Anda di halaman 1dari 9

VIII.

DETEKSI RADIASI NUKLIR Sub-pokok Bahasan Meliputi: Detektor Isian Gas Detektor Sintilator Detektor Kamar Kabut

8.1 DETEKTOR ISIAN GAS TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok Bahasan Detektor Isian Gas, mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan prinsip kerja detektor ionisasi gas Menjelaskan dan mengoperasikan detektor ionisasi gas pada daerah kamar ionisasi, daerah proporsional dan Geiger-Muller

8.1.1 Prinsip Kerja Sinar radioaktif tidak dapat dilihat dengan mata biasa, sehingga untuk mendeteksinya harus digunakan alat. Alat deteksi sinar radioaktif dinamakan detektor radiasi. Salah satu jenis detektor radiasi yang pertama kali diperkenalkan dan sampai saat ini masih digunakan adalah detektor ionisasi gas. Detektor ini memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi pengion dengan gas yang dipakai sebagai detektor. Lintasan radiasi pengion di dalam bahan detektor dapat mengakibatkan terlepasnya elektron-elektron dari atom bahan itu sehingga terbentuk pasangan ion positif dan ion negatif. Karena bahan detektornya berupa gas maka detektor radiasi ini disebut detektor ionisasi gas.

Silinder metal Jendela tipis Kawat Gas

Isolasi Menuju amplifier

Gambar 8.1 Skema Detektor Isian Gas

57

Jumlah pasangan ion yang terbentuk bergantung pada jenis dan energi radiasinya. Radiasi alfa dengan energi 3 MeV misalnya, mempunyai jangkaun (pada tekanan dan suhu standar) sejauh 2,8 cm dapat menghasilakn 4.000 pasangan ion per mm lintasannya. Sedang radiasi beta dengan energi kinetik 3 MeV mempunyai jangkaun dalam udara (pada tekanan dan suhu standar) sejauh 1.000 cm dan menghasilkan pasangan ion sebanyak 4 pasang tiap mm lntasannya. Detektor ionisasi gas berbentuk silinder yang diisi gas dan mempunyai dua elektroda. Dinding tabung yang dipakai sebagai selubung gas sebagai elektroda negatif (katoda). Kawat di tengah-tengah tabung berfungsi sebagai elektroda positif (anoda). Kedua elektroda berfungsi sebagai keping-keping kapasitor. Apabila kapasitas dari kapasitor adalah C dan beda potensial antara kedua elektrodanya adalah sebesar sumber tegangannya V, maka muatan listrik Q yang disimpan dalam kapasitor adalah:

Q =C xV

(8.1)

Masuknya radiasi ke dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya pasangan ion. Ion positif akan tertarik ke katoda dan ion negatif tertarik ke anoda. Karena menarik ionion yang berlawanan, maka akan terjadi pengurangan muatan listrik pada masing-masing elektroda. Penurunan jumlah muatan itu, mengakibatkan penurunan tegangan antara kedua elektroda, yang dirumuskan:

V =

Q C

(8.2)

Jika N menyatakan jumlah pasangan ion yang terbentuk dan e adalah muatan elektron (1,6 x 10-19 C) maka jumlah penurunan muatan pada kapasitor:

Q = Ne
Dengan mensubstitusi persamaan 8.2 dan 8.3 diperoleh:

(8.3)

V =

Ne C

(8.4)

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa penurunan tegangan sebanding dengan pasangan ion yang terbentuk. Sedang jumlah pasangan ion itu sendiri bergantung pada jenis dan energi radiasi yang ditangkap detektor. Perubahan tegangan itu akan mengakibatkan terjadinya aliran listrik (denyut out put) yang dapt diubah menjadi angkaangka hasil cacahan radiasi.

58

Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam medan listrik, telah berhasil dikembangkan tiga jenis alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai detektornya, yaitu: alat pantau kamar ionisasi, alat pantau proporsional, dan alat pantau Geiger-Muller (GM). Ketiganya mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja yang sama. Perbedaanya terletak pada tegangan operasi masing-masing. 8.1.2 Detektor Kamar Ionisasi Detektor kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Jumlah elektron yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh ionisasi primer. Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipat-gandaan (multiplikasi) jumlah ion oleh ionisasi sekunder. Dalam daerah ini dimungkinkan untuk membedakan antara radiasi yang berbeda ionisasi spesifikasinya, misalnya antara partikel alfa, beta dan gamma. Namun, arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga memerlukan penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. 8.1.3 Detektor Proporsional Salah satu kelemahan dalam mengoperasikan detektor pada daerah kamar ionisasi adalah out put yang dihasilkan sangat lemah sehingga memerlukan penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, tetapi masih tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam membedakan berbagai jenis radiasi, maka detektor dapat dioperasikan pada daerah proporsional. Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi daripada kamar ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya bergantung pada jumlah elektron mula-mula dan tegangan yang digunakan. Karena terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan sangat besar. Anoda

_ _ _ _ _

Ion negatif mula-mula

Ion positif + mula-mula

Katoda Gambar 8.2. Proses Multiplikasi Ion

59

Multiplikasi terjadi karena elektron-elektron yang dihasilkan oleh ionisasi primer dipercepat oleh tegangan yang digunakan sehingga elektron tersebut memiliki energi yang cukup untuk melakukan ionisasi berikutnya (ionisasi sekunder). Meskipun terjadi multiplikasi, namun jumlah elektron yang dihasilkan tetap sebanding (proporsional) dengan ionisasi mula-mula. Karena itu dinamakan alat pantau proporsional. Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah bahwa alat ini mampu mendeteksi radiasi dengan intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan sumber tegangan yang super stabil, karena pengaruh tegangan pada daerah ini sangat besar terhadap tingkat multiplikasi gas dan juga terhadap tinggi pulsa out put. 8.1.4 Detektor Geiger-Muller Detektor Geiger-Muller (GM) beroperasi pada tegangan di atas detektor proporsional. Dengan mempertinggi tegangan akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi bergantung pada ionisasi mulamula maupun jenis radiasi. Jadi, radiasi jenis apapun akan menghasilkan keluaran sama. Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap detektor, maka detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi. Keuntungan dalam pengoprasian GM ini adalah denyut out put sangat tinggi, sehingga tidak diperlukan penguat (amplifier) atau cukup digunakan penguat yang biasa saja. 1012 1010 108
Daerah Proporsional
6

Daerah Rekombinasi Kamar Ionisasi

Daerah Proporsional Terbatas

Daerah GM

Daerah Discharge

10

104 102 100

Partikel alfa

Elektron

50 75 1000 0 0 V (volt) Gambar 8.3. Grafik Pembagian Daerah Kerja Detektor Isian Gas 0 25 0

60

8.2 DETEKTOR SINTILASI

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok Bahasan Detektor Sintilasi, mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan prinsip detektor sintilasi Menjelaskan spektroskopi gamma dengan detektor sintilasi

Detektor generasi lebih baru dibanding dengan detektor isian gas adalah detektor sintilasi. Detektor jenis ini menggunakan dasar efek sintilasi (kelipan) apabila bahan sintilator dikenai suatu radiasi nuklir. Proses ini terutama disebabkan oleh proses eksitasi yang diikuti oleh deeksitasi. Banyak bahan yang bersifat sintilator ini tetapi mempunyai kebolehjadian efek sintilasi yang berbeda-beda untuk ketiga jenis radiasi , dan . Untuk radiasi biasa dipakai bahan ZnS(Ag), CsI(Tr). Untuk radiasi adalah jenis plastik, organik (antrasin). Sedang untuk sering dipakai NaI(Tl) juga plastik. Mengenai proses sintilasinya dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau tingkattingkat energi atom sintilatornya. Sebagai contoh adalah ZnS(Ag). Pita Konduksi Pita Eksitasi Pita Jebakan

10 eV Tingkat eksitasi aktivator 3 eV Tingkat dasar aktivator Pita Valensi

Gambar 8.4. Tingkat-tingkat Energi

Bila energi antara pita valensi dan pita konduksi atau pita eksitasi cukup besar (orde 10 eV), maka keboleh-jadian berpindahnya elektron ke pita konduksi atau eksitasi sangat kecil. Namun, dengan adanya aktivator (Ag) maka energi dasar dan eksitasinya menjadi

61

kecil (3 eV) sehingga proses sintilasi menjadi mudah. Karena selisih energi tingkat dasar dan eksitasi 3 eV maka energi foton yang dipancarkan adalah juga 3 eV atau panjang gelombangnya sebesar 4500 A. Dinoda Fotokatoda Tegangan Tinggi Anoda R
Foton

Minyak Silikon PMT Gambar 8.5. Skema Detektor Sintilasi

Sintilator dilekatkan pada dinding PMT (Photomultiplier Tube) dengan minyak silicon untuk menghilangkan pantulan oleh dinding PMT. Cahaya yang terjadi karena proses sintilasi tadi mengenai katoda yang terbuat dari foto sel (disebut fotokatoda) yang menghasilkan fotoelektron yang banyaknya sebanding dengan intensitas cahaya. Selanjutnya fotoelektron tersebut melalui deretan anoda yang terbuat dari bahan fotosel juga, yang tegangannya bertingkat dari rendah dekat katoda, makin tinggi sampai di anoda terakhir. Anoda-anoda ini disebut dinoda. Oleh tegangan tinggi yang terpasang pada dinoda-dinoda, fotoelektron tadi dipercepat ke dinoda pertama menghasilkan elektron lebih banyak, lalu dipercepat ke dinoda kedua menghasilkan elektron lebih banyak lagi. Demikian seterusnya sampai semua elektron dikumpulkan di anoda dan menghasilkan pulsa listrik. Tinggi pulsa yang dihasilkan sebanding dengan banyaknya elektron yang terkumpul di anoda, sedang banyaknya elektron terkumpul ini sebanding dengan banyaknya fotoelektron, banyaknya fotoelektron sebanding dengan intensitas cahaya hasil proses sintilasi dan intensitas cahaya ini sebanding dengan tenaga radiasi. Maka, detektor sintilasi dapat dipakai untuk spektroskopi.

62

Karena pulsa ini masih cukup tinggi, perlu diperkuat dengan penguat awal (pre amp) dan penguat utama (main amp) baru dimasukkan ke penganalisa tinggi pulsa, bisa berupa SCA (single channel analyzer) atau MCA (multi channel analyzer). SCA dan MCA ini tidak lain adalah penganalisa tinggi pulsa (pulse high analyzer/PHA) yang dapat digunakan untuk mentransformasikan distribusi tinggi pulsa pada keluaran penguat utama menjadi spektrum energi.

Intensitas Relatif

Energi (KeV) Gambar 8.6 Spektrum Energi Sinar Gamma dari 60Co, Didperoleh dengan Detektor Sintilasi

8.3 DETEKTOR KAMAR KABUT TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok Bahasan Detektor Kamar Kabut, mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan prinsip kerja detektor kamar kabut Menjelaskan kegunaan detektor kamar kabut

Jika udara didinginkan sehingga uap mencapai keadaan jenuh, maka udara itu masih dapat didinginkan tanpa terjadi pengembunan. Pada keadaan ini, uap dinamakan superjenuh. Keadaan superjenuh ini akan terjadi hanya jika udara bebas dari debu atau partikel-partikel garam yang dapat bertindak sebagai inti pengembunan sehingga membentuk tetes-tetes kabut.

63

Pada tahun 1911, Wilson menemukan bahwa ion-ion gas dapat juga bertindak sebagai inti pengembunan. Kemudian gejala ini digunakan untuk menunjukkan lintasanlintasan radiasi ionisasi melalui udara. Sebuah sumber radioaktif memancarkan partikel-partikel dalam sebuah kamar udara yang jenuh dengan uap air dan alkohol. Ketika partikel-partikel ini melalui udara, mereka bertumbukan dengan molekul-molekul udara. Tumbukan ini mengakibatkan terjadinya ionisasi, sehingga meninggalkan jejak ion positif dan negatif. Jika tekanan dalam kamar dikurangi dengan cara memompa sebagian udara keluar, maka udara menjadi lebih dingin. Keadaan ini memungkinkan partikel-partikel uap superjenuh mengembun pada ion-ion tersebut, sehingga jejak tetes-tetes uap sepanjang lintasan ion-ion dapat terlihat. Bentuk jejak kabut yang dihasilkan dalam kamar kabut bergantung pada partikelpartikel radioaktif yang digunakan. Kaca Sumber radiasi Uap

Layar gelap Pengisap

Gambar 8.7. Skema Detektor Kamar Kabut

64

Soal-soal: 1. Sebuah detektor radiasi membentuk piringan bundar berdiameter 3 cm diletakkan sejauh 25 cm dari sumber radioaktif. Detektor itu mencatat 1250 cacahan per detik. Dengan asumsi detektor mencatat setiap radiasi yang jatuh padanya, hitunglah aktivitas cuplikan (dalam curie) 2. Jelaskan, mengapa pada detektor proporsional terjadi multiplikasi ion tapi jumlahnya masih proporsional dengan ionisasi primer? 3. 4. Jelaskan prinsip kerja SCA dan MCA pada detektor sintilasi Dengan spektroskopi sinar gamma, dapat diketahui jenis unsur dan kandungannya pada suatu cuplikan. Mengapa dan bagaimana caranya? 5. Prediksilah bagaimana lintasan sinar alfa dan sinar beta pada detektor kamar kabut.

Biografi Singkat
WILSON Charles Thomson Rees Wilson adalah ahli fisika Skotlandia. Barsam Arthur H. Compton, ahli fisika AS, mendapat Hadiah Nobel untuk fisika karena menemukan kamar Wilson atau kamar kabut. Kamar Wilson merupakan detektor radiasi untuk mengamati dan menentukan jalur lintasan partikel-partikel seperti partikel alfa, beta, gamma, proton dan lain-lain. Alat ini dipakai secara luas untuk mempelajari radioaktivitas, sinar-X, sinar kosmis dan fenomena nuklir yang lain. Wilson lahir di Glencorse, Midlothian, Skotlandia pada tanggal 14 Februaru 1869 dan meninggal di Carlops, peeblesshire pada tanggal 15 November 1959. Ia mendapat pendidikan di Owens College, Manchester dan Sidney Sussex College di Cambridge. Kemudia ia menjadi guru besar filsafat alam di Universitas Cambridge. Aslinya ia adalah ahli meteorologi. Sebagai ahli meteorologi ia sering mempelajari awan. Ia sering melihat awan berkumpul di dekat puncak pegunungan. Ia sering melihat uap air mengembun pada debu kemudian membentuk tetes air hujan. Kemudian ia ingin tahu apakah upa air juga mengembun pada benda-benda kecil seperti partikel atom. Ia mulai membuat kamar kabut pada tahun 1896 dan menyempurnakannya pada tahun 1912. Jadi pembuatan dan penyempurnaan kamar kabut itu membutuhkan waktu 16 tahun. Kamar kabut terdiri dari tabung berbentuk silinder. Di dalam silinder ada semacam pengisa atau piston. Diatas silinder ada bola kaca. Bola kaca ini diisi udara yang jenuh dengan uap air dan bersih dari debu. Bila pengisap atau piston ditarik ke bawah, maka suhu di dalam kaca akan turun sehingga ruang di dalam kaca menjadi lewat jenuh uap air. Jika kedalam kamar (ruang) dimasukkan zat radioaktif maka akan timbul ion yang bersifat seperti debu. Di dalam kamar terjadilah pengembunan. Bila zat yang masuk ke dalam kamar mampu memancarkan cahaya, maka embun itu akan menghamburkan cahaya. Lintasan sinarnya tampak seperti garis kabut. Garis kabut ini dapat di potret. Kamar kabut ini ternyata sangat penting untuk mempelajari fisika nuklir dan menyebabkan dikembangkannya kamar gelembung (buble chamber).

65

Anda mungkin juga menyukai