artinya bahwa gambar si putri dari
pajajaran bisa sampai ke majapahit itu juga ada siasatnya.
jadi itulah sejarah, terimalah dengan fair, sentimen anda semua tidak
berdasar sama tidak berdasarnya kisah turun temurun versi sunda ato
versi jawa.
13.O
O !!
14.O
O ]
15.O
O O
inti¶a« wajar klo orang jawa tersinngung saat dikatakan klo gajah
mada dibenci orang jawa..
tapi, jika orang luar jawa membenci gajahmada, janganlah di bilang
naif«..kan semua orang punya hak untuk komentar, betul?!
P.S
saya suka bagian ini-dari salah satu comment-:
³ndonesia didirikan berdasarkan Sumpah Pemuda bukan Sumpah
Palapa, kita bersatu karena kesetaraan dan kesejajaran bukan
taklukan juga bukan untuk diperlakukan seperti taklukan´
× O
O Ñ
16.O
O ¦O
Menyangkut Perang Bubat dan Gajah Mada saya cuma ingin tahu,
Kira-kira kalau dulu yang berangkat dari tanah pasundan ke Bubat itu
dengan tujuuan mau perang bukan mau kekondangan kira-kira yang
akan menang yang mana ya ? Soalna kelihatan kekuatannya agak
timpang baik dari segi jumlah pasukan, maupun persiapan. Walaupun
menurut buku AMP disana disebutkan bahwa ilmu perang Majapahit
waktu itu sumbernya dari kitab perang orang sunda yang
disempurnakan oleh orang majapahit«.
Disini saya tidak menyebutkan sunda-jawa, tapi sunda-majapahit.
18.O
O #
dalam logika saya kata ³perang´ dalam kisah perang bubat cukup
membingungkan dikarenakan kedatangan sunda galuh hanya dengan
100 orang pergi ke majapahit berikut membawa pasukan sekecil itu
sulit dikatakan sebuah perang, apalagi dengan membawa putri
kerajaan.
.. tampaknya kejadian di bubat ini lebih mirip dengan pembantaian
dengan alasan :
- melihat dari jumlah pasukan kecil dan mereka datang dari tempat
yang jauh yakni tatar sunda-galuh,
- persenjataan seadanya,
- maksud kedatangan ke majapahit ´ untuk pernikahan´.
- bawaan orang-orang sunda galuh mungkin saja setengahnya adalah
bawaan untuk pernikahan dll.
- penantian di lapangan bubat hingga beberapa hari.
secara pribadi kisah bubat ini melebihi kisah romantisme Romie dan
juliet ataupun kisah romantisme percintaan yang lainnya. walaupun
sangat tragis pada akhirnya.
«bila kita baca setelah perang bubat berakhir tantang bhre wilwatikta
yang mengutus duta ke kerajaan sunda«
setidaknya akan lebih terasa tentang konflik bathin antara dua
kerajaan besar pada waktu itu hingga ³wilwatikta berjanji, tidak ingin
memberikan kesedihan dan keaiban untuk ke dua kalinya kepada
rakyat negeri Sunda´.
terimakasih
19.O
O #O!
perbedaan pandangan dalam menangkap dan menyikapi ilmu sejarah
memang beragam dan sangat menarik«««.
gajah mada sosok yang ambisius namun berhasil, dia bercita-cita ingin
mempersatukan seluruh nusantara di bawah kekuasaan (naungan)
majapahit ««suatu cita-cita yang GILA !!!!!! «« tp beliau berhasil««
dalam artikel itu di jelaskan bahwa tidak lebih hanya ketakutan dari
kalangan keluarga istana majapahit tentang penerus HAYAM WURUK
kedepan, karena ucapan hayam wuruk yang mengatakan dia tidak
akan mengambil isteri lagi setelah menikahi DYAH PITALOKA««««
inilah penyebab utamanya (dlm artikel tersebut)«««karena sejak
hayam wuruk masih kecil dia sudah diJODOH kan dengan putri
pamannya, (ga tau nama putrinya siapa)««. kalo hayam wuruk jadi
menikah dengan putri pamannya maka keberlangsungan keturunan
RADEN WIJAYA akan selalu eksis «««. tp karena hayam wuruk
bertekad bahwa setelah menikahi dyah pitaloka, beliau tidak akan
mengambil isteri lagi««maka keluarga istana (yang pengen
kekuasaan) mengatur siasat yang membuat pihak galuh marah besar
dan terjadilah perang bubat««..
satu sisi gajah mada berada dalam gerbang kemenangan cita-cita dia
(andai kata pernikahan terjadi, maka sunda bergabung)««..posisi dia
sebagai seorang jendral perang berada dalam posisi DILEMA pada saat
itu««.. seandainya pernikahan itu berjalan dengan NORMAL, gajah
mada berhasil dengan sumpah palapanya, tp berhadapan dengan
keluarga istana yang ingin kekuasaan««.. dengan menyerang utusan
sunda (berharap agar sunda takluk juga) jelas bukan sikap SATRIA (
sedang dia seorang jendral perang, tentu menjaga etika
perang)««««. tp kemudian gajahmada mengambil sikap ³MANUT´
terhadap titah ISTANA(yang ingin kekuasaan) dan menyerang para
utusan sunda dan BOM««« perang bubat«««..maka kiranya wajar
setelah insiden itu gajah mada MOKSA tanpa jejak sampai saat
ini««««.. mungkin dia berada dalam suatu dilema besar sehingga
memutuskan MOKSA««««.. andai kata tidak terjadi perang BUBAT,
tentu gajah mada ingin menikmati jerih payahnya mempersatukan
nusantara dengan duduk nyantai di teras rumahnya sambil kipas-
kipas«««.hehehehe«««««.
20.O
O ##O
Aku orang sunda tapi besar di jawa, dan sudah merasakan selama
puluhan tahun ada memang sindiran, gesekan tak kentara dan
kebencian yang tersirat terutama dari pihak yang tua tua tentang
ketegangan sunda dan jawa ini..
dan kesimpulannya..
entahlah..
21.O
O #O