Anda di halaman 1dari 7

Imbalan Bunga bagi Wajib Pajak

Wajib Pajak akan mendapatkan imbalan bunga dalam hal sebagai berikut : 1. Keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang KUP; 2. Keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) Undang-Undang KUP; 3. Kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (4) UndangUndang KUP; 4. Kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang KUP; 5. Kelebihan pembayaran pajak karena Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atas surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1a) Undang-Undang KUP; atau 6. Kelebihan pembayaran sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) dan/atau bunga Pasal 19 ayat (1) karena Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (2) Undang-Undang KUP. Dari sekian banyak hal yang dapat menyebabkan imbalan bunga, ternyata ada sesuatu yang menurut penulis menarik untuk didalami atau sekedar diketahui yaitu ketentuan imbalan bunga bagi Wajib Pajak dalam hal pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-Undang KUP, menurut penulis cukup menarik untuk diketahui, karena ternyata tidak semua Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) yang pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya bisa mendapat imbalan bunga, walaupun Wajib Pajak sebelum pengajuan keberatan/banding telah melunasi jumlah pajak yang harus dibayar dalam SKPKB atau SKPKBT. Sehingga pertanyaan yang muncul adalah dalam hal putusan keberatan/banding apakah sebenarnya imbalan bunga dapat diberikan? Berikut bunyi Pasal 27A Pasal (1) UU KUP yang memuat ketentuan imbalan bunga sehubungan pengajuan keberatan/banding : Apabila pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut Jadi terdapat empat SKP yang mendapat imbalan bunga apabila pengajuan keberatan/banding dikabulkan yaitu SKPKB, SKPKBT, SKPN dan SKPLB. Dari empat SKP ini semua menarik untuk diketahui dua diantaranya yaitu imbalan bunga atas SKPN dan SKPLB telah dibahas dalam tulisan terdahulu yang berjudul : Imbalan Bunga Berdasarkan Pasal 27A UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP. Penjabaran dari ketentuan Pasal 27 A UU KUP terdapat dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Isi Pasal 24 PP No. 80 tahun 2007 ini kurang lebih sama dengan bunyi pasal 27A UU KUP, namun yang paling menarik adalah bunyi Pasal 24 Ayat (5) PP No. 80 tahun 2007 hal pengecualian pemberian imbalan bunga sebagai berikut : Pasal 24 (5) PP No. 80 Tahun 2007 (5). Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan terhadap : 1. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan kembali atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang seluruhnya disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. 2. kelebihan pembayaran akibat Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali atas sebagian jumlah pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, namun dibayar sebelum pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali, atau sebelum diterbitkan Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali. penjelasan Pasal 24 ayat (5) menyebutkan adanya pengecualian tersebut adalah untuk mencegah adanya kemungkinan Wajib Pajak memperoleh imbalan bunga yang seharusnya tidak diterima sehubungan dengan pengajuan keberatan, permohonan banding, atau permohonan peninjauan kembali seperti misalnya : WP sengaja menyimpan uangnya dalam bentuk kelebihan pembayaran pajak dengan harapan agar mendapatkan imbalan bunga sebesar 2% perbulan. Contoh 1: Untuk tahun pajak 2008, terhadap PT A diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 1.000.000.000,00. Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 1.000.000.000,00, dan telah melunasi seluruh SKPKB tersebut sebesar Rp 1.000.000.000,00. Namun Wajib Pajak kemudian mengajukan keberatan atas surat ketetapan

pajak tersebut. Atas keberatan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan dengan menolak permohonan Wajib Pajak sehingga jumlah pajak yang masih harus dibayar tetap sebesar Rp 1.000.000.000,00. Wajib Pajak kemudian mengajukan banding atas Keputusan Keberatan tersebut. Atas banding Wajib Pajak, Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sehingga jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp 700.000.000,00. Dalam hal ini, Wajib Pajak memperoleh kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 300.000.000,00 (Rp 1.000.000.000,00-Rp 700.000.000,00). Berdasarkan ketentuan pada ayat ini, atas kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 300.000.000,00 tidak diberikan imbalan bunga. Contoh kasus diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Setuju : 100% SKP = Rp 1 M 100% SKP = Rp 1 M mengabulkan 300 jt, sisa SKPKB = Rp 700 jt Lebih bayar = Rp 300 jt

Pelunasan SKPKB : Putusan Banding Lebih bayar Contoh 2: : :

Untuk tahun pajak 2008, terhadap PT A diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 1.000.000.000,00. Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak hanya menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp 200.000.000,00, akan tetapi Wajib Pajak telah melunasi seluruh SKPKB tersebut sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas koreksi lainnya. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp 600.000.000,00. Dalam hal ini, Wajib Pajak memperoleh kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 400.000.000,00 (Rp 1.000.000.000,00Rp600.000.000,00). Berdasarkan ketentuan pada ayat ini atas kelebihan pembayaran pajak Rp 400.000.000,00 tidak diberikan imbalan bunga. Contoh kasus diatas dapat digambarkan sebagai berikut : SKPKB Rp 1 M Setuju : 20% SKP = Rp 200 jt 100% SKP = Rp 1 M mengabulkan 400 jt, sisa SKPKB = Rp 600 jt Lebih bayar = Rp 400 jt

Pelunasan SKPKB : Putusan Banding Lebih bayar : :

Apabila contoh nomor dua tadi sedikit diubah, misalnya wajib pajak hanya membayar sejumlah yang dia setujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan yaitu sebesar Rp 200 juta, maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Contoh kasus diatas dapat digambarkan sebagai berikut : SKPKB Rp 1 M Setuju Pelunasan SKPKB Putusan Banding Lebih bayar : : : : 20% SKP = Rp 200 jt 20 % SKP = Rp 200 jt mengabulkan 400 jt, sisa SKPKB = Rp 600 jt kurang bayar = 600-200 = Rp 400 jt

Karena masih kurang bayar sudah tentu tidak mendapatkan imbalan bunga. Selanjutnya pabila contoh nomor dua tadi sedikit diubah lagi, misalnya wajib pajak hanya membayar sejumlah yang dia setujui dalam pembahasan akhir pemeriksaan yaitu sebesar Rp 200 juta dan ternyata putusan keberatan/banding mengabulkan sebagian besar keberatan/banding WP yaitu misal Rp 950 juta sehingga sisa SKPKB menjadi Rp 50 jt saja, maka kejadiannya dapat digambarkan sebagai berikut Contoh kasus diatas dapat digambarkan sebagai berikut : SKPKB Rp 1 M Setuju Pelunasan SKPKB Putusan Banding Lebih bayar : : : : 20% SKP = Rp 200 jt 20 % SKP = Rp 200 jt mengabulkan 950 jt, sisa SKPKB = Rp 50 jt lebih bayar = 200 50 = Rp 150 jt

Untuk kasus terakhir ini menurut penulis Wajib Pajak berhak mendapatkan imbalan bunga sebesar 2% perbulan dikali Rp 150 Juta dikali jumlah bulan sejak pelunasan SKP sampai dengan tanggal putusan keberatan/banding diterbitkan. Demikian mudah-mudah bisa menambah wawasan, salam.

Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-undang Tentang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) wajib pajak berhak atas imbalan bunga dalam hal-hal tertentu yaitu dalam hal terdapat: Keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) KUP;
y y

Keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) KUP; Kelebihan pembayaran pajak karena di tingkat keberatan atau banding wajib pajak memenangi sebagian atau seluruh kasusnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) KUP; Kelebihan pembayaran sanksi administrasi karena pengurangan sebagai akibat diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding, sebagaimana dimasud dalam Pasal 27A ayat (2) KUP.

Tata cara pemberian imbalan bunga kepada wajib pajak ini dituangkan dalam peraturan menkeu nomor 40/PMK.03/ 2005 tanggal 6 Juni 2005. Peraturan tersebut mengganti peraturan sebelumnya yaitu keputusan menkeu No. 683/KMK.03/2001 tanggal 31 Desember 2001. Salah satu faktor yang menjadi latar belakang dari perubahan peraturan tersebut adalah terutama adanya perubahan struktur organisasi Departemen Keuangan sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara. Prosedur yang harus dilalui, pertama-tama adalah bahwa Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB). Atas dasar SKPIB tersebut Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas nama Menteri Keuangan kemudian menerbitkan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). Saat kapan SKPIB dan SPMIB diterbitkan tergantung kepada produk hukumnya, artinya apakah kelebihan pajak dimaksud sebagai hasil Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), atau Keputusan Keberatan atau Keputusan Banding. Saat penerbitan SKPIB dan SPMIB, dapat disimak di tabel di bawah ini dengan membandingkannya dengan ketentuan yang lama. Berdasarkan SPMIB tersebut KPPN kemudian menerbitkan SP2D. Apabila terjadi keterlambatan terhadap penerbitan SPMIB sebagaimana diuraikan di atas, maka pejabat yang bersangkutan (yaitu pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau pejabat Direktorat Jenderal Perbendaharaan) akan dikenai sanksi kepegawaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Aturan baru tersebut mengatur masa peralihan sebagai berikut: Terhadap SPMIB yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan baru ini, yang lembar ke1 dan ke-2 telah disampaikan ke Bank Operasional I tetapi belum ditunaikan, agar ditarik dari Bank Operasional I oleh KPPN untuk selanjutnya diterbitkan SP2D.

Terhadap SPMIB yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan baru ini, namun lembar ke-1 dan ke-2 belum disampaikan ke Bank Operasional I, agar segera disampaikan oleh KPP ke KPPN untuk diterbitkan SP2D. Formulir SPMIB sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 683/KMK.03/2001 tetap dipergunakan sampai dengan tanggal 31 Mei 2005, tetapi peruntukannya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan yang baru. Oleh Rachmanto Surahmat Perhitungan besarnya imbalan bunga UU KUP Perhitungan imbalan bunga 2% per bulan dengan masa imbalan bunga mulai dari akhir jangka waktu satu bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau diterbitkannyaSurat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) atau Pasal 11 ayat diterbitkannya Surat Keputusan (3) Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), sampai dengan diterbitkannya Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), dengan dasar perhitungan imbalan bunganya adalah jumlah kelebihan pembayaran pajak. 2% sebulan dengan masa imbalan bunga dihitung sejak berakhirnya jangka waktu satu bulan, jangka waktu du belas bulan sejak permohonan diterima atau jangka Pasal 17B ayat waktu lain yang ditetapkan untuk (3) kegiatan tertentu, sampai saat diterbitkannya SKPLB, dengan dasar perhitungan imbalan bunganya adalah jumlah kelebihan pembayaran pajak yang tercantum dalam SKPLB. 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan sejak tanggal pembayaran yang Pasal 27A ayat menyebabkan kelebihan pajak sampai (1) dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding. 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan Pasal 27A ayat sejak tanggal pembayaran yang (2) menyebabkan kelebihan pembayaran sanksi administrasi sampai dengan

diterbitkannya Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Jenis imbalan bunga Peraturan Menteri Keuangan No. (berdasarkan UU 40/PMK.03/2005 KUP) Pasal 11 ayat (3) Diterbitkan bersamaan dengan SPMKP Diterbitkan paling lambat 2 hari kerja Pasal 17B ayat (3) sebelum jangka waktu 1 bulan setelah penerbitan SKPLB terlampaui Diterbitkan paling lambat 2 hari kerja sebelum jangka waktu 1 bulan sejak Pasal 27A ayat (1) Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding diterima, terlampaui Diterbitkan paling lambat 2 hari kerja sebelum jangka waktu 1 bulan sejak Pasal 27A ayat (2) Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi diterbitkan, terlampaui.

KEP. Menteri Keuangan No. 683/KMK.03/2001 Sama Paling lambat 1 bulan setelah penerbitan SKPLB Paling lambat 1 bulan sejak Keputusan Keberatan atau Putusan Banding diterima Paling lambat 1 bulan sejak Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai