Anda di halaman 1dari 3

Gracia Asri Wulandari

16 /402015/ PEK/ 21550

Chapter 5: Ethics and Environment

Bab ini mempelajari masalah lingkungan dan diawali dengan satu ulasan tentang
aspek-aspek teknis dari penggunaan sumber daya alam, tentang dasar etika bagi perlindungan
sumber daya alam. Polusi sesungguhnya merupakan salah satu jenis penyusutan sumber daya
karena pencemaran air, udara, atau tanah merusak sifat-sifat sumber daya tersebut. Lembaga
bisnis diperbolehkan mengabaikan akibat-akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan alam,
satu pemanjaan yang muncul karena beberapa sebab. Pertama, para pelaku bisnis
menganggap udara dan air adalah barang gratis. Kedua, bisnis melihat lingkungan sebagai
barang tak terbatas.

Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian-
bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsic memiliki nilai tersendiri dan bahwa, karena
adanya nilai intrinsic ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai dan menghargainya.
Menurut William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang
nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia. Menurut
pandangan utilitarianisme terhadap masalah lingkungan adalah dengan melihat masalah-
masalah tersebut sebagai cacat pasar. Jika suatu industry mencemari lingkungan, harga pasar
dari komoditas-komoditasnya tidak lagi mencerminkan biaya sesungguhnya dalam proses
produksi komoditas tersebut, hasilnya adalah kesalahan alokasi sumber daya, peningkatan
jumlah limbah, dan distribusi komoditas yang tidak memadai.

Konservasi mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan di masa
mendatang. Jadi, konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk
membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Konservasi lebih tepat bila diterapkan
pada masalah-masalah penyusutan sumber daya dibandingkan polusi. Kita berkewajiban
melakukan konservasi sumber daya bagi generasi mendatang karena mereka memiliki hak
yang sama atas sumber daya terbatas dari planet ini.
The Ok Tedi Copper Mine

BHP (dinamakan BHP Biliton sejak 2001 merger dengan Billiton PLC.)didirikan di
Australia pada tahun 1885, perusahaan yang bergerak pada penemuan, pengembangan,
produksi sumber daya, pemasaran biji besi, baja, batu bara, tembaga, gas dan minyak, berlian,
perak, emas, timah, seng, dan sumber daya alam lainnya. Papua Nugini memilih BHP untuk
mengembangkan tambang untuk mengolah/mengekploitasi cadangan tembaga terbesar yang
ditemukan tahun 1963 pada dataran tinggi bagian barat Papua Nugini. Pada tahun 1980
pemerintah secara resmi memberikan izin untuk kelompok Ok Tedi Mining Company
Limited (OTML), perusahaan joint venture yang didirikan untukmengembangkan the Ok
Tedi Mine. Pada tahun 1984 terjadi bencana yang menghancurkan fondasi bendungan
penampungan limbah tersebut. The Ok Tedi Mining mengusulkan kepada pemerintah untuk
tetap memproses sementara tanpa fasilitas pembuangan limbah. Akibat dari pembuangan
limbah ini, terjadi hutan hujan sekitar Ok Tedi dan Fly Rivers pada 1980-an, meningkatkan
frekuensi banjir dan luapan air, mengurangi tingkat oksigen, akar pohon dan vegetasi
mengalami kekurangan oksigen, permasalahan kerusakan hutan. Kejadian-kejadian ini tidak
membuat pemerintah Papua Nugini untuk menutup tambang tersebut. Hal ini dikarenakan
Pemerintah Papua Nugini dan sebagian masyarakat Papua Nugini bergantung secara ekonomi
pada tambang ini.
Argumen saya,
Menurut saya, Pemerintah Pusat harus lebih berlaku tegas terhadap kerusakan ala mini.
Apabila dibiarkan, kerusakan alam ini akan mengganggu habitat tanaman,hewan sampai
manusia. Bila dilihat dari prinsip utilatirian, keadaan ini akan membuat perusahaan rugi
karena pada masa yang akan datang lingkungan menjadi rusak dan mungkin sampai susah
untuk ditinggali. Apabila daerah tersebut susah untuk ditinggali, bagaimana aka nada orang-
orang yang akan mengolah SDA tersebut. Apabila dilihat dari prinsip hak dan kewajiban,
bahwa lingkungan sekitar perlu dijaga kelestariannya. Selain itu, masyarakat sekitar pun
berhak untuk tinggal di tempat yang sehat tidak hanya mendapatkan gelontoran dana.
Pemerintah perlu bertindak tegas dalam pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai.
Fenomena ini akan menjadi rantai bencana, berawal dari pembuangan limbah tanpa diolah
yang nantinya sampai pengrusakan hutan sampai binatang yang memakan dan minuman dari
bahan yang sudah tercemar.

Anda mungkin juga menyukai