Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan Materi Kuliah Chapter 5

Ethics and the Environment


Oleh Andrian Wijaya – 16/393211/EK/20755

Chapter ini akan membahas tentang isu-isu lingkungan yang sudah sewajarnya perlu
diperhatikan perlindungannya agar menjaga generasi masa depan serta pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Berikut isu-isu lingkungan yang perlu dijaga dan diperhatikan
1. Polusi (pollution): kontaminasi lingkungan yang tidak diinginkan dan tidak
diharapkan dari kegiatan manusia seperti produksi, pelepasan sampah, membakar
bahan bakar fosil.
2. Kehabisan sumber daya (resource depletion): konsumsi terbatas atau sumber daya
yang sudah melangka
3. Pemanasan global (global warming): kenaikan temperature sekitar dunia dikarenakan
naiknya tingkat gas rumah kaca.
4. Pelepasan ozon (ozone depletion): kerusakan berangsur-angsur dari gas ozon yang
disebabkan karena pelepasan Chlorofluorocarbone (CFCs) di udara
5. Hujan asam (acid rain): terjadi karena belerang oksid dan oksid nitrogen bergambung
dengan uap air di awan untuk membentuk asam sendawa dan asam belerang. Asam-
asam ini kemudian ikut turun dalam bentuk air hujan
6. Sampah organic (organic wastes): sampah manusia yang tidak dikelola, kotoranm dan
sampah industri dari pemrosesan beraneka ragam produk makanan,
Dan masih banyak isu-isu lingkungan sejenis lainnya. Institusi bisnis selain mencari
profit dalam menjalankan operasionalnya juga menjadi kewajiban dengan menjaga
lingkungan sebagai sebuah etika dalam berbisnis. Terlebih, masalah polusi bisa
datang dari banyak sumber seperti dari konsumen, maupun produsen (dalam hal ini
institusi bisnis). Perlu adanya pendekatan-pendekatan etika dalam menjaga
lingkungan yaitu
1. Pendekatan ekologis (echological approach): aspek non-manusia juga memiliki
nilai intrinsic. Dengan demikian, lingkungan sekitar manusia merupakan aspek
yang berharga dan bernilai pula.
2. Pendekatan hak lingkungan (environmental rights approach): manusia
mempunyai hak untuk mendiami lingkungan yang enak untuk ditempati.
3. Pendekatan pasar (market approach): perlu adanya penerapan kos-kos eksternal
utilitas pelanggaran, hak-hak, dan keadilan sehingga mereka menginternalisasi
kepentingan lingkungan ke dalam bagian sehari-hari.

Case The OK Tedi Copper – Andrian Wijaya 16 / 393211 / EK / 20755


Ok Tedi Copper Mine merupakan perusahaan pertambangan dengan
kepemilikan awal Broken Hill ProprietaryCompany Limited (BHP) 52%, pemerintah
Papua Nugini 30% dan Innet Mining Corp 18%. Tahun 1976, dibuka fasilitas penyimpanan
limbah. Limbah pertambangan dibuang lanngsung ke sungai OK Tedi dan mengalir ke sungai
Fly hingga bermuara ke laut. Limbah tersebut memberikan dampak buruk bagi makhluk
hidup yang tinggal di sekitaran tersebut.
Pada tahun 1999, studi lingkungan untuk mengetahui seberapa besar
kerusakan lingkungan yang telah timbul. Hasilnya? kerusakan yang timbul jauh
lebih besar daripada yang diperhitungkan dari studi sebelumnya. Studi ini
menghasilkan 4 kemungkinan yang dapat dilakukan dengan masing-masing keuntungan dan
kerugian masing-masing
1. Melanjutkan penambangan dan melanjutkan pengerukan sedimen dari sungai OK
Tedi.
2. Melanjutkan penambangan, pengerukan dan juga membuat fasilitas pembaungan
limbah.
3. Melanjutkan penambangan tanpa melakukan hal lainnya.
4. Segera menutup pertambangan.
BHP memutuskan untuk segera menutup pertambangan namun ditentang oleh
pemerintah Papua Nugini. Mengingat pemerintah membutuhkan manfaat sosial dan ekonomi
dari hasil operasi tambang tersebut. Akhirnya, BHP menyumbangkan semua sahamnya ke
Papua New Guinea SDP.
Berdasarkan fakta, pertambangan ini seharusnya sudah tidak etis secara ekologis
namun dikarenakan Papua Nugini merupakan negara yang baru merdeka, maka pemerintah
meneruskan tambang tersebut guna memperoleh dana yang diperuntukkan untuk menbangun
dan meningkatkan standar kehidupan masyarakatnya.
Menurut saya, kebijakan BHP sudah tepat menyerahkan sahamnya kepada Papua
New Guinea SDP. Namun akan lebih baik bila BHP membuat fasilitas penyimpanan dan
pengolahan limbah agar limbah-limbah tersebut tidak menambah kerusakan lingkungan yang
mana selama puluhan tahun limbah tersebut dibuang begitu saja ke sungai. Papua New
Guinea SDP juga harus menggunakan pemanfaatan dana yang diperoleh untuk memperbaiki
lingkungan yang telah rusak akibat dari kegiatan pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai