Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN IAKI -ITB

“PERATURAN, TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN ASURANSI


LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN LIBAH B3”
BALAI KARTINI – Jl. GATOT SUBROTO JAKARTA, 17 MARET 2011

CATATAN DOKUMENTASI
Oleh : Tiktik Dewi Sartika

A. Pembukaan
 Acara dibuka oleh Ketua IAKI ITB Bpk. Dasrul Chaniago yang juga merupakan deputi KLH
 Diawali dengan peprenungan:
 Lingkungan alam Indonesia telah terpolusi baik di tanah, air, dan udara
 Harus dilakukan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.
 Himbauan untuk mengambil peran dan bukan menjadi penonton atas pencemaran yang ada.

B. Sesi Materi
Pembicara 1 – Deputi IV KLH, Dra. Masnellyarti Hilman, M.Sc
“Kebijakan pengelolaan LB3 berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009”
 Menyampaikan pidato Menteri Lingkungan Hidup yang tidak bisa hadir dikarenakan harus mengikuti
acara dengar pendapat dengan DPR.
 Dalam piramida rantai makanan, bila polutan dan racun dikonsumsi oleh makhluk hidup pada piramida
bawah, maka polutan atau racun tersebut akan terkumulasi dan terkonsumsi manusia.
 Beberapa undang-undang sudah dibuat di Indonesia untuk mengatur penanganan limbah.
 Tidak semua limbah B3 bisa dimanfaatkan
 KLH melaksanakan Green Economy
 Presiden RI menerapkan pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan
 Alumni Kimia diharapkan dapat berkecimpung di wilayah ini
 Undang-undang No. 32/2009 adalah aturan main baru pengelolaan lingkungan. Sebelumnya adalah UU
No.23/1997. Terdapat perbedaan mendasar dari kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu: Pada
undang-undang terdahulu AMDAL merupakan “anak emas” pengelolaan lingkungan hidup. Pada
periode sekarang “anak emas” adalah pengelolaan Limbah B3 (LB3). Hal ini dikarenakan jika LB3
diabaikan dapat memperpendek angka harapan hidup manusia, berakibat kanker, dan lain-lain.
 Kondisi saat ini:
 Masih banyak melakukan open-dumping
 Banyak melakukan open-burning
 Fasilitas pengolahan Limbah B3 sudah ada, namun di Indonesia Timur masih minim
 Limbah Rumah Sakit banyak dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
 Terdapat pemanfaatan limbah yang tidak sesua “pakem”
 Manajemen limbah dilakukan secara parsial dan tanpa pemahaman yang memadai
 Untuk menampung limbah wewenang diberikan pada Kabupaten, namun bahkan penyimpanan saja
masih banyak yang tidak bisa. Ini menandakan kurang sekali SDM yang mengerti.
 Terjadi protes oleh asosiasi elektronik Indonesia dikarenakan dikeluarkannya surat deputi yang
menyatakan bahwa limbah elektronik merupakan limbah B3, didasarkan pada Konvensi Basel.
Namun perlu ditekankan bahwa komputer atau komponen komputer bekas yang masih bisa dipakai
bukan limbah B3. Dalam aturan ekspor impor Basel, tidak bisa menyatakan ini Limbah B3 atau
bukan.
 Dalam peraturan, tidak boleh ada Limbah B3 (LB3) masuk ke dalam wilayah NKRI termasuk kawasan
berikat.

Page 1 of 8
 Terdapat perubahan paradigma pengelolaan Indonesia: Dahulu tidak ada peraturan hanya AMDAL yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran. Jadi suatu fasilitas harus memenuhi persyaratan
lingkungan sebelum dibangun.
 Sekarang, tidak hanya mencegah (end of pipe) menjadi “produksi bersih”, yakni mulai dari awal proses
diperlakukan sehingga meminimalkan LB3.
 Contoh – pemrosesan Tapioka, dari awal proses sludge dan air harus dipisah.
 Di Eropa industri kulit tidak termasuk penghasil limbah B3. Ini benar bila proses kulit tidak menggunakan
Chrom. Saat ini sudah banyak substitusi untuk Chrom.
 Usaha pengurangan limbah dilakukan sejak pencarian dan pemilihan resources.
 Berdasarkan pengakuan perusahaan-perusahaan yang ditemui, selain mengurangi limbah, ternyata
dihitung secara ekonomis upaya tersebut menjadi “saving” bagi mereka.
 Dalam European Union directives Kelapa Sawit akan dibuat standar-standar. Sebenarnya bila kelapa
sawit Indonesia sudah memiliki standar nasional juga akan dipandang. Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia
saat diajak untuk membuat standardisasi kelapa sawit malah menolak. Padahal terjadi produk kelapa
Indonesia ditolak di India, dll. Di Malaysia sudah ada standar nasional sehingga produk kelapa memiliki
aspek-aspek seragam dan mereka lebih diuntungkan karenanya.
 Diambil dari visi misi pengelolaan B3 2010-2014 yang penting adalah poin 2 dan 3:
 4R = Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery
 Prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, adil dan bertanggungjawab.
 Pada praktiknya, saat perizinan adalah tahap yang harusnya paling ketat. Selanjutnya saat manifest
dimudahkan. Masalah terjadi dimana manifest banyak yang memalsukan.
 Pada periode mendatang akan dirilis e-manifest dan hanya KLH yang berhak merilisnya.
 Sanksi pelanggar pengolahan LB3 terdapat pada ayat 102-103:
 Pelanggar dapat terkena sanksi pidana penjara 1 hingga 3 tahun dengan denda 1-3 Miliar minimum.
 Sedangkan bila pelaku dari luar Indonesia sanksi pidana penjara 5 hingga 15 tahun dengan denda
minimal 5-15 miliar rupiah.
 Sanksi juga berlaku bagi pejabat berwenang yang secara sengaja sehingga terjadi pencemaran dan ada
yang meninggal. Sanksi penjara 1 tahun dengan denda minimal 500 juta rupiah.
 Catatan dari moderator: Produsen LB3 melakukan pengelolaan internal. Bagi pihak eksternal adalah
peluang bisnis pengelolaan B3. Pihak ketiga adalah KLH dan provinsi atau kota. Idealnya 3 pihak tersebut
berkomunikasi secara transparan.

Sesi Tanya-Jawab
Pertanyaan:
1. Bapak Marlindo – Cilegon
- Dalam UU 32 pasal 1 tertulis Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah di industri. Apakah berarti
industri termasuk sebagai pengelola limbah?
- Dalam Permen terkait, pengelola limbah B3 dilindungi asuransi, apakah industry termasuk dapat
dilindungi asuransi?
- TPS dikatakan diserahkan ke daerah namun masih ada yang tidak siap. Dapatkah disebutkan daerah
mana saja? Apakah Cilegon termasuk?
- Izin limbah cair daerah ke pusat lama menunggu, mengapa ini terjadi?
2. Leonardo – Soho Farmasi, Pulo Gadung
- Terkait Pasal 59 ayat 3, apabila dalam 1 kawasan ada 2 perusahaan A dan B memiliki 2 TPS, bolehkah
LB3 perusahaan A diserahkan pada sistem pengelolaan LB3 perusahaan B?
3. Dari Batam
- Perwagub Perda bertentangan dengan peraturan di atasnya. Untuk ini telah dilakukan pembicaraan
dengan Mendagri dan Walikota, namun tidak ada hasil.

Jawaban:
1. Penyimpanan (LB3) termasuk dalam pasal, maka sifatyna wajib (bagi industri tersebut)
Page 2 of 8
- Asuransi sering dianggap membebani, namun sebenarnya jika terjadi kecelakaan, akan sangat
membantu. Ada testimoni bahwa PP tersebut justru mendorong industri memperhatikan asuransi
kecelakaan lingkungan sehingga kemudian mengasuransikan kesehatan karyawannya.
- Pemda Cilegon banyak memiliki izin penyimpanan. Lama menunggu mungkin karena syarat adminstratif,
teknis belum cukup. Misal DEHL, bila sudah ada akan menjadi cepat prosesnya.
- Bisa ditanyakan ke walikota dan CC kepada KLH. Menurut UU No. 38 bila daerah sudah tidak mampu,
maka bisa menyerahkan kembali ke pusat.

