Pb4mat - VI Sensasionalisme & Positivisme Prancis
Pb4mat - VI Sensasionalisme & Positivisme Prancis
Arah Perkembangan
Di Perancis, dualisme pikiran-tubuh dari Descartes direduksi menjadi suatu materialisme yang memfokuskan pada mekanika proses-proses indrawi untuk menjelaskan semua aktivitas psikologis. Setelah meninggalnya Descartes (1650), Perancis memasuki era keemasan dominasi politis dan kebudayaan di masa Louis XIV (1643-1715) dan Louis XV (1715-1774) Menjamurnya berbagai prestrasi kesusasteraan, ilmiah dan filsafat Perancis dikenal sebagai masyarakat kesusasteraan. Pendidikan merupakan tanggung jawab masyarakat secara luas. Gereja tetap memberikan pendidikan dasar. Tokoh-tokoh yang menjadi basis pemikiran intelektual:
Denis Diderot (1713-1784) Jean Jacques Rousseau (1712-1778) Francois Marie Arouet atau Voltaire (1694-1778)
Kemajuan Filsafat
Sebelum revolusi, pada masa pemerintahan Louis XIV dan Louis XV, pemerintah melakukan penyensoran besar-besaran, terutama untuk literatur yang mengkritik pemerintahan dan gereja. Represi ini mempersatukan semua penulis yang antinegara dan antigereja.
Mereka dikenal sebagai philosophes Bekerja sama dalam penerbitan rahasia di Perancis; dan menyelundupkan karya-karya mereka ke luar Perancis Pandangan mereka relatif beragam
Kemajuan filsafat
Sensasionalisme
Puncak Psikologi Maine de Biran
Positivisme
Sensasionalisme
Pemikiran orang-orang Perancis tentang berbagai issue psikologis terkonsentrasi pada aspek-aspek indrawi pengalaman manusia
Berdasarkan sensasi dan persepsi Aktivitas mental direduksi menjadi mekanisme indrawi
Pemikiran dualisme pikiran-tubuh yang dikembangkan Descartes menjadi samar-samar Tokoh-tokoh penting:
Etienne Bonnot de Condillac (1715-1780) Charles Bonnet (1720-1793) Julien Offroy de La Mettrie (1709-1751) Claude Adrien Helvetius (1715-1771) Pierre Cabbanis (1757-1808)
Merupakan cendekiawan pertama yang membahas tentang energi saraf spesifik, dimana suatu fungsi saraf tertentu diakomodasi oleh sistem urat saraf tertentu Ia memandang proses-proses mental yang lebih tinggi sebagai asosiasi sensasi atau memori melalui kesamaan beberapa dimensi, seperti waktu, tempat dan makna.
Peristiwa A dikaitkan dengan peristiwa B karena kejadiannya yang simultan.
Fisiologi dapat menjelaskan mekanisme fungsi-fungsi psikologis, namun mekanisme tersebut bergantung pada lingkungan.
Sensasi tidak eksis sebagai bentuk murni; namun sensasi lebih merupakan bagian dari keseluruhan sistem, dimediasi oleh ego sentral, atau diri, dan sensasi hanya dapat diketahui melalui integrasi keseluruhan sistem.
Periode ketiga, ia menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang data langsung dari kesadaran.
Psikologi mempelajari intensionalitas diri yang terwakili dalam kesadaran. Mengeluarkan istilah Saya berkehendak, maka saya ada. Metodologi menekankan obsevasi objektif diri melalui pengalaman individual. Diri yang aktif atau ego merupakan fakta sentral psikologi sehingga individu memiliki kecerdasan sejauh ia memiliki kebebasan
Periode keempat, beralih ke pengalaman religius dan berupaya mengintegrasikan aspirasi religius dalam hidup dengan konsep totalnya tentang psikologis