PENDAHULUAN
• Saraf kranial merupakan saraf perifer yg
berpangkal pd otak dan batang otak
• Td 12 pasang
• N. I (Olfaktorius) lgs berhub dgn otak
• Nn. II, III (Optikus,Okulomotorius)?
mesensefalon
• Nn.IV,V,VI,VII (Trokhlearis,Trigeminus,
Abdusens, Fasialis) ? pons
• Nn.VIII,IX,X,XI,XII(Akustikus, Glosofaringeus,
Vagus, Asesorius, Hipoglosus) ? medula
oblongata
Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan intensitas cahaya. Visus
yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi dan proyeksi yang normal pula.
Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat membedakan gelap dan terang, belum ada daya
fiksasi. Perkembangan fovea sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah lahir. Bila
setelah berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus segera diberi tindakan
dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang baik dan juga mempertinggi
kemungkinan hasil fungsional untuk melihat binokular yang baik. ( 2 )
Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persyaratan utama, berupa :
1. Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman maupun ukurannya, hal
ini berarti bahwa tajam penglihatan pada kedua mata tidak terlalu berbeda sesudah koreksi dan
tidak terdapat aniseikonia, yang baik disebabkan karena refraksi maupun perbedaan susunan
reseptor.
2. Posisi kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah sedemikian rupa sehingga bayangan
benda yang menjadi perhatiannya akan selalu jatuh tepat pada kedua fovea. Posisi kedua mata ini
adalah resultante kerjasama seluruh otot-otot ekstrinsik pergerakan bola mata.
3. Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua retina dan
mensintesa menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. ( 3 )
Apabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi, maka akan timbul
keadaan penglihatan binokular yang tidak normal.
Aniseikonia yaitu suatu disparasi penglihatan berat yang menimbulkan diplopia dan perbedaan
hipermetropia sebanyak dua dioptri atau lebih dapat menyebabkan gangguan faal penglihatan
dalam masa perkembangan anak yang disebut sebagai Developmental Arrest.
Gangguan keseimbangan gerak bola mata akibat tonus yang tidak sama kuat antara otot-otot
penggerak bola mata maupun karena kelainan yang bersifat sentral juga dapat mengakibatkan
deviasi bola mata. ( 3, 4, 5 )
I. DEFINISI
STRABISMUS adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak searah.
Strabismus merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jauh
penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan. ( 4, 5, 6 )
II. Etiologi
Strabismus ditimbulkan oleh cacat motorik, sensorik atau sentral. Cacat sensorik disebabkan oleh
penglihatan yang buruk, tempat ptosis, palpebra, Parut Kornea Katarak Kongenital Cacat Sentral
akibat kerusakan otak.
Cacat Sensorik dan Sentral menimbulkan Strabismus Konkomitan atau non paralitik. Cacat
motorik seperti paresis otot mata akan menyebabkan gerakan abnormal mata yang menimbulkan
strabismus paralitik. ( 4, 5 )
Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi berat atau pandangan yang lemah
karena penyakit bisa berakhir pada strabismus. Ambliopia (berkurangnya ketajaman penglihatan)
dapat terjadi pada strabismus, biasanya terjadi pada penekanan kortikal dari bayangan mata yang
menyimpang. ( 5 )
Tanda-tanda :
1. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi nyata
pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta
supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan
kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga
diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja. ( 4 )
2. Deviasi
Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan
menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak
lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila
mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
Contoh : kelumpuhan m.rektus lateralis, menyebabkan esotropia, mata berdeviasi kenasal.
Deviasi ini tampak jelas bila kedua mata digerakkan kearah temporal dan menjadi tidak nyata,
bila digerakkan kearah nasal. Deviasi dari mata yang strabismus disebut deviasi primer, selalu
kearah berlawanan dengan arah bekerjanya otot yang lumpuh. Kalau mata yang sakit melihat
sesuatu obyek dan mata yang sehat ditutup maka mata yang sehat ini akan berdeviasi pada arah
yang sesuai dengan mata yang sakit, tetapi dengan kekuatan yang lebih besar. Deviasi dari mata
yang sehat disebut deviasi sekunder. Deviasi sekunder ini lebih besar, karena rangsangan yang
kuat dibutuhkan mata yang sakit untuk melihat kearah tempat otot yang sakit bekerja. Kekuatan
rangsangan yang sama didapatkan pula oleh otot yang normal sebagai pasangannya, karena itu
timbul deviasi sekunder yang kuat, pada mata yang sehat (hukum Hering). ( 4, 5 )
Ini merupakan cara untuk membedakan strabismus paralitik dari yang nonparalitika, dimana
diviasi primer sama dengan diviasi sekunder.
Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak
esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
Dengan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang salah.
Caranya : Penderita disuruh mengikuti gerak korek api, dengan matanya, tanpa menggerakkan
kepalanya, yang digerakkan keatas, kebawah, kekanan dan kekiri, secara maksimal. Diperhatikan
apakah timbul diplopia pada salah satu arah.
Umpamanya pada waktu melihat kekanan tampak diplopia. Dalam hal ini ada 2 kemungkinan :
1. Mata kiri yang tertinggal karena eksotropi mata kiri = kelumpuhan m.rektus internus
2. Mata kanan tertinggal, karena esotropia mata kanan = kelumpuhan m.rektus eksternus.
Kemungkinan
OS OD
Kiri kanan
OS OD
1. Pada eksotropia mata kiri (OS) = paralise m.rektus internus pada mata kiri
Rangsangan pada mata kanan difovea sentralis.
Pada OS, retina yang terangsang disebelah kiri fovea sentralis, jadi bayangan OS ada disebelah
kanan dari bayangan OD yang melalui fovea sentralis, dilapangan penglihatan.
OD OS
Disini terdapat crossed diplopia, karena bayangan palsunya terletak berlawanan dengan mata
yang berdeviasi.
Disini diplopianya OS OD, disebut juga homonymous diplopia, karena bayangan palsunya
terletak pada sisi yang sama dengan mata yang berdeviasi.
Dengan menutup salah satu mata, setelah terlihat diplopia, dapatlah diketahui kedudukan
bayangan dari diplopia itu, karena bayangan yang hilang menunjukkan kedudukan bayangan
mata itu. Umpamanya bayangan yang sebelah kiri yang hilang, bila mata kanan yang ditutup,
maka bayangan yang sebelah kiri adalah bayangan dari mata kanan. ( 4 )
Pengukuran derajat deviasinya dengan tes Hirschberg, tes Krimski, tes Maddox cross.
Penderita strabismus paralitika sebaiknya dirujuk dahulu dengan seorang ahli saraf, sebelum
diberikan pengobatan pada matanya, untuk menentukan da mengobati penyebabnya, yang
seringkali merupakan keadaan yang gawat seperti tumor diotak. Kalau dari fihak bagian saraf
sudah dianggap tengan barulah matanya diberi pengobatan.
Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot, biasanya m.rektus lateralis, m.obliqus superior atau
salah satu otot yang diurus oleh N.III. Dapat juga mengenai beberapa otot yang diurus oleh N.III.
Tanda-tandanya :
- gangguan pergerakan mata kearah luar
- diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar
- kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh
- deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan dengan otot yang
lumpuh
- pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul supresi, sehingga
tidak timbul diplopia
- pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong, penderita mengeluh ada
diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh
pada daerah-daerah retina dikedua mata yang tidak bersesuaian (corresponderend). ( 4, 5 )
Pengobatan :
Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan, menurut kausanya, kalau dapat
dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. Bila terdapat diplopia, mata yang sakit ditutup
untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya. Adapula yang menutup mata yang sehat
untuk menghilangkan diplopianya.
Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan belum ada perbaikan, baru
dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis atau reseksi dari m.rektus medialis, sebab
bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari otot.
Penyebabnya :
Kelainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri keotot. Macam kelainan dapat
eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan pembuluh darah yang menyebabkan
penekanan atau peradangan pada saraf. Jarang-jarang disebabkan peradangan atau degenerasi
primer. Pada umumnya disebabkan oleh lues yang dapat menyebabkan tabes, ensefalitis. Infeksi
akut (difteri, influenza), keracunan (alkohol), diabetes mellitus, penyakit-penyakit sinus, trauma,
sebagai penyebab yang lainnya. Terjadinya bisa sekonyong-konyong ataupun perlahan-lahan,
tetapi perjalanan penyakitnya selalu menahun. Kekambuhan sering terjadi. Kalau telah terjadi
lama, prognosis tidak menguntungkan lagi, karena kemungkinan terjadinya atrofi dari otot-otot
yang lumpuh dan kontraksi dari otot lawannya. ( 4 )
Pengobatan :
Untuk menghindari diplopia, mata yang sakit ditutup. Ada pula yang menutup mata yang sehat.
Kalau setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh, dilakukan operasi reseksi dari otot
yang lumpuh disertai resesi dari otot lawannya. Supaya tidak terjadi atrofi dari otot yang lumpuh.
Hasil dari operasi ini sering mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis mungkin dapat
memuaskan.
2. STRABISMUS NONPARALITIK
Disini kekuatan duksi dari semua otot normal dan mata yang berdeviasi mengikuti gerak mata
yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang sama. Deviasi
primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder (deviasi pada mata yang
sehat). Mata yang ditujukan pada obyek disebut fixing eye, sedang mata yang berdeviasi disebut
squinting eye.
Dibedakan strabismus nonparalitika - nonakomodatif.
- akomodatif – berhubungan dengan kelainan refraksi.
STRABISMUS NONPARALITIK NONAKOMODATIF :
Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya sama
kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Karena itu penyebabnya tak ada
hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot-otot. Mungkin disebabkan oleh :
( 1, 4 )
Insersi yang salah dari otot-otot yang bekerja horizontal
Gangguan keseimbangan gerak bola mata, dapat terjadi karena gangguan yang bersifat sentral,
berupa kelainan kwantitas rangsangan pada otot. Hal ini disebabkan kesalahan persarafan
terutama dari perjalanan supranuklear, yang mengelola konvergensi dan divergensi. Kelainan ini
dapat menimbulkan proporsi yang tidak baik antara kekuatan konvergensi dan divergensi. Untuk
melakukan konvergensi dari kedua mata, harus ada kontraksi yang sama dan serentak dari kedua
m.rektus internus, sehingga terjadi gerakan yang sama dan simultan dari mata ke nasal.
Divergensi dan konvergensi adalah bertentangan, overaction dari yang satu menyebabkan
kelemahan dari yang lain dan sebaliknya. Rangsangan sentral yang berlebihan untuk
konvergensi, menyebabkan kedudukan bola mata yang normal untuk penglihatan jauh
(divergensi) sedang menjadi strabismus konvergens untuk penglihatan dekat (konvergensi).
Dibedakan :
1. Kelebihan konvergensi : (convergence excess)
pada penglihatan jauh normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus konvergens.
2. Kelebihan divergensi (divergence exess) :
pada penglihatan dekat normal. pada penglihatan jauh timbul strabismus divergens.
3. Kelemahan konvergensi : (convergence insufficiency) : pada penglihatan jauh normal, pada
penglihatan dekat timbul strabismus divergens.
4. Kelemahan divergensi (divergence insufficiency) : pada penglihatan dekat normal, pada
penglihatan jauh timbul strabismus konvergens.
Tanda-tanda :
1. Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar merupakan beban mental.
2. Tak terdapat tanda-tanda astenopia.
3. Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.
4. Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata yang berdeviasi.
Pada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi ambliopia ex anopsia. Bila
deviasinya mulai pada umur muda dan sudut deviasinya besar, maka bayangan dimakula yang
terdapat pada mata yang fiksasi (fixing eye) terdapat didaerah diluar makula pada mata yang
berdeviasi (squiting eye). Jadi terdapat abnormal retinal correspondence (binocular fals
projection). Pengukuran derajat deviasinya dilakukan dengan : tes Hisrchberg, tes Krimsky, tes
Maddox cross. Pemeriksaan kekuatan duksi untuk mengukur kekuatan otot. ( 3, 4, 5 )
Pengobatan :
1. Preoperatif
2. Operatif
Ad. 1. Preoperatif :
Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila tercapai hasil fungsionil yang
baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal dengan stereopsis, disamping perbaikan kosmetik.
Hal ini sukar dicapai karena tergantung dari pada :
1. lamanya strabismus.
2. umur anak pada waktu diperiksa.
3. sikap orang tuanya.
4. kelainan refraksi.
Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau lebih pada waktu
diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya kosmetis saja.
Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan dengan :
1. Menutup mata yang normal (terapi oklusi = patching).
Dengan demikian penderita dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. Biasanya
ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam 4-10 minggu. Penutupan ini
mempunyai pengaruh baik pada pola sensorisnya retina, tetapi tidak mempengaruhi deviasi.
Sebaiknya terapi penutupan sudah dimulai sejak usia 6 bulan, untuk hindarkan timbulnya
ambliopia. Pada anak berumur dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin 1 tetes satu bulan,
sehingga mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. Ada pula yang menetesinya setiap hari dengan
homatropin sehingga mata ini beberapa jam sehari tak dipakai. Sedang pada anak-anak yang
lebih besar, dilakukan penutupan matanya 2-4 jam sehari. Penetesan atau penutupan jangan
dilakukan terlalu lama, karena takut menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat ini.
2. Pengobatan dengan cara penutupan, pada anak yang sudah mengerti (3 tahun), harus
dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan penglihatan binokuler yang baik.
Kalau pengobatan preoperatif sudah cukup lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil,
maka dilakukan operasi.
Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya bila masih ada
strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan latihan.
Prinsip operasinya : - reseksi dari otot yang terlalu kuat
- reseksi dari otot yang terlalu lemah. ( 4 )
ESOTROPIA NONAKOMODATIVA,
Meliputi lebih dari setengahnya strabismus nonparalitika. Deviasinya sudah timbul pada waktu
lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya sama kesemua arah dan tak terpengaruhi oleh
akomodasi, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot.
Penyebabnya mungkin insersi yang salah dari otot bekerja horizontal, kelainan persarafan
supranuklear atau kelainan genetis. ( 4, 5 )
Pengobatan :
Terapi penutupan secepat mungkin, disamping latihan ortoptik, sebelum dilakukan tindakan
operatif ;
a. resesi dari m.rektus medialis
b. reseksi dari m.rektus lateralis.
Pengobatan :
1. koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
2. hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat.
3. meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).
4. memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
Pengobatan :
1. Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan koreksi dari hipermetropia totalis, dan
kacamata dipakai terus-menerus. Karena terdapat akomodasi yang berlebihan, juga dapat
diberikan kacamata untuk dekat meskipun belum usia presbiopia, untuk mengurangi
akomodasinya. Jadi diberikan kacamata bifokal.
2. Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki visus pada mata yang sakit, 1
tetes 1 bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari atau penutupan mata yang sehat.
Kacamata harus diperiksa berulang kali, karena mungkin terdapat perubahan, sampai kelainan
refraksinya tetap.
3. Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan koreksi untuk memperbaiki
pola sensorik dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan untuk dapat melihat binokuler.
4. Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan kelainan deviasinya tidak begitu
besar, dapat diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal.
5. Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya, maka dilakukan operasi, untuk
meluruskan matanya.
6. Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki penglihatan binokuler. Pada
esotropia untuk jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus, (otot yang lemah). Pada
esotropi jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot yang kuat). Untuk esotropi yang hebat,
lebih dari 30 derajat, terjadi jauh dekat, dilakukan operasi kombinasi. ( 4 )
Pengobatan :
1. Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 0,5-0,75 dioptri untuk memaksa mata itu
berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-menerus.
2. Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler, disamping terapi oklusi.
3. Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan yang memuaskan.
Pada eksotropia hanya untuk jarak jauh, dilakukan dari m.rektus lateralis, sedang pada
kelemahan dari daya konvergensi, yang timbulkan eksotropia pada jarak dekat dilakukan reseksi
dari m.rektus medialis. Untuk eksotropia yang menetap untuk jauh dan dekat, dilakukan operasi
kombinasi. Bila kelainan deviasinya tak begitu besar, dapat dicoba dulu dengan kacamata prisma
basis nasal.
Pada bayi dan anak kecil ada kecenderungan konvergensi yang berlebihan, yang dipengaruhi
oleh persarafan supranuklear. Kecenderungan untuk berdivergensi menjadi lebih besar dengan
bertambahnya umur. Karena itu, bila tidak ada daya untuk berfusi, seperti pada mata yang buta
atau mata dengan visus yang sangat menurun, maka mata ini akan berdeviasi kenasal pada anak-
anak sampai umur 6 tahun dan pada orang-orang yang lebih dari 6 tahun usianya akan berdeviasi
kearah temporal. ( 4 )
DAFTAR PUSTAKA
1. Radjamin. T, 1993, Strabismus, dalam Ilmu Penyakit Mata, Perhimpunan Dokter Ahli Mata
Indonesia, Airlangga University Press, 121-126.
2. Ilyas S, 1998, Strabismus, dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 233-265.
3. Ilyas S, 2000, Strabismus, dalam Sari Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 181-
194.
4. Wijana. N, 1993, Strabismus, dalam Ilmu Penyakit Mata, Abadi Tegal, Jakarta, 282-311.
5. Voughan D, Asbury T, 1996, Strabismus, dalam Oftalmologi Umum, edisi II, Jilid 1, Widya
Medika, Jakarta, 237-263.
6. Glasspool. MG, 1994, Strabismus, dalam Atlas Berwarna Oftalmologi, Widya Medika,
Jakarta, 91-96.
Diposkan oleh ExDeat
http://exdeath-health.blogspot.com/
STRABISMUS
Mengenai STRABISMUS | Penyebab STRABISMUS | Penanganan STRABISMUS
Mengenai STRABISMUS
Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah
atau memandang pada dua titik yang berbeda.
Dalam keadaan normal, kedua mata kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak
akan memadukan kedua gambar yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu gambaran
tiga dimensi yang memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth perception).
Ada beberapa jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien
memandang lurus ke depan. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya
dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau
ke atas (hipertropia). Ini terjadi sekitar 2% pada anak-anak baik laki-laki
maupun perempuan.
esotropia exotropia
Kenapa Mata Juling Menjadi Masalah?
Ketika kedua mata memandang tidak searah maka akan ada dua gambar yang dikirim ke otak.
Pada orang dewasa hal ini menyebabkan timbulnya penglihatan ganda. Pada anak kecil, otak
belajar untuk tidak menghiraukan gambaran dari mata yang tidak searah dan hanya melihat
dengan menggunakan mata yang normal. Anak kemudian kehilangan persepsi jarak, ukuran
dan kedalaman.
Bayi dengan strabismus yang berusia enam bulan atau lebih harus dibawa ke dokter spesialis
mata anak-anak/pediatrik untuk menghindari resiko terjadinya ambliopia (menurunnya fungsi
penglihatan pada satu
atau kedua mata).
Informasi ini hanyalah pedoman umum. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi dokter spesialis
mata Anda atau hubungi KMN.
Penyebab STRABISMUS
Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang mempunyai riwayat strabismus dalam
keluarganya beresiko tinggi menderita strabismus juga.
Seorang dokter spesialis mata anak/pediatrik dapat menentukan sifat strabismus tersebut dan
dapat merekomendasikan penanganan yang terbaik.
Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurus atau tidak terlihat
memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan
memicingkan/menutup
sebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau memiringkan kepala mereka agar
dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.
Anak-anak yang menderita strabismus sejak lahir atau segera sesudahnya, tidak banyak
mengeluhkan adanya pandangan ganda. Tetapi anak-anak yang mengeluhkan adanya pandangan
ganda harus diperiksa dokter spesialis mata anak dengan seksama. Semua anak seharusnya
diperiksa oleh dokter spesialis mata anak sejak dini terutama bila dalam keluarganya ada yang
menderita strabismus atau ambliopia.
Bayi dan anak kecil seringkali terlihat juling. Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk hidung yang
lebar dan rata dengan lipatan kulit kelopak mata yang lebar sehingga membuat mata seakan
terlihat tidak searah. Gejala strabismus semu ini akan hilang pada aat anak semakin besar.
Seorang dokter spesialis mata anak dapat menjelaskan perbedaan strabismus semu dan
strabismus yang sebenarnya.
Informasi ini hanyalah pedoman umum. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi dokter spesialis
mata Anda atau hubungi KMN.
Penanganan STRABISMUS
Kaca Mata
Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk
menormalkan penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.
Penutup Mata
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk
melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata
khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti
petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan
yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun. Anak akan memerlukan kunjungan ke
dokter spesialis mata secara berkala untuk mengetahui apakah penglihatan binokuler-nya
sudah terbentuk seutuhnya. Penutup mata tidak meluruskan mata secara kosmetik.
Operasi
Operasi otot yang mengontrol pergerakan mata sering dilakukan agar mata kelihatan lurus.
Kadang-kadang sebelum tindakan operasi, anak diberi kaca mata atau penutup mata untuk
mendapatkan penglihatan yang terbaik. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter
spesialis mata sesudah operasi untuk mengetahui perkembangan dan melanjutkan perawatan.
Kadangkala untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna diperlukan lebih dari satu kali
tindakan operasi.
Informasi ini hanyalah pedoman umum. Untuk keterangan lebih lanjut hubungi dokter spesialis
mata Anda atau hubungi KMN.
://klinikmatanusantara.com/index.php?option=com_content&task=view&id=