Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PEMODELAN SISTEM
Dosen : Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA

oleh :

Sukiman (08 7025 013)

PROGRAM MAGISTER TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Model Pertumbuhan Jumlah Populasi suatu jenis ternak

Di sektor peternakan, baik secara teknis maupun nonteknis, Barito Utara menyimpan
potensi besar. Dari segi teknis, potensi itu terlihat dari luasnya areal padang rumput untuk
penggembalaan yang terdapat di daerah ini.

Menurut jenisnya, setiap desa di Barito Utara rata-rata memiliki padang rumput kumpai
seluas 100 hektare. Selain itu, di setiap desa tersebut juga terdapat 50 hektare padang
rumput lapangan. Artinya, dengan rasio tersebut, Barito Utara memiliki areal
penggembalaan lebih dari 18 ribu hektare.

Selain luasnya lahan gembalaan, potensi peternakan didukung oleh indikator teknis lainnya,
yaitu tersedianya dua poultry shop di Muara Teweh, yaitu Poultry Shop Musiwati dan
Poultry Shop Cahaya Baru.

Dari sisi nonteknis, potensi peternakan di Barito Utara diindikasikan oleh ketersediaan
tenaga kerja dan lebarnya peluang pasar di daerah ini. Dari sisi tenaga kerja, misalnya, di
daerah ini masih sangat besar mengingat banyaknya penduduk yang mata pencahariannya
di sektor pertanian. Sedang lebarnya peluang pasar diindikasikan oleh relatif banyaknya
kebutuhan ternak dan hasil ikutannya untuk daerah ini yang didatangkan dari daerah lain.
Selain itu, harga ternak di daerah ini dari hari ke hari terus mengalami peningkatan.

Dalam ukuran jumlah, sebagian besar potensi


peternakan itu terlihat dari besarnya populasi
ternak di Kabupaten Barito Utara. Di Barito
Utara, ternak kecil (unggas) sangat besar
populasinya. Ayam --baik ras maupun buras--,
misalnya, populasinya mencapai 514.425 ekor
dan itik populasinya mencapai 66.239 ekor.

Untuk ternak sedang dan besar, babi adalah


ternak yang paling banyak populasinya, yakni
sebanyak 27.800 ekor. Ternak lainnya, sapi berjumlah 4.571 ekor; kerbau berjumlah 2.875
ekor; kambing 7.774 ekor dan kelinci berjumlah 492 ekor. Di Barito Utara tidak terdapat
domba dan kuda.

Bagi satu daerah yang banyak memiliki populasi ternak sudah menjadi jamak jika diikuti
dengan tingginya produksi daging. Di Barito Utara, mengikuti hukum itu, dari ternak yang
ada menghasilkan sebanyak 1.979.754 kilogram daging. Dari jumlah itu, sebanyak 88,59%
(1.753.790 kilogram) berasal dari daging ayam.

Selain daging ayam, produksi daging babi, itik, sapi dan kerbau tergolong besar volumenya.
Masing-masing 30.425 kg daging sapi; sebanyak 16.466 kg daging kerbau; sebanyak 8.300
kg kambing; sebanyak 80.670 kg babi dan sebanyak 90.103 kilogram daging itik. §

3
MODEL PERTUMBUHAN PANGSA PASAR, DAYA SAING,
FASE PERTUMBUHAN

Pagi ini terbaca di Kompas bahwa Pemerintah tidak memiliki Visi dan Misi yang jelas dan
terkesan dapat “ditekan” oleh segelintir orang seperti tekanan untuk pembubaran suatu
kelompok terhadap kelompok lainnya. Indonesia sampai kini masih saja berkutat masalah
KELOMPOKKU lebih anu dari KELOMPOKMU.

