Anda di halaman 1dari 10

AKTIVITAS MENTAL: TRADISI JERMAN Basis filosofis psikologi Jerman lebih terinspirasi oleh Spinoza daripada oleh Descartes.

Dualisme pikiran-tubuh dari Descrates memicu pemisahan antara tingkat fisiologis dan psikologis dalam penelitian, yang menghasilkan kerangka kerja konseptual. Sedangkan Spinoza menggambarkan proses-proses fisiologis dan psikologis sebagai deskripsi dari satu entitas yang sama, yang menghasilkan penekanan pada keberlanjutan aktivitas sebagai keberfungsian manusia dan sebagai aspek integratif pada aktivitas manusia. Model psikologi Jerman tidak membedakan antara pengindraan dan ide karena keduanya dipandang sebagai aspek-aspek dari proses aktif yang sama. A. Kemajuan dalam Ilmu Pengetahuan Abad ke 17 menjadi saksi kejayaan matematika dan fisika di Jerman. Otto von Guericke (1602-1686) menciptakan barometer dan menemukan pompa udara yang menguji ruang hampa secara fisika. Gabriel Fahrenheit (1686-1736) mengajukan sebuah sistem pengukuran temperatur dengan kolom merkuri, dan membuat namanya melekat pada skala tersebut. Ehrenfriend von Tschirnhaus (1651-1708) mengeksplorasi basis radiasi matahari dan mempelajari penyerapan panas. Leonhard Euler (1707-1783) merupakan ahli matematika terbesar pada abad 18. Pada usia 29 tahun telah menjadi direktur matematika di Akademi Ilmu Pengetahuan St. Petersburg. Ia menerapkan kalkulus pada getaran cahaya dan menghitung hubungan sistematis antara densetas dan elastisitas. Ia juga memberi kontribusi besar pada bentuk modern geometri, trigonometri, dan aljabar. Selain itu ia juga mendiagramkan posisi planetplanet dan bulan menjadi basisi untuk menentukan garis bujur. George Bose pada tahun 1742 berpendapat bahwa aurora borealis berasal dari listrik dan menunjukan listrik dapat digunakan sebagai bahan peledak. Pada tahun 1745, E.G von Kleist mengembangkan sebuah batere yang mampu menyimpan tenaga listrik selama beberapa jam, dan mendorong Daniel gralath untuk mengembangkan alat penyimpanan potensi tenaga listrik dengan menggunakan tabung-tabung yang disusun dalam rangkaian. Philip Miller pada tahun 1721 menulis tentang penyerbukan tanaman oleh lebah. Pada tahun 1760 Josef Krolreuter melaporkan berbagai eksperimen ekstensif tentang fisiokimiawi penyerbukan. Pada tahun 1793, Kinrad Spengel meneliti penyerbukan silang dan mempostulasi basis anatomi tanaman. Tahun 1791 Josef Gartner menyelesaikan studi
1

ensiklopedik tentang buah dan benih tanaman yang menjadi karya klasik ilmu botani abad ke-19. Abad ke-18, Franz Anton Mesmer menghidupkan kembali spekulasi tentang pengaruh astrologi terhadap kepribadian yang digambarkannya sebagai sesuatu yang mewujud dalam bentuk gelombang magnetik. Ia membuka praktik pengobatan melalui kepercayaan gaib dengan istilah Memoire sur la decouverte du magnetisme animal (magnetisme hewan) dan dimesmerkan, artinya proses menyentuh pasien dengan tongkat atau menatap mata mereka sampai mereka tidak lagi dapat bergerak dan mudah menerima sugesti. Proses ini menjadi dasar munculnya hipnotisme di Prancis dan memicu Sigmund Freud mempelajarinya. Pada intinya, ilmu pengetahuan mencapai keberhasilan di Jerman karena adanya efisiensi dan dukungan pemerintah terhadap bidang ilmiah serta berkembangnya universitas dan dalam sistem tersebut lahirlah psikologi secara formal. B. Kemajuan dalam Filsafat Psikologi yang lahir dari filsafat Jerman berbeda dari sensasionalisme Prancis dan empirisisme Inggris. Konsep umumnya adalah aktivitas esensial pikiran. Tokoh Psikologi Jerman melihat dinamika pikiran yang telah ada sebelumnya untuk mengatur lingkungan. 1. Para Pendiri Para filsuf Jerman menekankan pandangan Descartes tentang aktivitas pikiran, terutama ide-ide yang melekat di dalamnya. Namun, Spinzolah yang berperan sebagai leluhur filsafat Jerman karena upaya Spinzo untuk memisahkan filsafat dari terminologi teologis dan mempertahankan aktivitas dinamis pikiran. a. Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716) Seorang negarawan, ahli matematika, dan filsuf yang menjalani kehidupan lengkap yang cenderung meminimalkan konflik dan memperbesar optimisme. Pandangan Leibniz tentang psikologi pada awalnya dikemukakan sebagai bagian dari catatannya terhadap karya Locke Essay Concerning Humain. Ia memperluas catatan tersebut menjadi Nouveaux Essais sur IEntendement Humain (Esai-esai Baru mengenai pemahaman Manusia) dan dipublikasikan tahun 1765. Leibniz memandang pikiran bukan sebagai penerima pengalaman yang bersifat pasif, namun lebih sebagai suatu entitas kompleks yang mengubah input berbagai penginderaan melalui struktur dan fungsi-fungsinya. Nihil est in intellecteu quod non fuerit in sensu, nisiipse intellectus (tidak ada satu pun yang ada dalam pikiran yang sebelumnya tidak ada di dalam indra, kecuali pikiran itu sendiri). Ia mengatakan bahwa
2

pikiran itu sendiri memiliki prinsip-prinsip atau kategori-kategori tertentu, seperti kesatuan, substansi, keberadaan, sebab, identitas, nalar, dan persepsi. Kategori-kategori tersebut adalah kunci pemahaman dan melekat dalam pikiran. Bagi Leibniz semua ide melekat dalam pikiran dan menambahkan konsep kontiniutas dalam menggambarkan aktivitas pikiran. Berpikir dipandang sebagai aktivitas tanpa akhir, dan proses berpikir melibatkan dimensi sadar dan tidak sadar sekaligus. Kontribusi orisinal Leibniz terhadap psikologi adalah konsepnya tentang agen aktivitas, yakni monad atau monadologi untuk menggambarkan aktivitas esensial pikiran. Konsep monad diartikan sebagai unit-unit kekuatan atau energi yang tidak meluas, bebas, dan unik. Semua makhluk hidup terdiri dari monad-monad. Monad setiap manusia adalah pikiran, hingga ke titik di mana pikiran tersebut memiliki sensitivitas dan responsivitas. Leibniz menolak pemikiran tentang interaksi psikis dan fisik, namun menyatakan tentang proses-proses fisik dan mental yang mandiri. Beberapa tema penting dapat diekstrapolasi dari pandangan-pandangan psikologi Leibniz. Pertama, individu tidak berada dibawah kendali berbagai determinan di lingkungan. Namun, pikiran manusia dibentuk untuk bertindak atas lingkungan. Kedua, konsep monadologi yang memberikan penjelasan tentang dinamika aktivitas mental, seperti perhatian, memori selektif, dan ketidaksadaran. b. Christian von Wolff (1679-1754) Konsisten dengan Leibniz dan tema utama pemikiran Jerman, Wolff menolak pernyataan Locke tentang pengetahuan sebagai sesuatu yang tergantung pada input sensorik, namun menghindari beberapa masalah dalam alternatif yang diajukan Leibniz, yakni monadologi. Ia berperan sebagai tokoh transisi antara Leibniz dan Kant dengan menekankan pada aktivitas mental dan ragawi sebagai dua proses yang terpisah dan tidak saling berhubung. Karya-karya utamanya dalam psikologi adalah Psychologia Empirica (1732) dan Psychologia Rationalis (1734). Ia menjabarkan dua pendekatan dalam psikologi. Pertama, membahas tentang proses sensorik. Dalam Psikologi Rasional, ia mengemukakan tentang aktivitas mental dalam kerangka Leibniz, yakni peran aktif pikiran dalam pembentukan ide. Wolff mengajarkan bahwa tubuh dan pikiran dikenalkan melalui tindakan dan idenya secara berurutan. Pikiran diatur oleh determinasi sebab dan akibat, dan mengendalikan lingkungan melalui kategori-kategorinya. Psikologi rasional juga disebut sebagai psikologi fakultas.
3

