Disusun oleh:
Universitas Telkom
Bandung
2019
KATA PENGANTAR
OM SWASTYASTU,
Dalam Penulisan dan penyaduran Babad Bendesa Manik Mas ini kami sajikan dalam
bentuk bahasa Indonesia, agar dapat dimengerti oleh generasi Pratisentana khususnya dan ma
syarakat luas pada umumnya sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang b
udaya serta pandangan hidup pada masa lalu.
Rangkuman cerita ini kami terjemahkan dari banyak babad yang dapat kami kumpul
kan berupa lontar, sumari, terjemahan diantaranya dari bapak Gusti Bagus Sugriwa, Bapak G
unarsa, Bapak Gede Bendesa, Bapak K Subandi yang mana beliau adalah tokoh penting yang
berperan sehingga sepatutnyalah kita ucapkan terima kasih kepada tokoh-tokoh tersebut yang
sudah berjasa.
Disamping lontar – lontar sebagai sumber, kami juga mengutip dari buku – buku seja
rah, seperti Negara Kerta Gama Majapahit, Kediri, daha dan sejarah lain yang menunjang seb
agai sumber data untuk menyusun tulisan ini, disamping itu pula dari prasasti yang ada kaitan
nya dengan peristiwa dimasa lalu tersebut.
Banyak kesulitan yang dijumpai dalam penyusunan tulisan ini, disebabkan karena minimnya
data – data peninggalan sejarah masa lalu tersebut terutama yang berada dipura – pura yang
masih memiliki bukti – bukti sejarah karena tidak diperbolehkan dapat dibilang telah dikeram
atkan.
Hal semacam ini merupakan kendala yang dihadapi untuk mengungkap sejarah dan l
atar belakang kehidupan pada jaman dahulu kala, oleh karena kelangkaannya.
Mengingat babad Bendesa Manik Mas ini sangat menarik dan merupakan awal mula berdirin
ya kerajaan bali Majapahit. Maka kami memandang sangat perlu untuk diungkapkan keberad
aannya. Yang mana akan ikut memberi warna perkembangan sejarah berikutnya.
Demikian tulisan ini kami buat kepada semua pembaca agar dapat dijadikan sebagai pengetah
uan sejarah – sejarah kuno yang amat langka ini. Untuk lebih sempurnanya buku ini maka ka
mi harapkan kesediaan bagi yang memiliki bukti – bukti sejarah dan memiliki pengetahuan te
ntang Babad ini sudi kiranya untuk melengkapinya berdasarkan prasasti, sejarah atau lontar y
ang sesungguhnya sehingga buku tersebut dapat lebih otentik dan cerita berdasarkan sejarah s
esungguhnya.
Atas segala kesempatan dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Semoga Ida Hyang Perama Kawi Selalu Memberkati Kita.
OM SANTI SANTI SANTI OM.
PENGANTAR KATA DARI PENULIS
Om Swastyastu,
Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa penulis ucapkan, karena atas karun
ianyalah penulis dapat menyadur cerita dari Babad Bendesa Manik Mas ini kedalam Tulisan
yang baru dan sesuai dengan Tulisan sebelumnya yang telah diuraikan oleh Sri Bintang Dhan
u, sehingga penulis mengulas kembali dalam bentuk tulisan yang baru tetapi tidak merubah ta
tanan aslinya.
Adapun tulisan ini dibuat untuk lebih mempermudah bagi pembaca dan dapat diseba
r luaskan sebagaimana mestinya, agar semua khalayak dapat menikmati dan membacanya.
Harapan kami saduran ini dapat berguna bagi semua masyarakat dan dapat berperan penting
dalam pengetahuan sejarah tentang Leluhur dan garis keturunan bagi para pratisentana dan ba
gi orang yang ingin mengetahui cerita – cerita pada zaman dahulu kala sebelum memasuki za
man atau masa sekarang ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada kakak sepupu Dr. Sudhaberata Purna SPOG dan
keluarga, serta Keluarga Besar Picasari Tianyar, kami yang telah memiliki dan membagikann
ya kepada kami sehingga kami dapat menelusuri sejarah yang sebelumnya tidak kami ketahui
Harapan Kami semoga buku ini dapat lebih disempurnakan lagi. Dengan segala kere
ndahan hati bagi yang memiliki bukti – bukti sejarah sebenarnya kami harapkan dapat memb
agi pengetahuan sehingga sejarah masa lalu dapat kita jadikan sebagai pengetahuan bersama.
Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.
Om Shanti Shanti Shanti Om.
Hormat saya
I Ny Dharma As. ST
BAB I
PENDAHULUAN
KIYAI Gusti Pangeran Bandesa Manik Mas begitulah nama lengkap leluhur kita seb
agai warih Bandesa Manik Mas. Beberapa semeton sudah mengetahui bagaimana perjalanan
sejarah Bandesa Manik Mas, namun tidak banyak semeton yang tahu siapa sebenarnya Pange
ran Bandesa Manik Mas. Apa hubungan antara Kiyai Patih Wulung dengan Bandesa Manik
Mas, dan siapa sebenarnya Patih Ularan yang banyak disebut dalam berbagai sumber babad?
Dalam berbagai literatur terdapat beberapa versi yang menjelaskan tentang Bandesa Manik M
as. Perbedaan versi ini apabila kita dalam memahaminya hanya sepotong-sepotong bahkan ta
npa melalui komparasi sumber sejarah tentu bisa menimbulkan adanya kekeliruan bahkan tid
ak tertutup kesalahan yang berkepanjangan karena hanya membenarkan satu sumber saja yan
g belum tentu kebenarannya.
Terlebih lagi harus diketahui oleh mereka yang sering menulis prasasti untuk pesana
n di suatu merajan. Apabila salah dalam memahaminya dan hanya menggantungkan pada sat
u sumber babad saja terjadilah perpanjangan mata rantai kekeliruan dan kesalahan sejarah Ba
ndesa Manik Mas.
Oleh karena itu dalam menuliskan sejarah Bandesa Manik Mas harus mengacu pada
peristiwa sejarah yang terdiri dari tokoh sejarah dan periodisasi sejarah. Dalam memahami se
jarah Pangeran Bandesa Manik Mas terdapat dua tokoh sejarah berbeda yang sering dicampur
adukkan dalam beberapa babad. Tokoh Patih Wulung dengan tokoh Patih Ularan, tokoh Dale
m Kresna Kepakisan dengan Dalem Waturenggong karena yang disebut hanya tokoh Dalem
Gelgel saja, bahkan kerajaan Pasuruan dengan kerajaan Blambanganpun di beberapa babad te
rbaca sangat mengelirukan.
Oleh karena itu sekarang adalah saatnya kita untuk memahami sejarah Pangeran Ban
desa Manik Mas dalam konteks fakta sejarah bukan dalam konteks babad.
Kiyai Patih Wulung.
Beliau adalah seorang Brahmana keturunan dari Mpu Dwijaksara. Nama beliau adala
h Mpu Jiwaksara. Ketika Bali dapat ditaklukkan oleh Gajah Mada, atas petunjuk Gajah Mada
akhirnya Ratu Majapahit Tri Bhuwana Tungga Dewi mengutusnya menjadi seorang pemimpi
n di Bali untuk menyusun sistem pemerintahan versi Majapahit. Tugas dalam bidang pemerin
tahan adalah tugas seorang ksatriya, oleh karenanya Ratu Majapahit memberikan gelar kepad
a Mpu Jiwaksara dengan sebutan Kiyai Patih Wulung. Tugas beliau bukan menjadi raja tetapi
petugas penyusun pemerintahan di tanah Bali. Hal ini bisa dipahami dari tandakan Kiyai Pati
h Wulung ketika semua susunan pemerintahan terbentuk, Beliau kembali menghadap Ratu Tr
i Bhuwana Tungga Dewi dan Gajah Mada agar di Bali Dwipa ditempatkan seorang raja.
Oleh karena itulah rencana besar seorang Gajah Mada telah dimulai di tanah Bali, dimana Ga
jah Mada tidak menempatkan raja dari kaum ksatriya, tetapi lebih memilih dari kaum brahma
na. Putra keempat dari Danghyang Kepakisan yang benama Dalem Ketut diangkat menjadi ra
ja dengan gelar Dalem Ketut Kresna Kepakisan. Patih Wulung telah mempersiapkan istana le
ngkap dengan prajurit dan pengawal istana bertempat di desa Samprangan Gianyar. Oleh kar
na itulah Dalem Sri Kresna Ketut Kepakisan bergelar Dalem Samprangan, sedangkan Patih
Wulung tetap menempati karang kepatihan di Gelgel sebagai Amengku Bumi.
Perjalanan sejarah sudah terjadi (inmaleg) tanpa bisa dikembalikan, ketika Dalem Sa
mprangan mengutus Kiyai Patih Wulung menyerang kerajaan kakaknya di Pasuruan dengan
berbekal pesan seorang raja agar jangan sampai membunuh kakak Beliau. Dalam hukum pera
ng adalah dharmaning ksatriya mahottamo yang mengharuskan menang di medan laga, meny
ebabkan Dalem Putu terbunuh.
Disinilah kemenangan berbuah petaka bagi Kiyai Patih Wulung. Panji-panji kemenan
gan yang dikibarkan ketika sampai di puri Samprangan disambut kemarahan dari Ida Dalem s
etelah mengetahui kakaknya terbunuh. Kemarahan Ida Dalem inilah kemudian munculnya se
buah bhisama yang ditujukan kepada Kiyai Patih Wulung yang mengharuskannya meninggal
kan Gelgel dan menetap di Bali Tengah. Dalam bhisama dijelaskan Kiyai Patih Wulung tidak
lagi memiliki gelar seorang ksatriya tetapi hanya menjadi seorang Bandesa. Dari isi bhisama i
ni tercantum Kiyai Patih Wulung menjadi seorang Bandesa bukan hanya jabatan sebagai Ban
desa tetapi juga sebagai keturunan “…mulai sekarang aku kasi engkau gelar Kiyai Gusti Pang
eran Bandesa Manik Mas dan seketurunanmu”.
Sejak itulah mulai munculnya nama dinasti Pangeran Bandesa Manik Mas dalam cat
atan sejarah tanah Bali, yang mendiami wilayah kecil di Bali tengah dengan nama Desa Mas
sampai pada generasi ke tiga kedatangan Danghyang Nirartha yang memilih menetap di Mas
dan menjalin hubungan dengan Pangeran Mas. Pangeran Mas kemudian membuatkan tempat
tinggal Danghyang Nirartha yang terletak di sebelah utara Puri Mas yang disebut Taman Pule
yang dijadikan sebagai pasraman oleh Danghyang Nirartha beserta seluruh keluarganya.
Hubungan antara Danghyang Nirartha dan Pangeran Mas semakin erat karena Panger
an Mas berguru pada Danghyang Nirartha sampai akhirnya didiksa menjadi seorang Panditha
bergelah Panditha Mas. Sebagai rasa hormat dan terimakasih Pangeran Mas kemudian mengh
aturkan putri Beliau yang bernama Gusti Ayu Manikan Mas Gumitir untuk menjadi istri sang
Rsi. Dari perkawinan itu lahirlah Ida Bok Cabe yang kemudian menurunkan brahmana Mas s
ampai saat ini.
Tokoh Patih Ularan muncul menjadi terkenal adalah pada masa pemerintahan Dalem
Waturenggong yang bergelar Dalem Gelgel. Waturenggong adalah raja Bali Dwipa pada gen
erasi ke tiga dimana sebelumnya yang menjadi raja adalah Raja Sri Smara Kresna Kepakisan
yang mulai memindahkan pusat kerajaan dari wilayah Samprangan Gianyar ke wilayah Gelge
l Klungkung.
Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong di wilayah Mas juga memimpin adal
ah generasi ketiga, dimana pada saat itu Pangeran Mas III memimpin Desa Mas dengan sanga
t tentram. Danghyang Nirartha yang saat itu sudah menetap di Mas, dimohonkan oleh Dalem
Waturenggong menghadap ke Gelgel. Setelah itu Danghyang Nirartha dijadikan sebagai baga
wanta kerajaan oleh Dalem Waturengong. Tugas utama Danghyang Nirartha adalah selain se
bagai penasehat raja, juga ditugaskan membentuk angkatan perang kerajaan Gelgel.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang sanyain dan seorang arsitek taktik dan
strategi perang, Danghyang Nirartha membangun angkatan perang kerajaan Gelgel bernama
Dulang Mangap. Tokoh yang ditunjuk menjadi pemimpinnya adalah tiga orang ksatriya yaitu
Patih Ularan, Pangeran Pasek dan Pangeran Bandesa (?).
Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong dengan penasehat kerajaan Danghya
ng Nirartha, kerajaan Gelgel mencapai puncak keemasan dengan pasukan perang yang sangat
kuat sehingga bisa sampai menguasai wilayah Lombok dan Blambangan.
Pada saat penyerbuan ke wilayah Blambangan yang menjadi pemimpin perang adalah tiga or
ang ksatriya tersebut di atas.
Dalam berbagai sumber babad, dicantumkan adanya perintah yang hampir sama deng
an perintah ketika Kiyai Patih Wulung menyerbu wilayah Pasuruan, bahwa tidak boleh memb
unuh raja. Penulisan tokoh sejarah dalam sumber babad dalam peristiwa sejarah ini campur a
duk dimana dijelaskan bahwa Patih Ularan mendapat tugas dari Dalem Gelgel Kresna Kepaki
san. Bahkan juga dijelaskan Patih Ularan dan pasukannya bukan menyerang ke Blambangan t
api ke Pasuruan.
Di sinilah adanya kesalahan dalam penulisan tokoh dan peristiwa sejarah yang berbe
da, sehingga dalam berbagai prasasti yang ada di beberapa merajan saat ini menjadi ikut dikel
irukan perjalanan sejarahnya.
Bhisama dari Dalem Waturenggong kepada Patih Ularan adalah pergi ke wilayah Bal
i Utara dan menetap di Patemon Buleleng, sedangkan Pangeran Pasek dan Pangeran Bandesa
diberikan tempat di wilayah Gelgel yang kemudian membangun puri bernama Jro Kuta Gelge
l bukan ke Bali Tengah (Desa Mas), sedangkan yang pergi ke Bali Tengah adalah Patih Wulu
ng pada generasi pertama. Adanya nama Pangeran Mas yang ikut menjadi pemimpin Tri Man
unggaling Yuda, kemungkinan (walaupun belum tentu benar karena tidak ditemukan sumber
sejarah) adalah keturunan dari Pangeran Mas yang ada di Mas kemudian dijadikan sebagai sa
lah satu pemimpin di kerajaan Gelgel.
Demikianlah perjalanan Sejarah keturunan Kiyai Gusti Pangeran Bandesa Manik Ma
s yang selama ini kita menyatukan diri dalam sebuah paiketan dengan sebutan Pratisentana B
andesa Manik Mas (PBMM), yang harus betul-betul kita luruskan karena berkaitan dengan pe
rjalanan sejarah secara sekala dan niskala dan terlepas dari pastu para leluhur. Pak Mas.
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Bali Aga di Jaman pemerintahan SRI RATNA BUMI BANTEN, yang memerintah
ditahun 143 Masehi dibedahulu terkenal dengan Raja Bedhahulu, Beliau masih keturunan Raj
a Daha.
Sri Asura Ratna Bumi Banten tidak mau tunduk dengan kerajaan Mojopahit dimana
pada waktu kerajaan Mojopahit dipimpin oleh seorang Raja Putri bernama Tri Buwana Tung
ga Dewi dengan patih utamanya Aditya Warman bergelar Arya Damar dan ditemani Patih Ga
jah Mada
Karena keberaniannya beliau menentang kehendak Mojopahit itu menyebabkan Gaja
h Mada tak berani gegabah menghadapi Raja Bali ini. Disamping itu Gajah Mada telah mend
engar bahwa diBali banyak terdapat tokoh – tokoh sakti dan amat tangguh yang menjadi tulan
g punggung kekuatan kerajaan Sri Asura Ratna Bumi Banten itu.
Tokoh – tokoh yang paling ditakuti oleh Gajah Mada adalah :
Ki Kebo Iwa, Ki Pasung Grigis : yang menjabat sebagai mangku bumi kerajaan Bali
Aga, memang kesaktian para tokoh tersebut sudah sangat tersohor kepelosok negri, belum lag
i beliau didukung oleh sederetan orang – orang sakti seperti :
Ki Tunjung Biru, Tunjung Tutur dan tokoh lainnya.
Oleh karena keperkasaan beliau inilah menyebabkan ki Patih Gajah Mada berpikir berat men
cari siasat bagaimana caranya untuk menundukan Bali Aga menjadi dibawah kekuasaan keraj
aan Mojopahit.
Tidak sedikit yang telah disumbangkan oleh para panglima perang dan ahli politik Majapahit
itu guna bisa menundukan bali Aga, tetap saja belum dapat terpecahkan, karena bukan semba
rang musuh yang dihadapinya. Mereka serba sempurna dalam tata pemerintahan, angkatan pe
rang, kekuatan prajurit yang tak terhitung disamping kesiapan Kerajaan Bali Aga dalam kead
aan siap perang. Kalau ada gangguan musuh dari luar Bali. Patih Gajah Mada memang meras
akan ada kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum dirasakan sebelumnya, walaupu
n dia akan berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat yang memiliki peralatan pera
ng serba lengkap. Tetapi menghadapi Bali terasa ada rasa takut dan ragu-ragu menyelinap pa
da dirinya sampai-sampai Gajah Mada memberikan julukan bahwa Raja Bali Aga yang berku
asa dibali adalah Seorang raksasa manusia. Berbadan manusia berkepala raksasa dengan mito
snya sendiri. Kerajaan di Beda Hulu yang siap sedia menyerang kedewataan berani memusuh
i para dewata di kahyangan yang maksudnya adalah kerajaan Majapahit. Demikian Gajah Ma
da Menyebutnya memang beliau Raja Bali yang bergelar SRI ASURA RATNA BUMI BAN
TEN itu memang tidak mau tunduk sama sekali dengan Majapahit. Karena mereka ingin men
jadi kerajaan yang merdeka. Tidak mau dibawah kerajaan manapun.
Begitu beraninya SRI ASTA ASURA RATNA BUMI BANTEN, raja Bali Aga wakt
u itu, berkat kearifan beliau memerintah menyebabkan rakyat sangat menghormati dan rakyat
hidup aman sentosa. Siapa sebenarnya Raja Bali Aga itu sebelum misi Gajah Mada ke Bali ?
Di Bali sebelumnya Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten berkuasa. Masih banyak lagi kita jum
pai Raja-Raja yang memerintah diBali Aga untuk lebih jelasnya kita mempunyai gambaran si
tuasi kerajaan diBali mari kita lihat sederetan Raja-Raja memerintah dibali sebelum itu.
PANCA PANDITA
Mpu Geni Jaya beserta adik-adiknya Mpu Semeru, Mpu Kuturan, Mpu Pradah dan M
pu Gana merupakan panca pandita dari India yang pada suatu ketika menghadap Raja Airlang
ga di Kediri. Kedatangan mereka ke Indonesia adalah terutama untuk membina pulau Bali ata
s perintah Bhatara Paçupati. Yang meneruskan perjalanan ke Bali adalah:
1. Mpu Semeru menetap di Besakih.
2. Mpu Gana di Dasar Bhuwana, Gelgel.
3. Mpu Kuturan di Çilayukti, Padang.
Yang tinggal di Jawa adalah:
1. Mpu Pradah di Pajarakan, Kediri dan
2. Mpu Genijaya.
MPU GENI JAYA (1157)
Mpu Geni jaya mempunyai 7 putera (Sapta Pandita) yang tinggal di Kuntuliku, Jawa Timur.
Dalam tahun 1157 Mpu Geni jaya pergi ke Bali untuk mengunjungi adik-adiknya lalu meneta
p di gunung Lempuyang.
Gajah Waktra (1337 – 1343) Raja Bali, Gajah Waktra beserta pepatihnya Kebo Iwa dan Pasu
ng Gerigis memerintah Bali selama 1337 – 1343. Kemudian Bali di serang dan di taklukan ol
eh patih Gajah Mada dari Mojopahit. Selesai perang, Mpu Jiwaksara yaitu generasi ke-6 dari
Mpu Geni jaya diangkat menjadi puncuk pimpinan pemerintahan Mojopahit di Bali dengan g
elar Patih Wulung. Ayahnya Mpu Wijaksana juga ikut ke Bali dan merupakan pendeta perta
ma dari Mojopahit yang mengatur tata keagamaan di Bali setelah Bali jatuh ke tangan Mojop
ahit.
https://andysimpen.wordpress.com/2010/05/27/babad-bendesa-manik-mas/
https://www.bandesamanikmas.com/bandesa-manik-mas-upaya-meluruskan-sejarah/