Kesempatan ini, saya ingin menampilkan bahwa sebuah masalah itu tidaklah dapat
dibiarkan begitu saja dan kemudian berharap masalah itu akan berlalu dengan sendirinya.
Perlu bantuan Peta Konsep untuk memetakan apa masalahnya, apa alternatif yang tersedia,
keputusan apa yang paling bijak dan meminimalisasi resiko yang ada (karena setiap pilihan
ada keuntungan dan kerugiannya), sedapat mungkin patokannya adalah Keuntungan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Bisa jadi memang program pemerintah baik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di
Indonesia, tetapi kalau tidak tersampaikan dengan baik maka bisa jadi apapun langkah
pemerintah akan selalu mendapat protes dan kritik. Tetapi kita harus tetap melangkah satu
langkah demi satu langkah dengan berpedoman dengan strategi yang terpadu dan berirama
antar komponen bangsa dengan berpanduan pada sebuah peta konsep yang dibuat dan
disepakati bersama.

Saya bermimpi untuk dapat ikut serta dalam salah satu sidang kabinet atau di level menteri
dan membuatkan peta konsep sebagai notulen mereka.

4
MODEL DENTUMAN BESAR

Model kosmologi Dentuman Besar bersandar pada dua gagasan kunci yang muncul di awal
abad ke-20: Relativitas Umum dan Prinsip Kosmologis. Dengan mengasumsikan bahwa
materi di alam semesta terdistribusi secara seragam dalam skala besar, kita bisa
menggunakan Relativitas Umum untuk menghitung efek gravitasional yang berhubungan
dengan materi tersebut. Karena materi merupakan bagian dari ruang-waktu dalam
Relativitas Umum, melakukan hal ini sama saja dengan menghitung ruang-waktu dinamis
itu sendiri. Begini ceritanya.

Mari kita bayangkan bahwa seluruh materi


di alam semesta adalah homogen dan
isotropik (Prinsip Kosmologis). Dengan
demikian, dapat ditunjukkan bahwa
distrorsi yang berhubungan pada ruang-
waktu (karena efek gravitasional dari
materi) hanya dapat memiliki tiga bentuk,
seperti ditunjukkan pada gambar di
sebelah kiri (kalau kurang jelas, silahkan
klik pada gambar untuk memperbesar). Ia
dapat membentuk kurva “postif” seperti
permukaan sebuah bola dan terbatas seraya
mengembang; ia dapat berbentuk kurva
“negatif”, seperti pelana dan tak terbatas
seraya mengembang; atau bisa juga berbentuk datar dan tak terbatas seraya mengembang
sebagaimana konsep kita tentang ruang.

Gambaran diatas punya keterbatasan, yakni kita hanya bisa melukiskan kurvatur dua
dimensi dari ruang yang sebenarnya tiga dimensi. Perlu dicatat bahwa di dalam alam
semesta tertutup, kita dapat memulai perjalanan ke satu arah, dan apabila kita punya cukup
waktu, kita akan kembali ke titik dimana perjalanan kita berawal; sebaliknya, dalam alam
semesta tak-terbatas, kita tidak akan pernah kembali.

Sebelum kita bahas lebih jauh soal ketiga gambaran tentang alam semesta itu, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan:

• Karena alam semesta memiliki usia yang terbatas (sekitar 13,7 miliar tahun), berarti
kita tidak dapat melihat objek yang jaraknya melebihi angka tersebut. Dalam
kosmologi, jarak ini disebut sebagai horison. Model dentuman besar tidak berusaha
untuk menjelaskan daerah ruang yang berada di luar horison kita—ruang-waktu bisa
saja sangat berbeda disana.
• Mungkin saja alam semesta memiliki topologi global yang berbeda dengan yang
digambarkan disini, walaupun masih memiliki kurvatur lokal yang sama.
Contohnya, ia dapat berbentuk torus (donat). Ada beberapa cara untuk menguji
gagasan ini, namun tidak akan berpengaruh pada kebanyakan bahasan kita
selanjutnya.

Materi memainkan peranan sentral dalam kosmologi. Kerapatan rata-rata materi di alam
semesta secara khusus menentukan geometri alam semesta itu sendiri (hingga batasan yang
dijelaskan diatas). Apabila kerapatan materi kurang dari apa yang disebut kerapatan kritis
(critical density), itu artinya alam semesta bersifat terbuka dan tak terbatas. Apabila
kerapatan materi sama dengan kerapatan kritis, maka alam semesta bisa jadi datar namun
masih mungkin tak-terbatas. Nilai dari kerapatan kritis ini sangat kecil: setara dengan 6
atom hidrogen per meter kubik. Untuk ukuran di Bumi, besaran ini sudah mendekati
vakum! Satu pertanyaan kunci dalam kosmologi saat ini adalah: seberapakah besar

5
kerapatan rata-rata materi di alam semesta? Sementara ini jawabannya masih belum kita
ketahui, namun kelihatannya tidak akan berbeda jauh dari kerapatan kritis.

Kita bisa memanfaatkan hukum gravitasi dengan asumsi mengenai bagaimana materi
terdistribusi. Langkah berikutnya adalah berurusan dengan dinamika alam semesta—
bagaimana ruang dan materi di dalamnya berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Rincian tentang hal ini tergantung pada informasi selanjutnya mengenai materi di alam
semesta yakni kerapatan (massa per unit volume) dan tekanan (gaya yang menekan per unit
area). Namun gambaran umum yang muncul kemudian menjelaskan bahwa alam semesta
berawal dari volume yang sangat kecil, sebelum kemudian mengalami apa yang kita sebut
peristiwa Dentuman Besar (Big Bang), yang juga menandai titik awal pengembangan alam
semesta.

Dalam sebagian besar waktu pasca Dentuman Besar, tingkat pengembangan alam semesta
telah mengalami perlambatan (decelerating), antara lain karena tarikan gravitasi materi itu
sendiri. Nah, pertanyaan kunci mengenai kelanjutan nasib alam semesta adalah, apakah
tarikan gravitasi akan cukup kuat untuk membalik pengembangan alam semesta sehingga
menyebabkannya kembali menyusut dan akhirnya membentuk satu massa tunggal?
Kenyataannya, hasil pengamatan terkini justeru menunjukkan bahwa pengembangan alam
semesta mengalami percepatan (accelerating). Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa
alam semesta didominasi oleh materi ganjil yang memiliki tekanan negatif.

Gambaran disamping ini menunjukkan


sejumlah kemungkinan skenario dari
besaran relatif ruang-waktu (klik untuk
memperbesar): kurva di bagian bawah
(hijau) merepresentasikan alam semesta
datar, dengan kerapatan kritis alam
semesta dimana tingkat pengembangan
terus melambat (kurva tersebut sebenarnya
lebih datar daripada yang bisa
digambarkan disini). Kurva di tengah
(biru) menunjukkan alam semesta terbuka,
dengan kerapatan rendah dimana
pengembangan alam semesta melambat,
namun masih tidak sebanyak kerapatan
kritis, karena tarikan gravitasi masih belum
cukup kuat. Kurva di bagian atas (merah) menunjukkan alam semesta dimana sebagian
besar materi eksis dalam bentuk apa yang disebut sebagai “energi gelap” (dark energy)
yang menyebabkan alam semesta mengembang semakin cepat. Bukti-bukti yang ditemukan
sejauh ini menunjukkan bahwa alam semesta kita mengikuti kurva merah ini.

Sebelum cerita seputar pengembangan alam semesta ini kita lanjutkan, ada beberapa
miskonsepsi mengenai Dentuman Besar dan pengembangan alam semesta yang perlu
diluruskan terlebih dahulu:

• Dentuman Besar tidak terjadi pada satu titik dalam ruang sebagai sebuah “ledakan”.
Pemikiran yang lebih tepat adalah bahwa ada kenampakan simultan dari ruang
dimana-mana di alam semesta. Ingat bahwa daerah ruang didalam horison kita yang
sekarang sesungguhnya di masa lampau tidak lebih besar dari sebuah titik. Namun
demikian, apabila semua ruang, baik didalam maupun diluar horison sekarang
adalah tak terbatas, maka ia dilahirkan tak terbatas pula. Apabila alam semesta
tertutup dan terbatas, maka ia dilahirkan dengan volume nol dan tumbuh dari situ.
Dalam kedua kasus tersebut, tidak dikenal adanya “pusat pengembangan”—titik
dimana alam semesta mulai mengembang. Kalau kita analogikan sebagai bola, jari-
jari (radius) bola bertumbuh seiring pengembangan alam semesta, tetapi semua titik

6
di permukaan bola (alam semesta) menyusut satu sama lain dengan cara yang
identik. Dalam analogi ini, bagian dalam dari bola tidak bisa dianggap sebagai
bagian dari alam semesta.
• Secara definisi, alam semesta meliputi seluruh ruang dan waktu seperti yang kita
tahu, jadi ia berada diluar cakupan model dentuman besar. Ini adalah jawaban dari
pertanyaan dari arah mana alam semesta mengembang. Baik pada model semesta
terbuka maupun tertutup, satu-satunya “batas” ruang-waktu terjadi pada saat
dentuman besar (dan mungkin pada proses kebalikannya yang dikenal sebagai Big
Crunch), sehingga secara logis, tidak penting (atau malahan tidak bijak) untuk
mempertanyakan hal tersebut.
• Juga diluar cakupan model Dentuman Besar untuk menyatakan apa yang
menyebabkan terjadinya peristiwa Dentuman Besar. Ada beberapa teori spekulatif
mengenai topik ini, tapi tidak ada diantaranya yang yang cukup realistis dan bisa
diuji dalam percobaan.
• Sampai di titik ini, satu-satunya asumsi yang bisa kita buat mengenai alam semesta
adalah materi terdistribusi secara homogen dan isotropis dalam skala besar. Ada
sejumlah parameter bebas dalam keluarga model Dentuman Besar yang harus
ditetapkan melalui pengamatan atas alam semesta kita. Beberapa yang terpenting
adalah: geometri alam semesta (apakah terbuka, datar, atau tertutup); tingkat
pengembangan saat ini (konstanta Hubble); Keseluruhan tingkat pengembangan,
baik di masa lalu maupun mendatang, yang ditentukan oleh kerapatan fraksional
dari berbagai jenis materi di alam semesta. Perlu dicatat pula bahwa usia alam
semesta saat ini kita ketahui dari mengikuti sejarah pengembangan dan tingkat
pengembangannya.

Seperti yang kita catat diatas, geometri dan evolusi alam semesta ditentukan oleh kontribusi
fraksional dari berbagai jenis materi. Karena baik kerapatan energi dan tekanan
berkontribusi terhadap kekuatan gravitasi dalam Relativitas Umum, para kosmolog
membagi tipe materi berdasarkan apa yang disebut sebagai “equation of state”, hubungan
antara tekanan dan kerapatan energi. Klasifikasi dasar itu adalah sebagai berikut:

• Radiasi: tersusun dari partikel tak bermassa, atau hapir tak bermassa yang bergerak
dengan kecepatan cahaya. Contoh yang kita kenal meliputi foton (cahaya) dan
neutrino. Karakteristik khas dari materi ini adalam memiliki tekanan positif yang
besar.
• Materi Baryonik: ini adalah “materi biasa” yang sebagian besarnya tersusun atas
proton, neutron, dan elektron. Materi dalam bentuk ini secara esensial tidak
memiliki tekanan yang berpengaruh secara kosmologis.
• Materi Gelap: Ini mengacu pada materi non-baryonik “eksotis” yang hanya
memiliki interaksi lemah dengan materi biasa. Karena tidak ada materi semacam ini
yang pernah diamati di laboratorium, maka eksistensinya hanya bisa diduga dengan
alasan tertentu yang untungnya. Materi dalam bentuk ini secara kosmologis juga
tidak memiliki tekanan yang signifikan.
• Energi Gelap: Ini betul-betul merupakan bentuk materi yang ganjil, atau mungkin
merupakan bagian dari kekosongan itu sendiri, yang dikenali dari tekanan negatif
yang besar. Ini adalah satu-satunya bentuk materi yang bisa menyebabkan
pengembangan alam semesta mengalami percepatan.

Salah satu tantangan besar dalam kosmologi dewasa ini adalah untuk mengenali kerapatan
relatif maupun total (energi per unit volume) dalam setiap bentuk materi itu, berhubung itu
merupakan hal yang sangat esensial untuk memahami evolusi dan kelanjutan nasib alam
semesta kita.

7
Flickr User Model Diagram

Anda mungkin juga menyukai