Oleh karena itu, psikologi dikenal sebagai studi tentang fakultas mental dan keunikan pikiran manusia mentransedensi semua bentuk kehidupan. c. Immanuel Kant (1724-1804) Psikologi Jerman menyepurnakan rasionalismenya melalui karya-karya tulis Immanuel Kant, salah satu filsuf paling berpengaruh pasca Renaisans di Eropa. Kant menjelaskan tentang dunia sensibel dan dunia inteligibel. Dunia sensibel adalah informasi indra atau dunia yang terlihat, sedangkan dunia inteligibel dibatasi oleh pikiran atau nalar. Kant menambahkan pembagaian ini dengan suatu posisi dasar bahwa dimensi waktu dan ruang tidak terdapat dalam lingkungan objektif, namun lebih merupakan bentuk-bentuk perseptual yang terdaapat dalam pikiran. Pikiran bukanlah agen pasif yang dihasilkan oleh pengidraan, sebagaimana yang dikemukan oleh para empiris. Pikiran adalah entitas aktif yang diatur oleh hukum dan struktur dalam pikiran itu sendiri, dan menerjemahkan pengindraan menjadi ide. Kant menghasilkan psikologi Operasi Mental yang tidak semata-mata bergantung pada pengalaman sensorik. Kant memformalisasi pandangan psikologinya dalam karya monumental Kritik der Reinen Vernunft (Kritik tentang penalaran Murni; 1781). Penalaran murni tersebut adalah pengetahuan yang tidak memerlukan bukti eksperiensial atau penegetahauan priori. Pernyataan tersebut dipicu oleh karya Hume, yang menulis bahwa semua penalaran didasarkan pada konsep sebab dan akibat, yang pada kenyataannya adalah pengamatan terhadap berbagai sekuens, namun tidak memiliki realitas; hibungan ini disebut artipak intelektual. Kant mempertahankan hubungan sebab akibat dengan menunjukan bahwa hal itu tidak dipengaruhi oleh pengalaman dan merupakan sebuah pengetahuan priori, yang sejalan dengan struktur pikiran. Kant menerima pendapat bahwa semua pengetahuan berawal dari pengindraan sejauh pengindraan tersebut memberikan stimulasi untuk mengaktifkan operasi-operasi pikiran. Namun, setelah stimulasi tersebut terjadi, pengalaman dibentuk oleh bentuk yang melekat pada inheren pikiran berupa persepsi dan konsepsi. Bentuk perseptual tersebut kemudian mengubah pengalaman menjadi pemahaman eksternal terhadap ruang dan pemahaman internal tentang waktu. Bagi Kant, bentuk-bentuk konseptualisasi terbebas dari pengalaman dan membentuk suatu pengalaman melalui kategori-kategori mental, yang diringkas sebagai berikut: Kategori kualitas : pembatasan, negasin, dan realitas
4

Kategori kuantitas Kategori hubungan Kategori modalitas

: pluralitas, totalitas, dan kesatuan : substansi dan kualitas, sebab dan akibat, aktivitas dan pasivitas : kemungkinan dan ketidakmungkinan, eksistensi dan noneksistensi, kebutuhan dan kontigensi.

Setiap persepsi masuk dalam minimal satu kategori di atas sehingga persepsi adalah pengindraan yang diinterpretasi oleh bentuk yang sejalan dengan waktu dan tempat. Pengalaman subjektif individu bukanlah pemrosesan pasif terhadap kesan-kesan indra namun merupakan produk pikiran yang beroperasi pada pengindraan. Pada tahun 1788, Kant menyelasaikan karya lainnya yang penting bagi psikologi Jerman, Kritik per Praktischen Vernunft (Kritik tentang Penalaran Praktis). Kant memperluas karya sebelumnya ke pertimbangan tentang moralitas untuk menunjukan bahwa nilai-nilai bukan merupakan tradisi sosial posteriori, namun suatu kondisi priori pikiran. Ia menyatakan bahwa setiap manusia memiliki kesadaran moral yang tidak ditentukan oleh pengalaman, namun oleh struktur pikiran. Dunia subjektif kita tentang persepsi dan ide, yang merupakan satu-satunya dunia yang kita ketahui, kita bebas melakukan penilaian yang sesuai dengan kesadaran moral kita. Sistem Kant menyatakan bahwa dunia objektif tidak dapat diketahui dan bahwa data sensorik diatur oleh pikiran dan semua pengetahuan eksis dalam bentuk ide. Ia menggabungkan empirisisme dan rasionalisme, meskipun dampak utamanya pada psikologi adalah rasionalisme. Penekanan Kant pada keutamaan kehendak, bersama dengan rasionalismenya menjadi tema dominan bagi konsep psikologi Jerman di masa depan dan menambahkan sebuah dimensi penting bagi defenisi aktivitas mental. Pada intinya, para pendiri tradisi psikologi Jerman menyajikan perspektif baru, model pikiran yang jelas aktif dan dinamis. Garis besar aktivitas mental menciptakan suatu argumen kuat bagi konsep tentang karakteristik manusia yang telah ada sebelumnya.

2. Psikologi Kesadaran-Diri a. Johann Friedrich Herbart (1776-1841) Karyanya yang memengang rekor adalah Psychology as a Science Newly Founded upon Experience, Metaphysics and Mathematics (1824-1825). Bagi Herbart, psikologi
5

merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada observasi. Berbeda dengan Kant, psikologi bagi Herbart secara empiris didasarkan pada pengalaman. Namun psikologi bukanlah ilmu pengetahuan eksperimental, seperti fisika. Wilayah sentral psikologi adalah pikiran, bukanlah subjek analisis. Mengingatkan pada Phytagoras, Herbart menyatakan bahwa psikologi semestinya menggunakan matematika untuk bergerak melampaui deskripsi sederhana dan menjelaskan hubungan-hubungan operasi mental. Unit dasar pikiran adalah ide, yang memiliki karakteristik waktu, intensitas, dan kualitas. Ide bersifat aktif terhadap pertahanan diri dari ide-ide yang bertentangan. Dinamika pertahanan diri dan oposisi menjelaskan arus antara kehadiran ide yang disadari dan tidak disadari. Herbart memandang dinamika tersebut sebagai sebuah tipe mekanikal mental, analog dengan mekanika fisik. Herbart menghapus pertimbangan fisiologis dan penggunaan metode eksperimental pada psikologi. Ia juga berhasil menggerakkan pemikiran psikologi Jerman menjauh dari rasionalisme murni Kant menuju empirisme dan mengembangkan psikologi yang mandiri dari filsafat dan fisiologi. b. Friedrich Eduard Beneke (1798-1854) Saingan kontemporer Herbart. Karya utamanya, Psychological Sketches (1825-1827) yang diterbitkan dengan judul Psychology as a Natural Science (1833). Berbeda dengan Herbart, Beneke menggambarkan psikologi sebagai suatu yang mencakup fisiologis dan tidak berasal dari filsafat, namun psikologi merupakan dasar dari filsafat dan semua disiplin ilmu lainnya. Menurut Beneke, mengetahui, merasakan, dan berkehendak dimediasi oleh disposisi mental yang diperoleh dari luar diri atau seseatu yang dimiliki dalam diri. Beneke diperngaruhi oleh hipotesis asosiasi dalam empirisme Inggris, dan bertentangan dengan pendekatan matematis Herbert. Beneke lebih memilih metode introspektif para filsuf Inggris, meskipun ia didasarkan pada konsep fakultas pikiran dari Kant, bahwa disposisi mental eksis dan memiliki fungsi-fungsi yang sama. c. Rudolf Herman Lotze (1817-1881) Kontribusi Lotze terhadap psikologi berjudul Medical Psychology, or Physiologi of the Soul (1852), yang berupaya menggabungkan mekanikal dan ide dalam sebuah sintesis ilmu pengetahuan dan metafisika. Ia mengumpulkan data fisiologi untuk mengetahui hubungan fisik dan psikis secara empiris. Ia berpendapat bahwa berbagai peristiwa lingkungan yang objektif menstimulasi indra bagian dalam yang dikendalikan oleh saraf ke agen sentral. Jiwa, dipengaruhi tanpa sadar, maupun reaksi sadar dapat terjadi, namun
6

tingkat reaksi tersebut bergantung pada faktor-faktor perhatian. Sistim saraf hanyalah suatu konduktor gerakan mekanis. Pengindraan merupakan pengalaman yang dimediasi oleh agen sentral jiwa. Dalam menjelaskan operasi mental, Lotze menolak spekulasi matematis dari Herbert. Ia berpendapat bahwa elemen-elemen pengalaman bersifat kualitatif, bukan kuantitatif. Contohnya, persepsi ruang sebagai proses yang diawali oleh stimulus yang masuk ke manusia melalui konduksi saraf dan hanya memiliki dimensi intensitas dan kualitatif. Persepsi ruang disimpulkan dari data kesadaran melalui pengalaman-pengalaman masa lalu dengan menggunakan suatu kapasitas mental, yang disebut dengan intuisi empiristik terhadap ruang. Lotze menentang matarialisme dan mekanis yang menyeluruh. Menurutnya data fisiologis hanya bagian dari seluruh proses aktivitas mental, agen sentral jiwalah yang menciptakan proses-proses dan aktivitas mental dengan kesatuan esensial yang menjaga integritas diri dalam psikologi. d. Arthur Schopenhauer (1788-1860) Dikenal atas filisofisnya tentang pesimisme nyata, mempelajari konsep kehendak, yang digambarkannya sebagai kehendak yang secara fungsional bersifat otonom. Menentang idealisme Kant, Schopenhauer bahwa banyak bentuk aktivitas bukanlah aktivitas intelektual, namun rasional. Ia menggambarkan kehendak sebagai perjuaangan irasional untuk hidup, dengan kakuatannya sendiri yang terpisa dari pemahaman intelektual dan kesadaran. Kehendak merupakan suatu impuls fundamental. Konsekuensinya, psikologi harus memperluas subjek pembahasannya di luar rasional murni hingga mencakup seluruh motivasi yang mendasari aktivitas manusia dalam kehendak.

e. Eduard von hartmann (1842-1906) Mempostulasi ketidaksadaran sebagai prinsip universal fundamental, yang secara kreatif mensintesis pikiran dan kehendak. Ketidak sadaran diartikan sebagai insting yang bertindak dnegan suatu tujuan, meskipun tanpa pengetahuan akan hasilnya. Ketidaksadaran dipandang sebagai suatu teleologis atau prinsip motivasional penentu dalam diri. Ia mengemukakan tiga level ketidaksadaran. Pertama, level fisiologis, diperkuat oleh tindakan seperti reflek-reflek. Level kedua adalah psikis dan berbagai peristiwa mental yang tidak disadari individu. Level ketiga, sesuatu yang absolut, merupakan kekuatan utama yang
7

mendasari semua kehidupan. Von Hartmann mampu menggambarkan satu sisi bahwa individu tidak bertindak karena alasan yang disadari, namun menciptakan alasan untuk menjelaskan tindakannya. Implikasi pandangan ini dikembangkan sepenuhnya oleh Freud melalui teori dinamika determinasi ketidaksadaran dalam kepribadian. Berbagai interpretasi tentang aktivitas mental manusia yang menolak aspek-aspek kepasifan mental yang mekanis dan dapat direduksi, para ahli pendukung mencari berbagai pendekatan metodologis diluar ilmu-ilmu pengetahuan fisika. Sehingga, kekayaan tradisi Jerman menghasilkan sebagian besar pandangan pendahulu psikologi abad ke-20. Berbagai kemajuan dalam psikologi yang dicapai para filsuf Jerman terutama fokus pada aktivitas mental. Menolak determinasi lingkungan dalam empirisme Inggris, Leibniz mempertahankan agen aktif pikiran dalam membentuk data indrawi untuk mengahasilakn pengalaman. Prinsip aktif dalam monadologinya menjadi dasar pandangan dinamis tentang keselarasan antara proses fisik dan psikis yang independen. Secara keseluruhan, tradisi Jerman bersifat beragam, namun dipersatukan oleh keyakinan terhadap aktivitas pikiran dan bahwa pikiran mengendalikan pengaruh-pengaruh lingkungan.

Berbagai Model Psikologi


Berbagai perkembangan filosofis yang terjadi sebelum abad ke-19 secara lansung memperngaruhi semua orang yang menpelajari psikologi karena sebelum mempelajari psikologi, seseorang harus memiliki keyakinan dasar tentang karakteristik spesifik kehidupan, yang merupakan pemikiran filosofis. 1. Sebuah Integrasi
8

Berbagai macam filosofis memiliki pengaruh penting bagi psikologi modern. Beragam pandangan filsuf-filsuf tersebut dapat dievaluasi dan dikelompokkan kedalam dimensi-dimensi. Watson (1967) membuat daftar 18 dimensi yang diganbarkan dengan istilah yang berbeda dan menggunakannya sebagai prespektif perkembangan psikologi sebagai suatu disiplin. Dimensi-dimensi tersebut agak rancu karena satu dimensi diidentifikasi dan evaluasi dari totalitas model yang ada. Marx dan Cronan-Hillix (1987) mencocokan asosiasinisme, strukturalisme, fungsionalisme, behavioralisme, teori Gestalt, dan psikoanalisis (pengelompokan psikologi abad-20) menggunakan 18 dimensi Watson. Coan (1968) meminta 232 psikolog untuk merating 54 tokoh yang mempengaruhi perkembangan psikologi berdasarkan 34 karakteristik, dan mengahasilkan enam faktor atau dimensi, yaitu: a) Subjektivisme versus objektivisme b) Holistik versus elementaristik c) Transpersonal versus personal d) Kuantitatif versus kualitatif e) Dinamis versus statis f) Sintetis versus analitis Tabel Penempatan Filsuf Berdasarkan Dimensi halaman 11.

Pengelokpokan yang disusun oleh Watson atau Coan mempermudah untuk membedakan beberapa tokoh utama dan gerakan dalam psikologi. Tabel Penempatan Filsuf Berdasarkan Dimensi, hanya untuk mempermudah dan memberi keterangan tentang arus pemikiran-pemikiran yang melatarbelakangi kelahiran psikologi. Tabel tersebut menegaskan posisi statis materialisme Prancis, kecuali Helvetius dan Cabanis yang moderat, reduksi proses-proses psikologis menjadi elemen-elemen indrawi membuat tradisi Prancis tidak memisahkan psikologi dan fisiologi. Namun, perbedaan yang jelas antara tradisi Jerman dan Inggris pada akhirnya memungkinkan semacam akomodasi berdasarkan penerimaan timbal balik terhadap dualisme.
9

10

Anda mungkin juga menyukai