I. PENGERTIAN BIOFARMASI
Sebelum obat yang diberikan pada pasien sampai pada tujuannya dalam tubuh,
yaitu tempat kerjanya atau target site, obat harus mengalami banyak proses.
Dalam garis besar proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkat, yaitu Fase
Biofarmasi, Fase Farmakodinamik, Fase Farmakokinetika, yang mana dapat
digambarkan dengan skema berikut untuk obat dalam bentuk tablet yaitu :
Tablet dengan Zat Aktif --> (FASE BIOFARMASI) Tablet pecah, granul
pecah, zat aktif lepas dan larut --> Obat tersedia untuk resorpsi --> Adsorpsi,
Metabolisme, Distribusi, Ekskresi (FASE FARMAKOKINETIKA) --> Obat
tersedia untuk bekerja --> Interaksi dengan reseptor di tempat kerja (FASE
FARMAKODINAMIKA) --> EFEK
II. FORMULASI OBAT DAN PHARMACEUTICAL AVAILABILTY
Tablet --> Granul Terlepas --> Zat Aktif Terlepas --> Zat Aktif Melarut
Keterangan Skema :
Jelaslah dari uraian diatas, bahwa obat bila diberikan dalam bentuk larutan akan
mencapai keadaan Farmaceutical Availability dalam waktu yang lebih singkat
daripada tablet.
Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk sediaan dengan urutan
sebagai berikut :
Pada tahun 1971 di Australia terjadi peristiwa difantoin (=fenitoin), pada mana
banyak pasien yang menelan tablet anti-apilepsi ini menunjukkan gejala-gejala
keracunan. Ternyata bahwa kadar fenitoin dari tablet-tablet tersebut sangat
tepat, tetapi pada pembuatannya zat pengisi kalsiumsulfat telah diganti dengan
laktosa. Akibat perubahan itu FA fenitoin dipertinggi, yang mengakibatkan
meningkatnya resorpsi dengan efek-efek toksis. Begitu pula terdapatnya zat-zat
dengan kegiatan permukaan (Tween dsb) atau zat hidrofil yang mudah larut
dalam air (polivinilpirolidon, carbowax) dapat mempercepat melarutnya zat
aktif dari tablet.
Efek kebalikannya terjadi bila zat-zat hidrofob digunakan pada produksi tablet
sebagai pelicin untuk mempermudah mengalirnya campuran tablet ke tempat
percetakan mesin dan mencegah melekatnya pada stempel. Contoh zat ini
adalah magnesium stearat, zat ini dapat menghambat melarutnya zat aktif, maka
itu sebaiknya dipakai sesedikit mungkin pada pembuatan tablet, serbuk, atau
kapsul. Kini,sering digunakan Aerosil (asam silikat koloidal) sebagai zat pelicin
dan anti lengket, karena tidak menghambat melarutnya zat aktif.
Zat pengikat (pada tablet) dan zat pengental seperti gom, gelatin, dan tajin
umunya juga memperlambat larutnya obat,sedangkan zat desintegrasi (seperti
amylum) justru mempercepat. Akhirnya, semakin keras pencetakan tablet,
semakin sukar melarutnya zat aktif. Begitu pula tablet yang disimpan lama
sering kali mengeras dan lebih sukar larut.
IV. BIOLOGICAL AVAILABILITY
Hal ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu tidak semua yang
diabsorpsi akan mencapai sirkulasi sistemik.Sebagian akan
dimetabolisme oleh enzim di dinding usus (pada pemberian oral) dan
atau dihati pada lintas pertama melalui organ-organ tersebut.
Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama atau
eliminasi prasistemik.
2. Faktor penderita
- pH saluran cerna
- kecepatan pengosongan lambung
- waktu transit dalam saluran cerna
- perfusi saluran cerna