2. Pasal 59 ayat 3, selama bisa dilakukan oleh kedua perusahaan itu tidak masalah asal terdapat dalam 1
lokasi. Penghasil LB3 wajib melapor kepada KLH. Dari sana bisa dinilai jika bisa diproses, silahkan saja.
Tapi kalau pindah ke lokasi lain, harus memakai manifest. Namun bila dalam 1 kawasan ada 2 PT, 2
perusahaan dengan izin yang beda, harus ada manifest. Terkecuali kedua perusahaan termasuk dalam 1
grup (dengan 1 izin).

3. Pembinaan sangat penting. Pemda Batam harus melakukan pembinaan. Dalam PP No. 38
Pemkot/Pemprov harus mengikuti aturan-aturan di atasnya.

Pembicara 2 – Asisten Deputi IV KLH, Drs. Iyan Suwargana, M.Si


“Persyaratan Perizinan Pengelolaan LB3”
 Izin bila ingin pengumpulan oleh Pusat maka harus ada izin dari Provinsi dulu.
 Harus ada kontrak antara penghasil dan penerima LB3
 Asuransi tidak hanya pada saat kejadian tapi hingga pemeliharaan.
 Penerapan sistem online untuk perizinan. www.lh.go.id/perijinan. Dalam website juga dijelaskan definisi
Limbah B3, jenis, dll hal ini agar industri tidak mudah ditipu pihak tidak bertanggung jawab.
 Izin yang lama keluar dimungkinkan karena syarat belum terpenuhi. Syarat apa saja dapat dilihat di website.
 Pemerintah tidak bisa menjadi pengelola limbah, karena itu dilakukan oleh lembaga lain yang memenuhi
syarat sebagaimana dijelaskan dalam situs.
 Pengurusan izin PLB3 adalah 45 hari terhitung setelah syarat lengkap. Praktiknya banyak yang mengeluh
lama mengurus izin hingga berbulan-bulan. Ini dikarenakan masih banyak yang belum memenuhi semua
persyaratan administrative.
 Catatan Moderator: Sering ada jual beli manifest. Sekarang ada pelayanan satu atap online.

Sesi Tanya-Jawab
Pertanyaan:
1. Sony – Batam
- UU No. 32 adalah produk pusat. Di Tingkat Pemprov ada Perwagub, bagaimana dengan Perda yang
bertentangan dengan Perwagub dan aturan di atasnya?
- Izin lingkungan hidup Linghid), sedangkan yang dijelaskan adalah izin PLB3. Manakah ruang lingkup izin
Linghid? Bagaimana mengurusnya?
2. Mufti – Jababeka
- Terkait dokumen lingkungan. Kawasan sudah punya dokumen AMDAL, sekarang ada UKL-UPL, ini seperti
ada AMDAL dalam AMDAL. Apakah syarat UKL-UPL?
- Izin linghid ini untuk siapa saja. Bila ada UKL-UPL apakah otomatis mempunyai izin linghid?
3. Arumi – MCL
- Selaku penghasil limbah sulit memastikan apakah fasilitas pengolah yang disewa inudtri mempunyai izin
yang sesuai. Saat ini hanya ada izin kerjasama.
- Bila diajukan izin olah, dapat izin untuk penyimpanan sementara?

Jawaban:
1. UU No 32 adalah produk semuanya.

Page 3 of 8
- Daerah membuat Perda dan diatur dalam UU No. 32 sehingga tidak boleh bertentangan dengan aturan
di atasnya. Kalau bertentangan, maka otomatis gugur.
- Terdapat masalah dimana daerah membuat kebijakan masing-masing. HO dibuat untuk mengakomodasi
kebijakan daerah.

2. Izin Linghid dan B3


- Saat acara di Bekasi sudah disosialisasikan AMDAL dan izin Linghid. Namun PP belum terbit.
- Izin Linghid merujuk pada pra-kegiatan industri. Saat izin Linghif ada, maka baru bisa dibangun kegiatan
industri. Sesudah berjalan kegiatan, baru perlu dibuat izin PLB3.

3. Manajemen Lingkungan Kawasan


- Untuk kawasan ada PP No. 27 (Pemantauan Lingkungan) tapi tidak dilakukan UKL-UPL, PP No. 24 akan
dirilis Maret. PP No. 24 secara khusus mengatur industry. Karena itu disarankan untuk mengacu pada PP
No. 24. Jadi dalam kawasan – wajib AMDAL.
- KLH ke Kemprin untuk meninjau kembali PP No. 24 karena ada Pengumpul dan Pengolah yang sudah
memiliki izin PLB3. Untuk mengecek benar-tidaknya perusahaan tertentu sudah punya izin, bisa
menelepon pada KLH.
- Izin penyimpanan ada di Kabupaten sedangkan izin pemanfaatan ada di Pusat.
- Izin pengumpul/penghasil sudah termasuk izin penyimpanan.
- Izin pemanfaatan sudah mencakup pengolahan. Kecuali pada proses pemanfaatan menghasilkan LB3
maka harus ada izin penyimpanan di daerah.
- HO – Hipder Ordonansi (HO) adalah regulasi jam Belanda. Industri yang sudah punya AMDAL tidak perlu
lagi HO.
- Izin Lingkungan (Linghid) serupa dengan kotak makan siang. Hanya ada pokok-pokok, sedangkan yang
lainnya di sana ada memerlukan izin-izin operasional.

Sesi Tanya-Jawab ke-2


Pertanyaan:
1. Razak – Medan
- Wewenang siapakah untuk menilai AMDAL sebuah perusahaan itu benar/salah atau Layak/Tidak
- Kewajiban AMDAL, sekarang ada kewajiban baru. Mengapa tidak cukup satu saja?
- Bila mempunyai insinerator izinnya sudah habis, apakah boleh masih dioperasikan?
- Apakah sistem perijinan online sudah berjalan?
2. Indrayati – Indotech, Serang
- Jika e-system sudah berlaku, apakah manual report masih perlu? Kapan e-system mulai berlaku?
- Kalau PLB3 memakai pihak ke-3, perlukah ada kerjasama dengan pihak ke-3 tersebut?
3. PPLI - S. Yanto
- Ada Permen 11/2006 ada pengecualian dimana industri tidak wajib AMDAL. UKL-UPL apakah sudah
termasuk LB3?
- Jika sudah AMDAL dan menghasilkan LB3. Pengelolaan ada perubahan, apakah dokumen lingkungan
harus diubah lagi atau cukup lapor saja ada perubahan?
- Pemanfaatan limbah skala nasional izinnya di nasional atau di provinsi? Apakah dokumen lingkungannya
nasional atau provinsi?

Jawaban:
1. Wewenang ada di peraturan.
- RSPK AMDAL No. 5/2008. Permen 13 dan Permen 14 sudah jelas aturan mainnya. Sebenarnya bagian
izin akan melihat layak/tidaknya kalau sudah jelas dokumennya. Kalau tidak jelas akan ditanyakan dulu
ke bagian AMDAL.
- Jika mengahsilkan 1 LB3 cukup UKL-UPL. Tapi kalau sudah lebih dari 1 jenis harus AMDAL. Jadi
wewenang menilai itu LB3 atau bukan ada di AMDAL, tapi kami melakukan koordinasi.

Page 4 of 8
2. Izin lingkungan untuk kegiatan yang memiliki dampak, memang berlaku seperti itu.
- Insinerator tersebut tidak boleh digunakan, bila dipantau bisa terkena oleh tim penegakan hukum.
- Dokumen lingkungannya harus dibuat/diproses.
- Per Januari 2011 e-system sudah berlaku namun memang masih disempurnakan. Sedang ada revisi
Permen 02. Mengubah masa proses izin dari 3 bulan menjadi online (seketika dapat diproses)
- Pengangkutan LB3 harus ada kontrak Pengumpul dan Pemanfaat.

3. Kalau sudah memiliki AMDAL, Bapak harus mengubah AMDAL (jika ada perubahan alat, dll).
- AMDALnya 1 pengolahan/pemanfaatan adanya di pusat.

Presentasi 2 – Drs. Iyan Suwargana, M.Si


“Persyaratan pemanfaatan dan pengolahan LB3 dengan teknologi termal, kiln dan incinerator”
Moderator: Sayid Mohadar
 Ada perusahaan yang mengajukan izin di luar prinsip-prinsip yang ada. Contoh pemanfaatan oli bekas untuk
rantai, dan sebagainya.
 Recovery adalah perolehan kembali komponen bermanfaat dengan proses kimia, fisika, biologis, dan termal.
 Tidak perlu izin lagi jika pemanfaatan sudah terintegrasi dalam pemanfaatan yang sama.
 Analisis dioskin furan, halogen.
 Mengapa diwajibkan analisis uji lab untuk menentukan limbah B3 atau bukan? Apakah limbah ini harus
dimanfaatkan, diolah, atau ditimbun?
 Contoh: abu batubara, perlu cek LOI dan karbon-nya (di bawah 3% berarti sangat bagus)
 Treatment limbah sebelum pemanfaatan.
 Abu batubara incinerator harus masuk renfill belum bisa diolah kembali, belum terakomodasi aturannya.
 Kepdal 03 untuk yang memakai incinerator. Bila memakai boiler selain Kepdal perlu juga baku mutu.
 Untuk dengan Kiln ada aturan yang harus diikuti: Kepmen 13 dan Kepdal 03
 Ada syarat pemanfaatan limbah pabrik semen. Ada daftar negative list, item yang tidak disarankan untuk
dibakar dalam kiln semen.
 Untuk setiap jenis pembakar ada batasan2 jenis limbah yang bisa diterima, misal untuk incinerator
limbah yang masuk tidak boleh mengandung halogen.
 Apakah izin incinerator hanya bisa diajukan setelah punya incinerator? Jadi saat beli harus ditekankan
bahwa alat yang dibeli bisa memproses limbah-limbah B3.
 Menurut Kepdal 03 ada parameter ukuran yang bisa ditolerir.
 Catatan: incinerator tdk bisa mengolah limbah asam basa.
 Moderator: telah disampaikan pengertian-pengertian, jadi harap berhati-hati pada batasan yang sudah
disampaikan. Pemanfaatan boiler, sebagai pemanfaat atau penghempas limbah, incinerator-jangan zat yang
terhalogenasi.
 Pemanfaatan izin, hanya sesuai dengan prinsip utamanya.
 Bahan bakar alternatif apa saja syarat-syaratnya tadi sudah disampaikan.
 Barang recyclable tidak boleh di landfill apalagi dibakar di Kiln.
 Dioxin 99,9 % apa maksudnya? perlu kita diskusikan.

Sesi Tanya Jawab


Pertanyaan:
1. Urgustino dari standard NG (?)
 Bila perusahaan pengolah limbah sudah diatur, jika ada penyimpangan, misal yang harusnya di Kiln
malah di-buldoze, maka liability-nya ada pada pengolah atau penghasil limbah?
 Jika ada emergency, bagaimana responsibility penghasil?

2. Morindo Harahap

Page 5 of 8
 Jumlah zat teroksidasi 8%, terkait burning efficiency. CO = 11 mg/Nm3. Bila semua parameter mencapai
maximum value yang diizinkan, apa mungkin efisiensinya mencapai 99,99%?

3. Ibu Indah
 Bila pemanfaatan limbah dilakukan sendiri, izinnya harus diajukan lagi tidak?
 Kalau menggunakan halogen, maka ke mana harusnya diproses?

Jawaban:
1. Dari star energy
– liability saat pengangkutan, pengolahan limbah. Bagi penghasil disarankan untuk berhati-hati
menyerahkan limbah pada pihak ketiga. Itulah mengapa perlu kontrak penghasil dan penerima.
 Kalau sudah ada kontrak, dan jelas aturan mainnya siapa penanggung jawabnya kalau terjadi kecelakaan
dan Bapak sudah evaluasi termasuk limbah mana saja yang diberikan ke pengolah tersebut, maka Bapak
sudah aman. Saat menyerahkan sekali-kali harus mengecek pengolah, benar atau tidak. Itu juga
mengapa diterapkan asuransi. Asuransi untuk menanggung beban bila ada pencemaran, dll. Asuransi
wajib untuk pengolah dan pengangkut.
 Bila pengangkut tidak mempunyai sesuai Permen 18, yang mensyaratkan asuransi.
 Pelaku pengelola limbah banyak yang nakal, saat ditanya asuransi, baru diuruskan saat itu. Maka harus
dilihat penghasil, apa asuransinya masih berlaku atau tidak.
 KLH tentu mengawasi dilapangan juga menerima laporan-laporan tentang pengelola-pengelola yang
tidak mengikuti aturan.

2. Saat uji TBT ada kondisi normal dan overload. yang aman, berapa jumlah limbah yang boleh dibakar per jam.
Kalau tidak memenuhi 99,9% izin belum bisa dikeluarkan. Salah satu parameter tidak terpenuhi akan minta
diperbaiki dan diuji ulang lagi.

3. Contoh batubaraabu batubara > 30%, maka tidak perlu pakai izin bila untuk peleburan lagi, tapi bila akan
digunakan untuk yang lain baru harus izin.
 Uji dioksin furan, kami hanya mengambil sampel kemudian sampelnya dikirim ke luar negeri.
 Kita terikat konvensi internasional untuk pembakaran-pembakaran yang menghasilkan halogen dan
dioksin furan.

 Moderator:
 Penghasil tidak hilang tanggung jawab 100%, tapi akan diaudit.
 DNE 99,99%. Saat normal agar ukur efisiensi maksimal.

Pembicara 3 – Elisabeth Juliarti, Ph.D. Direktur Ecostar group. Direktur Teknis PT. TLI.
“Platform pengolahan LB3 PT.TLI”
Moderator-Gunawan
 Ecostar adalah grup perusahaan dari TLI. Dalam PT. TLI ada ecostar engineering, water and waste water
plant design, manajemen dan minimasi dan recycling sludge dewatering. Sebagai TPS. Menawarkan PROPER
assistance.
 Terakreditasi KAN.
 Memiliki ecostar educenter, education dan sosialisasi misal sosialisasi perundangan yang baru.
 TLI di Majalengka-Cirebon untuk treatment LB3.
 Untuk water system ada divisi khusus.
 Kantor pusat di Tangerang.
 Mengikuti MK3L, ISO 9001
 Sudah mengantongi izin Kepmenlh 247/2010, Permenlh 18/2009 dan 02/2008 memproses kecuali limbah
explosif, radioaktif, limbah infectious seperti dari RS. 214/2010, 231/2009
 Izin tank cleaning.
Page 6 of 8
 Sudah punya asuransi dari Lippo AIG.
 Hirarki untuk meminimalkan limbah:
Prevent, reduce, reuse, recycle, resource recovery, resource destruction, disposal.
 Moderator: saya melakukan identifikasi LB3 di Digul dulu, dan bingung untuk mengolah LB3 sehingga
informasi dari TLI sangat berarti.

Sesi Tanya Jawab


Pertanyaan:
1. Arumi-MCL
- Apa yang ditawarkan dari sisi penawaran harga dibandingkan kompetitor lain?
- Teknologi apa saja yang diunggulkan untuk mengolah limbah?
- Berapa persen kelngkapan untuk mengolah jenis-jenis limbah berbahaya dibanding yang paling well
established?
2. Marinto Palak – Cilegon
- PP 18 ada daftar limbah B3 dan peringatan kalau tidak yakin apa limbah kita B3 harus tes TCLP untuk
pastikan. Lab ecostar apakah sudah pernah blm uji B3 hingga mengeluarkan rekomendasi ini LB3 atau
bukan?
- Apa yang dimaksud platform?
- Siapa saja yang sudah memakai jasa PT. TLI untuk menganalisa emisi sebagai referensi kami?

Jawaban:
1. Yaitu sesuai izin yang dimiliki: izin mengolah limbah padat-cair kecuali, yang 3: explosif, radioaktif dan
infectious.
- Biaya, karena tempat di Majalengka, tergantung biaya transportasi/angkut limbah dan biaya
pengelolaan serta jumlah limbah
- Kami tidak menggunakan landfil. Tidak incinerator. Lebih ke resource recovery dari kandungan limbah
untuk jadi alternative material termasuk limbah yang masih bisa dijadikan energi.
- Platform kami terbuka, silahkan bila ingin mengunjungi.
- PT. TLI tidak menentukan LB3 atau bukan, KLH yang menentukan. PT. TLI hanya menganalisis saja.
- Analisis udara-apa saja, bisa liat di brosur. Tapi untuk furan tidak ada di Indonesia mungkin tahun depan.
- Semua limbah di pre-treatment dulu.

Pembicara 4 – Muhammad Syukhandri, SE, CIIB, AIIS. Direktur MDA


“Asuransi lingkungan dalam pengelolaan limbah B3: Teknik penentuan besaran resiko & premi”
Moderator - Andi Nababan
 Asuransi di bidang ini sangat terbatas. Tidak seperti kebakaran kendaraan bermotor, dll.
 MDA ada sejak 2000 dengan slogan “AMAN dan NYAMAN”
 Gelar AAIS masih jarang,
 Ahli-ahli bidang manajemen resiko dan semua produk asuransi. Tergabung ABAI, AASI, terdaftar di KADIN.
Polis mencapai 15 Miliar.
 Broker berarti: jasa perantara, penyelesaian klaim, dan kepentingan tertanggung.
 Sesuai UU no.2 Th.92 Pasal 3.
 Selain premi tidak ada biaya tambahan apapun.
 Asuransi pencemaran lingkungan hidup.
 Syarat liability insurcance Dibayar kalau ada tuntutan.

Sesi Tanya-Jawab
Pertanyaan:
1. Anthony – CODECO energy
 Asuransi dalam hand-out tertulis 72, di slideshow 24 jam, mana yang benar?
 Banyak perusahaan kecil pengumpul limbah, minimumnya seperti apa perhitungannya?

Page 7 of 8
2. Windya - BPLH Kab. Bandung
 Klaim asuransi dibayarkan bila ada tuntutan. Kalau teguran Pemda bisa tidak jadi dasar klaim?

3. Marindo Palak
 Saat ada insurance audit, apakah jumlah resiko berdasarkan insurance audit, mengapa tidak melihat
dokumen AMDAL-nya saja?

4. Andi Nababan
- Disebutkan: legal defense expense, biaya pembelaan hukum mencakup apa saja?
- Manajeman tidak sengaja, tp pelaku di level bawah yang menimbulkan kerugian secara sengaja, apa
kondisi ini bisa menyebabkan tidak discover oleh insurance.

5. Pusri
- Bila terjadi perubahan, harus dibawa ke Rumah Sakit, dan tanaman mati. Di perusahaan, biasanya
kooperatif dulu, ke masyarakat dilakukan approach, dan proses itu mengeluarkan biaya, apa
ditanggung?

Jawaban:
1. Yang benar adalah 3 x 24 jam alias 72 jam. Untuk transporter beda-beda. Tapi indikatifnya, 20-25 dengan
limit liabilitynya 5 M.
2. Pihak ketiga adalah masyarakat sekitar, bisa dari masyarakat atau pemerintah yang menuntut, asal bukan si
pemilik proyek itu sendiri. Pemda bisa menjadi penuntut dan Pemda biasanya berdasarkan keluhan
masyarakat. Jumlah penggantian maksimum limit polis. Contoh LAPINDO, limit sudah habis tetapi tuntutan
jalan terus, maka asuransi tidak meng-cover lagi.
3. Standar diminta berdasarkan standard proposal flow. Dilihat dulu moral hazard karena itulah yang paling
ditakuti asuransi.
4. Untuk semuanya bisa
- dimanapun kalau ketahuan sengaja, tidak akan ditanggung. Tapi karena ketidaktahuan, misal baru
training, salah SOP, terjadi kecelakaan, maka masih dijamin oleh asuransi.
5. Bila lingkungan tercemar di luar tertanggung, baru ditanggung. Tidak harus berbuntut hukum. Jika tuntutan
terjadi, ada pengeluaran tertulis, asal tidak melebihi limit, bisa dijamin. Tidak harus sampai dibawa ke
pengadilan. Termasuk bila masyarakat (biasanya diwakili Pemda) yang menuntut.

C. Penutup
Acara ditutup oleh Panitia Seminar dan peserta seminar dipersilahkan mengambil sertifikat.

Jakarta, 20 Maret 2011


dicatat oleh
Tiktik Dewi Sartika

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai