Anda di halaman 1dari 133

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN WISATA PESISIR DI PANTAI PANANUALENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

OKKE MOCHAMAD MAULANASYAH J3B208102

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir yang berjudul Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara adalah benar benar karya saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing dan belum pernah dipergunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.

Bogor, Juni 2011

Okke Mochamad Maulanasyah NIM. J3B208102

ii

Abstarct

Pantai Pananualeng is most favorite tourism destination in Sangihe Island. Pananualeng beach has many potential resources to be developed become coastal tourism activities such as natural resources, facility of tourism, community of people, social culture and the object. It located on the district of Middle Tabukan in Tariang Baru Village. The most popular object in Pananualeng beach is white sand, the beautiful view of nature around it and many kind of plant dan animal such as pergam laut (Ducula bicolor) and coconut trees park. The developed of coastal tourism is an activity to make a better tourism destination based from natural potential resources and using local people to develop their neighborhood.

Key words: Pananualeng beach, coastal tourism, tourism object, tourism developing

Abstrak

Okke Mochamad Maulanasyah. J3B208102. 2011. Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dibawah bimbingan Syarif Indra Surya Purnama, S.Hut, M.Si Pantai Pananualeng merupakan daerah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pantai ini memiliki berbagai potensi sumberdaya wisata yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata pesisir unggulan. Pantai Pananualeng terletak di Kecamatan Tabukan Tengah, tepatnya di Desa Tariang Baru. Kegiatan Tugas akhir di pantai ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga Mei 2011. Metode yang digunakan untuk pengambilan data yaitu observasi lapang dan kuesioner. Potensi yang dimiliki Pantai Pananualeng antara lain ekologi, fasilitas wisata, masyarakat, sosial budaya dan daya tarik wisata. Obyek wisata Pantai Pananualeng dikelola oleh pemerintah kampung yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sumberdaya wisata yang dimiliki pantai ini merupakan modal utama bagi pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng, juga didukung oleh peran serta masyarakat dalam pengembangannya. Kegiatan pengembangan yang dilakukan berupa pengembangan program wisata dan perancangan desain promosi Pantai Pananualeng.

Kata kunci: Pantai Pananualeng, wisata pesisir, obyek wisata, pengembangan wisata

RINGKASAN

OKKE MOCHAMAD MAULANASYAH. Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe. SYARIF INDRA SURYA PURNAMA, S.Hut, M.Si

Kecamatan Tabukan Tengah terletak di Kabupaten Kepulauan Sangihe tepatnya di Kecamatan Tabukan Tengah Desa Tariang Baru. Kecamatan ini memiliki dua potensi wisata pesisir yaitu Pantai Pananualeng dan Pantai Sapaeng. Pantai Pananualeng merupakan salah satu daerah tujuan wisata unggulan di kecamatan ini. Potensi wisata yang dimiliki pantai ini antara lain keindahan hamparan pantai pasir putih, kejernihan air, flora-fauna yang berada disekitar pantai, serta budaya masyarakat sekitar yang menarik untuk diketahui. Tujuan dilaksanakannya Tugas Akhir di Pantai Pananualeng yaitu mengidentifikasi potensi sumberdaya wisata pesisir di Pantai Pananualeng, mengetahui jenis dan kondisi fasilitas yang terdapat di Pantai Pananualeng, mengetahui karakteristik dan keinginan pengunjung terhadap atraksi wisata dan fasilitas yang terdapat di Pantai Pananualeng dan merancang pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan selama 45 hari efektif dimulai pada bulan Februari 2011 hingga Mei 2011. Teknik pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan studi literatur, kuesioner dan pengamatan lapang. Pengambilan data kuesioner disebarkan kepada empat sumber yaitu pengunjung, masyarakat, pengelola dan assesor. Kuesioner tersebut dibuat menggunakan pola Close ended dengan teknik penyebaran random sampling. Sumberdaya wisata di Pantai Pananualeng dibagi kedalam beberapa aspek antara lain ekologi, fasilitas, masyarakat, sosial budaya dan obyek. Potensi sumberdaya ekologi dibagi menjadi potensi biotik dan abiotik. Pantai Pananualeng memiliki keanekaragaman potensi biotik yang menarik, flora dan fauna disekitar pantai menjadikan daya tarik wisata tersendiri bagi pengunjung. Potensi abiotik yang dimiliki pantai ini adalah pemandangan alam, bentuk pantai dan hamparan pasir putih disepanjang pantai. Kondisi fasilitas wisata di Pantai Pananualeng perlu perhatian yang lebih, karena fasilitas-fasilitas tersebut sudah mengalami kerusakan dan jumlah fasilitas pun kurang memadai. Masyarakat sekitar Pantai Pananualeng dapat dimanfaatkan sebagai potensi atau daya tarik wisata. Potensi masyarakat yang dapat digunakan sebagai daya tarik atau atraksi wisata antara lain kesenian masyarakat sekitar, cara hidup masyarakat sekitar, kepercayaan-kepercayaan yang dianut, serta adat istiadat masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Tariang Baru pun cukup menarik untuk dijadikan daya tarik, karena kehidupan masyarakat sekitar belum banyak terpengaruh kehidupan modern serta hubungan masyarakat dengan budaya yang masih kental. Potensi wisata berupa obyek dibagi kedalam dua bagian yaitu obyek biofisik dan obyek sosial budaya. Obyek biofisik yang terdapat di kawasan ini yaitu keindahan Pantai Pananualeng dengan berbagai flora dan fauna yang hidup disekitarnya serta hamparan pasir putih sepanjang 500 meter. Obyek sosial budaya yang terdapat di Pantai Pananualeng yaitu pohon bambu kuning yang memiliki nilai mitos atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, kesenian tari ampat wayer, kesenian vokal massamper, kesenian tari gunde dan kesenian tari upase.
4

Penilaian terhadap kelayakan potensi sumberdaya wisata di Pantai Pananualeng dilakukan pada beberapa obyek yaitu Pantai Pananualeng, panorama alam, burung pergam laut (Ducula bicolor) dan bintang laut (Asteroidea sp). Potensi sumberdaya wisata tersebut dinilai berdasarkan Skala Likert menurut Avenzora 2008. Penilaian terhadap keempat obyek tersebut dilakukan oleh seorang assesor atau orang yang dianggap ahli dalam obyek yang dinilai. Hasil penilaian potensi sumberdaya wisata selanjutnya akan dijadikan acuan dalam kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Kegiatan pengelolaan obyek wisata Pantai Pananualeng dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang bekerja sama dengan Pemerintah Kampung sebagai pengelola langsung di lapangan. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan antara lain pengelolaan retribusi, pengelolaan obyek, pengelolaan fasilitas wisata dan pengelolaan keselamatan dan keamanan. Pada dasarnya, pengelola obyek baik itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maupun Pemerintah Kampung setuju dengan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng, hal ini dikarenakan kegiatan pengembangan tersebut akan memberikan dampak positif baik terhadap masyarakat sekitar maupun pengelola obyek wisata. Pengunjung yang datang ke Pantai Panaualeng sebagian besar datang untuk rekreasi dan berwisata. Pengunjung yang datang sebanding antara pengunjung laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama dan dengan kelompok umur dewasa yaitu 18 tahun keatas. Penilaian terhadap persepsi pengunjung meliputi kepuasan terhadap fasilitas, keinginan terhadap fasilitas, keinginan terhadap bentuk fasilitas, penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata, penilaian obyek berdasarkan kelangkaan dan keunikan. Masyarakat Desa Tariang Baru didominasi oleh laki-laki dengan tingkat usia dewasa yaitu 18 tahun keatas. Pekerjaan masyarakat sebagian besar sebagai pegawai swasta, petani dan nelayan. Persepsi dan kesiapan masyarakat terhadap rencana pengembangan wisata pesisir pada dasarnya setuju dan siap mendukung kegiatan pengembangan tersebut. Hasil kuesioner tersebut dapat dijadikan acuan dalam perancangan atau penyusunan program wisata yang akan dibuat. Kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng salah satunya dilakukan dengan pengembangan program wisata dan perancangan media promosi berupa booklet. Program wisata yang dirancang adalah program wisata edukasi dan program wisata keluarga. Booklet tersebut menggambarkan mengenai obyek atau atraksi wisata yang terdapat di Pantai Pananualeng serta program wisata yang dirancang. Kesimpulan pembahasan laporan Tugas Akhir sumberdaya wisata pesisir di Pantai Pananualeng dibagi kedalam lima aspek yaiitu ekologi, fasilitas wisata, masyarakat, sosial budaya dan obyek. Hasil data kuesioner pengunjung, pengelola dan masyarakat pada hakekatnya setuju dengan kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng, bahkan masyarakat sekitar siap untuk berperan aktif maupun pasif dalam mendukung pengembangan wisata tersebut. Pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng salah satunya dilakukan dengan pengembangan program wisata. Program wisata yang dirancang adalah program wisata edukasi dan program wisata keluarga. Pengembangan wisata pesisir pun menghasilkan suatu desain promosi berupa booklet. Saran terkait kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng yaitu peningkatan pengelolaan fasilitas wisata, dilakukannya suatu kerjasama dengan pihak luar baik pemerintah pusat maupun swasta dan peningkatan kualitas SDM. Masyarakat sekitar kawasan pantai diharapkan turut mendukung kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng dan terlibat dalam kegiatan pengelolaan obyek tersebut.
5

PENGEMBANGAN WISATA PESISIR DI PANTAI PANANUALENG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

OKKE MOCHAMAD MAULANASYAH J3B208102


Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Keahlian Ekowisata

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
6

Menyetujui, Dosen Penguji Tugas Akhir

Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si

Judul

: Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe

Nama NIM Program Keahlian

: Okke Mochamad Maulanasyah : J3B208102 : Ekowisata

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Helianthi Dewi, S.Hut, M.Si NIK. 2009.10.00141

Syarif Indra Surya Purnama, S.Hut, M.Si

Mengetahui: Program Diploma IPB Direktur, Program Keahlian Ekowisata Koordinator,

Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc NIP. 19590218 198601 1 001

Helianthi Dewi, S.Hut, M.Si NIP. 2009.10.00141

Tanggal lulus:

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir (TA) ini yang berjudul Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe. Laporan TA merupakan salah satu kewajiban akademik yang harus dipenuhi dan merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat akhir Program Keahlian Ekowisata, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor (IPB). Tugas Akhir merupakan salah satu rangkaian studi yang diselenggarakan oleh Program Keahlian Ekowisata yang dilakukan selama 45 hari efektif. Kegiatan Tugas Akhir ini membuat mahasiswa berusaha menggali potensi-potensi yang terdapat di Pantai Pananualeng untuk melakukan pengembangan wisata pesisir. Semoga hasil laporan Tugas Akhir ini dijadikan sebagai acuan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga kedepannya Pantai Pananualeng dapat menjadi daerah tujuan wisata unggulan. Penulis berharap agar laporan TA dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang mengarah ke arah positif demi penyempurnaan laporan ini sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Mei 2011

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa. Bapak Syarif Indra Surya Purnama, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan secara jelas serta nasihat selama penyusunan laporan Tugas Akhir. Bapak Janis Matantu, selaku Opo lao Desa Tariang Baru yang telah memfasilitasi penulis selama berada di lokasi Tugas Akhir. Bapak Drs. Irklis N. Sombonaung selaku mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabuapaten Kepulauan Sangihe yang telah menyambut penulis dengan ramah. Ibu Dra. Velma Maheso selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabuapaten Kepulauan Sangihe yang telah membantu penulis dalam pemberian data atau informasi. Bapak J. Ch. O. Paransi, SH, MH yang telah membantu penulis dalam pembuatan suratsurat perjalanan serta dalam pemberian data dan informasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah memberikan bantuan berupa sarana penelitian serta pemberian data dan informasi. Bapak Alfonsius Lumondo, S.Pi, MM.Par, selaku Pembimbing di Tugas Akhir di lapangan yang telah banyak membantu dalam mengarahkan dalam pencarian data di lokasi tempat penelitian. Bapak Arthur A. Samalam, A.md selaku staff Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah mendampingi dalam pengambilan data di lapangan. Bapak Ferdy Masuneneng, A.md selaku staff Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah mendampingi penulis dalam perjalanan ke lapangan. Ferry Ferdiansyah, Firman Hudya Erawan dan Indra Budi Pratama sebagai rekan satu lokasi yang banyak memberikan bantuan serta ide dan gagasan dalam pencarian data dan penyusunan laporan Tugas Akhir. Herman Dalope yang telah memperkenalkan Kabupaten Kepulauan Sangihe pada penulis. Aris J. Takaendengan dan keluarga yang telah menyambut baik penulis dan pengalamanpengalaman yang telah diberikan. Tim ADRA Sangihe yang telah menyambut baik penulis selama di lapangan. Ibu Salma Hassan selaku warga Kelurahan Tidore yang telah mengijinkan penulis untuk mendiami tempat tinggal-nya. Seluruh masyarakat Kelurahan Tidore yang telah menyambut penulis dengan ramah. Arsyad selaku juru kunci Pulau Tinakareng yang telah menyambut penulis dengan baik dan setia menemani penulis mengunjungi beberapa lokasi pengamatan. Seluruh staff Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah mengadakan acara perpisahan menjelang kepulangan penulis. Kakak-kakak dari penulis yang telah memberikan dukungan dan perhatian. Saudara-saudara seperjuangan Program Keahlian Ekowisata yang telah bersama-sama berjuang dan memberikan gagasan, ide, saran, serta kritikan sehingga semakin mempererat tali kekeluargaan.
10

3. 4.

5. 6. 7. 8.

9.

10. 11.

12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

21. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan mulai dari tenaga, pikiran hingga penyusunan laporan Tugas Akhir. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dan menyajikan laporannya dihadapan pembaca. Laporan Kegiatan Tugas Akhir disusun sebagai ungkapan terima kasih penulis kepada semua pihak. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pariwisata khususnya bidang ekowisata. Ucapan Terima kasih sebanyak-banyaknya ditujukan kepada kedua orang tua dan kakak yang dengan sabar memberikan dukungan berupa materi, moril, dan doa dari awal kegiatan Tugas Akhir hingga penyusunan laporan. Laporan Kegiatan Tugas Akhir juga didedikasikan untuk orang-orang yang begitu penulis cintai.

11

RIWAYAT HIDUP

Okke Mochamad Maulanasyah lahir pada tanggal 12 Oktober 1989 di Bogor. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis adalah putra dari pasangan Yusar Iskandar dan Etty Kurniaty. Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Pertiwi pada Tahun 1995. Pada Tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 2 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Kosgoro Bogor dan menamatkan pendidikannya pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur reguler pada Program Keahlian Ekowisata, Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis telah melaksanakan berbagai kegiatan praktek lapangan yaitu Praktek Umum (PU) pada Tahun 2010 di Kawasan Wisata Cibodas Bogor, penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengelolaan (PP) pada Tahun 2010 di Kebun Percontohan Tanaman Obat Taman Sringanis. Selain itu, penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Keahlian Ekowisata Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor penulis melaksanakan Praktek Tugas Akhir dengan judul Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng Kabupaten Kepulauan Sangihe dibawah bimbingan Syarif Indra Surya Purnama, S.Hut, M.Si .

Bogor, Juni 2011

Penulis

12

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................vii I. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1 B. Tujuan ............................................................................................................................... 2 C. Manfaat ............................................................................................................................. 2 D. Sasaran .............................................................................................................................. 2 E. Kerangka Pemikiran ......................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5 A. Ekowisata ......................................................................................................................... 5 B. Pariwisata ......................................................................................................................... 7 C. Pantai ................................................................................................................................ 7 D. Wisata ............................................................................................................................... 8 E. Pesisir dan Wisata Pesisir ................................................................................................. 8 F. Wisatawan ........................................................................................................................ 8 G. Fasilitas ............................................................................................................................. 9 H. Peta ................................................................................................................................. 10 I. Pengembangan ................................................................................................................ 10 J. Kegiatan tentatif di Pantai Pananualeng ......................................................................... 10 III. KONDISI UMUM ............................................................................................................. 11 A. Letak dan Luas kawasan ................................................................................................. 11 B. Kondisi Fisik Kawasan ................................................................................................... 12 C. Topografi ........................................................................................................................ 12 D. Bentang Lahan ................................................................................................................ 12 E. Iklim dan Suhu ............................................................................................................... 12 F. Kondisi Tanah ................................................................................................................ 13 G. Kondisi Biologi Kawasan ............................................................................................... 13 G.1 Keanekaragaman Flora .............................................................................................. 13 G.2 Keanekaragaman Fauna ............................................................................................. 14 H. Masyarakat ..................................................................................................................... 14 H.1 Potensi Sosial Ekonomi Masyarakat .......................................................................... 14
i

H.2 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ........................................................................... 15 I. Obyek dan Daya Tarik Wisata ....................................................................................... 16 J. Fasilitas Wisata............................................................................................................... 16 K. Aksesibilitas ................................................................................................................... 16 IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ................................................................ 18 A. Lokasi dan Waktu ........................................................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ................................................................................................................ 18 B.1 Alat ............................................................................................................................. 18 B.2 Bahan.......................................................................................................................... 19 C. Tahapan Kegiatan ........................................................................................................... 19 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 21 E. Data yang dikumpulkan .................................................................................................. 22 F. Pengumpulan Data.......................................................................................................... 23 F.1 Studi Literatur ............................................................................................................. 23 F.2 Pengamatan Lapang .................................................................................................... 24 F.3 Kuesioner .................................................................................................................... 25 G. Analisis ........................................................................................................................... 27 H. Sintesis............................................................................................................................ 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 28 A. Potensi Sumberdaya Wisata Pesisir................................................................................ 28 A.1 Ekologi ....................................................................................................................... 28 A.2 Fasilitas ...................................................................................................................... 31 A.3 Masyarakat ................................................................................................................. 37 A.4 Sosial Budaya............................................................................................................. 38 A.5 Obyek ......................................................................................................................... 41 A.6 Penilaian Kelayakan Potensi Sumberdaya Wisata (Assesor) .................................... 45 B. Pengelola ........................................................................................................................ 49 B.1 Pola Pengelolaan Wisata Pesisir ................................................................................ 49 B.2 Persepsi ...................................................................................................................... 51 C. Karakteristik, Motivasi dan Persepsi Pengunjung .......................................................... 52 C.1 Karakteristik ............................................................................................................... 52 C.2 Motivasi...................................................................................................................... 57 C.3 Persepsi ...................................................................................................................... 59 D. Karakteristik, Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Pengembangan Wisata Pesisir ............................................................................................................................. 65
ii

D.1 Karakteristik ............................................................................................................... 65 D.2 Persepsi ...................................................................................................................... 69 D.3 Kesiapan Masyarakat ................................................................................................. 72 E. Pengembangan Wisata Pesisir ........................................................................................ 74 E.1 Program Wisata Edukasi ............................................................................................ 74 E.2 Program Wisata Keluarga .......................................................................................... 75 F. Perancangan Desain Promosi ......................................................................................... 76 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 78 A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 78 B. Saran ............................................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 82 LAMPIRAN ............................................................................................................................. 83

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan Tentatif ....................................................................................................... 10 Tabel 2. Data Tugas Akhir di Pantai Pananualeng .................................................................. 26 Tabel 3. Penilaian Kelayakan Potensi Sumberdaya Wisata..................................................... 45

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tugas Akhir............................................................................ 4 Gambar 2. Peta Lokasi Tugas Akhir ........................................................................................ 11 Gambar 3. Mawar (Rosa sp) .................................................................................................... 13 Gambar 4. Pergam Laut (Ducula bicolor) ............................................................................... 14 Gambar 5. Perkebunan Masyarakat ......................................................................................... 15 Gambar 6. Tari Gunde ............................................................................................................. 15 Gambar 7. Aksesibilitas menuju Kabupaten Kep. Sangihe. a) Bandara Naha; b) Pelabuhan Tahuna.................................................................................................................... 17 Gambar 8. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan .............................................................................. 20 Gambar 9. Tanaman Hias, (a) Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis); .................... 28 Gambar 10. Pohon Kelapa di Pantai Pananualeng................................................................... 29 Gambar 11. Burung di sekitar Pantai Pananualeng. ................................................................ 29 Gambar 12. Keanekaragaman Fauna Pantai Pananualeng. ...................................................... 30 Gambar 13. Pantai Pananualeng .............................................................................................. 30 Gambar 14. Panggung Kesenian .............................................................................................. 31 Gambar 15. Fasilitas Shelter Pantai Pananualeng.................................................................... 32 Gambar 16. Pos Jaga / Keamanan Pantai Pananualeng ........................................................... 32 Gambar 17. Papan Peringatan di Pantai Pananualeng ............................................................. 33 Gambar 18. Fasilitas Tempat Duduk di Pantai Pananualeng. .................................................. 34 Gambar 19. Fasilitas Kamar Mandi di Pantai Pananualeng .................................................... 34 Gambar 20. Fasilitas Ruang Ganti di Pantai Pananualeng ...................................................... 35 Gambar 21. Jalan Setapak di Pantai Pananualeng ................................................................... 36 Gambar 22. Pancuran Air di Pantai Pananualeng .................................................................... 36 Gambar 23. Gerbang Masuk Pantai Pananualeng.................................................................... 37 Gambar 24. Senjata Khas Sangihe ........................................................................................... 40 Gambar 25. Mata Pencaharian Masyarakat. (a) Menangkap Ikan Menggunakan Jubi, (b) Lokasi Pembudidayaan Rumput Laut .................................................................. 41 Gambar 26. Keindahan Pantai Pananualeng ............................................................................ 42 Gambar 27. Pohon Bambu Keramat ........................................................................................ 43 Gambar 28. Kesenian Tari Massamper .................................................................................... 44 Gambar 29. Tari Gunde ........................................................................................................... 44 Gambar 30. Kesenian Tari Upase ............................................................................................ 45 Gambar 31. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin................................................. 53
v

Gambar 32. Grafik Karakteristik Berdasarkan Status Pernikahan ........................................... 53 Gambar 33. Grafik Karakteristik Berdasarkan Tingkat Usia ................................................... 54 Gambar 34. Grafik Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................................ 54 Gambar 35. Grafik Karakteristik Berdasarkan Asal Daerah ................................................... 55 Gambar 36. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............................................... 56 Gambar 37. Grafik Karakteristik Berdasarkan Pendapatan ..................................................... 56 Gambar 38. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Kunjungan ............................................. 57 Gambar 39. Grafik Motivasi Kunjungan Pengunjung ............................................................. 58 Gambar 40. Grafik Sumber Informasi Pantai Pananualeng ..................................................... 59 Gambar 41. Grafik Persepsi Pengunjung Berdasarkan Kepuasan Terhadap Fasilitas Wisata 60 Gambar 42. Grafik Keinginan Pengunjung Terhadap Fasilitas Wisata ................................... 61 Gambar 43. Grafik Keinginan Pengunjung Terhadap Bentuk Fasilitas Wisata ...................... 62 Gambar 44. Grafik Penilaian Pengunjung Terhadap Obyek dan Atraksi Wisata .................... 63 Gambar 45. Grafik Keunikan Potensi Wisata .......................................................................... 64 Gambar 46. Grafik Kelangkaan Potensi Obyek Wisata........................................................... 65 Gambar 47. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jenis Kelamin ............................................... 66 Gambar 48. Grafik Karakteristik Berdasarakan Status Pernikahan ......................................... 66 Gambar 49. Grafik Karakteristik Berdasarakan Tingkat Usia ................................................. 67 Gambar 50. Grafik Karakteristik Berdasarakan Tingkat Pendidikan ...................................... 67 Gambar 51. Grafik Karakteristik Berdasarakan Asal Daerah .................................................. 68 Gambar 52. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jenis Pekerjaan ............................................. 68 Gambar 53. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jumlah Pendapatan ....................................... 69 Gambar 54. Grafik Persepsi Dampak Sosial Budaya .............................................................. 70 Gambar 55. Grafik Persepsi Dampak Ekonomi ....................................................................... 71 Gambar 56. Grafik Persepsi Dampak Lingkungan .................................................................. 72 Gambar 57. Grafik Kesiapan Masyarakat (aktif) ..................................................................... 73 Gambar 58. Grafik Kesiapan Masyarakat (pasif) .................................................................... 73

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ....................................................... 84 Lampiran 2. Sebaran Fasilitas, Prasarana dan Sarana di Pantai Pananualeng ................ 85 Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi Data Penilaian Potensi ................................................ 87 Lampiran 4. Tabel Rekapitulasi Data Pengunjung ....................................................... 103 Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi Data Masyarakat ....................................................... 107 Lampiran 6. Tabel Rekapitulasi Data Pengelola .......................................................... 109 Lampiran 7. Tallysheet Pengamatan Lapang ................................................................ 114

vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak diantara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Filipina). Wilayah Kabupaten ini meliputi 3 klaster, yaitu Klaster

Tatoareng, Klaster Sangihe dan Klaster Perbatasan. Setiap klaster tersebut memiliki potensi dan daya tarik wisata khususnya wisata pesisir, mengingat Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebuah pulau yang dikelilingi oleh perairan. Wisata pesisir merupakan jenis pariwisata yang menitikberatkan pada

berkelanjutan sumberdaya melalui pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan secara alami suatu lingkungan perairan pesisir. Daerah pesisir menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang banyak diminati pengunjung, Hal ini disebabkan sulitnya menemukan sesuatu yang alami di wilayah perkotaan. Kegiatan pada wisata pesisir dapat berupa penelitian, konservasi spesies, habitat dan lingkungan pesisir, serta menyediakan wahana untuk pemberdayaan sosial-budaya bagi komunitas

pendukungnya (Avenzora 2008). Kecamatan Tabukan Tengah terletak di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kecamatan ini memiliki dua potensi wisata pesisir yaitu Pantai Panaualeng dan Pantai Sapaeng. Pantai Pananualeng merupakan salah satu daerah tujuan wisata unggulan di kecamatan ini. Potensi wisata yang dimiliki pantai ini antara lain keindahan hamparan pantai pasir putih, kejernihan air, flora-fauna yang berada disekitar pantai, serta budaya masyarakat sekitar yang menarik untuk diketahui. Potensi-potensi yang dimiliki oleh Pantai Pananualeng perlu dikembangkan lebih lanjut agar menjadi salah satu obyek daerah tujuan wisata andalan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Salah satu

pengembangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan wisata pesisir yang sudah ada menjadi lebih baik dalam segi obyek ataupun jumlahnya. Hal ini perlu dilakukan agar menunjang kegiatan wisata yang terdapat di Pantai Pananualeng, pendidikan lingkungan dan kenyamanan pengunjung.

Tugas Akhir yang dilakukan di Pantai Pananualeng Kecamatan Tabukan Tengah ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi obyek wisata pesisir, namun tetap berada dalam konsep ekowisata. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadikan Pantai Pananualeng sebagai obyek wisata pesisir andalan Kabupaten Kepulauan Sangihe. B. Tujuan Tujuan kegiatan Tugas Akhir ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya wisata pesisir di Pantai Pananualeng. 2. Mengetahui jenis dan kondisi fasilitas yang terdapat di Pantai Pananualeng. 3. Mengetahui karakteristik dan keinginan wisatawan terhadap atraksi wisata dan fasilitas yang terdapat di Pantai Pananualeng. 4. Merancang pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. C. Manfaat Manfaat dari kegiatan Tugas Akhir ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada pengelola mengenai potensi-potensi wisata dan fasilitas wisata di Pantai Pananualeng. 2. Membantu pengelola dalam merancang dan mengembangkan potensi wisata pesisir di Pantai Pananualeng D. Sasaran Sasaran dari pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng adalah semua kalangan terutama masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sasaran yang ingin dicapai yaitu menjadikan Pantai Pananualeng menjadi daerah tujuan wisata pesisir andalan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. E. Kerangka Pemikiran Pantai Pananualeng merupakan suatu daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai daya tarik wisata yang dapat dikembangkan seperti kondisi biotik dan abiotik. Data biotik dan abiotik dapat dikumpulkan dengan metode pengamatan lapang. Kondisi masyarakat, sosial budaya masyarakat, dan pengunjung menjadi salah satu variabel

yang penting untuk diperhatikan. Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan potensi wisata yang dimiliki Pantai Pananualeng, maka akan direncanakan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Selain program pengembangan wisata, pembuatan media promosi booklet merupakan salah satu kegiatan yang akan direalisasikan. Pembuatan booklet tersebut perlu

mempertimbangkan sasaran yang dituju dan tema dalam pembuatan booklet tersebut. Opsi desain merupakan langkah selanjutnya setelah menentukan sasaran dan tema yang dibuat, yang selanjutnya akan dihasilkan suatu output berupa booklet.

Bagaimana mengembangkan wisata pesisir di Pantai Pananualeng

Variabel essensial

Existing condition Aktivitas wisata pesisir

Ekologi - Biotik - Abiotik

fasilitas - jumlah - kondisi - kelayakan

Masyarakat - Persepsi - Kesiapan masyarakat -

Sosial budaya Bahasa Agama Teknologi Mata pencaharian

pengunjung - Karakteristik - Motivasi - Persepsi

identifikasi

observasi - Berkeliling dan mengamati kawasan wisata - Parameter-parameter pada variabel essensial
- Hasil data dicatat dalam tabel

kuesioner
- Close ended - Teknik random sampling

sumberdaya wisata pesisir potensial analisis Indikator potensi sumberdaya wisata (Avenzora 2008) - Keindahan - Sensitifitas - Keunikaan - Aksesibilitas - Sesonality - Fungsi Sosial - Kelangkaan

Pengembangan wisata 1

Pengembangan wisata 2

Pengembangan wisata 3

Opsi terpilih output

Pendekatan: Sasaran pengunjung Keamanan kenyaman Penggunaan bahasa yang tepat

Jenis metode:visual - Corel Draw X5 - Adobe Photoshop

Tema desain: alami - Bahasa - Warna - Bentuk - Gambar

Opsi Desain Promosi booklet

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tugas Akhir

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekowisata Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa ekowisata adalah kegiatan yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat ekowisata internasional mengartikan sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Brandon dalam Avenzora (2008) menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu kegiatan pengusahaan wisata yang memberikan manfaat sebagai berikut : sebagai sumber pendanaan kawasan konservasi, pembenaran ekonomi dalam perlindungan kawasan konservasi, sebagai mata pencaharian masyarakat untuk mengurangi pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, sebagai pilihan dalam mempromosikan konservasi, sebagai dorongan dalam upaya konservasi yang khusus. Widada (2008) menyatakan bahwa dalam pandangan dunia turisme, konsep ekowisata juga dikenal dengan berbagai istilah antara lain: nature travelling (perjalanan alam), green travel (perjalanan ramah lingkungan), responsible travel (perjalanan yang bertanggung jawab), low impact travel (perjalanan berdampak negatif rendah), village based tourism (turisme berbabiskan desa), sustainable tourism (turisme berkelanjutan). Ekowisata juga dapat terdiri dari atas beberapa aktivitas diantaranya yaitu: cultural tourism (turisme berbasiskan budaya), heritage tourism (turisme berbasiskan peninggalan sejarah), dan rural tourism (turisme berbasiskan pedesaan). Meskipun terdapat berbagai perbedaan tentang konsep ekowisata yang tadi telah disebutkan, akan tetapi dari berbagai konsep tersebut, dapat diketahui bahwa karakteristik ekowisata mencakup unsur-unsur: lingkungan alam dan budaya, konservasi sumberdaya alam, turis yang bertanggung jawab, dan manfaat bagi penduduk. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam pengembangan ekowisata harus memenuhi 7 (tujuh) prinsip yaitu: 1. Ekologi (konservasi) Ekowisata harus berlandaskan kaidah-kaidah ekologi sehingga obyek ekowisata yang terdiri dari kawasan konservasi dan atau keanekaragaman hayati beserta

ekosistemnya tetap terjaga kualitasnya. Semua aktivitas yang terkait jasa dan kegiatan ekowisata harus sangat peduli terhadap dampak lingkungan. 2. Pendidikan Konservasi Ekowisata dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang konservasi dan lingkungan baik kepada pengunjung, masyarakat dan para stakeholder terkait. Disamping itu, ekowisata diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana pendidikan dan perubah perilaku seseorang untuk lebih menghargai dan lebih memahami tentang pentingnya konservasi sumberdaya alam hayati dan lingkungan termasuk konservasi terhadap obyek daya tarik ekowisata. 3. Ekonomi Ekowisata dapat memberikan dampak positif antara lain penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, disamping meningkatkan pertumbuhan ekonomi, regional, dan nasional. Melalui peran aktif stakeholder maka ekowisata dapat membantu dalam peningkatan sumber dana konservasi, seperti untuk mendukung kegiatan penelitian, pendidikan konservasi, dan perlindungan kawasan. Penggalangan dana konservasi dapat dilakukan melalui donasi sukarela atau mekanisme kolaborasi. 4. Sosial Ekowisata dapat memberikan dampak positif berupa: (1) kesejahteraan masyarakat yang terdistribusi secara merata dan (2) terbangunnya kelembagaan ekonomi masyarakat yang handal dan berdaya guna. 5. Budaya Kegiatan ekowisata harus mampu menjaga dan menghormati norma-norma budaya yang berlaku, seperti wisatawan harus menyesuaikan cara berpakaian, prilaku dan lain-lain. 6. Partisipasi Masyarakat Ekowisata yang dikembangkan harus mampu mendorong meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan ekowisata, baik pada perencanaan, pelaksanaan maupun pada pengendalian atau monitoring dan evaluasi. 7. Kenyamanan dan Keselamatan Pengunjung Kegiatan ekowisata harus mampu menciptakan kenyamanan dan keselamatan pengunjung selama berada di dalam obyek wisata.
6

B. Pariwisata Pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemertintah dan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang ini. Definisi lain Menurut instruksi Presiden No.19 Tahun 1969 kepariwisataan adalah merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman. Istilah pariwisata berasal dari awal kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal seseorang dari suatu tempat ke tempat lain dengan suatu tujuan tetapi bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah atau gaji (Muljadi 2009). Pariwisata adalah hubungan dan gejala-gejala dari adanya orang asing yang melakukan perjalanan sementara dan tidak ada hubungan dengan kegiatan mencari nafkah (Hunziker dan Kraft, dalam Muljadi 2009). Selain itu, WTO dalam Muljadi (2009) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan seseorang untuk menetap di suatu tempat yang berbeda dengan lingkungan sehari-hari tanpa tujuan mencari nafkah. Kata Pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. C. Pantai Wibisono (2005) dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata, mendefinisikan pantai adalah daerah pinggir laut yang berbatasan langsung dengan bagian laut. Pantai juga dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Wibisono juga menjelaskan mengenai tipe pantai diantaranya pantai pasir, pantai pasir lumpur, pantai karang (koral), dan pantai berbatu. Sedangkan berdasarkan kemiringan pantai dibedakan atas pantai landai dan pantai curam dengan kemiringan kurang dari 600.

D. Wisata Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU NO. 10 Tahun 2009). Warpani (2007) menyatakan bahwa wisata adalah perjalanan ke luar tempat tinggalnya dengan mengunjungi suatu tempat secara sukarela dan bersifat sementara dengan maksud berlibur, bertamasya atau kepentingan lain di tempat yang dikunjungi, bahkan untuk mencari nafkah. Wisata merupakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan (Suyitno 2001). E. Pesisir dan Wisata Pesisir Pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut (Bengen 2002). Beatley et al dalam Dahuri dkk (2008) mendefinisikan pesisir sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf). Wibisono (2005) mengemukakan bahwa pengertian pesisir diantaranya segi daratan dan segi lautan. Pada segi daratan, pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat seperti angin darat, drainase air tawar dari sungai, dan sedimentasi. Sedangkan pada segi laut, pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah darat yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, salinitas, intrusi air laut ke wilayah daratan, dan angin laut. Wisata pesisir adalah suatu jenis pariwisata yang menyediakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan, dan perlindungan sumberdaya pesisir dan budaya berdasarakan prinsip-prinsip keberlanjutan, lestari dan disaat bersamaan memberikan pemahaman kepada wisatawan dan masyarakat (Avenzora 2008). F. Wisatawan Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan (Damanik dan Weber 2006). Komisi Liga Bangsa-Bangsa dalam Muljadi (2009) berpendapat bahwa wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan ke tempat lain selama 24 jam
8

atau lebih dan menetap sementara. Definisi tersebut dianggap kurang tepat, sehingga komisi menganggap perlu menyempurnakannya dengan mengkategorikan orang-orang yang seharusnya dianggap sebagai wisatawan. Selanjutnya, Komisi Liga Bangsa-

Bangsa menyempurnakan pengertian tersebut dengan mengelompokan orang-orang yang dapat disebut sebagai wisatawan sebagai berikut: Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan dan lain-lain; Mereka mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau tugas-tugas tertentu; Mereka mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha; Mereka yang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun berada disuatu negara kurang dari 24 jam. Undang-Undang No.10 Tahun 2009 menyatakan bahwa, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup perjalanan wisata itu dilakukan, maka dapat diklasifikasikan wisatawan sebagai berikut: Wisatawan mancanegara adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan tempat tinggalnya. Wisatawan asing dapat ditandai dari status kewarganegaraan dan dokumen perjalanan yang dimiliki. Wisatawan lokal adalah seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya (Yoeti 1985). G. Fasilitas Muljadi (2009) fasilitas adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat mendukung kegiatan pariwisata agar hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan guna memenuhi kebutuhan yang beranekaragam. Fasilitas adalah suatu benda yang memiliki kegunaan dan diperlukan suatu aktivitas dari seseorang untuk mendapatkan kegunaan tersebut (Soekadijo 1996)

H. Peta Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil dalam bidang datar, sebagaimana kenampakannya dari atas udara yang dilengkapi skala, arah mata angin, dan simbol-simbol (Wardiyatmoko 2006). Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005), peta adalah gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukan letak tanah, laut, sungai dan gunung, I. Pengembangan Suwantoro (2004) mengatakan bahwa pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Menurut KBBI (2005), pengembangan merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan mengembangkan. J. Kegiatan tentatif di Pantai Pananualeng Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) kegiatan tentatif merupakan suatu kegiatan yang belum pasti dan masih dapat berubah atau suatu kegiatan hanya untuk sementara waktu. Pantai Pananualeng merupakan suatu kawasan wisata pesisir dengan potensi wisata yang tinggi. Kegiatan wisata pesisir yang terdapat di Pantai Pananualeng berupa kegiatan rekreasi dan kegiatan wisata pendidikan lingkungan.
Tabel 1. Kegiatan Tentatif No 1 2 Jenis Kegiatan Menikmati panorama alam Bermain pasir pantai Durasi 90 menit 90 menit Deskripsi Pengunjung menyusuri jalur wisata dan melakukan foto Pengunjung bermain pasir dengan membuat sesuatu sesuai dengan imajinasi yang dimiliki Pengunjung berjemur di pantai Pengunjung bermain surfing pada saat ombak besar Pengunjung berenang dan bermain air di sekitar pantai Pengunjung menagkap ikan menggunakan pancing di sekitar pantai Ket

3 4 5 6

Sunbathing Surfing Berenang Memancing

60 menit 120 menit 90 menit 120 menit

10

III. KONDISI UMUM

A. Letak dan Luas kawasan Kecamatan Tabukan Tengah merupakan salah satu daerah dari Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara dan berpusat pemerintahan di Kuma. Secara geografis, letak dari wilayah kecamatan ini berada pada koordinat 125 0 32 29 LU - 1250 33 22LU dan 30 32 9 BT - 30 36 9 BT. Kawasan ini memiliki ketinggian 0-750 mdpl. Kecamatan Tabukan Tengah memiliki luas wilayah sekitar 87,39 km2. Secara administratif, wilayah Kecamatan Tabukan Tengah adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Kepulauan Sangihe, provinsi Sulawesi Utara dengan batas wilayah adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tabukan Utara; Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tabukan Selatan; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Manganitu dan Tahuna.

Lokasi TA

Gambar 2. Peta Lokasi Tugas Akhir Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan 2004

11

B. Kondisi Fisik Kawasan Kecamatan Tabukan Tengah memiliki kondisi fisik kawasan yang baik. Kondisi fisik yang terdapat pada Kecamatan Tabukan Tengah antara lain topografi, bentang lahan dan suhu, dan kondisi tanah. C. Topografi Wilayah Kecamatan Tabukan Tengah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang berada di Provinsi Sulawesi Utara. Kecamatan ini memiliki topografi berbukit dengan luasan tingkat kesuburan tanah 605 Ha dengan ketinggian antara 0-100 mdpl. Kecamatan Tabukan Tengah merupakan kawasan

pegunungan dan di kecamatan ini terdapat Gunung Sahendaruman yang memiliki ketinggian 1046 m di atas permukaan laut. Gunung Sahendaruman ini merupakan kawasan hutan lindung dan berstatus tidak aktif. D. Bentang Lahan Kecamatan Tabukan Tengah terdiri dari dua bentang lahan yaitu bentang lahan darat dan bentang lahan pegunungan. Bentang lahan darat memiliki luas 75 Ha dan bentang lahan pegunungan seluas 15 Ha. Kecamatan Tabukan Tengah juga memiliki 15 sungai yang melintasi kecataman ini antara lain Sungai Pako, Sungai Karalung Biru, Sungai Pokole, Sungai Lelu, Sungai Dolonggang, Sungai Dumaledihe, Sungai Kupa, Sungai Palata, Sungai Ake Talengen, Sungai Mahamdesakang, Sungai Masesa, Sungai Simung, Sungai Simueng, Sungai Bituka dan Sungai Eli. E. Iklim dan Suhu Iklim Kecamatan Tabukan Tengah dipengaruhi oleh angin muson, musim kemarau berlangsung pada bulan Juli hingga bulan September dan musim penghujan pada bulan September hingga bulan November. Secara umum, suhu udara rata-rata perbulan pada pengukuran Stasiun Meteorologi Naha sepanjang 2008 adalah 27 C.

12

F. Kondisi Tanah Wilayah Kecamatan Tabukan Tengah merupakan salah satu kecamatan yang memiliki topografi berbukit dengan kondisi tanah latosol dan aluvial yang agak labil. Kecamatan Tabukan Tengah yang memiliki sebuah gunung yaitu Gunung

Sahendaruman, membuat tanah di kecamatan ini menjadi subur dan tanah di kecamatan ini tidak berpotensi erosi. G. Kondisi Biologi Kawasan Kecamatan Tabukan Tengah memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang beragam. Deskripsi mengenai flora dan fauna dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. G.1 Keanekaragaman Flora Letak wilayah Kecamatan Tabukan Tengah yang berada di sekitar pegunungan menyebabkan kawasan ini memiliki tanah yang subur. Oleh karena itu, banyak

masyarakat di kecamatan ini yang menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan. Jenis-jenis yang menjadi komoditi antara lain jagung, kelapa, cengkeh, dan pala. Hasil kayu pun menjadi salah satu komoditi unggulan seperti mahoni. Selain flora pertanian dan perkebunan, flora yang memiliki nilai estetika pun terdapat di kecamatan ini. Flora hias yang terdapat di kecamatan ini antara lain anggrek

(Phalaenopsis amabilis), bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), bunga mawar ( ), dan bougenvile (Bougenvilia spectabilis).

Gambar 3. Mawar (Rosa sp) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

13

G.2 Keanekaragaman Fauna Fauna Kecamatan Tabukan Tengah memiliki fauna yang beragam. Fauna yang dapat dijumpai seperti sapi, babi, kambing, ayam, dan beberapa jenis burung seperti pergam laut (Ducula bicolor) dan kuntul karang (Egretta sacra) kadang terlihat melintas di udara. Jenis burung yang sering terlihat melintas adalah burung pergam laut (Ducula bicolor).

Gambar 4. Pergam Laut (Ducula bicolor) Sumber: Samalam (2011)

H. Masyarakat Kecamatan Tabukan Tengah memiliki jumlah penduduk sebanyak 12.079 jiwa yang dibagi atas 6.195 jiwa laki-laki dan 5.884 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak berada di Desa Talengen sebanyak 1.110 jiwa dengan luaas wilayah 7,2 km 2 dan penduduk terkecil berada di Desa Malueng sebanyak 219 jiwa dengan luas wilayah hanya 4 km2. Masyarakat di Kecamatan Tabukan Tengah masih memegang nilai-nilai kebudayaan leluhur. H.1 Potensi Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Tabukan Tengah adalah daerah agraris yang kesuburan tanah yang tinggi. memiliki tingkat

Bidang pertanian dan perkebunan merupakan mata

pencaharian utama masyarakat Kecamatan Tabukan Tengah, hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang subur. Selain itu perikanan, kehutanan, dan perdagangan merupakan mata pencaharian penunjang masyarakat Kecamatan Tabukan Tengah. Sektor

pariwisata pun menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar, namun tidak menjadi prioritas utama. Komoditi utama sektor pertainan antara lain ubi jalar, ubi

14

kayu, padi, jagung, dan kacang hijau. Komoditi utama sektor perkebunan masyarakat sekitar seperti cabe, terung, pala, cengkeh, kelapa, kopi, dan kakao.

Gambar 5. Perkebunan Masyarakat Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

H.2 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Masyarakat Kecamatan Tabukan Tengah memiliki nilai budaya yang kental. Hal ini dapat terlihat dari keterlibatan masyarakat sekitar pada pelaksanaan upacara adat masyarakat Sangihe seperti Upacara Tulude dan kesenian masyarakat Tabukan Tengah yaitu kesenian Ampat Wayer, Massamper, Tari Upase, Tari Gunde, dan orkes.

Gambar 6. Tari Gunde Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2009)

15

I. Obyek dan Daya Tarik Wisata Kecamatan Tabukan Tengah merupakan daerah dengan potensi wisata yang beragam. Objek wisata andalan yang terdapat di Kecamatan Tabukan Tengah adalah Pantai Pananualeng dan objek wisata unggulan kecamatan ini adalah Pantai Sapaeng. Selain keindahan pantai pasir putih, sumberdaya alam hayati seperti flora dan fauna yang beragam pun menjadi nilai tambah bagi estetika masing-masing objek wisata. J. Fasilitas Wisata Kegiatan wisata yang ada di Kecamatan Tabukan Tengah, khususnya Pantai Pananualeng dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana serta fasilitas yang memadai. Fasilitas yang tersedia pada obyek wisata Pantai

Pananualeng antara lain panggung kesenian, shelter, warung, toilet, jalan setapak, pos keamanan dan papan selamat datang. K. Aksesibilitas Aksesibilitas menuju Pantai Pananualeng dapat ditempuh menggunakan jalur laut dari Kota Manado dengan menggunakan kapal laut dari pelabuhan Kota Manado selama 10 jam menggunakan kapal malam atau menggunakan kapal pagi (kapal cepal) selama 5 jam menuju pelabuhan Tahuna, kemudian menempuh jalur darat dengan menggunakan taksi/angkutan umum menuju Pantai Pananualeng selama 1 jam. Selain itu, dapat juga ditempuh menggunakan jalur udara dari bandara Manado menuju ke bandara Naha. Kemudian dilanjutkan menggunakan taksi atau angkutan umum menuju Pantai Pananualeng. Namun, karena keterbatasan maskapai penerbangan, maka jadwal

penerbangan hanya dilakukan pada hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.

16

(a)

(b)

Gambar 7. Aksesibilitas menuju Kabupaten Kep. Sangihe. a) Bandara Naha; b) Pelabuhan Tahuna Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

17

IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

A. Lokasi dan Waktu Lokasi Tugas Akhir dilaksanakan di Pantai Pananualeng Kecamatan Tabukan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan dimulai pada Bulan Februari 2011 hingga Mei 2011. Pemilihan Kecamatan Tabukan Tengah sebagai lokasi untuk Tugas Akhir didasarkan atas potensi wisata pesisir yang dimiliki oleh daerah ini. Tata waktu pelaksanaan Tugas Akhir dapat dilihat pada Lampiran 1. B. Alat dan Bahan B.1 Alat Alat merupakan media yang digunakan untuk mendukung dalam pengambilan dan pengumpulan data di lapangan, serta pengolahan dan analisis data. Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Tape recorder, digunakan untuk mendokumentasikan data berupa rekaman suara hasil wawancara dari responden yang diwawancarai di lapangan; 2. Camera digital, digunakan untuk mendokumentasikan data berupa gambar, seperti foto-foto obyek dan fasilitas, serta atraksi wisata di lapangan; 3. Global Positioning System (GPS), digunakan untuk mendokumentasikan data berupa posisi koordinat obyek dan fasilitas wisata di lapangan. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut: 1. Software Microsoft Word 2007, digunakan untuk mengolah data Tugas Akhir; 2. Software Adobe Photoshop CS, digunakan untuk mengolah desain booklet; 3. Software Microsoft Excel, digunakan untuk mentabulasi dan perhitungan data; 4. Software Corel Draw X5, digunakan untuk mengolah gambar yang digunakan.

18

B.2 Bahan Bahan adalah materi yang digunakan untuk mendukung dalam pengambilan dan pengumpulan data di lapangan, serta pengolahan dan analisis data. Beberapa bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Peta-peta Kecamatan Tabukan Tengah, digunakan untuk mempelajari situasi wilayah, terutama untuk mengetahui jalur dan lokasi di mana terdapat potensi wisata pesisir, meliputi batas pantai, sungai, jalan dan tutupan lahan; 2. Kuesioner, digunakan sebagai penuntun dalam kegiatan wawancara secara tidak langsung dengan responden dan responden hanya mengisi isian dan pilihan yang telah ditentukan; 3. Tallysheet, digunakan sebagai penuntun untuk mencatat data dan informasi dari hasil observasi di lapangan. C. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan pelaksanakan Tugas Akhir terdiri dari tahapan persiapan, identifikasi, analisis, sintesis, konsep, dan pengembangan. Tahapan persiapan terdiri dari kegiatan studi literatur dan menghasilkan suatu proposal. Pada tahapan identifikasi, jenis kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan lapang, kuesioner, dan studi literatur. Hasil dari kegiatan identifikasi berupa data-data sumberdaya wisata, kondisi fasilitas, kondisi sosial budaya masyarakat dan lain-lain. Tahapan berikutnya adalah analisis, pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap data-data yang didapatkan dari tahapan identifikasi. Setelah melalui proses analisis, langkah berikutnya adalah tahapan sintesa yaitu menghubungkan serta mengkaitkan antara potensi sumberdaya wisata pesisir dan bentuk wisata keinginan pengunjung. Tahapan berikutnya adalah tahapan konsep, yaitu tahapan penentuan konsep pengembangan wisata pesisir. Tahapan selanjutnya yaitu pengembangan wisata. Konsep pengembangan wisata yang ada direalisasikan kedalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng.

19

Tahapan Proses

Jenis Aktivitas - Studi Literatur - Orientasi Lapang

Hasil

Persiapan Tahap 1

Proposal Penelitian

identifikasi

- Observasi - Kuesioner - Studi Literatur

Data potensi sumberdaya wisata Data kondisi fasilitas wisata Data kondisi masyarakat Data kehidupan sosial budaya masyarakat - Karakteristik, motivasi dan persepsi pengunjung

Tahap 2 - Analisis data potensi sumberdaya wisata - Analisis data kondisi fasilitas - Analisis masyarakat - Analisis data kehidupan sosial budaya masyarakat - Analisis data karakteristik, motivasi dan persepi pengunjung - Didapatkan data sumberdaya wisata - Didapatkan data mengenai kondisi fasilitas - Didapatkan data mengenai kondisi masyarakat - Didapatkan data mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat - Didapatkan data mengenai karakteristik, motivasi, dan persepsi pengunjung

Analisis

Tahap 3

Sintesis

B.

Tahap 4

Menguhubungkan serta mengkaitkan antara potensi sumberdaya wisata pesisir dan bentuk wisata keinginan pengunjung.

- Kegiatan wisata pesisir - Potensi sumberdaya wisata pesisir

Konsep

- Penentuan Konsep Dasar - Pengembangan Konsep Dasar

Konsep Wisata Pesisir unggulan

Tahap 5
Pengembangan

C.

Pengembangan Konsep wisata pesisir

Pengembangan Wisata Pesisir di Pantai Pananualeng

Gambar 8. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

20

D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu studi literatur, kuesioner dan pengamatan lapangan. 1. Studi literatur Pengumulan data studi literatur dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur, baik berupa laporan penelitian, laporan tahunan, jurnal maupun berbagai literatur lainnya untuk memperoleh data dan informasi terkait kondisi fisik wilayah, obyek dan fasilitas, serta pengelolaan wisata pesisir; 2. Kuesioner Kuesioner pengunjung dibuat untuk penilaian terhadap obyek daya tarik, fasilitas, motivasi dan persepsi terhadap atraksi wisata. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan pola close ended. Pada pola ini terdapat jawaban pada setiap pertanyaan, sehingga pengunjung hanya memilih jawaban yang tersedia. Jumlah responden pada pola ini berjumlah 30 orang. Jumlah yang ada dianggap telah mewakili populasi yang ada, hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang datang pada setiap periodenya (Avenzora 2010, komunikasi pribadi). Teknik penyebaran kuesioner menggunakan teknik random sampling, yaitu mengumpulkan data responden secara acak dari suatu populasi dan menyebarkan kuesioner pada sample yang terpilih. 3. Pengamatan lapang Pengamatan lapang dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung existing condition, nilai-nilai ekologi, dan fasilitas wisata pesisir di Pantai Pananuelang. Selain itu, dilakukan identifikasi dan inventarisasi lokasi obyek, kondisi obyek, dan fasilitas wisata pesisir yang ditemukan. Hasil pengamatan

lapang selanjutnya ditabulasi ke dalam bentuk tabel dan didokumentasikan ke dalam bentuk peta dan foto. Kegiatan pengamatan lapang dilakukan untuk

mendapatkan data mengenai parameter pada variabel existing condition, ekologi, dan fasilitas. Pada variabel existing condition yaitu mengidentifikasi dan menginventarisasi aktivitas wisata yang telah ada di Pantai Pananualeng dan aktivitas wisata yang dominan dilakukan oleh pengunjung. Variabel ekologi terdapat beberapa parameter yaitu biotik dan abiotik. Parameter biotik meliputi

21

flora dan fauna yang terdapat di Pantai Pananualeng. Parameter abiotik meliputi bebatuan, pasir pantai, ombak pantai, serta jalur wisata yang dominan dilalui. Parameter-parameter inilah yang selanjutnya akan menjadi obyek wisata di Pantai Pananualeng. Variabel essensial fasilitas merupakan aspek yang mempengaruhi kegiatan wisata pesisir yang terdapat pada Pantai Pananualeng. Parameter yang diukur pada variabel fasilitas adalah jumlah, kondisi, dan kelayakan fasilitas pada kawasan wisata Pantai Pananualeng. Pengelolaan wisata pesisir dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengiventarisasi pengelolaan yang sudah berjalan, sehingga dapat menjadikan acuan untuk pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Variabel sosial budaya merupakan salah satu variabel yang diamati secara langsung, parameter yang terdapat pada sosial budaya meliputi bahasa, agama, teknologi dan mata pencaharian masyarakat sekitar. E. Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan meliputi potensi obyek dan fasilitas wisata, pengunjung, dan rencana pengembangan wisata pesisir, yaitu: 1. Obyek wisata, merupakan obyek dan atraksi wisata pesisir, meliputi bentuk, daya tarik, jumlah dan lokasi penyebaran obyek wisata, baik aktual maupun potensial. Adapun indikator-indikator penilaian terhadap potensi wisata adalah keunikan, kelangkaan, keindahan, seasionality, sensitifitas, aksesibilitas, dan fungsi sosial (Avenzora 2008); 2. Masyarakat, merupakan pihak yang bersentuhan langsung pengunjung di Pantai Pananualeng. Data yang dikumpulkan meliputi persepsi masyarakat dan kesiapan masyarakat terhadap kegiatan wisata; 3. Sosial budaya, merupakan aspek yang terdapat pada kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir Pantai Pananualeng. Indikator indikator yang pada sosial budaya masyarakat adalah bahasa, agama, teknologi, dan mata pencaharian masyarakat sekitar; 4. Fasilitas wisata, merupakan sarana pendukung kegiatan wisata, meliputi bentuk, kegunaan, jumlah, kondisi dan lokasi penyebaran fasilitas wisata. Selain itu, Jalur wisata merupakan indikator yang penting. Jalur wisata yang diambil datanya

22

yaitu jalur wisata yang dominan dilalui oleh pengunjung, meliputi bentuk dan kondisi jalur; 5. Pengunjung, merupakan individu atau kelompok yang tertarik untuk melakukan kunjungan wisata, data yang dikumpulkan meliputi karakteristik, motivasi, persepsi, serta penilaian kepuasan dan keinginan pengunjung terhadap obyek wisata dan fasilitas wisata; 6. Rencana pengembangan wisata, merupakan rencana pengelola untuk

mengembangkan kegiatan wisata, meliputi rencana unit (jalur dan fasilitas) dan rencana kegiatan (tujuan, sasaran dan materi). F. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dan pengamatan lapangan. F.1 Studi Literatur Studi literatur bertujuan untuk menghimpun data penunjang dengan cara mempelajari dan menelaah beberapa literatur terkait yang bersumber dari buku, laporan, jurnal, peta dan literatur lainnya. meliputi: 1. Kondisi ekologi Data kondisi ekologi mencakup informasi mengenai potensi biotik dan abiotik. Potensi biotik meliputi flora dan fauna, sedangkan potensi abiotik meliputi bebatuan, pasir pantai, ombak pantai, dan fasilitas yang telah disediakan serta obyek yang telah ada. 2. Kondisi sosial dan budaya Data kondisi sosial dan budaya mencakup informasi mengenai kondisi dan karakteristik masyarakat sekitar, bahasa, agama, teknologi, mata pencaharian, serta informasi terkait dengan sejarah, legenda, mitos, ritual, kearifan tradisional dan pri-kehidupan masyarakat asli di sekitar kawasan. Adapun data dari studi liretatur yang dihimpun

23

3. Pengunjung Data pengunjung mencakup informasi mengenai karakteristik, motivasi, persepsi, dan keinginan pengunjung terhadap obyek dan fasilitas interpretasi serta jumlah pengunjung per-tahun. 4. Pengelolaan kawasan Data pengelolaan kawasan mencakup informasi mengenai sistem dan tujuan pengelolaan serta rencana pengembangan. Data tersebut digunakan sebagai acuan untuk mendukung pengumpulan data, serta melengkapi data dari hasil pengumpulan data di lapangan untuk kebutuhan proses analisis dan sintesis data. F.2 Pengamatan Lapang Pengamatan lapangan mengenai existing condition, ekologi, sosial budaya, dan fasilitas dilakukan dengan menelusuri jalan setapak yang ada dan mengunjungi masyarakat sekitar. Selain itu, dilakukan pula identifikasi dan inventarisasi jalan

setapak tersebut. Hasil pengamatan lapangan akan dicatat ke dalam tallysheet dan hasil pengamatan tersebut didokumentasikan ke dalam bentuk foto. Adapun data pengamatan lapangan yang dihimpun meliputi: 1. Jalur Pengamatan mengenai jalur ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalur wisata yang sering dilalui oleh pengunjung berkaitan dengan daya tarik wisata. 2. Ekologi Pengamatan mengenai ekologi ini bertujuan untuk mengetahui potensi flora dan fauna yang dapat dijadikan atraksi wisata. 3. Sosial budaya Pengamatan mengenai kondisi sosial budaya masyarakat bertujuan untuk mengetahui kehidupan sosial dan budaya yang terdapat pada masyarakat sekitar. 4. Obyek Pengamatan mengenai obyek bertujuan untuk mengetahui berbagai obyek unggulan dan obyek yang menarik yang dikelompokkan berdasarkan obyek biofisik dan obyek sosial budaya.

24

a. Biofisik Obyek biofisik dilihat berdasarkan bentuk obyek, peran obyek bagi lingkungan di sekitarnya dan posisi obyek. Obyek biofisik dikelompokkan menjadi gejala alam, keindahan alam dan keunikan alam. Gejala alam, seperti kawah gunung, mata air panas, sumber belerang, geyser dan gletser. Keindahan alam, seperti pegunungan, goa, sungai, air terjun, pantai, danau dan bawah laut. Keunikan alam, seperti jenis satwa, tumbuhan dan tipe ekosistem. b. Obyek sosial dan budaya Obyek sosial budaya dilihat berdasarkan bentuk obyek, peran obyek bagi lingkungan di sekitarnya dan posisi obyek dari jalan setapak. Bentuk obyek sosial budaya meliputi situs (purbakala dan sejarah), legenda, mitos dan ritual. 5. Fasilitas Pengamatan mengenai fasilitas bertujuan untuk mengetahui kondisi fasilitas yang telah disediakan, meliputi bentuk, jumlah, kelayakan dan fungsinya, serta posisi fasilitas interpretasi. F.3 Kuesioner Kuesioner dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis menggunakan kuesioner. Responden dalam kuesioner tersebut adalah pengunjung,

pengelola, dan masyarakat sekitar. 1. Pengunjung Kuesioner terhadap pengunjung dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pengunjung, motivasi, persepsi, keinginan pengunjung terhadap obyek, dan kondisi fasilitas. Penyusunan kuesioner merujuk kepada tujuh penilaian Skala Likert (Avenzora, 2008). a. Karakteristik pengunjung Karakteristik pengunjung dilihat dari jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, asal pengunjung, jumlah berkunjung; b. Penilaian pengunjung Penilaian pengunjung lebih diarahkan kepada penilaian pengunjung terhadap obyek wisata dan kondisi fasilitas yang tersedia;

25

c. Keinginan pengunjung Keinginan pengunjung dilihat dari tujuan kunjungan, aktivitas pengunjung, waktu kunjungan, tempat kunjungan dan hal-hal yang ingin diketahui pengunjung serta alasan ketertarikan. Keinginan pengunjung meliputi keinginan pengunjung terhadap obyek wisata dan keinginan pengunjung terhadap fasilitas wisata.
Tabel 2. Data Tugas Akhir di Pantai Pananualeng No 1 Kelompok Materi Obyek Materi 1. Sosial Budaya a. Bahasa b. Agama c. Teknologi d. Mata pencaharian 2. Biofisik a. Bentuk b. Peran bagi masyarakat c. Gejala alam 1. Kondisi fasilitas pendukung a. Bentuk b. Kegunaan c. Jumlah d. Kondisi e. Posisi dari jalur 1. Karakteristik pengunjung/wisatawan a. Jenis kelamin b. Kelompok umur d. Pendidikan terakhir e. Pekerjaan f. Asal pengunjung g. Motivasi kunjungan 2. Penilaian pengunjung terhadap obyek dan fasilitas 3. Keinginan pengunjung terhadap pengembangan fasilitas wisata 1. Rencana pengembangan a. Rencana pengembangan wisata b.Rencana unit fasilitas (fasilitas interpretasi) yang akan dibangun 1. Persepsi 2. Kesiapan masyarakat Metode Pengumpulan Data Studi literatur dan pengamatan lapang

Studi literatur dan pengamatan lapang

Fasilitas interpretasi

Pengamatan lapang

Pengunjung

Kuesioner

Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Pengelola

Masyarakat

Kuesioner

26

G. Analisis Analisis data dilakukan dengan cara menguraikan data potensi sumberdaya wisata, obyek wisata, fasilitas, pengunjung dan pengelola, serta jalan setapak yang tersedia sesuai dengan kriteria dari masing-masing komponen yang diamati. Selain itu, dilakukan identifikasi permasalahan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Adapun data yang dianalisis meliputi: 1. Analisis daya tarik obyek Data potensi obyek dianalisis berdasarkan daya tarik dan posisinya. Daya tarik obyek dilihat berdasarkan kekhasan/keunikan, keendemikan, keindahan, status kelangkaan dan nilai pentingnya serta keinginan pengunjung. Sedangkan sebaran obyek dilihat berdasarkan posisi obyek tersebut dalam kawasan wisata. 2. Analisis Fasilitas Data fasilitas dianalisis berdasarkan kondisi dan posisinya. dilihat berdasarkan bentuk, jenis dan kelayakan. Kondisi fasilitas

Sedangkan posisi sebaran

fasilitas dilihat berdasarkan posisi fasilitas tersebut dalam kawasan wisata. 3. Analisis karakteristik dan keinginan pengunjung Data pengunjung dianalisis berdasarkan karakteristik dan keinginan pengunjung. Karakteristik pengunjung dilihat berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Sedangkan keinginan pengunjung dilihat berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap obyek dan fasilitas. H. Sintesis Sintesis data dilakukan untuk menggabungkan dan menentukan obyek wisata yang akan dikembangkan. Pemilihan obyek ditentukan berdasarkan sebaran obyek, ketertarikan pengunjung terhadap obyek, dan keinginan pengunjung. Hasil sintesis selanjutnya akan diinterpretasikan secara visual dalam bentuk peta dan gambar wisata yang akan dikembangkan.

27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Sumberdaya Wisata Pesisir Sumberdaya wisata pesisir Pantai Pananualeng sangat beragam dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung, terutama dari segi ekologi (abiotik). Sumberdaya wisata pesisir Pantai Pananualeng dibedakan menjadi lima bagian yaitu dari segi ekologi, fasilitas, masyarakat, sosial budaya dan obyek. Secara umum, sumberdaya wisata pesisir di pantai ini masih terjaga secara alami dan belum banyak terpengaruh hal-hal modern. Kondisi

sumberdaya yang masih alami seperti ini menjadikan Pantai Pananualeng sebagai obyek daerah tujuan wisata yang memiliki banyak potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan secara optimal. A.1 Ekologi Potensi sumberdaya ekologi dibagi menjadi potensi biotik dan abiotik. Potensi biotik meliputi flora dan fauna, sedangkan potensi abiotik meliputi bebatuan, ombak pantai, pasir pantai dan fasilitas yang telah disediakan. Pantai Pananualeng memiliki potensi flora dan fauna yang cukup unik. Hal ini dapat terlihat dari jenis flora yang terdapat di sekitar pantai seperti Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Bunga Kamboja (Plumeria rubra L.), Bunga Terompet (Mandevilla sanderi), Bougenville (Bougenvilia spectabilis) dan beberapa tanaman hias di sisi-sisi jalan.

(a)

(b)

Gambar 9. Tanaman Hias, (a) Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis); (b) Bunga Terompet (Mandevilla sanderi) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

28

Pantai Pananualeng juga memiliki tumbuhan lain seperti pandan (Pandanus amaryllfolium) dan pohon kelapa (Cocos nucifera). Barisan pohon kelapa (Cocos nucifera) disepanjang Pantai Pananualeng juga turut menambah nilai estetika pantai ini, sehingga pengunjung semakin merasakan nuansa hijau pada pantai ini.

Gambar 10. Pohon Kelapa di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

Potensi fauna yang terdapat pada Pantai Pananualeng pun tidak kalah menariknya, burung-burung madu seperti perling kecil (Aplonis minor) dapat ditemukan di pohon-pohon sekitar pantai. Selain itu, burung air jenis kuntul karang dark morph (Egretta sacra) dan kuntul karang white morph (Egretta sacra) sesekali dapat terlihat di sekitar pantai. Pada waktu siang hari dapat terlihat burung kum-kum putih atau pergam laut (Ducula bicolor) yang sedang mencari makan di kawasan ini dan pada waktu sore hari terbang bergerombol menuju habitat aslinya di Pulau Liang. Burung pergam laut ini (Ducula bicolor) dapat ditemukan pada pohon-pohon disekitar Pantai Pananualeng.

(a)

(b)

Gambar 11. Burung di sekitar Pantai Pananualeng. a) Kuntul Karang (Egretta sacra); b) Pergam Laut (Ducula bicolor) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

29

Jenis fauna mamalia lain yang hidup pada pepohonan di sekitar pantai dapat dilihat dengan mudah seperti tupai (Callosciurus notatus) dan kumbang badak (Rhinoceros bectle). Selain itu adapula beberapa fauna lain yang dapat ditemukan di pantai ini antara lain komang, kepiting pantai, ikan laut, dan bintang laut (Asteroidea sp). Bintang laut yang berada di Pantai Pananualeng cukup unik, karena pengunjung dapat dengan mudah menemukan bintang laut tersebut di tepi pantai.

(a) (b) Gambar 12. Keanekaragaman Fauna Pantai Pananualeng. a)Tupai (Callosciurus notatus); (b) Bintang Laut (Asteroidea sp) Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

Potensi abiotik Pantai Pananualeng pun memiliki nilai keindahan yang tinggi. Potensi abiotik yang dimiliki pantai ini adalah pemandangan alam, bentuk pantai dan hamparan pasir putih disepanjang pantai. Pantai Pananualeng merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang halus

disepanjang pantai dan pemandangan alam sekitar yang masih alami. Selain itu bentuk pantai yang landai membuat pantai ini cukup aman untuk kegiatan rekreasi pantai. Bagian sebelah selatan yang merupakan ujung Pantai Pananualeng terdapat sebuah tanjung yang indah, tanjung tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik untuk wisata fotografi.

Gambar 13. Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

30

A.2 Fasilitas Fasilitas wisata merupakan media yang memiliki peran penting dalam kegiatan wisata. Pantai Pananualeng merupakan salah satu obyek daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa fasilitas pendukung. Fasilitas wisata yang terdapat di Pantai Pananualeng antara lain panggung kesenian, shelter, pos jaga, papan peringatan, tempat duduk, toilet, dan ruang ganti. Sarana dan praasarana yang terdapat di Pantai Pananualeng belum dapat dikatakan lengkap, sarana dan prasarana tersebut antara lain jalan setapak, sumber air bersih, dan gerbang masuk Pantai Pananualeng. Sebaran fasilitas serta sarana dan prasarana dapat dilihat pada Lampiran 2. 1) Panggung Kesenian Panggung kesenian merupakan salah satu fasilitas yang dulunya dibangun oleh pengelola sebagai sarana untuk menampilkan atau mementaskan kesenian-kesenian tradisional masyarakat. Panggung ini berjumlah satu unit dan berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari kayu. Kondisi bangunan panggung kesenian ini kurang baik karena sudah terjadi beberapa pelapukan di beberapa sisinya namun bangunan tetap kokoh. Selain itu tidak terawatnya tumbuhan di sekitar panggung membuat bangunan ini semakin parah dan tidak layak pakai. Posisi panggung kesenian ini berada di sebelah kanan ujung jalan menuju Pantai Pananualeng, sehingga pengunjung yang datang ke pantai dapat dengan mudah menemukannya.

Gambar 14. Panggung Kesenian Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

2) Shelter Pantai Pananualeng memiliki empat buah shelter dengan ukuran cukup besar. Shelter tersebut berbentuk persegi dan terbuat dari bahan permanen dengan ukuran 4 m x 4 m. Shelter ini digunakan oleh pengunjung sebagai tempat istirahat sementara dan atau tempat berlindung saat hujan turun. Kondisi dari fasilitas shelter di Pantai pananualeng
31

cukup baik dan terawat, hal ini dapat terlihat dari kondisi bangunan dan tidak adanya vandalisme pada shelter tersebut. Posisi ke-empat shelter ini tersebar di beberapa titik di sepanjang pantai dan berada strategis dekat dengan jalan setapak yang sering dilalui pengunjung.

Gambar 15. Fasilitas Shelter Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

3) Pos Jaga Pos jaga yang terdapat di Pantai Pananualeng berbentuk persegi dan terbuat dari bahan permanen. Pos ini memiliki ukuran 1,5 m x 1,5 m. Pos jaga tersebut digunakan sebagai tempat bagi pengunjung untuk membayar retribusi tiket masuk kawasan Pantai Pananualeng dan pos keamanan lingkungan pantai. Jumlah keseluruhan pos jaga atau keamanan di pantai ini adalah 2 buah. Pos jaga tersebut berada pada kondisi yang baik, hal ini terlihat dari kondisi bangunan yang baik dan kebersihan pos jaga tersebut. Pos jaga tersebut terletak di luar area pantai. Sebuah pos jaga terletak di jalan masuk Kampung Tariang Baru dan sebuah pos terletak di pintu masuk kawasan Pantai Pananualeng.

Gambar 16. Pos Jaga / Keamanan Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

32

4) Papan Peringatan Papan peringatan di Pantai pananualeng yaitu hanya papan peringatan yang menghimbau pengunjung yang datang untuk membuang sampah pada tempatnya. Papan peringatan tersebut dikeluarkan oleh BLHDAK pada tahun 2009. Papan

peringatan tersebut terbuat dari besi dengan ketinggian 4 meter. Jumlah papan tersebut hanya terdapat satu buah dan terletak di ujung jalan memasuki area pantai. Papan peringatan tersebut terpelihara cukup baik sehingga tulisan dari papan peringatan ini masih jelas terbaca.

Gambar 17. Papan Peringatan di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

5) Tempat Duduk Fasilitas lain yang terdapat di Pantai Pananualeng adalah tempat duduk. Tempat duduk ini memiliki dua jenis, yaitu terbuat dari kayu dan terbuat dari bahan permanen. Fasilitas ini digunakan oleh para pengunjung untuk berduduk-duduk dan tempat menyimpan barang yang dibawa. Jumlah tempat duduk di Pantai Pananualeng cukup banyak yaitu sekitar 21 buah. Tempat duduk permanen berjumlah 3 buah dan 18 tempat duduk lainnya terbuat dari kayu. Kondisi fasilitas tempat duduk tersebut cukup terawat, meskipun sudah terlihat tua namun masih layak untuk digunakan oleh pengunjung. Posisi tempat duduk ini tersebar tidak beraturan di sepanjang kawasan pantai, namun terfokus pada area yang banyak disinggahi atau dikunjungi oleh pengunjung.

33

(a) Gambar 18. Fasilitas Tempat Duduk di Pantai Pananualeng. a) terbuat dari kayu; (b) terbuat dari bahan permanen Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

(b)

6) Kamar Mandi Fasilitas kamar mandi merupakan salah satu fasilitas yang penting di kawasan wisata, khususnya wisata pesisir. Fasilitas kamar mandi Pantai Pananualeng terbuat dari bahan permanen dengan bentuk persegi panjang. Fasilitas ini digunakan oleh pengunjung untuk mandi atau membilas tubuh setelah seharian berenang di Pantai Pananualeng dan digunakan oleh masyarakat sekitar pantai untuk kegiatan mandi, mencuci, dan buang air (MCK). Jumlah kamar mandi di kawasan Pantai Pananualeng berjumlah 3 unit, masing-masing unit terdiri dari 3 buah kamar mandi. Kondisi fasilitas kamar mandi pantai Pananualeng cukup memprihatinkan, pasalnya bangunan kamar mandi tersebut sudah mengalami pelapukan pada bagian atap dan tidak terawatnya kamar mandi tersebut sehingga pengunjung selaku pengguna fasilitas tersebut tidak mendapatkan kepuasan yang optimal. Bahkan dari tiga unit kamar mandi tersebut hanya dua unti yang masih dapat digunakan. Letak kamar mandi tersebut tersebar di 3 titik di area pantai, yaitu pada bagian kiri kawasan pantai. kawasan pantai, bagian tengah, dan bagian kanan

Gambar 19. Fasilitas Kamar Mandi di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

34

7) Ruang Ganti Ruang ganti merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di Pantai Pananualeng. Ruang ganti tersebut terbuat dari bahan permanen dengan bentuk persegi. Ruang ganti ini digunakan oleh pengunjung untuk mengganti pakaian sebelum dan atau sesudah melakukan kegiatan rekreasi di pantai, terutama kegiatan renang. Jumlah fasilitas ruang ganti ini berjumlah tiga unit. Dua unit ruang ganti terdiri dari dua buah ruangan dan satu unit terdiri dari sebuah ruang ganti. Kondisi fasilitas ruang ganti ini sangat memprihatinkan, hal ini dikarenakan rusaknya bangunan tersebut sehingga pengguna tidak mendapatkan kenyaman yang optimal. Selain itu, dari kedua unit ruang ganti ini hanya satu unit yang masih dapat digunakan meskipun kurang layak. Ruang ganti ini terletak tepat di samping fasilitas kamar mandi.

Gambar 20. Fasilitas Ruang Ganti di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

8) Jalan Setapak Jalan setapak merupakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di Pantai Pananualeng. Jalan setapak di dalam kawasan pantai terbuat dari pasir putih Pantai Pananualeng dan memiliki panjang 450 meter. Jalan setapak ini biasanya digunakan pengunjung sebagai jalur sirkulasi atau akses menuju satu obyek ke obyek yang lain, namun terkadang pengunjung yang nakal membawa kendaraan roda dua dan melintas di jalan setapak ini. Hal ini amat disayangkan karena dapat membahayakan bagi pengunjung yang berjalan kaki. Kondisi jalan setapak ini cukup baik, karena jalan setapak hanya terbuat dari pasir pantai sehingga tidak akan merusak tekstur jalan. Kekurangan daripada jalan setapak ini adalah tidak adanya batas-batas yang jelas dari jalan setapak ini.
35

Gambar 21. Jalan Setapak di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

9) Sumber Air Bersih Sumber air bersih merupakan sarana yang penting dalam kegiatan wisata pesisir. Pantai Pananualeng memiliki sumber air bersih yang berasal dari mata air di sekitar pemukiman masyarakat. Sumber air ini dialirkan keseluruh masyarakat sekitar pantai termasuk pada fasilitas kamar mandi yang diperuntukan bagi pengunjung Pantai Pananualeng. Sumber air bersih ini digunakan sebagai alat untuk membilas tubuh bagi pengunjung yang telah berenang di pantai dan terkadang masyarakat sekitar pantai menggunakan air ini untuk kebutuhan sehari-hari. Jumlah sumber air bersih ini yaitu tiga buah, namun masyarakat sekitar pantai menutup dua sumber air tersebut dengan alasan agar air tefokus pada satu tempat dan aliran air lebih deras. Sumber air bersih ini tersebar di tiga titik, namun yang sumber air berfungsi terdapat di bagian tengah pantai berdekatan dengan kamar mandi dan ruang ganti.

Gambar 22. Pancuran Air di Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

36

10) Gerbang Masuk Pantai Pananualeng Fasilitas gerbang masuk merupakan salah satu fasilitas penunjuk arah atau menandakan bahwa kawasan tersebut sudah memasuki kawasan wisata Pantai Pananualeng. Gerbang masuk ini terdapat di depan Kampung Tariang Baru, sehingga pengunjung yang baru pertama mengunjungi tempat ini dapat menemukannya dengan mudah. Selain itu di dalam kawasan pun terdapat gerbang masuk dan juga digunakan sebagai tempat penagihan retribusi masuk bagi pengunjung.

Gambar 23. Gerbang Masuk Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

A.3 Masyarakat Pengembangan wisata suatu kawasan tidak terlepas dari peran serta masyarakat selaku pihak yang bersentuhan langsung dengan obyek wisata. Selain sebagai pelaku atau user, masyarakat pun dapat menjadi potensi dalam upaya pengembangan wisata pesisir. Potensi yang dapat digali dari masyarakat antara lain kesenian masyarakat sekitar, cara hidup masyarakat sekitar, kepercayaan-kepercayaan yang dianut, serta adat istiadat masyarakat sekitar. Masyarakat Desa Tariang Baru merupakan masyarakat yang masih sangat kental dengan nilai budaya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih digunakannya keseniankesenian masyarakat kesenian ampatwayer, kesenian massamper, tari upase dan tari gunde untuk perayaan beberapa upacara adat hingga pesta rakyat. Selain itu kepercayaan

masyarakat terhadap cerita-cerita dan larangan-larangan nenek moyang masih dianut oleh beberapa masyarakat Desa Tariang Baru. Mata pencaharian masyarakat sekitar pun

merupakan potensi wisata yang cukup potensial. Mata pencaharian masyarakat Desa Tariang Baru antara lain petani, nelayan dan pembudidaya rumput laut. Mata pencaharian masyarakat tersebut dapat dijadikan suatu daya tarik atau atraksi wisata yang bersifat interaktif.

37

A.4 Sosial Budaya Sosial budaya merupakan aspek-aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pantai Pananualeng. Indikator-indikator dalam kehidupan masyarakat antara lain bahasa, agama, sistem peralatan hidup dan teknologi, serta mata pencaharian masyarakat sekitar. Masyarakat Pantai Pananualeng pada umumnya masih memiliki kehidupan sosial budaya yang kental. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan bahasa daerah sangihe,

penggunaan teknologi-teknologi tradisional masyarakat adat dan mata pencaharian masyarakat yang masih terfokus pada pertanian dan nelayan. 1) Bahasa Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki bahasa yang beranekaragam yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena masyarakat di kabupaten ini pada umumnya merupakan perpaduan antara pendatang dengan masyarakat lokal dalam perkawinan. Bahasa daerah Sangihe atau bahasa asli sangihe dibagi menjadi tiga jenis bahasa menurut fungsinya yaitu bahasa sehari-hari, bahasa sasahara atau sasalili dan bahasa adat (Sastra), sedangkan dalam pergaulan masih menggunakan empat tingkatan yaitu: bahasa kasar, bahasa sopan, bahasa kalangan menengah dan bahasa kalangan atas. Bahasa adat biasanya digunakan pada upacara-upacara adat. Bahasa adat banyak mempergunakan kata alam semesta dan isinya (pohon/tanaman/gunung/bukit/perahu, dll), sebagai simbol dalam mengungkapkan harapan, doa, bahkan jaminan keselamatan lahir batin dimasa mendatang. Ciri khas bahasa adat adalah suatu kalimat terangkai dari kata yang sama, namun menunjukan perbedaan keadaan dan sifat. Bahasa asli Sangihe memiliki logat yang khas seperti pengucapan pada kata L. Masyarakat asli Sangihe mengucapkan kata tersebut dengan menambahkan kata R kecil, sehingga pengucapannya pun menjadi sedikit rumit, contoh pada kata Pananualeng yang apabila dilafalkan secara lisan akan berubah bunyi menjadi Pananualreng. Bahasa Sangihe ini juga memiliki kelebihan lain seperti pada

kekayaan arti suku kata. Kekayaan arti suku kata tersebut dapat terlihat dalam setiap kata yang diucapkan sehari hari, contohnya pada kata makan yang dalam bahasa daerah sangihe memiliki sekitar 10 suku kata yang berarti makan.

38

2) Agama Desa Tariang baru merupakan suatu desa yang memiliki masyarakat yang menganut keragaman agama. Agama yang dianut oleh masyarakat Tariang Baru yaitu Islam, Kristen, dan Himpunan Penghayat Kepercayaan. Masyarakat penganut agama Islam merupakan yang dominan di Desa Tariang Baru. Jumlah masyarakat yang menganut agama Islam yaitu sebanyak 163 kepala keluarga atau sebanyak 252 jiwa laki-laki dan 262 jiwa perempuan. Masyarakat penganut agama Kristen sebanyak 88 kepala

keluarga atau sejumlah 136 jiwa laki-laki dan 153 jiwa perempuan. Himpunan Penghayat Kepercayaan sejumlah 3 kepala keluarga atau sejumlah 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Desa Tariang Baru memiliki sarana tempat ibadah bagi para penganut agama. Jumlah rumah ibadah desa Tariang Baru dapat dikatakan cukup banyak untuk ukuran sebuah desa. Desa ini memiliki 2 buah mesjid dan 3 buah gereja. Keberagaman kepercayaan yang dianut masyarakat Tariang Baru tidak memecah kesatuan masyarakat. Kesatuan masyarakat tetap terjaga, hal ini dapat terlihat dari kerukunan masyarakat Tariang Baru dan penggunaan kesenian islam yaitu rebana dalam beberapa acara pengantar pernikahan umat kristen. 3) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Sistem peralatan hidup dan teknologi masyarakat Tariang Baru dapat dikatakan tradisional, karena masyarakat biasanya menggunakan bahan-bahan alami dalam kehidupan sehari-hari, baik peralatan rumah tangga maupun peralatan mata pencaharian. Peralatan rumah tangga yang sampai saat ini masih digunakan yaitu pisau yang biasa disebut sebagai besi putih. Besi putih ini memiliki keunikan tersendiri, karena besi putih tersebut merupakan senjata khas daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pembuatan besi putih ini membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 1 minggu. Kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak pun masih digunakan oleh masyarakat Tariang Baru, sangat sedikit sekali masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar memasak. Bangunan rumah atau pondok masyarakat Tariang Baru sebagian kecil masih terbuat dari kayu sebagai tiang dan papan atau bambu sebagai dinding serta daun kelapa yang dianyam sebagai atapnya. Selain itu, masyarakat pun masih mempercayai penggunaan obat-obatan

tradisional untuk menyembuhkan penyakit jasmani, meskipun tersedia puskesmas di desa ini namun beberapa masyarakat masih ada yang menggunakan ramuan tradisional yang terbuat dari daun-daunan, akar-akaran, bahkan biji batu bara sebagai obat.

39

Gambar 24. Senjata Khas Sangihe Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

4) Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tariang Baru menggantungkan hidup dari sumberdaya alam. Mata pencaharian masyarakat Desa Tariang Baru adalah bertani, nelayan, pegawai negri dan wirausaha. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian

berjumlah 278, sektor perikanan berjumlah 161, pegawai negeri 20 dan wisausaha sebanyak 9. Berdasarkan angka tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian

merupakan mata pencaharian utama masyarakat Desa Tariang Baru karena banyak dari masyarakat sekitar yang memiliki lahan-lahan pertanian, sehingga dimanfaatkan dengan menanam berbagai jenis buah-buahan, sayur-sayuran dan umbi-umbian. Komoditi sektor petanian masyarakat Tariang Baru secara umum ialah tomat, komoditi andalan lain yang ditanam oleh masyarakat antara lain kelapa dan pala. Sektor

perikanan merupakan mata pencaharian yang banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar Pantai Pananualeng, hal ini dikarenakan pemukiman masyarakat tersebut lebih dekat dengan laut. Komoditi sektor perikanan masyarakat Desa Tariang Baru ialah ikan tude, ikan baracuda, dan ikan-ikan karang. Cara yang digunakan masyarakat dalam menangkap ikan cukup unik yaitu menggunakan panah atau jubi. Jubi ini terbuat dari kayu dan berbentuk seperti senjata laras panjang namun bermata panah. Nelayan pencari ikan biasanya menggunakan jubi ini untuk menangkap jenis ikan karang. Kegiatan menangkap ikan menggunakan jubi tersebut dapat dijadikan suatu atraksi wisata yang menarik, karena cara yang digunakan berbeda dengan cara menangkap ikan pada umumnya. Beberapa masyarakat sekitar pun ada yang melakukan kegiatan budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian mereka, namun kegiatan ini tidak begitu diminati masyarakat sekitar. Kegiatan budidaya rumput laut tersebut cukup menarik, karena dapat dijadikan suatu potensi bagi kegiatan wisata edukasi. Kegiatan pembibitan rumput laut dapat dilakukan pada musim kemarau atau pada kondisi pantai
40

sedang tenang. Pada musim angin barat atau saat ombak kencang, kegiatan pembibitan perlu dihentikan karena proses pembibitan tidak dapat berjalan optimal. Pemanenan rumput laut ini dilakukan setiap hari pada pagi atau siang hari dan kemudian rumput laut tersebut dijemur dibawah sinar matahari.

(a)

(b)

Gambar 25. Mata Pencaharian Masyarakat. (a) Menangkap Ikan Menggunakan Jubi, (b) Lokasi Pembudidayaan Rumput Laut

A.5 Obyek Potensi sumberdaya wisata berupa obyek dibedakan menjadi dua yaitu obyek biofisik dan obyek sosial-budaya. Obyek biofisik dikelompokan menjadi gejala alam, keindahan alam, dan keunikan alam. Gejala alam meliputi kawah gunung, sumber air panas, sumber belerang, geyser dan gletser. Keindahan alam meliputi pegunungan, air terjun, pantai, danau dan bawah laut. Keunikan alam meliputi jenis satwa, tumbuhan dan tipe ekosistem. Obyek sosial-budaya merupakan obyek yang memiliki nilai sosial dan budaya seperti situs (purbakala dan sejarah), legenda, mitos dan ritual. Berdasarkan pengelompokan tersebut, Pantai Pananualeng memiliki potensi obyek biofisik berupa keindahan alam dan keunikan alam serta obyek sosial-budaya berupa kesenian tari dan kesenian vokal. Obyek biofisik berupa keindahan alam yang dimiliki oleh Desa Tariang Baru yaitu keindahan bentuk Pantai Pananualeng yang memanjang sejauh 500 meter. 1) Obyek biofisik Obyek biofisik yang terdapat di Desa Tariang Baru yaitu Pantai Pananualeng dengan berbagai flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Pantai Pananualeng merupakan obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Desa tariang Baru. Pantai ini memiliki

panjang sepanjang 500 meter dengan hamparan pasir putih disepanjang pantai. Perpanduan warna-warna alam pun menambah nilai estetika Pantai Pananualeng. Gejala alam seperti matahari tenggelam atau sunset dapat dinikmati pengunjung di
41

waktu petang. Gejala alam berupa sunset ini memiliki mitos yang unik. Mitos yang beredar di masyarakat sekitar yaitu siapapun yang meminta permohonan (diucapkan dalam hati) dikala matahari tenggelam sembari memegang pasir pantai, niscaya permohonannya akan terkabul seiring terbitnya matahari esok hari. Bentuk pantai yang landai sangat cocok untuk kegiatan rekreasi air seperti berenang dan bersampan. Komposisi flora dan fauna pun menambah keindahan Pantai Pananualeng. Barisan pohon kelapa di sepanjang pantai membuat suasana menjadi lebih teduh dan alami. Flora-flora lain dengan warna-warna nya yang beragam menambah keindahan Pantai Pananualeng. Berbagai jenis fauna pun turut menambah estetika alam sekitar. Burungburung seperti burung perling kecil (Aplonis minor), burung pergam laut (Ducula bicolor), kuntul karang white morph (Egretta sacra) dan kuntul karang dark morph (Egretta sacra) dapat terlihat di sekitar pantai. Fauna pantai lain seperti komang dan bintang laut dapat terlihat dengan jelas apabila pantai dalam kondisi surut.

Gambar 26. Keindahan Pantai Pananualeng Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

2) Obyek sosial budaya Daya tarik Pantai Pananualeng tidak hanya berupa kondisi fisik pantai yang mempesona, namun pantai ini pun memiliki obyek sosial budaya yang menarik untuk dikunjungi. Obyek sosial budaya yang terdapat di Pantai Pananualeng yaitu pohon bambu kuning yang memiliki nilai mitos atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, kesenian tari ampat wayer, kesenian vokal massamper, kesenian tari gunde dan kesenian tari upase. a) Bambu Kuning Keramat Pada zaman dahulu pernah terjadi peperangan antara masyarakat pribumi dengan orang-orang mindanao. Masyarakat pribumi hanya menggunakan senjata berupa bambu runcing untuk melawan orang-orang mindanao tersebut, hingga pada suatu hari masyarakat pribumi mampu mengalahkan orang-orang mindanao tersebut.
42

Ketika masyarakat pribumi mengalahkan orang-orang mindanao, terdapat sebuah bambu yang digunakan untuk menombak mereka. Bambu tersebut tepat mengenai kepala salah satu orang mindanao, kemudian masyarakat memenggal kepala orang mindanao tersebut dan menancapkan kepala beserta bambu tersebut ke tanah. Seiring berjalannya waktu, tombak bambu tersebut tumbuh menjadi rumpunan pohon bambu. Cerita tersebut berkembang menjadi mitos yang dipercaya oleh

masyarakat apabila pohon bambu tersebut ditebang atau dipotong, maka akan mengeluarkan darah. Mitos ini diakui masyarakat sekitar Pantai Pananualeng

memang terjadi sekitar 10 tahun lalu, namun saat ini masyarakat menggangap mitos itu sudah hilang. Saat ini pohon bambu yang dipercaya memiliki nilai mitos tersebut tetap berdiri diantara pohon-pohon lainnya dengan kondisi yang tidak terawat. Sejarah ini berkaitan dengan penamaan Pantai Pananualeng. Pananaualeng berasal dari sejarah tersebut. Nama Pantai

Dalam bahasa asli sangihe

Pendarualeng yang artinya menombak, sehingga pantai ini dinamai Pantai Pananualeng berdasarkan sejarah yang pernah terjadi di daerah ini.

Gambar 27. Pohon Bambu Keramat Sumber: Dokumentasi Pribadi (2011)

b) Kesenian ampatwayer adalah kesenian tari khas sangihe yang biasa dilakukan untuk acara-acara perkawinan, ucapan syukur dan juga untuk dilombakan. Jumlah penari dalam kesenian tidak beraturan, pada acara perkawinan dan ucapan syukur jumlah penari tidak terikat, setiap orang boleh ikut untuk menari. Namun pada suatu

pelombaan, jumlah penari sebanyak tujuh pasang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Alat musik yang digunakan pada tari ampat wayer adalah juk (alat musik petik), gitar (alat musik petik), selo (alat musik petik), strim bass (alat musik petik) dan bongo (alat musik pukul). Jenis-jenis lagu yang dimainkan dalam tari ini pun cukup beragam, antara lain mars (bernada cepat/semangat), wols (bernada pelan), rumba (bernada agak cepat), tenggo (bernada seperti keroncong) dan swing
43

(bernada santai). Tari ampat wayer biasa juga dilakukan oleh muda-mudi untuk hiburan/rayu-rayuan kepada lawan jenis. c) Kesenian masaamper adalah kesenian vokal atau nyanyian khas sangihe. kesenian vokal massamper biasanya dilakukan untuk upacara adat, acara duka, ibadah-ibadah di gereja, acara perkawinan dan dilombakan. Pada kesenian vokal massamper

jumlah penyanyi tidak terikat, siapa saja boleh ikut menyanyi dalam kesenian ini. Pada kesenian ini tidak ada alat musik khusus yang digunakan dalam kesenian ini, hanya memerlukan suara untuk mengikuti kesenian ini. Jenis-jenis lagu pada

kesenian vokal massamper antara lain lagu pertemuan, lagu pujian, lagu perjuangan, lagu percintaan dan lagu perpisahan.

Gambar 28. Kesenian Tari Massamper Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2010)

d) Tari gunde adalah adalah kesenian tari khas sangihe yang berjumlah 13 orang penari yang seluruh penarinya adalah perempuan. Alat-alat yang digunakan oleh penari cukup sederhana hanya pakaian tari dan sapu tangan sebagai pelengkap. Musik pengiring tarian ini menggunakan alat tagonggong (alat musik pukul). Tari ini biasa dilakukan pada upacara adat, acara penjemputan tamu, acara pagelaran dan untuk dilombakan.

Gambar 29. Tari Gunde Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2008)

44

e) Tari Upase Tari upase adalah kesenian tari khas sangihe yang terdiri dari 13 penari laki-laki. Alat yang digunakan oleh penari dalam kesenian ini adalah baju tari, pedang dan perisai. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring tarian adalah tambur (alat musik pukul). Kesenian tari upase biasa dilakukan pada upacara adat, acara

penjemputan tamu dan dilombakan.

Gambar 30. Kesenian Tari Upase Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2010)

A.6 Penilaian Kelayakan Potensi Sumberdaya Wisata (Assesor) Penilaian terhadap kelayakan potensi sumberdaya wisata di Pantai Pananualeng dilakukan oleh tiga orang penilai atau asesor yang mengetahui secara jelas mengenai Pantai Pananualeng dan memiliki keahlian dalam bidang pariwisata. Penilaian terhadap potensi sumberdaya wisata tersebut bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari sumberdaya wisata yang terdapat di Pantai Pananualeng sebagai langkah awal dalam pengembangan wisata pesisir. Penilaian terhadap potensi sumberdaya wisata memiliki tujuh kriteria yang menjadi pedoman diantaranya keunikan, kelangkaan, keindahan, aksesibilitas, sensitivitas, seasonality dan fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala likert dan penilaian

dilakukan dengan pembulatan nilai rata-rata dari setiap sumberdaya wisata pada tujuh kriteria penilaian. Penilaian sumberdaya wisata yang dijadikan sebagai obyek penilaian meliputi bentuk pantai, panorama alam dan fauna (burung pergam laut dan bintang laut).
Tabel 3. Penilaian Kelayakan Potensi Sumberdaya Wisata Pantai Keunikan Kelangkaan Keindahan Sensitifitas Seasonality Aksesibilitas Fungsi sosial 4.05 3.66 5.37 4.14 2.04 5.42 4.18 Bentang alam Panorama alam 4.24 3.33 5.52 3.99 2.04 5.28 2.76 Fauna Burung pergam laut Bintang laut (Ducula bicolor) (Asteroidea sp) 4.23 4.83 3.28 3.14 5.1 5.59 4.95 4.19 3.14 2.9 5.37 5.37 2.14 2.23

45

Keterangan: Keindahan: 1. Sangat tidak indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat indah. Keunikan: 1. Sangat tidak unik, 2. Tidak unik, 3. Agak tidak unik, 4. Biasa saja, 5. Agak unik, 6. Unik, 7. Sangat unik. Kelangkaan: 1. Sangat tidak indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat indah. Senitivitas: 1. Sangat tidak sensitif, 2. Tidak sensitif, 3. Agak tidak sensitif, 4. Biasa saja, 5. Agak sensitif, 6. Sensitif, 7. Sangat sensitif. Seasonality 1. Sangat tidak musiman, 2. Tidak musiman, 3. Agak tidak musiman, 4. Ragu-ragu, 5. Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat musiman. Aksesibilitas 1. Sangat tidak terjangkau, 2. Tidak terjangkau, 3. Agak tidak terjangkau, 4. Biasa saja, 5. Agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. Sangat terjangkau. Fungsi Sosial: 1. Sangat tidak bermanfaat, 2. Tidak bermanfaat, 3. Agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5. Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat.

Keunikan suatu kawasan merupakan salah satu daya tarik wisata atau keunggulan yang perlu dimanfaatkan dan dipertahankan oleh obyek wisata tersebut. Keunikan sumberdaya wisata Pantai Pananualeng yang tertinggi yaitu bintang laut dengan nilai keunikan 5 atau agak unik, karena bintang laut jenis ini memiliki bentuk dan warna yang berbeda dengan bintang laut pada umumnya. Terlebih lagi bintang laut ini dapat dengan mudah ditemukan atau dilihat pengunjung disepanjang garis pantai pada kondisi pantai surut. Sumberdaya wisata lain yaitu bentuk pantai, panorama alam dan burung pergam laut memiliki nilai keunikan 4 atau biasa saja karena bentuk pantai, panorama alam dan burung pergam laut ini memiliki bentuk, warna serta kriteria yang tidak jauh berbeda pada jenis umumnya. Bentuk pantai yang memanjang, panorama alam yang indah dan keanekaragaman fauna burung pergam laut menjadi nilai tersendiri, namun rata-rata asesor memandang hal ini masih banyak ditemukan di daerah lain khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kelangkaan sumberdaya wisata pada suatu kawasan merupakan daya tarik wisata yang perlu dimanfaatkan. Sumberdaya wisata dikatakan langka apabila sumberdaya tersebut

jarang atau sulit ditemukan pada daerah lain. Sumberdaya wisata Pantai Pananualeng yang memiliki nilai kelangkaan tertinggi yaitu bentuk pantai dengan nilai kelangkaan 4 atau biasa saja. Pertimbangan dalam penilaian bentuk pantai meliputi panjang panjang, komponen fisik pantai, warna dan bentuk kecuraman pantai tersebut. Kelangkaan bentuk pantai tersebut dikarenakan sudah jarang ditemukannya bentuk pantai seperti ini, terutama di daerah lain di luar Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kelangkaan sumberdaya wisata lain di Pantai Pananualeng adalah panorama alam, burung pergam laut dan bintang laut. Masing-masing sumberdaya wisata ini memiliki nilai kelangkaan 3 atau agak tidak langka, hal ini dikarenakan sumberdaya tersebut masih cukup mudah ditemukan di daerah lain khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kelangkaan sumberdaya wisata yang dimiliki oleh pantai Pananualeng merupakan nilai lebih yang dimiliki pantai ini. Kelangkaan pada sumberdaya wisata memerlukan perhatian yang ekstra dalam pemanfaatan dan pemeliharaanya, karena kesalahan dalam pengelolaan dapat mengakibatkan kepunahan atau hilangnya sumberdaya wisata tersebut.
46

Keindahan sumberdaya wisata merupakan daya tarik wisata atau keunggulan yang perlu dimanfaatkan dan dipelihara oleh obyek wisata tersebut. Keindahan ini dapat timbul secara alami melalui gejala alam ataupun sengaja dibuat oleh manusia dalam rangka memberikan kepuasan bagi pengunjung obyek wisata. Sumberdaya wisata Pantai

Pananualeng berupa fauna (bintang laut) merupakan sumberdaya wisata dengan nilai keindahan tertinggi yaitu 6 atau indah, karena bentuk dan warna dari bintang laut tersebut membuat suatu keterpaduan visual secara optimal sehingga keindahan bintang laut ini memukau pengunjung yang melihatnya. Sumberdaya wisata lain yang mejadi daya tarik di Pantai Pananualeng ialah bentuk pantai, panorama alam dan burung pergam laut dengan nilai keindahan 5 atau agak indah. Bentuk pantai yang memanjang dengan hamparan pasir putih dipadukan dengan gejala alam akan memberikan suatu keindahan secara alami yang dapat dinikmati pengunjung. Panorama alam disekitar pantai yang masih bersih dan alami menambah nilai estetika secara visual. Keragaman fauna burung pergam laut yang terlihat disekitar pantai menambah keindahan Pantai Pananualeng. Berbagai sumberdaya wisata ini saling berpadu secara alami mengisi setiap ruang pantai sehingga suasana alami semakin terasa pada setiap sudut atau site di Pantai Pananualeng. Sensitifitas setiap sumberdaya wisata tentunya berbeda sesuai dengan jenis dari sumberdaya wisata tersebut. Tingkat sensitifitas suatu sumberdaya dapat dijadikan suatu acuan dalam pengelolaan sumberdaya wisata tersebut. Semakin tinggi kadar sensitifitas suatu sumberdaya wisata, maka pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan perlu perhatian lebih. Sumberdaya wisata Pantai Pananualeng yang memiliki tingkat sensitifitas yang tertinggi yaitu burung pergam laut dengan nilai sensitifitas 5 atau agak sensitif, karena dalam kegiatan wisata yang menampilkan burung ini perlu batasan-batasan untuk dapat menikmatinya. Selain dalam pemanfaatan bagi kegiatan wisata, pengelolaan bagi sumberdaya wisata ini pun memiliki batasan-batasan yang perlu diperhatikan agar keberlanjutan tetap terjaga. Sumberdaya wisata lain di Pantai Pananualeng yang memiliki nilai sensitifitas yang sama yaitu bentuk pantai, panorama alam dan bintang laut dengan nilai sensitifitas 4 atau biasa saja. Assesor menilai sumberdaya wisata ini biasa saja karena pada indikator bentuk pantai secara fisik tidak akan berpengaruh banyak, namun secara estetika pengelolaan yang buruk akan mempengaruhi bentuk pantai. Indikator panorama alam memiliki nilai 4 atau biasa saja karena kejadian panorama alam terjadi secara alami tanpa ada campur manusia sehingga kegiatan manusia tidak terlalu berpengaruh pada panorama alam secara alami. Indikator bintang laut memiliki kadar nilai 4 atau biasa saja, meskipun tingkat sensitifitas
47

biasa saja tetapi tetap perlu memperhatikan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wisata ini agar keberlajutan sumberdaya wisata tetap terjaga. Seasonality sumberdaya wisata merupakan tingkatan waktu atau jenjang waktu tertentu dalam menikmati sumberdaya wisata tersebut. Semakin tinggi nilai seasonality suatu

sumberdaya wisata, maka akan semakin unik sumberdaya wisata tersebut karena sumberdaya tersebut tidak dapat dinikmati setiap saat. Sumberdaya wisata burung pergam laut dan

bintang laut memiliki nilai seasonality tertinggi yaitu 3 atau agak tidak musiman. Sumberdaya wisata ini dapat dinikmati pengunjung hampir setiap saat, karena obyek wisata Pantai Panaualeng merupakan salah satu tempat mencari makan burung pergam laut dan bintang laut dapat dinikmati saat pantai sedang surut. Sumberdaya wisata bentuk pantai dan panorama alam memiliki nilai seasonality 2 atau tidak musiman. Sumberdaya wisata bentuk pantai dapat dinikmati pengunjung setiap saat, karena sumberdaya wisata ini bersifat permanen atau tidak berpindah. Sumberdaya wisata panorama alam merupakan gejala alam yang alami dan terjadi setiap saat, sehingga pengunjung dapat selalu menikmati panorama alam tersebut. Aksesibilitas merupakan suatu cara menjangkau suatu obyek. Aksesibilitas yang

mudah dijangkau akan menambah minat seseorang untuk mengunjungi suatu obyek. Seluruh sumberdaya wisata di Pantai Pananualeng yang dijadikan penilaian kelayakan potensi memiliki nilai aksesibilitas 5 atau agak terjangkau, karena sumberdaya tersebut terletak pada satu kawasan yang letaknya berdekatan. Aksesibilitas menuju Pantai Pananualeng pada

umumnya dapat dikatakan cukup baik karena dapat dijangkau oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Aksesibilitas jalan menuju Pantai Pananualeng pun cukup baik karena bentuk jalan yang sudah aspal rapi. Permasalahan yang muncul berkaitan dengan

aksesibilitas menuju Pantai Pananualeng adalah tidak adanya kendaraan umum yang langsung menuju Pantai Pananualeng. Jam operasi angkutan umum menuju Pantai

Pananualeng tidak lebih dari 12 jam, sehingga pengunjung yang berencana tidak menginap dan tidak memiliki kendaraan pribadi perlu berkejaran dengan jam operasi angkutan umum. Fungsi sosial sumberdaya wisata merupakan kegunaan atau manfaat suatu sumberdaya wisata bagi kehidupan sosial masyarakt sekitar. Sumberdaya wisata Pantai Pananualeng memiliki nilai manfaat tertinggi yaitu 4 atau biasa saja, karena pantai ini merupakan icon bagi masyarakat sekitar khususnya Desa Tariang Baru. Panorama alam di pantai ini memiliki niali manfaat 3 atau agak tidak bermanfaat, sedangkan burung pergam laut dan bintang laut memiliki nilai manfaat 2 atau tidak bermanfaat. Fungsi sosial Pantai Pananualeng khususnya bagi masyarakat yang tinggal disekitar pantai sangat dirasakan. Pantai Pananualeng
48

digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat. Beberapa masyarakat setempat juga meyakini dan mempercayai bahwa Pantai Pananualeng mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersebut, selain itu Pantai Pananualeng juga dianggap sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat. B. Pengelola Pengelola obyek wisata merupakan pihak-pihak baik secara langsung atau tidak lagsung memiliki kewenangan untuk menata, menjaga, memelihara, dan bertanggungjawab atas suatu obyek wisata. Penilaian terhadap pengelola dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada empat orang responden (pengelola) yang terdiri dari dua orang pengelola dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan dua orang pengelola dari pemerintah kampung. Penilaian terhadap pengelola menjadi sangat penting karena dapat dijadikan gambaran atau patokan dalam pengembangan wisata pesisir, sehingga rencana pengembangan yang akan dibuat tidak akan bertentangan dengan rencana pengembangan yang dilakukan oleh pengelola obyek wisata. Adapun penilaian terhadap pengelola meliputi pola pengelolaan wisata pesisir dan persepsi pengelola terhadap obyek wisata. B.1 Pola Pengelolaan Wisata Pesisir Pengelolaan wisata pesisir di Pantai Pananualeng dilakukan oleh dua pihak, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan pemerintah kampung. Pemerintah kampung adalah Dinas

organisasi pemerintahan yang berfungsi untuk mengurusi suatu kampung.

Kebudayaan dan Pariwisata selaku pengelola pusat Pantai Pananualeng melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kampung selaku pihak terdekat dengan lokasi obyek wisata. Kerjasama ini tercantum dalam management of understanding (MOU) tahun 2008 mengenai penagihan retribusi di objek wisata, kewajiban mengembangkan objek wisata, menjaga keamanan dan kebersihan objek wisata, dan kewajiban memberikan layanan terbaik bagi pengunjung. Berdasarakan MOU tersebut, Pemerintah kampung memegang tanggungjawab langsung atas pengelolaan obyek wisata Pantai Pananualeng dan bertanggungjawab pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelola pun melakukan kerjasama dengan pihak luar baik itu LSM dalam negri atau Pemerintah daerah, namun kerjasama tersebut tidak erat. Kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh pengelola memberikan manfaat antara lainmembantu dalam pengadaan fasilitas, membantu dalam pemeliharaan dan perawatan fasilitas dan membantu keggiatan promosi. Kerjasama yang dijalin tersebut memiliki beberapa permasalahan yaitu
49

minimnya biaya pengelolaan wisata dan kualitas SDM yang rendah, permasalahan tersebut cukup sering terjadi dalam kegiatan pengelolaan. Solusi dalam memecahkan masalah

tersebut yaitu dengan dilakukan suatu musyawarah bersama antar pengelola/pihak-pihak terkait. Pengelolaan yang dilakukan pemerintah kampung bertujuan untuk mengembangkan wisata di Pantai Pananualeng, turut melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat pun menyetujui kegiatan wisata yang akan dibangun dalam lingkungan mereka dan memiliki kemauan yang tinggi untuk bekerjasama dalam mengembangkan wisata ini. Kegiatan

pengelolaan pemerintah kampung meliputi pengelolaan retribusi, pengelolaan obyek, pengelolaan fasilitas wisata dan pengelolaan keselamatan dan keamanan. Pengelolaan retribusi yang dilakukan oleh pemerintah kampung yaitu retribusi terhadap pedagang di dalam lokasi obyek wisata dan retribusi/tiket masuk bagi pengujung. Besaran harga yang ditarik oleh pengelola untuk retribusi, baik pengunjung maupun pedagang sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe No 8 Tahun 2003 Tentang Retribusi Izin Kepariwisataan. Retribusi terhadap pengunjung dilakukan saat pengunjung mulai

memasuki kawasan wisata Pantai Pananualeng, sedangkan retribusi bagi para pedagang dilakukan satu tahun sekali. Pendapatan retribusi yang diperoleh pemerintah kampung

selanjutnya diberikan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai tercantum pada management of understanding (MOU) tahun 2008. Pengelolaan obyek wisata oleh pemerintah kampung dilakukan dengan mejaga dan membersihkan obyek wisata di pantai ini. Salah satu kegiatan pengelolaan yaitu

membersihkan lingkungan pantai bersama pemuda kampung, hal ini didukung pula dengan adanya program sabtu bersih yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kegiatan membersihkan lingkungan pantai ini selain bertujuan untuk menjaga lingkungan pantai, juga bertujuan untuk menata kampung. Pengelolaan berupa aturan-aturan juga dikeluarkan bagi para pengunjung dan pedagang di Pantai Pananualeng. Aturan bagi para pengunjung yaitu larangan untuk membuang sampah sembarangan dan menjaga lingkungan pantai. Aturan pengelolaan yang diberikan pada pedagang di dalam obyek wisata Pantai Pananualeng antara lain menjaga kebersihan lingkungan pantai dan larangan menjual minuman keras. Pengelolaan fasilitas di obyek wisata Pantai Pananualeng merupakan tanggungjawab pemerintah kampung. Pemerintah kampung melakukan pengelolaan fasilitas wisata sesuai dengan kesepakatan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan antara lain kegiatan membersihkan dan merawat fasilitas wisata. Pengelolaan
50

fasilitas wisata lebih lanjut seperti perbaikan dan pembaharuan fasilitas tidak dapat dilakukan oleh pemerintah kampung, karena kendala keuangan yang tidak mencukupi untuk pengelolaan tersebut. Kendala ini merupakan kendala utama yang dihadapi, bukan hanya oleh pemerintah kampung namun juga oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe. Keterbatasan dana ini berakibat pada terhambatnya kegiatan

pengembangan obyek dan rusaknya fasilitas wisata di Pantai Pananualeng, sehingga tidak memberikan kepuasan optimal pada pengunjung. Pengelolaan keamanan dan keselamatan yang dilakukan oleh pengunjung dilakukan dengan menempatkan pos-pos keamanan di setiap site-site di kawasan wisata. Pos keamanan ini merupakan satu-satunya gerbang masuk dan keluar bagi pengunjung, sehingga pola keamanan akan lebih mudah terkoordinir. Penjaga keamanan kawasan obyek wisata berasal dari pemuda kampung, hal ini dikarenakan pemuda tersebut mengenal seluk beluk lokasi sehingga memudahkan dalam mengontrol pengunjung di obyek wisata Pantai Pananualeng. Dalam melakukan pengelolaan wisata di Pantai Pananualeng, pengelola memiliki rencana strategis dalam konteks pengembangan wisata pesisir. Rencana strategis pengelola yang utama atau diprioritaskan adalah meningkatkan kegiatan pengelolaan wisata pesisir dan rencana strategis fasilitas dan akomodasi. Selain itu rencana strategis unggulan pengelola yaitu memantapkan program wisata bagi pengunjung dan pemasaran wisata. rencana terkahir pengelola dalam mengembangkan obyek wisata pantai Pananualeng adalah pelayanan wisata yang meliputi kegiatan pemanduan. Rencana pengelola tersebut bertujuan untuk

mempersiapkan perancangan PNPM wisata di Pantai Pananualeng yang rencananya akan dilakukan pemerintah provinsi. B.2 Persepsi Persepsi pengelola terhadap obyek wisata merupakan pandangan pengelola terhadap obyek wisata. persepsi pengelola ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng dan penyusunan program wisata di pantai ini. Persepsi

pengelola terhadap potensi wisata di Pantai Pananualeng sanagt condong untuk kegiatan wisata pesisir, karena potensi Pantai Pananualeng sangat tinggi. Hamparan pasir putih

menghiasi sepanjang pantai dan bentuk pantai yang indah menjadikan pantai ini sangat berpotensi untuk wisata pesisir. Potensi wisata kedua menurut pengelola yang cocok bagi Pantai Panaualeng yaitu wisata bahari. Wisata budaya juga memiliki potensi yang tinggi menurut pandangan pengelola, karena Desa Tariang Baru memiliki beberpa kesenian budaya yang menarik untuk disajikan. Sedangkan potensi wisata yang kurang cocok bagi obyek ini
51

adalah wisata alam dan wisata agro, karena potensi untuk kedua wisata ini tidak begitu menonjol dan jarang pengunjung yang menyukai wisata ini. Kegiatan pengembangan wisata di Pantai Pananualeng perlu didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung pula. Keterbatasan fasilitas saat ini menjadi perhatian pengelola dalam mengembangkan obyek. Fasilitas-fasilitas utama atau fasilitas vital yang perlu ditambahkan menurut persepsi pengelola yaitu papan interpretasi, toilet, tempat sampah dan cafetaria. Fasilitas ini merupakan fasilitas prioritas atau utama dalam kegiatan wisata di Pantai Pananualeng karena fasilitas inilah yang sering digunakan pengunjung dalam melaksanakan aktivitas wisata pesisir. Fasilitas selanjutnya yang diperlukan adalah

penginapan atau home stay, karena beberapa pengunjung yang ingin menginap kesulitan dalam mencari tempat untuk bermalam. Pengunjung biasanya menumpang dirumah warga sekitar untuk bermalam. Fasilitas papan peringatan dan papan petunjuk arah juga merupakan fasilitas yang penting untuk memuaskan pengunjung dalam melakukan ektivitas wisata. bagi pengunjung asing yang kesulitan dalam berkomunikasi menjadi perhatian pengelola, sehingga penelola berusaha memfasilitasi dengan menyiapkan tenaga pemandu bagi pengunjung asing. Tidak hanya pengunjung asing yang boleh menikmati fasilitas ini, namun pengunjung dalam negri pun dapat menggunakan fasilitas ini karena pemandu tersebut dapat memberika informasi mengenai obyek secara detail. Fasilits terakhir yang dibutuhkan adalah penyewaan alat sebagi saran pendukung aktivitas wisata. Kegiatan wisata di Pantai Pananualeng ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi pengelola atau khususnya bagi masyarakat sekitar. Manfaat yang akan didapatkan menurut pengelola yaitu terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, apabila manfaat ini dapat diraih maka dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat. Manfaat lain yang diharapkan yaitu dapat memperkenalkan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki kepada pihak luar dan dapat terciptanya kelestarian alam sekitar sebagai modal utama dalam pengembangan wisata pesisir. C. Karakteristik, Motivasi dan Persepsi Pengunjung C.1 Karakteristik 1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan data hasil kuesioner yang disebar kepada 30 responden, menunjukan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke obyek wisata pantai Pananualeng seimbang antara laki-laki dan perempuan. Jumlah presentase masing-masing adalah 50%. Hal
52

ini menunjukan bahwa obyek wisata Pantai Pananualeng disukai oleh masyarakat umum, tidak terikat menurut jenis kelamin. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Jenis Kelamin
Laki-laki 50% 50% Perempuan Responden 30

Gambar 31. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

1.2 Status Pernikahan Sesuai dengan data hasil kuesioner pengunjung, dapat diketahui bahwa pengunjung dengan status belum menikah lebih banyak melakukan kunjungan dengan kadar presentase 60%. Hal ini dikarenakan ketersediaan waktu luang yang cukup banyak. Sedangkan pengunjung dengan status menikah memiliki nilai presentase 40%. Keterangan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Status Pernikahan
Menikah 40% 60% Belum Menikah Responden 30

Gambar 32. Grafik Karakteristik Berdasarkan Status Pernikahan

1.3 Usia Penyebaran kuesioner pengunjung untuk mengetahui karakteristik berupa tingkat umur, dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu anak-anak (6 tahun 10 tahun), remaja (11tahun 18 tahun) dan dewasa (18 tahun keatas). Berdasarkan data penyebaran kuesioner kepada 30 responden, pengunjung dewasa sangat dominan dengan nilai presentase 93% dan pengunjung usia remaja memiliki nilai presentase 7%. Hal ini

53

dikarenakan kebutuhan psikologis untuk me-refresh kembali pikiran yang penat. Keterangan dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Tingkat Usia
7% Anak-anak (6tahun 10tahun) Remaja (11tahun 18tahun) Dewasa (> 18 tahun) 93% Responden 30

Gambar 33. Grafik Karakteristik Berdasarkan Tingkat Usia

1.4 Pendidikan Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan dibedakan kedalam 4 kelompok yaitu SD, SMP, SMU dan perguruan tinggi. Berdasarkan data kuesioner pengunjung yang disebar pada 30 responden, menunjukan bahwa pengunjung dengan tingkat pendidikan SMU menempati urutan pertama dengan nilai presentase 50%. Pengunjung dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki nilai presentse 47% dan pengunjung dengan tingkat pendidikan SMP memiliki nilai presentase 3%. Hal ini disebabkan oleh tingkat Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang masih terbelakang.

Tingkat Pendidikan
3% SD SMP 47% SMU 50% Perguruan Tinggi

Gambar 34. Grafik Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

54

1.5 Asal Berdasarkan hasil kuesioner terhadap pengunjung yang disebar kepada 30 responden, diketahui bahwa pengunjung yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan pengunjung dengan asal daerah dominan dengan nilai presentase 77%. Pengunjung yang berasal dari luar daerah memiliki nilai presentse 23%. Hal ini

dikarenakan pengunjung dari Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki akses yang lebih dekat menuju obyek wisata, dibandingkan dengan pengunjung yang berasal daari luar daerah.

Asal Daerah
23% Kabupaten Kep. Sangihe Luar Daerah Luar Negri 77% Responden 30

Gambar 35. Grafik Karakteristik Berdasarkan Asal Daerah

1.6 Pekerjaan Berdasarkan data hasil kuesioner yang disebar kepada 30 responden, pekerjaan para pengunjung dibagi kedalam beberapa jenis pekerjaan. Pekerjaan pengunjung sebagai pegawai swasta merupakan yang tertinggi dengan nilai presentse 40%. Hal ini

dikarenakan daya dukung ekonomi pribadi yang mencukupi untuk kegiatan rekreasi di suatu obyek wisata. Jenis pekerjaan kedua yang banyak dilakukan oleh pengunjung adalah pegawai negri sipil dengan nilai presentase 23%. Pengunjung dengan status pelajar memiliki nilai presentase 17%. Status pekerjaan ibu rumah tangga dan tidak bekerja memiliki nilai presentase yang sama yaitu 7% dan jenis pekerjaan karyawan dan wiraswata merupakan yang terendah dengan presentase masing-masing 3%.

55

Pekerjaan
PNS 7% 7% 17% 3% 3% 40% 23% Karyawan Swasta Wiraswata Pelajar Ibu rumah Tangga Tidak bekerja Responden 30

Gambar 36. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan

1.7 Pendapatan Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada 30 responden, diketahui bahwa

pengunjung dengan tingkat pendapatan Rp 1.000.000 Rp 5.000.000 merupakan yang tertinggi dengan nilai presentase 47%. Hal ini dikarenakan yingkat pekerjaan rata-rata pengunjung yaitu peagawi swasta dan PNS. Pengunjung denga tingkat pendapatan Rp 500.000 Rp 1.000.000 berada pada posisi kedua dengna nilai presentase 27%. Pengunjung dengan pendapatan < Rp 500.000 memiliki nilai presentase 17% dan pengunjung dengan nilai pendapatan terendah yaitu > Rp 5.000.000 dengan nilai presentase 9%.

Pendapatan
10% 17% < Rp 500.000 RP 500.000 - Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000

46%

27%

Gambar 37. Grafik Karakteristik Berdasarkan Pendapatan

56

1.8 Jenis Kunjungan Jenis kunjungan yang datang ke Pantai Pananualeng terbadi ke dalam empat kelompok yaitu sendiri, keluarga, teman dan rombongan. Jenis kunjungan bersama teman

merupakan yang tertinggi dengan presentase 40%, hal ini dikarenakan banyak pengunjung yang mengunjungi Pantai Pananualeng untuk rekreasi bersama teman. Kunjungan bersama rombongan berada pada posisi kedua dengan presentase 30%. Kunjungan bersama keluarga memiliki nilai presentase 27% dan kunjungan terendah yaitu sendiri dengan presentase 3%.

Jenis Kunjungan
3% Sendiri 30% 27% Keluarga Teman Rombongan Responden 30 40%

Gambar 38. Grafik Karakteristik Berdasarkan Jenis Kunjungan

C.2 Motivasi Penilaian terhadap motivasi pengunjung adalah penilaian untuk mengetahui motivasimotivasi atau tujuan kunjungan. Secara khusus, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi pengunjung mengunjungi Pantai Pananualeng dan informasi yang didapat mengenai Pantai Pananualeng. a) Motivasi kunjungan Motivasi kunjungan merupakan hal yang mendorong pengunjung melakukan kegiatan wisata di Pantai Pananualeng. Berdasarkan motivasi kunjungan dapat diketahui jenis dari obyek wisata yang dikunjungi. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

57

8 7 termotivasi termotivasi 6 5 4 3 2 1 Motivasi Kunjungan Gambar 39. Grafik Motivasi Kunjungan Pengunjung biasa saja agak termotivasi biasa saja agak termotivasi Rekreasi Wisata Berkemah Penelitian Pendidikan Bisnis

Berdasarkan Gambar diatas, dapat diketahui bahwa motivsi kunjungan utama pengunjung untuk datang ke Pantai Pananualeng adalah untuk rekreasi dan wisata dengan kadar nilai 6 (termotivasi), hal ini dikarenakan potensi yang dimiliki Pantai Pananualeng sangat cocok untuk kegiatan rekreasi dan wisata. Motivasi kunjungan kedua yang dominan adalah penelitian dan berbisnis dengan kadar penilaian 5 (agak termotivasi). Penilaian motivasi kunjungan untuk pendidikan dan berkemah memiliki kadar penilaian 4 (biasa saja). b) Sumber informasi Penilaian motivasi pengunjung terhadap informasi yang didapatkan mengenai pantai pananualeng merupakan hal penting untuk diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa media tertentu lebih banyak diterima pengunjung atau menjadi media informasi yang tepat sebagai promosi. Berikut adalah Gambar motivasi

pengunjung berdasarkan informasi mengenai Pantai Pananualeng.

58

7 jelas 6 5 4 3 2 1 0 Sumber Informasi Gambar 40. Grafik Sumber Informasi Pantai Pananualeng agak jelas biasa saja agak Jelas agak tidak jelas agak jelas Teman Koran/Majalah Leaflet/Booklet Radio Televisi Website

Berdasarkan Gambar diatas, diketahui bahwa pengunjung paling banyak mendapatkan informasi dari teman dengan kadar penilaian 6 (jelas). Hal ini dikarenakan informasi dari mulut ke mulut merupakan media yang efektif. Media teman tersebut dapat

menjadi sumber informasi yang sangat detail mengenai obyek wisata Pantai Pananualeng, tidak hanya informasi obyek namun pengalaman teman tersebut dapat dijadikan motivasi pengunjung untuk datang ke Pantai Pananualeng. Media atau

sumber informasi yang kedua adalah radio, koran atau majalah dan website, dengan kadar penilaian 5 (agak jelas). Hal ini dikarenakan banyak pengunjung (khususnya dalam Kabupaten Kepulauan Sangihe) yang masih menggunakan media radio sebagai alat komunikasi atau hiburan. Sumber informasi ketiga yang sering dipakai atau

diterima oleh pengunjung ialah media leaflet atau booklet, kadar kejelasan sumber ini adalah 4 (biasa saja) dan sumber informasi dengan kadar penialain 3 (agak tidak jelas) adalah televisi karena sampai saat ini belum ada informasi mengenai obyek wisata Pantai Pananualeng di televisi. C.3 Persepsi Persepsi pengunjung terhadap obyek wisata Pantai Pananualeng dilihat dari beberapa indikator penilaian. Adapun indikator yang dinilai yaitu kepuasan terhadap failitas wisata, keinginan pengunjung terhadap fasilitas wisata, bentuk fasilitas yang diinginkan, penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata, penilaian obyek berdasarkan keunikan dan penilaian obyek berdasarkan kelangkaan. Persepsi pengunjung tersebut dapat dijadikan sebagai acuan

59

dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng.

Pengambilan data persepsi

pengunjung ini dilakukan sengan cara penyebaran kuesioner kepada 30 responden. a) Kepuasan terhadap fasilitas wisata Persepsi pengunjung mengenai kepuasan pengunjung terhadap fasilitas wisata merupakan salah satu aspek penting. Fasiliats wisata merupakan salah satu aspek terpenting dalam kegiatan wisata, mengingat fasilitas ini akan selalu digunakan oleh para pengunjung. Pengunjung yang merasa puas dengan fasilitas wisata yang

disediakan, maka akan memberikan dampak positif bagi obyek wisata tersebut.
7 Pusat informasi 6 5 4 3 2 1 0 Kepuasan Terhadap Fasilitas Wisata Gambar 41. Grafik Persepsi Pengunjung Berdasarkan Kepuasan Terhadap Fasilitas Wisata agak agak agak tidak tidak tidak puas puas puas tidak tidak tidak puas puas puas agak agak agak tidak tidak tidak puas puas puas Pemandu wisata Papan informasi Papan interpretasi Toilet Tempat sampah Keamanan dan Keselamatan Home stay Warung

Berdasarkan Gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengunjung terhadap fasilitas tidak ada yang mencapai nilai 4 (biasa saja). Kepuasan pengunjung terhadap fasiltas yang tertinggi yaitu (agak tidak puas) 3, pernyataan tersebut terdapat pada fasilitas pusat informasi, pemandu wisata, papan informasi, keamanan dan keselamatan, home stay dan warung karena pada fasilitas ini kondisi masih cukup baik meskipun jumlah fasilitas kurang memadai. Fasilitas papan interpretasi, toilet dan tempat sampah memiliki kadar penilaian terendah yaitu 2 (tidak puas). hal ini dikarenakan tidak layaknya ketiga fasilitas tersebut bagi pengunjung dan tidak terdapatnya fasilitas papan interpretasi di obyek wisata ini. b) Keinginan terhadap fasilitas wisata Persepsi pengunjung terhadap jenis fasilitas yang diinginkan atau dibutuhkan pada obyek wisata sangat penting, karena hal ini sangat berpengaruh pada permintaan pengunjung. Keinginan pengunjung terhadap fasilitas ini tentunya didasari oleh kondisi
60

fasilitas saat ini pada obyek wisata, terlebih lagi fasilitas wisata merupakan hal yang sangat berkaitan dengan aktivitas wisata. Keinginan pengunjung terhadap fasilitas yang dibutuhkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng.
8 7 ingin ingin 6 5 4 3 2 1 0 Keinginan Pengunjung terhadap Fasilitas Gambar 42. Grafik Keinginan Pengunjung Terhadap Fasilitas Wisata ingin ingin ingin Papan interpretasi Papan informasi Papan petunjuk arah Menara Pengamatan Toilet Tempat sampah Warung Penginapan sangat ingin sangat sangat ingin ingin

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui bahwa keinginan pengunjung terhadap fasilitas wisata masih sangat tinggi, hal ini didasari oleh ketersediaan fasilitas wisata yang masih kurang atau bahkan tidak layak pakai oleh pengunjung. Keinginan

pengunjung terhadap fasilitas yang utama yaitu papan petunjuk arah, toilet dan tempat sampah, kadar penilaian ketiga indikator ini adalah 7 (sangat ingin). Keinginan atau kebutuhan terhadap fasilitas ini dikarenakan kondisi ketiga fasilitas tersebut sangat memprihatinkan dan fasilitas tersebut merupakan fasilitas dominan dalam kegiatan wisata di Pantai Pananualeng. Keinginan pengunjung terhadap fasilitas berikutnya adalah papan informasi, papan interpretasi, papan petunjuk arah, menara pengamatan, warung dan penginapan. Kadar penilaian ini fasilitas ini adalah 6 (ingin). c) Keinginan terhadap bentuk fasilitas wisata Persepsi pengunjung terhadap bentuk fasiitas wisata meerupakan tahap lanjutan dari keinginan pengunjunh terhadap jenis fasilitas, setelah pengunjung menetukan jenis fasilitas yang diinginkan maka pengunjung diminta menentukan bentuk fasilitas yang diinginkan. Bentuk fasilitas tersebut terbagi menjadi dua yaitu fasilitas dengan bahan modern atau fasilits dengan bahan alam. Selanjutnya, persepsi ini akan dijadikan bahan
61

petimbangan dalam pengembangan wisata pesisir khususnya pengmebangan fasilitas wisata.


8 7 6 5 4 3 2 1 0 Keinginan Pengunjung Terhadap Bentuk Fasilitas Gambar 43. Grafik Keinginan Pengunjung Terhadap Bentuk Fasilitas Wisata Dibangun dengan bahan alam Dibangun dengan bahan modern ingin agak ingin

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui bahwa keinginan pengunjung terhadap bentuk fasiltas wisata lebih dominan pada bentuk fasilitas terbuat dari bahan alam, hal ini dikarenakan akan menambah nilai estetika pada obyek wisata dan tidak merusak lanskap alami yang telah ada pada obyek wisata. Kadar penilaian bagi persepsi pengunjung ini yaitu 6 (ingin). Namun ada pula pengunjung yang menginginkan

bentuk fasiltas wisata dibangun dengan bahan modern dengan kadar penilaian 5 (agak ingin). d) Penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata Penilaian Pengunjung terhadap obyek dan atraksi wisata di Pantai Pananualeng sangat penting dalam kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. berdasarkan penilaian tersebut, dapat diketahui obyek-obyek wisata dan atraksi-atraksi wisata yang banyak diminati pengunjung, sehingga pengelola dapat mengembangkan wisata di Pantai Pananualeng sesuai penilaian tersebut dan menjaga atau memelihara obyek-obyek yang menjadi andalan Pantai Pananualeng.

62

8 7 efektif efektif efektif 6 5 4 3 2 1 0 Penilaian Terhadap Obyek dan Atraksi Wisata Gambar 44. Grafik Penilaian Pengunjung Terhadap Obyek dan Atraksi Wisata biasa saja biasa saja efektif agak efektif Pasir putih Panorama alam Keindahan Pantai Voli Pantai Sunbathing Berenang Fotografi

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui bahwa Penialaian Pengunjung terhadap obyek wisata yang tinggi yaitu Pasir Putih, panorama alam dan keindahan pantai. Kadar penilaian obyek ini memiliki nilai 6 (efektif). Pantai Pananualeng memang pantai dengan hamparan pasir putih serta panorama alam yang masih alami, bentuk pantai yang landai juga menambah keindahan pantai sehingga apabila air sedang surut, pengunjung dapat melihat biota-biota laut disekitar pantai. Atraksi wisata dengan nilai tertinggi sesuai persepsi pengunjung yaitu berenang, karena bentuk pantai yang landai sehingga pengunjung dapat berenang hingga kejauhan 10 meter pada saat air surut. Atraksi wisata berenang memiliki nilai kadar 6 (efektif). Atraksi wisata selanjutnya yang dipilih oleh pengunjung yaitu fotografi dengan kadar penilaian 5 (agak efektif). Atraksi wisata lain dan merupakan yang terendah dipilih oleh pengunjung yaitu sunbathing dan voli pantai dengan kadar penilaian masing-masing 4 (biasa saja). e) Penilaian potensi berdasarkan keunikan Penilaian potensi terhadap keunikan obyek wisata merupakan salah satu nilai daya tarik bagi pengunjung, semakin unik suatu obyek maka semakin tinggi ketertarikan pengunjung pada obyek tersebut. Penilaian ini dapat dijadikan indikator dalam Penilaian terhadap keunikan

pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng.

potensi ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 30 responden dari berbagai kalangan.

63

8 7 unik 6 5 4 3 2 1 0 Keunikan Potensi Obyek Wisata Gambar 45. Grafik Keunikan Potensi Wisata agak unik agak unik biasa saja agak unik Pantai Pasir putih Panorama alam Flora dan Fauna Bentang alam

Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui bahwa Pantai Pananualeng memiliki potensi keunikan pada panorama alam, karena panorama alam yang masih alami sangat sulit ditemukan di daerah lain terlebih di daerah pemekaran atau perkotaan. Kadar penilaian untuk panorama alamadalah 6 (unik). Persepsi pengunjung selanjutnya pada terhadap keunikan potensi obyek wisata di Pantai Pananualeng yaitu bentuk pantai, pasir putih dan bentang alam dengan kadar penilaian 5 (agak unik). Keunikan potensi obyek terakhir menurut persepsi pengunjung adalah flora dan fauna dengan kadar penilaian 4 (biasa saja), karena minat pengunjung terhadap flora dan fauna kurang begitu tinggi. f) Penilaian potensi berdasarkan kelangkaan Persepsi pengunjung terhadap kelangkaan potensi wisata merupakan salah satu indikator nilai plus bagi suatu obyek wisata, karena apabila suatu obyek wisata memiliki potensi kelangkaan yang tinggi maka obyek wisata tersebut lebih unggul dibanding obyek lainnya. Potensi wisata yang berada pada status langka perlu

dilakukan suatu kegiatan pemeliharaan yang lebih ekstra, sehingga kelangkaan tersebut tidak berubah status menjadi punah. Potensi terhadap kelangskaan ini dapat dijadikan salah satu daya tarik wisata dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng.

64

8 7 6 5 4 3 2 1 0 Kelangkaan Terhadap Potensi Obyek Wisata Gambar 46. Grafik Kelangkaan Potensi Obyek Wisata

agak agak agak langka langka langka

biasa saja

agak langka
Pantai Pasir putih Panorama alam Flora dan fauna bentang alam

Berdasarkan data Gambar diatas, pengunjung mempunyai pandangan bahwa benetuk pantai, pasir putih, panorama alam dan bentang alam merupakan potensi obyek yang langka, hal ini dikarenakan potensi-potensi tersebut sudah jarang ditemukan pada obyek lainnya. Kelangkaan potensi ini memiliki kadar penilaian 5 ( agak langka). Potensi kelangkaan selanjutnya dan merupakan indikator dengan penilaian terendah flora dan fauna, karena sebagian pengunjung beranggapan bahwa flora dan fauna tersebut

banyak ditemukan di lingkungan mereka tinggal. Kadar penilaian untuk flora dan fauna adalah 4 (biasa saja). D. Karakteristik, Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Pengembangan Wisata Pesisir D.1 Karakteristik 1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil wawancara tidak langsung/kuesioner yang disebarkan pada masyarakat sekitar obyek wisata Pantai Pananualeng diketahui bahwa jumlah masyarakat yang dominan dijadikan responden adalah laki-laki. Jumlah responden yang dihimpun dalam pengambilan data ini yaitu sebanyak 30 responden. Responden laki-laki merupakan responden terbanyak dengan jumlah sebanyak 17 orang dengan nilai presentase 57 % dan responden perempuan sebanyak 13 orang dengan nilai presentase 43%. Hal ini dikarenakan laki-laki di kawasan sekitar obyek wisata lebih sering berinteraksi dengan masyarakat luar, sedangkan perempuan lebih banyak berdiam di rumah.
65

Jenis Kelamin

laki-laki 43% 57% Perempuan Responden 30

Gambar 47. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jenis Kelamin

1.2 Status Pernikahan Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan pada masyarakat sekitar, diketahui jumlah masyarakat dengan status menikah merupakan responden yang paling dominan. Keseluruhan jumlah responden sebanyak 30 responden. Jumlah status pernikahan

menikah sebanyak 20 orang dengan nilai presentase 67% dan jumlah status belum menikah sebanyak 10 orang dengan nilai presentase 33%. Masyarakat dengan status menikah lebih banyak tinggal di daerah mereka sendiri, sedangkan masyarakat berstatus belum menikah banyak yang merantau keluar daerah.

Status Pernikahan
33% 67% Menikah Belum Menikah Responden 30

Gambar 48. Grafik Karakteristik Berdasarakan Status Pernikahan

1.3 Umur Berdasarkan hasil kuesioner terhadap penilaian karakteristik usia, maka tingkat usia dibedakan menjadi 3 kelompok usia yaitu usia anak (6 tahun 10 tahun), usia remaja (11 tahun 18 tahun) dan usia dewasa (18 tahun keatas). Pengunjung dengan

kelompok usia dewasa merupakan pengunjung yang paling dominan dengan jumlah 28 orang dan nilai presentase 93%, sedangkan pengunjung dengan kelompok usia remaja hanya berjumlah 2 orang dan nilai presentase 7%.
66

Tingkat Usia
0% 7% Anak-anak Remaja Dewasa 93% Responden 30

Gambar 49. Grafik Karakteristik Berdasarakan Tingkat Usia

1.4 Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat sekitar obyek wisata Pantai Pananualeng yang dijadikan sebagai responden cukup variatf. Tingkat pendidikan responden terbagi Responden dengan tingat

menjadi tingkat SD, SMP, SMU dan perguruan tinggi.

pendidikan SMU merupakan yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 15 orang dan nilai presetase 50 %. Tingkat pendidikan SMP merupakan tingkat pendidikan dominan kedua dengan jumlah sebanyak 8 orang dan nilai presentase 27%. Responden yang tingkat pendidikan SD berjumlah 5 orang dengan nilai presentase 17 %. Tingkat pendidikan perguruan tinggi merupakan yang terkecil dengan jumlah 2 orang dan nilai presentase 6%.

Tingkat Pendidikan
6% 17% SD SMP SMU Perguruan Tinggi Responden 30

50%

27%

Gambar 50. Grafik Karakteristik Berdasarakan Tingkat Pendidikan

1.5 Asal Daerah Berdasarkan hasil kuesioner masyarakat, responden yang berasal dari Kecamatan Tabukan Tengah mendominasi jumlah kuesioner dengan jumlah sebanyak 29 orang dan nilai presentase 97% serta satu orang yang barasal dari luar Kecamatan Tabukan

67

Tengah dengan nilai presentase 3%. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar merupakan penduduk asli Desa Tariang Baru dan sangat sedikit pendatang yang tinggal di desa ini.

Asal Daerah
3% Kec. Tabukan Tengah luar Kec. Tabukan Tengah Responden 30 97%

Gambar 51. Grafik Karakteristik Berdasarakan Asal Daerah

1.6 Pekerjaan Berdasarkan hasil kuesioner masyarakat, jenis pekerjaan masyarakat terbagi menjadi bebeerapa jenis yaitu petani, nelayan, pegawai, pelajar, wiraswata, ibu rumah tangga dan pekerjaan lain-lain. Jenis pekerjaan pegawai merupakan yang paling dominan sebanyak 7 orang dengan nilai presentase 23%. Pekerjaan masyarakat sebagai petani merupakan jumlah terbesar kedua setelah pegawai dengan jumlah responden sebanyak 6 orang dan nilai presentase 20%. Jenis pekerjaan reponden sebagai wiraswata

berjumlah 5 orang dengan nilai presentase 17%. Pekerjaan masyarakat sebagai nelayan berjumlah 4 orang dengan nilai presentase 13%. Masyarakat yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaan lainnya memiliki jumlah yang sama yaitu masingmasing 3 orang dengan jumlah presentase 20%.

Pekerjaan
Petani 10% 10% 17% 7% 23% 13% 20% Nelayan Pegawai Pelajar Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Lain-lain Responden 30

Gambar 52. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jenis Pekerjaan

68

1.7 Pendapatan Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, tingkat pendapatan masyarakat dikelompokan menjadi 4 golongan. Masyarakat dengan jumlah pendapatan Rp 500.000 Rp

1.000.000 merupakan yang tertinggi dengan jumlah sebanyak 18 orang dan nilai presentase 60%. Masyarakat dengan tingkat pendapatan < Rp 500.000 berjumlah 10 orang dan nilai presentase 33%. Sedangkan masyarakat yang memiliki pendapatan Rp 1.000.000 Rp 5.000.000 berjumlah 2 orang dan nilai presentase 7%.

Pendapatan
0% 7% 33% < Rp 500.000 Rp 500.000-Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 60% > Rp 5.000.000 Responden 30

Gambar 53. Grafik Karakteristik Berdasarakan Jumlah Pendapatan

D.2 Persepsi Pantai Pananualeng memiliki peran dan pengaruh yang penting bagi kehidupan masyarakat sekitar, khususnya Desa Tariang Baru. Persepsi masyarakat Desa Tariang Baru mengenai dampak yang timbul akibat adanya kegiatan wisata di Pantai Pananualeng dapat dijadikan salah satu bahan acuan atau pertimbangan dalam pengembangan wisata pesisir di Panati Pananualeng. penilaian terhadap persepsi masyarakat terbagi atas dua aspek yaitu aspek penilaian obyek dan aspek dampak. a) Dampak sosial-budaya Kegiatan wisata pesisir di Pantai Pananualeng akan memberikan banyak dampak bagi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan Pantai, khususnya masyarakat Desa tariang Baru. Mengingat obyek wisata ini berbasiskan pantai, maka akan banyak nilai sosial budaya yang akan masuk pada kehidupan masyarakat sekitar, oleh karena itu penting sekali untuk mengetahui persepsi masyarakat agar dampak negatif sosial budaya dapat diminimalisir. Berikut adalah Gambar persepsi masyarakat mengenai dampak sosial budaya.

69

7 setuju 6 5 4 3 2 1 0 Dampak Sosial Budaya Gambar 54. Grafik Persepsi Dampak Sosial Budaya biasa saja masuknya Budaya Asing Lingkungan Masyarakat Dikenal orang Meningkatanya Status Sosial Masyarakat Pola Hidup Konsumtif setuju setuju

Berdasarkan data Gambar diatas, dapat dilihat bahwa persepsi masyarakat yang dominan terhadap dampak sosial budaya yaitu masuknya budaya asing, lingkungan masyarakat menjadi dikenal banyak orang dan meningkatnya status sosial masyarakat dengan kadar presentase 6 (setuju). Hal ini dikarenakan dengan adanya kegiatan wisata maka pengunjung pun akan berdatangan bersama budaya yang mereka miliki serta memperkenalkan lingkungan obyek wisata pada daerah luar. Dampak sosial budaya yang terakhir dengan kadar penilaian terendah yaitu 4 (biasa saja) adalah berubahnya pola hidup masyarakat menjadi konsumtif. b) Dampak Ekonomi Kegiatan wisata di suatu daearah tentunya akan membawa dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Penilaian terhadap persepsi dampak ekonomi ini, bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi yang paling dirasakan oleh mayarakat, khususnya masyarakat Desa Tariang baru. Berikut adalah Gambar persepsi masyarakat mengenai dampak ekonomi yang akan timbul pada masyarakat.

70

8 7 6 5 4 3 2 1 0

sangat sangat sangat setuju setuju setuju menambah penghasilan masyarakat membuka lapang kerja perekonomian meningkat tidak ada kebocoran ekonomi Dampak Ekonomi Gambar 55. Grafik Persepsi Dampak Ekonomi

biasa saja

Berdasarkan Gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat dominan terhadap dampak ekonomi adalah menambahkan penghasilan masyarakat, membuka lapang kerja dan meningkatnya perekonomian masyarakat lokal dengan masing-masing kadar penilaian 7 (sangat setuju). Dampak ekonomi yang terendah menurut masyarakat yaitu tidak ada kebocoran ekonomi dengan kadar penilaian 4 (biasa saja), karena bahan baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan biasanya berasal dari kebun sekitar atau perairan sekitar. c) Dampak lingkungan Kegiatan wisata pada suatu kawasan akan membawa dampak terhadap lingkungan sekitar obyek. Masyarakat selaku pihak yang tinggal disekitar obyek wisata adalah pihak pertama yang akan merasakan dampak lingkungan yang akan timbul, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai dampak lingkungan dari adanya pengembangan wisata di Pantai Pananualeng. persepsi masyarakat ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan yang akan terjadi. Berikut adalah persepsi masyarakat terhadap dampak lingkungan sekitar.

71

7 6 5 4 3 2 1 Dampak Lingkungan Gambar 56. Grafik Persepsi Dampak Lingkungan tidak setuju agak setuju biasa saja lestarinya sumberdaya wisata terjaganya lingkungan lingkungan menjadi bersih

Bedasarkan Gambar diatas, dapat dilihat bahwa aspek lestarinya sumberdaya wisata mendapat penilaian 5 (agak setuju), karena sumberdaya wisata tersebut merupakan modal utama suatu kegiatan wisata. Aspek terjaganya lingkungan masyarakat

mendapat penilaian 4 (biasa saja), sedangkan aspek lingkungan masyarakat menjadi bersih mendapat nilai cukup rendah yaitu 2 (tidak setuju). Rendahnya penilaian

terhadap aspek tersebut karena seiring banyaknya penngujung yang datang, maka permasalahan sampah pun akan muncul. D.3 Kesiapan Masyarakat Persepsi masyarakat terhadap kesiapan masyarakat atas pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng sangat penting, karena dalam suatu kegiatan wisata peran serta masyarakat sangat diperlukan. Persepsi masyarakat terhadap kesiapan masyarakat tersebut dibagi kedalam kesiapan aktif dan pasif. a) Kesiapan aktif Kesiapan masyarakat dalam bentuk peran serta aktif dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng merupakan persepsi yang perlu diperhatikan. Hasil

persepsi masyarakat mengenai kesiapan dapat dijadikan bahan acuan dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Adapun kesiapan masyarakat secara aktif dapat dilihat pada tabel berikut.

72

7 siap 6 5 4 3 2 1 Kesiapan Masyarakat (aktif) Gambar 57. Grafik Kesiapan Masyarakat (aktif) siap siap siap siap siap menyediakan fasilitas homestay menyediakan sarana dan prasarana menyediakan akomodasi pemandu wisata membersihkan kawasan membuka kantin

Berdasarkan Gambar kesiapan masyarakat diatas, dapat dilihat bahwa masyakat memiliki kesiapan aktif dalam kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Kesiapan masyarakat secara aktif serempak memiliki kadar penilaian 6 (siap), adapun poin kesiapan secara aktif tersebut adalah menyediakan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh pengunjung, meyediakan akomodasi bagi pengunjung, menyediakan fasilitas homestay bagi pengunjung, membersihkan kawasan wisata, membuka kantin bagi pengunjung dan pemandu wisata. Berdasarkan penilaian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat siap untuk berperan dan membantu dalam kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. b) Kesiapan pasif Kesiapan masyarakat dalam bentuk pasif merupakan persepsi yang perlu diperhatikan. Hasil persepsi masyarakat mengenai kesiapan pasif dapat dijadikan bahan acuan dalam pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Adapun kesiapan masyarakat secara aktif dapat dilihat pada tabel berikut.
7 6 5 4 3 2 1 Kesiapan Masyarakat (pasif) Gambar 58. Grafik Kesiapan Masyarakat (pasif) sangat siap sangat siap keramahan menerima saran dan kritik menerima pengajaran bahasa asing tata krama terhadap tamu

siap

siap

73

Berdasarkan Gambar kesiapan masyarakat secara pasif diatas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan masyarakat secara pasif yang tertinggi atau siap dilakukan oleh masyarakat adalah keramahan terhadap pengunjung dan tata krama terhadap pengunjung dengan kadar penilaian 7 (sangat siap). Kesiapan masyarakat secara pasif yang kedua adalah menerima saran dan kritk serta menerima pengajaran bahasa asing dengan kadar penilaian 6 (siap). Kesiapan masyarakat secara pasif pun menunjukan kesiapan pada nilai yang tinggi, artinya masyarakat siap menyambut dengan ramah dan segala kesopanan setiap pengunjung agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan optimal. E. Pengembangan Wisata Pesisir Pengembangan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan mengembangkan (KBBI, 2005). Pengembangan merupakan tahap lanjutan dalam merancang sesuatu. Pengembangan dilakukan dengan melihat potensi-potesi yang dimiliki suatu kawasan dan memanfaatkan potensi tersebut dengan optimal. Pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata yang dimiliki dan membuat suatu program aktivitas wisata yang cocok dan sesuai dengan kondisi Pantai Pananualeng. Pantai Pananualeng memiliki beragam potensi sumberdaya wisata yang dapat dikembangkan menjadi suatu program kegiatan wisata. Potensi-potensi yang dimiliki dan dapat menunjang suatu pengembangan wisata pesisir antara lain pemandangan alam yang indah, hamparan pasir putih disepanjang pantai, keragaman ekologi sekitar pantai, bentuk pantai yang landai dan kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar. Berdasarkan potensi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan wisata pesisir sangat cocok untuk obyek wisata ini. Pengembangan wisata pesisir di Pantai

Pananualeng berupa program wisata dibagi menjadi dua jenis program wisata yaitu wisata edukasi dan wisata keluarga. Pengelompokan jenis program wisata ini didasarkan pada potensi sumberdaya pada obyek wisata, karakteristik dan motivasi pengunjung serta pertimbangan terhadap keamanan dan keselamatan pengunjung. E.1 Program Wisata Edukasi Program wisata merupakan gambaran dari suatu aktivitas wisata yang akan dilaksanakan pada suatu obyek wisata. Program wisata edukasi ini bertujuan untuk

memberikan pengalaman dan pengetahuan mengenai berbagai kehidupan sosial budaya masyarakat yang mengandung nilai pendidikan. Sasaran dari program wisata edukasi ini
74

adalah semua kalangan atau semua usia, karena jenis wisata ini adalah wisata edukasi dan memberikan nilai pendidikan, maka kalangan umum berhak atau layak mengikuti program wisata ini. Pengembangan program wisata edukasi ini didukung oleh potensi sumberdaya wisata berupa pembudidayaan rumput laut, asal sejarah Pantai Pananualeng berupa situs bambu keramat, kesenian tari dan vokal masyarakat, pembuatan senjata tradisional khas sangihe dan cara menangkap ikan menggunakan jubi. Pelaksanaan kegiatan program ini

tidak hanya terfokus pada kegiatan edukasi saja, namun pengunjung juga dapat melakukan aktivitas hiburan di sekitar pantai. Berbagai aktivitas wisata edukasi akan dijelaskan pada penjelasan berikut. Nama program : leisure (learn with the social culture) Deskripsi : Pada program ini peserta diajak untuk mengenal, mengetahui dan pengunjung dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan sosial budaya masyarakat. Program wisata edukasi ini bertujuan akan pengunjung

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang tentunya memiliki nilai keunikan tersendiri. Sasaran : Anak-anak dewasa Lama kegiatan : 9 jam 10 jam Aktivitas wisata: Belajar membudidayakan rumput laut (180 menit), mengunjungi situs bambu keramat (45 menit), belajar kesenian Tari Gunde atau Tari Upase (60 menit), mengunjungi tempat pembuatan senjata tradisional khas sangihe (60 menit), melihat kegiatan menangkap ikan menggunakan jubi atau bila berminat pengunjung dapat mencoba menangkap ikan menggunakan jubi (180-210 menit) dan menikmati sunset di Pantai Pananualeng (30 menit). Prasyarat: : Penyediaan alat keselamatan (masker, pelampung dan peralatan P3K), penyediaan perahu atau sampan, penyediaan local guide, penyediaan alat snorkeling dan jubi serta penyediaan jasa transportasi. E.2 Program Wisata Keluarga Program wisata keluarga merupakan program wisata yang sangat cocok dilakukan bagi pengunjung yang ingin melakukan kegiatan rekreasi atau wisata. Sasaran program wisata keluarga ini adalah semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Program ini

dirancang sesuai dengan potensi yang dimiliki Pantai Pananualeng yaitu hamparan pasir putih sepanjang 500 meter, hamparan pohon kelapa, gejala alam berupa sunset serta cerita unik mengenai permohonan saat sunset, burung pergam laut (Ducula bicolor), bintang laut
75

(Asteroidea sp) yang dapat ditemukan disepanjang tepi pantai dan menyaksikan cara menangkap ikan menggunakan alat jubi. Program wisata keluarga ini dibuat berdasarkan potensi sumberdaya wisata yang dimiliki pantai ini dan karakteristik serta motivasi kedatangan pengunjung. Berbagai aktivitas dari program wisata keluarga dapat dilihat akan pada penjelasan berikut. Nama program : S.O.S (Stars on Sunset) Deskripsi : Pada program ini peserta diajak untuk mengunjungi site-site dengan panorama alam terbaik serta menikmati berbagai macam potensi sumberdaya wisata berupa flora dan fauna yang terdapat di Pantai Pananualeng. Program wisata keluarga ini bertujuan untuk memberikan pleasure pada pengunjung yang datang ke Pantai Pananualeng melalui kegiatan-kegiatan yang telah dirancang. Sasaran : Anak-anak dewasa Lama kegiatan : 5 jam 6 jam Aktivitas wisata: Susur pantai (90 menit), lomba mengumpulkan bintang laut yang terbuat dari mainan (60 menit), wisata fotografi (45 menit) dan bersampan (90 menit). Prasyarat : Penyediaan alat keselamatan (pelampung dan peralatan P3K), penyediaan local guide, mainan berbentuk bintang laut, penyediaan binokuler, penyediaan perahu atau sampan dan shelter. F. Perancangan Desain Promosi Rancangan desain promosi berupa booklet merupakan suatu output dari kegiatan Tugas Akhir. Media promosi booklet ini termasuk salah satu bentuk pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng dengan tujuan untuk mempromosikan atau memperkenalkan Pantai Pananualeng melalui booklet. Rancangan ini bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai obyek dan atraksi wisata di Pantai Pananualeng, fasilitas wisata di Pantai Pananualeng, serta aksesibilitas menuju Pantai Pananualeng. Perancangan desain promosi berupa booklet mengacu pada beberapa elemen pendukung dan pendekatan-pendekatan yang dipertimbangkan. Elemen-elemen yang dipertimbangkan yaitu bahasa yang digunakan,

bentuk, warna dan gambar. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam merancang media promosi yaitu sasaran media promosi, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.

76

Pendekatan yang digunakan yaitu sasaran serta keamanan dan kenyamanan dari media promosi tersebut, oleh karena itu penggunaan bahasa yang mudah dimengerti akan sangat berpengaruh. Jenis metode yang digunakan dalam penyusunan media promosi yaitu metode visual yang akan diolah menggunakan program corel draw X5 dan adobe photoshop CS. Tema yang dipilih dalam penyusunan media promosi booklet yaitu tema alami atau natural. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan tema tersebut adalah gambar, warna dan bentuk media yang digunakan.

77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Pantai Pananualeng memiliki berbagai sumberdaya wisata potensial yang menarik untuk dikembangkan dalam pengembangan wisata pesisir. Keanekaragaman hayati

sumberdaya ekologi Pantai Pananualeng menjadi salah satu daya tarik wisata bagi pengunjung. Flora yang terdapat di sekitar Pantai Pananualeng dan berada di dalam kawasan Pantai Pananualeng memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri. Keindahan jenis flora yang dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), Bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Bunga Kamboja (Plumeria rubra L.), Bunga Terompet (Mandevilla sanderi), Bougenville (Bougenvilia spectabilis) dan hamparan pohon kelapa disepanjang pantai. Keanekaragaman hayati Pantai Pananualeng juga didukung oleh adanya fasilitas wisata pada obyek wisata ini. Fasilitas wisata merupakan media yang memiliki peran penting dalam kegiatan wisata. Jenis-jenis fasilitas wisata yang terdapat di obyek wisata Pantai

Pananualeng antara lain panggung kesenian, shelter, pos jaga, papan peringatan, tempat duduk, toilet, dan ruang ganti. Selain itu terdapat pula sarana dan praasarana di Pantai Pananualeng, namun sarana dan prasarana ini belum dapat dikatakan lengkap. Sarana dan prasarana tersebut antara lain jalan setapak, sumber air bersih, dan gerbang masuk Pantai Pananualeng. Jumlah fasilitas wisata di Pantai Pananualeng masih sangat kurang, hal ini akan berdampak pada psikologis pengunjung dimana pengunjung tidak merasa puas dengan jumlah fasilitas yang disediakan serta terjadinya over capacity pada fasilitas yang telah disediakan. Selain permasalahan kekurangan jumlah fasilitas wisata, kondisi fasilitas wisata di pantai ini pun sangat memprihatinkan. Beberapa fasilitas bahkan sudah tidak layak

dijadikan fasilitas wisata, apalagi digunakan oleh pengunjung. Permasalahan-permasalahan ini disebabkan oleh terbatasnya dana pengelolaan obyek wisata, meskipun setiap bulannya pengelola mendapatkan pemasukan dari retribusi tiket namun pemasukan retribusi tersebut masih sangat kurang untuk pengelolaan obyek yang optimal. Selain itu permasalahan

rendahnya sumberdaya manusia dalam kegiatan pengelolaan obyek wisata menjadi alasan pengelola dalam mengembangkan obyek wisata Pantai Pananualeng.

78

Peran aktif masyarakat pun sangat diperlukan pada kegiatan pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng. Selain dalam kegiatan pengelolaan, masyarakat pun dapat digunakan sebagai potensi atau daya tarik wisata. Potensi masyarakat yang dapat digunakan sebagai daya tarik atau atraksi wisata antara lain kesenian masyarakat sekitar, cara hidup masyarakat sekitar, kepercayaan-kepercayaan yang dianut, serta adat istiadat masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Tariang Baru pun cukup menarik untuk dijadikan daya tarik. Masyarakat Desa Tariang Baru rata-rata bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, wirausaha dan beberapa masyarakat memiliki pekerjaan sampingan sebagai pembudidaya rumput laut. Sektor pertanian merupakan komoditi utama masyarakat Desa Tariang Baru. Agama yang dianut masyakat sekitar cukup beragam yaitu kristen, islam dan himpunan penghayat kepercayaan. Masyarakat penganut agama kristen merupakan yang paling dominan di Desa Tariang Baru. Aspek bahasa merupakan salah satu aspek sosial budaya yang menarik karena bahasa daerah masyarakat sangihe sangat beragam. Ketradisionalan masyarakat Desa Tariang Baru dapat terlihat dari sistem peralatan hidup yang digunakan, rata-rata masyarakat sekitar masih menggunakan alat-alat tradisional seperti penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, bangunan rumah yang terbuat dari bambu dan kayu, pisau tradisional terbuat dari besi putih dan obat-obatan alami untuk melakukan penyembuhan. Potensi sumberdaya wisata berupa obyek dibedakan menjadi dua yaitu obyek biofisik dan obyek sosial-budaya. Obyek biofisik yang terdapat di Desa Tariang Baru yaitu Pantai Pananualeng dengan berbagai flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Pantai Pananualeng merupakan obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Desa tariang Baru. Pantai ini memiliki panjang sepanjang 500 meter dengan hamparan pasir putih disepanjang pantai. Bentuk pantai yang landai sangat cocok untuk kegiatan rekreasi air seperti berenang dan bersampan. Barisan pohon kelapa di sepanjang pantai membuat suasana menjadi lebih teduh dan alami. Burung-burung madu seperti perling kecil (Aplonis minor) dan burung-burung air seperti pergam laut (Ducula bicolor), kuntul karang white morph (Egretta sacra) dan kuntul karang dark morph (Egretta sacra) dapat terlihat di sekitar pantai. Fauna pantai lain seperti

komang, bintang laut dan ikan-ikan dapat terlihat dengan jelas apabila pantai dalam kondisi surut. Daya tarik Pantai Pananualeng tidak hanya berupa kondisi fisik pantai yang

mempesona, namun pantai ini pun memiliki obyek sosial budaya yang menarik untuk dikunjungi. Obyek sosial budaya yang terdapat di pantai pananualeng yaitu pohon bambu kuning yang memiliki nilai mitos atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, kesenian tari ampat wayer, kesenian vokal massamper, kesenian tari gunde dan kesenian tari upase.
79

Pengembangan wisata pesisir di Pantai Pananualeng bertujuan untuk mengoptimalkan berbagai sumberdaya dan potensi wisata. Salah satu kegiatan pengembangan wisata pesisir ini yaitu menciptakan suatu program wisata pesisir. Program wisata tersebut yang telah dirancang berdasarkan potensi sumberdaya wisata di Pantai Pananualeng serta karakteristik dan motivasi pengunjung. Tema program wisata pesisir tersebut memiliki dua tema berbeda yaitu wisata edukasi dan wisata keluarga. Sasaran program wisata edukasi dan program wisata keluarga adalah semua umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa. B. Saran Pengembangan wisata pesisir akan terealisasi dengan baik apabila kegiatan pengelolaan obyek wisata lebih ditingkatkan. Pengelolaan obyek wisata sebaiknya lebih dioptimalkan, baik dari segi pengelolaan obyek, pengelolaan jalur wisata, pengelolaan pengunjung dan pengelolaan fasilitas wisata. Kegiatan pengelolaan tersebut tentunya perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkompeten dan ahli dibidang pariwisata. Keterampilan

sumberdaya manusia dalam kegiatan pengelolaan Pantai Pananualeng masih sangat rendah, pemerintah kampung selaku pengelola langsung obyek wisata sebaiknya melakukan pengelolaan yang lebih optimal dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku pengelola pusat perlu melakukan pengontrolan, pembinaan untuk menciptakan sumbedaya manusia yang terampil dan terciptanya pengelolaan wisata yang baik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pun sebaiknya menjalin kerja sama dengan pihak luar baik swasta maupun instansi terkait lainnya. Kerjasama yang dilakukan dapat berupa kerjasama promosi atau pengembangan obyek wisata Pantai Pananualeng. Pengembangan obyek dapat berupa penambahan atraksi wisata pada obyek dengan memanfaatkan berbagai potensi baik itu fisik maupun potensi sosial budaya masyarakat. Kesenian masyarakat sekitar merupakan sumberdaya yang potensial untuk dijadikan atraksi wisata tambahan. Selain itu kerjasama dengan pihak luar akan memberikan jalan keluar bagi pengelola mengenai

masalah pendanaan kegiatan pengelolaan. Dana merupakan alat paling vital dalam kegiatan pengembangan, namun pengelola perlu mencari cara agar masalah tersbut dapat teratasi. Kegiatan pengembangan wisata sangat berkaitan dengan jumlah dan kondisis fasilitas, sarana dan prasarana yang disediakan bagi pengunjung. Pengelola obyek wisata Pantai Pananualeng perlu melakukan pembaharuan atau perawatan lebih intensif dalam pengelolaan fasilitas wisata. Mengingat fasilitas wisata yang ada saat ini masih sangat jauh dari kepuasan pengunjung. Pengadaan fasilitas wisata tidak perlu mewah dan modern. Pengadaan fasilitas

80

wisata sebaiknya disesuaikan dengan jenis kegiatan dan lokasi wisata. Berdasarkan persepsi dan keinginan pengunjung terhadap fasilitas wisata, pengunjung lebih mengiginkan fasilitas wisata yang terbuat dari bahan alam. Fasilitas-fasilitas yang perlu diperbaharui antara lain toilet, ruang ganti, tempat duduk dan shelter. Sedangkan fasilitas-fasilitas yang perlu

ditambahkan antara lain papan interpretasi, papan informasi, papan petunjuk arah, pusat informasi dan homestay. Selain itu pengelola perlu melakukan penataan warung-warung wisata di dalam kawasan wisata agar obyek wisata menjadi lebih tertata rapi.

81

DAFTAR PUSTAKA

Avenzora R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BPR NAD. Nias. Bengen G Dietriech. 2002. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaanya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Coates. J. B, Bishop. D. K. 1997. Panduan Lapang Burung-Burung Di Kawasan Wallacea. SMK Desa Putra. Bogor Dahuri R, Rais J, Ginting S.P. Sitepu. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta. Damanik J dan Weber F.H. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Andi. Yogyakarta. Idris I, Ginting S.P, Budiman. 2007. Membangunkan Raksasa Ekonomi. Buku Ilmiah Populer. Bogor. Kabupaten Kepulauan Sangihe. 2011. Sangihe Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sangihe Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Edisi ketiga. Jakarta. Kantor Berita Antara. 2009. Sulawesi Utara. http: // www.antarasulut.com /berita/ 12799/ profil-kabupaten-kepulauan-sangihe. Diakses pada tanggal 20 Januari 2011. Kriyantono R. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Media Group. Jakarta. Mill R.C. 2000. Tourism International Business. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Muljadi A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Rajawali Pres. Jakarta. Pitana I.G dan Diarta S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Soekadijo R.G. 1996. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai systemic linkage. Gramedia. Jakarta. Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Wardiyatmoko K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta. Yoeti A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

82

LAMPIRAN

83

Lampiran 1. Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir


No 1 Kegiatan Pengumpulan Data Sekunder Tugas Akhir Pengumpulan Data Primer Tugas Akhir Pengolahan dan Analisis Data Revisi Data Penyusunan Laporan Tugas Akhir Februari 3 4 1 Maret 2 3 4 1 April 2 3 4 1 Mei 2 3

3 4 5

84

Lampiran 2. Sebaran Fasilitas, Prasarana dan Sarana di Pantai Pananualeng Operator GPS Operator Tallysheet :________________ Lokasi :_____________________

:________________ Waktu:______________________

No Trasek GPS

Koordinat GPS No Foto

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

SDC 12054 SDC 12056 SDC 12118 SDC 11758 SDC 11760 SDC 11730 SDC 11759 SDC 11731 SDC 11740 SDC 12213 SDC 12217 SDC 12216 P5200930 P5200951 SDC 12069 SDC 12164 SDC 12169 P5200943 SDC 12063

X (N) 0 03 37 20.5 030 37 20.5 030 27 24.1 030 37 24.1 030 37 24.2 030 37 24.1 030 37 23.4 030 030 030 030 030 030 030 030 030 030 030 030 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 26.3 25.2 24.0 28.7 28.4 27.4 27.3 25.7 23.4 28.8 28.0 23.1

Y (E) 0 125 34 48.3 1250 34 48.6 1250 35 07.0 1250 35 06.8 1250 35 07.5 1250 35 07.7 1250 35 08.3 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 07.7 09.0 09.8 04.2 04.3 06.6 06.8 08.1 10.2 04.0 04.7 10.1

Obyek Sarana Prasarana

Kondisi

Jumlah

Ket.

Pos Jaga Portal Masuk Panggung Kesenian Papan Interpretasi Shelter Shelter MCK Tempat Duduk Tempat Duduk Tempat Duduk Tempat Duduk Tempat Duduk Tempat Duduk Tempat Duduk Shelter Shelter Shelter Shelter MCK

Baik Cukup Baik Tidak Baik Baik Baik Baik Tidak Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Rusak

1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3

Tidak Berfungsi

2 unit Tidak Berfungsi

85

No Trasek GPS

Koordinat GPS No Foto

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

SDC 12073 SDC 12214 SDC 12071 SDC 12062 SDC 12059 SDC 12061 SDC 12171 P5200969 P5200970

030 030 030 030 030 030 030 030 030 030

X (N) 37 27.2 37 26.9 37 23.1 37 27.3 37 27.0 37 27.3 37 27.5 37 27.3 37 26.8 37 26.6

030 37 23.1 030 37 22.7 030 37 26.9 030 37 30.9 030 37 29.3 030 37 030 37

Y (E) 0 125 35 05.8 MCK 0 125 35 07.2 Tempat Duduk 1250 35 10.0 Ruang Ganti 0 125 35 05.9 Ruang Ganti 1250 35 06.9 Tempat Duduk 1250 35 06.0 Pancuran 1250 35 06.5 Pancuran 0 125 35 07.2 Lapangan Voly 0 125 35 07.9 Tempat Duduk 1250 35 08.2 Tempat Duduk Titik koordinat pantai 1250 35 11.1 Batas pasir pantai dengan tanah sebelah selatan 1250 35 12.1 Ujung pantai sebelah selatan 1250 35 08.5 Lekukan pantai 1250 35 00.5 Ujung pantai sebelah utara 0 125 35 02.5 Batas pasir pantai dengan tanah sebelah utara 0 125 35 1250 35

Obyek Sarana Prasarana

Kondisi

Jumlah

Ket.

Parah Cukup Parah Cukup Cukup Baik Baik Cukup Cukup Cukup

3 1 2 2 1 1 1 1 1 1

Tidak Berfungsi

Tidak Berfungsi Tidak Permanen

86

Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi Data Penilaian Potensi A. Pantai


Kriteria Penilaian Point Soal 1 Bentuk Pantai Pananualeng berbeda dengan bentuk pantai pada umumnya Warna-warna pantai tersebut sangat berbeda dengan warna pantai pada umumnya Manfaat dan fungsi sosial pantai Pananualeng sangat berbeda dengan pantai pada umumnya Tempat dan ruang pantai Pananualeng sangat berbeda dengan pantai pada umumnya Ukuran dimensi Pantai Pananualeng tersebut sangat berbeda dengan ukuran pantai pada umumnya Dinamika alam yang terjadi pada Pantai Pananualeng tersebut sanagt berbeda dengan dinamika alam yang terjadi pada pantai sejenis pada umumnya Total nilai rata-rata Pantai Pananualeng tersebut masuk dalam daftar kelangkaan internasional Pantai Pananualeng tersebut masuk dalam daftar kelangkaan nasional Pantai Pananualeng tersebut tidak terdapat pada Provinsi lain Pantai Pananualeng tersebut tidak terdapat pada kabupaten lain Pantai Pananualeng tersebut tidak terdapat pada kecamatan lain Total nilai rata-rata Keindahan komposisi dan nuasa bentuk dari Pantai Pananualeng Keindahan komposisi dan nuasa warna dari Pantai Pananualeng Keindahan komposisi dan nuasadimensi ukuran dari Pantai Pananualeng Keindahan komposisi dan nuasa ruang Pantai Pananualeng dengan alam sekitarnya Keindahan komposisi dan nuasa visual secara totalitas dari Pantai Pananualeng Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa Pantai Pananualeng Keindahan komposisi dan nuasa afirmatif dari Pantai Pananualeng Total nilai rata-rata 2 3 2 1 1 16 15 14 15 18 18 17 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 2 1 3 3 3 3 7 12 13 12 12 12 12 RataRata 4 4.33 4 4 4 4 4.05 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 10 11 12 12 10 3.33 3.66 4 4 3.33 3.66 5.33 5 4.66 5 6 6 5.66 5.37 Keterangan Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Agak tidak langka Biasa saja Biasa saja Biasa saja Agak tidak langka Biasa saja Agak indah Agak indah Agak indah Agak indah Indah Indah Indah Agak indah

Keunikan

Kelangkaan

Keindahan

1 1

1 3 3 2

87

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung beberapa saat saja pada hari tertentu Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu tertentu Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada minggu tertentu dalam periode bulan tertentu Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada bulan tertentu dalam tahun tertentu Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada bulan tertentu dalam periode kondisi tahun tertentu Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung dalam kurun waktu yang sangat singkat pada periode waktu minimal 3 tahun sekali Pantai Pananualeng tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu, dan atau pengunjung dengan status sosial tertentu Total nilai rata-rata Kehadiran pengunjung untuk menikmati Pantai Pananualeng pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati Pantai Pananualeng pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kualitas kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati Pantai Pananualeng pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung dalam untuk menikmati Pantai Pananualeng dalam bentuk physical contact tidak menyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian gejala alam lain yang terkait Daya dukung fisik lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata Daya dukung ekologi lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata Daya dukung psikologis lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn over factor untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang dilakukan Total nilai rata-rata 2 2 3 3 3 3 3 3 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 7 7 6 6 6 6 6 6 RataRata 2.33 2 2 2 2 2 2 2.04 3 3 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 12 12 12 13 12 13 13 4 4 4 4.33 4 4.33 4.33 4.14 Keterangan Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja

Seasonality

Sensitifitas

88

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Lokasi Pantai Pananualeng dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten Lokasi Pantai Pananualeng dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 1 jam dari ibukota kecamatan Lokasi Pantai Pananualeng dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat Pengunjung dapat menjangkau Pantai Pananualeng tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 km Untuk menjangkau Pantai Pananualeng tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam 1 hari Lokasi Pantai Pananualeng dapat dijangkau dalam segala cuaca Pada musim penghujan, lokasi Pantai Pananualeng hanya bisa dijangkau dengan kendaraan tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 3 2 1 3 3 3 1 2 7 18 12 19 21 9 18 17 RataRata 6 4 6.33 7 3 6 5.66 5.42 Keterangan Terjangkau Biasa saja Terjangkau Sangat terjangkau Agak tidak terjangkau Terjangkau Terjangkau Agak terjangkau Biasa saja Biasa saja Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak bermanfaat sangat bermanfaat Biasa saja

Aksesibilitas

Fungsi Sosial

Pantai Pananualeng diyakini dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan masyarakat tersebut Pantai Pananualeng masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat setempat Pantai Pananualeng masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya pada dinamika budaya masyarakat Pantai Pananualeng masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja Pantai Pananualeng masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat Pantai Pananualeng masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat Pantai Pananualeng tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Total nilai rata-rata

1 1 3 2 3 1 1

2 1

13 12 9 10 9

4.33 4 3 3.33 3 5 6.66 4.18

3 1 2

15 20

89

Lampiran 3. (Lanjutan) B. Panorama alam


Kriteria Penilaian Point Soal 1 Bentuk Panorama alam berbeda dengan bentuk panorama alam pada umumnya Warna-warna panorama alam tersebut sangat berbeda dengan warna panorama alam pada umumnya Tempat dan ruang panorama alam sangat berbeda dengan panorama alam pada umumnya Dinamika alam yang terjadi pada Panorama alam tersebut sangat berbeda dengan dinamika alam yang terjadi pada panorama alam sejenis pada umumnya Total nilai rata-rata Panorama alam tersebut masuk dalam daftar kelangkaan internasional Panorama alam tersebut masuk dalam daftar kelangkaan nasional Panorama alam tersebut tidak terdapat pada Provinsi lain Kelangkaan Panorama alam tersebut tidak terdapat pada kabupaten lain Panorama alam tersebut tidak terdapat pada kecamatan lain Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 2 1 1 3 3 2 7 13 14 12 12 RataRata 4.33 4.66 4 4 4.24 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 10 10 10 10 10 3.33 3.33 3.33 3.33 3.33 3.33 Biasa saja Biasa saja Biasa saja Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Indah Agak indah Agak indah Agak indah Indah Indah Agak indah Indah Keterangan Biasa saja

Keunikan

Keindahan

Keindahan komposisi dan nuasa bentuk dari Panorama alam Keindahan komposisi dan nuasa warna dari Panorama alam Keindahan komposisi dan nuasa dimensi ukuran dari Panorama alam Keindahan komposisi dan nuasa ruang Panorama alam dengan alam sekitarnya Keindahan komposisi dan nuasa visual secara totalitas dari Panorama alam Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa Panorama alam Keindahan komposisi dan nuasa afirmatif dari Panorama alam Total nilai rata-rata

2 3 3

3 1

3 3 1

18 16 15 15 18 18 16

6 5.33 5 5 6 6 5.33 5.52

90

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung beberapa saat saja pada hari tertentu Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu tertentu Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada minggu tertentu dalam periode bulan tertentu Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada bulan tertentu dalam tahun tertentu Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pada bulan tertentu dalam periode kondisi tahun tertentu Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung dalam kurun waktu yang sangat singkat pada periode waktu minimal 3 tahun sekali Panorama alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu, dan atau pengunjung dengan status sosial tertentu Total nilai rata-rata Kehadiran pengunjung untuk menikmati Panorama alam pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati Panorama alam pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kualitas kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati Panorama alam pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian gejala alam lain disekitarnya Kehadiran pengunjung dalam untuk menikmati Panorama alam dalam bentuk physical contact tidak menyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian gejala alam lain yang terkait Daya dukung fisik lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata Daya dukung ekologi lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata Daya dukung psikologis lokasi tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn over factor untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang dilakukan Total nilai rata-rata 2 2 3 3 3 3 3 3 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 7 7 6 6 6 6 6 6 RataRata 2.33 2 2 2 2 2 2 2.04 1 1 2 2 3 3 1 1 2 1 1 1 2 11 11 12 12 12 13 13 3.66 3.66 4 4 4 4.33 4.33 3.99 Keterangan Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Tidak musiman Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja

Seasonality

Sensitifitas

91

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Lokasi Panorama alam dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten Lokasi Panorama alam dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 1 jam dari ibukota kecamatan Lokasi Panorama alam dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat Pengunjung dapat menjangkau Panorama alam tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 km Untuk menjangkau Panorama alam tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam 1 hari Lokasi Panorama alam dapat dijangkau dalam segala cuaca Pada musim penghujan, lokasi Panorama alam hanya bisa dijangkau dengan kendaraan tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 3 1 2 1 3 3 1 2 2 7 18 12 17 20 9 18 17 RataRata 6 4 5.66 6.66 3 6 5.66 5.28 Keterangan Terjangkau Biasa saja Terjangkau Sangat Terjangkau Agak tidak Terjangkau Terjangkau Terjangkau Agak Terjangkau Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat

Aksesibilitas

Fungsi Sosial

Panorama alam diyakini dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan masyarakat tersebut Panorama alam masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat setempat Panorama alam masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya pada dinamika budaya masyarakat Panorama alam masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja Panorama alam masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat Panorama alam masih hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat Panorama alam tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Total nilai rata-rata

3 3 1 2 2 2 1 1 3 3

9 9 8 7 7 9 9

3 3 2.66 2.33 2.33 3 3 2.76

92

Lampiran 3. (Lanjutan) C. Burung


Kriteria Penilaian Informasi Bentuk dan/atau ukuran dimensi burung tersebut sangat berbeda dengan burung sejenis pada umumnya. Warnawarna burung tersebut sangat berbeda dengan warna-warna burung sejenis pada umumnya. Suara yang timbul pada burung tersebut sangat berbeda dengan suara pada burung sejenis pada umumnya. Morfologi dan /atau fisiologi burung tersebut sangat berbeda dengan morfologi dan/atau burung sejenis pada umumnya Tempat dan ruang hidup burung tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang hidup burung sejenis pada umumnya Waktu beraktivitas burung tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh burung sejenis pada umumnya. Jaring-jaring ekologi burung tersebut sangat berbeda dengan jaring-jaring ekologi burung sejenis pada umumnya TOTAL RATA-RATA KEUNIKAN Burung tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional. Burung tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional. Burung tersebut tidak terdapat pada Propinsi lain. Kelangkaan Burung tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat pada Kabupaten lain. Burung tersebut tidak terdapat pada kecamatan lain. Masa breeding burung tersebut maksimal hanya 3 tahun sekali. Proses penagkaran burung tersebut, baik secara alami maupun buatan, sangat sulit untuk dilakukan dan sangat sulit mencapai keberhasilan hidup. TOTAL RATA-RATA KELANGKAAN 2 1 3 3 3 2 1 2 1 2 1 1 2 Kadar Informasi 3 4 5 6 3 1 2 1 3 3 3 2 1 2 7 12 14 13 14 12 12 12 RataRata 4 4.66 4.33 4.66 4 4 4 4.23 9 9 9 10 7 11 14 3 3 3 3.33 2.33 3.66 4.66 3.28 Skala Likert Biasa saja Agak unik Biasa saja Agak unik Biasa saja Biasa saja Biasa saja Biasa saja Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Tidak langka Biasa saja Biasa saja Agak tidak langka

Keunikan

93

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Keindahan komposisi dan nuasa dari morfologi burung tersebut Keindahan komposisi dan nuasa warna dari burung tersebut Keindahan komposisi dan nuasa suara burung tersebut Keindahan komposisi dan nuasa dinamika fisiologi burung tersebut Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa visual burung Keindahan komposisi dan nuasa afirmatif dari komunitas kelompok burung Total nilai rata-rata Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu dalam tahun tertentu Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian Dinamika prilaku Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati dalam beberapa jam saja dalam periode perkawinannya Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam 1 tahun Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati dalam kurun jam yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali Burung tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 2 3 1 2 2 1 3 3 7 14 15 14 13 18 18 RataRata 4.66 5 4.66 4.33 6 6 5.10 3.33 3.33 3.33 3 3 3 3 3.14 Keterangan Agak indah Agak indah Agak indah Biasa saja Indah Indah Agak indah Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman

Keindahan

2 2 2 3 3 3 3

1 1 1

10 10 10 9 9 9 9

Seasonality

94

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Kemunculan burung tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau bayak pengunjung yang melihat dari jarak pandang optimal Kemunculan burung tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau bayak pengunjung yang melakukan physical contact dengan burung tersebut Kuantitas hidup dan kesehatan burung tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang melakukan pysical contact dengan burung tersebut Kehadiran pengunjung untuk menikmati burung tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi terjadinya dinamika ekologi burung tersebut dengan jaring-jaring ekologinya Kehadiran pengunjung untuk menikmati burung tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi kualitas ataupun kuantitas kejadian fenomena alam lain di sekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati flora tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi pola prilakunya Daya dukung fisik dan/atau ekologis maupun psikoloogis lokasi burung tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 2 1 3 2 7 17 20 15 RataRata 5.66 6.66 5 Keterangan Sensitif Sangat sensitif Agak sensitif

13

4.33

Biasa saja

Sensitifitas

3 3 3

12 15 12

4 5 4 4.95

Biasa saja Agak sensitif Biasa saja Agak sensitif

95

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Lokasi burung tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibu kota kabupaten Lokasi burung tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 1 jam dari ibu kota kecamatan Lokasi burung tersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat Pengunjung dapat menjangkau lokasi burung tersebu tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebih 2 kilometer Untuk menjangkau lokasi tumbuh burung tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari Lokasi burung tersebut dapat dijangkau pengunjung dalam segala cuaca Pada musim penghujan, lokasi burung tersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 7 18 12 19 19 10 17 18 RataRata 6 4 6.33 6.33 3.33 5.66 6 5.37 Keterangan Terjangkau Biasa saja Terjangkau Terjangkau Agak tidak terjangkau Terjangkau Terjangkau Agak terjangkau

Aksesibilitas

96

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Burung tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersebut Burung tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat setempat Burung tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat Burung tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat Burung tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat Burung tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat Burung tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Total nilai rata-rata 2 2 2 1 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 1 7 7 7 5 RataRata 2.33 2.33 1.66 Keterangan Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Tidak bermanfaat

Fungsi Sosial

2 3 3 3

5 6 6 9

1.66 2 2 3 2.14

97

Lampiran 3. (Lanjutan) D. Bintang laut


Kriteria Penilaian Informasi Bentuk dan/atau ukuran dimensi bintang laut tersebut sangat berbeda dengan bintang laut sejenis pada umumnya. Warnawarna bintang laut tersebut sangat berbeda dengan warna-warna bintang laut sejenis pada umumnya. Morfologi dan /atau fisiologi bintang laut tersebut sangat berbeda dengan morfologi dan/atau bintang laut sejenis pada umumnya Tempat dan ruang hidup bintang laut tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang hidup bintang laut sejenis pada umumnya Waktu beraktivitas bintang laut tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh bintang laut sejenis pada umumnya. Jaring-jaring ekologi bintang laut tersebut sangat berbeda dengan jaring-jaring ekologi bintang laut sejenis pada umumnya TOTAL RATA-RATA KEUNIKAN Bintang laut tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional. Bintang laut tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional. Bintang laut tersebut tidak terdapat pada Propinsi lain. Bintang laut tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat pada Kabupaten lain. Kelangkaan Bintang laut tersebut tidak terdapat pada kecamatan lain. Masa breeding bintang laut tersebut maksimal hanya 3 tahun sekali. Proses penagkaran bintang laut tersebut, baik secara alami maupun buatan, sangat sulit untuk dilakukan dan sangat sulit mencapai keberhasilan hidup. TOTAL RATA-RATA KELANGKAAN 2 1 2 2 2 1 3 2 1 1 2 Kadar Informasi 3 4 5 6 2 1 1 2 3 3 3 3 7 16 17 18 12 12 12 RataRata 5.33 5.66 6 4 4 4 4.83 2 1 1 1 11 10 10 10 7 9 11 3.66 3.33 3.33 3.33 2.33 3 3.66 3.14 Skala Likert Agak unik Unik Unik Biasa saja Biasa saja Biasa saja Agak unik Biasa saja Agak tidak langka Agak tidak langka Agak tidak langka Tidak langka Agak tidak langka Biasa saja Agak tidak langka

Keunikan

98

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Keindahan komposisi dan nuasa dari morfologi bintang laut tersebut Keindahan komposisi dan nuasa warna dari bintang laut tersebut Keindahan komposisi dan nuasa dinamika fisiologi bintang laut tersebut Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa visual bintang laut Keindahan komposisi dan nuasa afirmatif dari komunitas kelompok bintang laut Total nilai rata-rata Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu dalam tahun tertentu Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian Dinamika prilaku Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati dalam beberapa jam saja dalam periode perkawinannya Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam 1 tahun Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati dalam kurun jam yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali Bintang laut tersebut hanya muncul dan dapat dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 2 1 3 3 3 1 2 7 16 18 15 18 17 RataRata 5.33 6 5 6 5.66 5.59 3 3.33 3 2.66 2.66 2.66 3 2.9 Keterangan Agak indah Indah Agak indah Indah Indah Indah Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman Agak tidak musiman

Keindahan

3 2 3 1 1 1 2 2 2 3 1

9 10 9 8 8 8 9

Seasonality

99

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Kemunculan bintang laut tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau bayak pengunjung yang melihat dari jarak pandang optimal Kemunculan bintang laut tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau bayak pengunjung yang melakukan physical contact dengan bintang laut tersebut Kuantitas hidup dan kesehatan bintang laut tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang melakukan pysical contact dengan bintang laut tersebut Kehadiran pengunjung untuk menikmati bintang laut tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi terjadinya dinamika ekologi bintang laut tersebut dengan jaring-jaring ekologinya Kehadiran pengunjung untuk menikmati bintang laut tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi kualitas ataupun kuantitas kejadian fenomena alam lain di sekitarnya Kehadiran pengunjung untuk menikmati fauna tersebut pada jarak pandang optimal ataupun bersentuhan tidak mempengaruhi pola prilakunya Daya dukung fisik dan/atau ekologis maupun psikologis lokasi bintang laut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 1 2 3 7 9 13 15 RataRata 3 2.33 5 Keterangan Agak tidak sensitif Tidak sensitif Agak sensitif

12

Biasa saja

Sensitifitas

3 3 3

12 15 12

4 5 4 4.19

Biasa saja Agak sensitif Biasa saja Biasa saja

100

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Lokasi bintang laut tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibu kota kabupaten Lokasi bintang laut tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 1 jam dari ibu kota kecamatan Lokasi bintang laut tersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat Pengunjung dapat menjangkau lokasi bintang laut tersebu tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebih 2 kilometer Untuk menjangkau lokasi tumbuh bintang laut tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari Lokasi bintang laut tersebut dapat dijangkau pengunjung dalam segala cuaca Pada musim penghujan, lokasi bintang laut tersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu Total nilai rata-rata 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 3 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 7 18 12 19 19 10 17 18 RataRata 6 4 6.33 6.33 3.33 5.66 6 5.37 Keterangan Terjangkau Biasa saja Terjangkau Terjangkau Agak tidak Terjangkau Terjangkau Terjangkau Agak terjangkau

Aksesibilitas

101

Lampiran 3. (Lanjutan)
Kriteria Penilaian Point Soal 1 Bintang laut tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersebut Bintang laut tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat setempat Bintang laut tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat Bintang laut tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat Bintang laut tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat Bintang laut tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat Bintang laut tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Total nilai rata-rata 2 2 2 1 2 Kadar Penilaian 3 4 5 6 1 1 7 7 7 5 RataRata 2.33 2.33 1.66 Keterangan Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Agak tidak bermanfaat Tidak bermanfaat

Fungsi Sosial

2 3 1 1 2 1 1

5 6 8 9

1.66 2 2.66 3 2.23

102

Lampiran 4. Tabel Rekapitulasi Data Pengunjung A. Karakteristik Pengunjung


No 1 2 3 Jenis Kelamin Status Pernikahan Umur Karakterisrik Pengunjung Laki-laki Perempuan Menikah Belum menikah Anak ( 6 tahun - 10 tahun) Remaja (11 tahun 18 tahun) Dewasa ( 18 tahun keatas) SD SMP SMU Perguruan tinggi Kabupaten Kep. Sangihe Luar Daerah Luar Negri PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pelajar Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja < Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 5.000.000 >Rp 5.000.000 Sendiri Keluarga Teman Rombongan Jumlah 15 15 12 18 2 28 1 15 14 23 7 7 1 12 1 5 2 2 5 8 14 3 1 8 12 9 Presentase 50% 50% 40% 60% 7% 93% 3% 50% 47% 77% 23% 23% 3% 40% 3% 17% 7% 7% 17% 27% 47% 9% 3% 27% 40% 30%

Pendidikan

Asal

Pekerjaan

Pendapatan

Jenis Kunjungan

103

Lampiran 4. (Lanjutan) B. Motivasi Pengunjung


Point soal a b c d e f Rekreasi Wisata Berkemah Penelitian Pendidikan Bisnis 1 2 1 2 2 1 Total nilai rata-rata 2 1 1 2 1 Total nilai rata-rata Kadar Penilaian 3 4 5 3 2 2 2 2 1 1 1 1 6 6 8 2 2 1 7 17 8 2 3 177 122 26 30 15 31 Rata-rata 6.32 6.1 4.33 5 3.75 5.16 5.11 5.96 2.8 4 4.55 3 5 4.21 Keterangan Temotivasi Termotivasi Biasa saja Agak termotivasi Biasa saja Agak termotivasi Agak termotivasi Jelas Agak tidak jelas Biasa saja Agak jelas Agak tidak jelas Agak jelas Biasa saja

Motivasi kunjungan

a b c d e f

Teman Koran atau majalah Leaflet/booklet Radio Televisi website

2 1 2 1

4 2 -

6 2 1

5 1 4 -

13 1 1 3

167 14 20 41 9 30

Sumber Informasi

104

Lampiran 4. (Lanjutan)
Point soal a b c d e f g h i Pusat informasi Pemandu wisata Papan informasi Papan interpretasi Toilet Tempat sampah Keamanan dan keselamatan Home stay Warung 1 2 2 4 5 3 4 4 6 3 13 10 6 15 4 3 7 2 5 2 Total nilai rata-rata 1 1 1 1 Total nilai rata-rata 1 1 Total nilai rata-rata 1 4 Total nilai rata-rata Kadar Penilaian 3 4 5 4 6 3 1 5 1 4 3 5 1 1 2 2 3 6 1 2 6 9 2 1 11 5 10 4 6 1 2 1 2 7 1 61 45 48 42 62 68 86 65 84 Rata-rata 3.21 2.81 2.82 2.47 2.06 2.26 3.30 2.95 3.23 2.79 6.14 6.5 6.92 5.53 6.93 6.9 6.4 6.13 6.43 6.48 4.81 5.64 6.13 6.10 6.33 4.40 4.70 6.07 5.44 5.59 Keterangan Agak tidak puas Agak tidak puas Agak tidak puas Tidak puas Tidak puas Tidak puas Agak tidak puas Agak tidak puas Agak tidak puas Agak tidak puas Perlu Perlu Sangat perlu Perlu Sangat perlu Sangat perlu Perlu Perlu Perlu Ingin Agak ingin Ingin Efektif Efektif Efektif Biasa saja Biasa saja Efektif Agak Efektif Efektif

Kepuasan terhadap fasilitas

a b c d e f g h

Papan interpretasi Papan informasi Papan petunjuk arah Menara pengamatan Toilet Tempat sampah Warung Penginapan

1 2 -

2 2 3 3 2

3 2 1 7 2 3

8 5 7 3 2 3 9 9

14 21 15 10 28 27 18 15

172 195 187 144 208 207 192 184

Fasilitas yang diperlukan

bentuk

a Dibangun dengan bahan alam b Dibangun dengan bahan modern

2 6

2 4

22 2

175 77

Obyek dan atraksi

a b c d e f g

Pasir putih Panorama alam Keindahan pantai Voli pantai Sunbathing Berenang Fotografi

2 3 1 1

2 1 2 6 9 2 5

2 2 9 6 3 7

16 19 14 2 4 10 12

10 7 14 3 4 12 4

184 177 190 119 127 170 158

105

Lampiran 4. (Lanjutan)
Point soal a b c d e Pantai Pasir putih Panorama alam Flora & fauna Bentang alam Presentase Kadar Penilaian 1 2 3 4 5 6 1 10 8 9 1 7 7 11 1 3 6 17 1 1 2 16 8 1 5 9 11 Total nilai rata-rata 2 2 1 2 1 Total nilai rata-rata 2 1 3 1 1 13 10 6 21 10 5 7 9 2 11 5 7 10 1 4 7 2 4 3 1 3 151 156 168 120 154 Rata-rata 5.03 5.2 5.6 4.13 5.31 5.05 4.76 4.96 4.9 4.07 4.83 4.70 Keterangan Agak unik Agak unik Unik Biasa saja Agak unik Agak unik Agak langka Agak langka Agak langka Biasa saja Agak langka Agak langka

Keunikan potensi

Kelangkaan potensi

a b c d e

Pantai Pasir putih Panorama alam Flora & fauna Bentang alam

3 3 1 1 3

143 149 147 114 145

106

Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi Data Masyarakat A. Karakteristik Masyarakat


No 1 2 3 Jenis Kelamin Status Pernikahan Umur Karakterisrik Masyarakat Laki-laki Perempuan Menikah Belum menikah Anak ( 6 tahun - 10 tahun) Remaja (11 tahun 18 tahun) Dewasa ( 18 tahun keatas) SD SMP SMU Perguruan tinggi Kecamatan Tabukan Tengah Luar Kecamatan Tabukan Tengah Petani Nelayan Pegawai Pelajar Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Lain-lain < Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 5.000.000 >Rp 5.000.000 Jumlah 17 13 20 10 2 28 5 8 15 2 29 1 6 4 7 2 5 3 3 10 18 2 Presentase 57 % 43 % 67 % 33 % 6 % 94 % 17 % 27 % 50 % 6 % 97 % 3 % 20 % 13 % 23 % 7 % 17 % 10 % 10 % 33 % 60 % 7 % -

Pendidikan

5 6

Asal Pekerjaan

Pendapatan

107

Lampiran 5. (Lanjutan)
Point soal a b c d Masuknya budaya asing Lingkungan masyarakat dikenal banyak orang Meningkatnya status sosial masyarakat Pola hidup konsumtif Total nilai rata-rata Menambah penghasilan masyarakat Membuka lapangan kerja baru Meningkatnya perekonomian masyarakat lokal Tidak terjadi kebocoran ekonomi Total nilai rata-rata Rusaknya sumberdaya wisata Tercemarnya lingkungan Menimbulkan sampah Total nilai rata-rata a b c d e f Menyediakan fasilitas tempat tinggal Menyediakan sarana dan prasarana yanag dibutuhkan Menyediakan akomodasi bagi pengunjung Menjadi pemandu wisata Membersihkan kawasan wisata Membuka kantin untuk kebutuhan pengunjung Total nilai rata-rata Keramahan Menerima saran dan kritik Menerima pengajaran bahasa asing Tata krama terhadap tamu Total nilai rata-rata 2 1 2 1 4 1 4 2 3 4 5 11 11 20 16 9 13 6 14 6 10 11 12 12 188 180 185 173 187 179 1 Presentase Kadar Penilaian 2 3 4 5 6 7 2 6 5 7 2 10 16 1 2 5 7 11 1 4 117 182 155 18 Ratarata 5.85 6.5 5.96 3.6 5.47 6.83 6.76 6.73 4.2 6.13 6.18 4.07 2.26 6.36 6.26 6 6.16 5.76 6.23 5.96 6.06 6.93 6.23 5.93 6.83 6.48 Keterangan Setuju Setuju Setuju Biasa saja Agak setuju Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju Biasa saja Setuju Setuju Biasa saja Tidak setuju Setuju Siap Siap Siap Siap Siap Siap Siap Sangat siap Siap Siap Sangat siap Siap

Dampak sosial budaya

a b c d

1 1

5 4 8 1

25 25 22 -

205 203 202 21

Dampak ekonomi

Kesiapan masyarakat

Dampak lingkung an

a b c

2 15

1 6

21 1

2 2 2

5 2 -

4 -

68 113 68

a b c d

4 -

3 3 -

2 17 10 5

28 10 13 25

208 187 178 205

108

Lampiran 6. Tabel Rekapitulasi Data Pengelola A. Pengelolaan


Pengelolaan Pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas Setiap minggu Setiap Bulan Setiap Tiga Bulan Setiap Enam Bulan Total rata-rata nilai Kerjasama dengan pihak lain LSM dalam negri LSM luar negri Pemerintah pusat Pemerintah daerah Perusahaan jasa perjalanan Perusahaan jasa promosi Total rata-rata nilai Manfaat kerjasama bagi pengelola Membantu dalam kegiatan pengadaan fasilitas Membantu dalam pemeliharaan dan perbaikan fasilitas Membantu meningkatkan standar kualitas mutu SDM Membantu kegiatan perjalanan wisata Membantu kegiatan promosi Total rata-rata nilai Minimnya daya dukung wisata Minimnya biaya pengelolaan wisata Terjadinya persaingan Kualitas SDM rendah Total rata-rata nilai 1 1 1 1 11 11 18 1 1 4 1 1 3 2 24 2 2 Uraian 1 2 Kadar informasi 3 4 5 6 1 2 2 1 2 7 16 13 12 Ratarata 5,33 4,33 6 5,22 3 2 6 2 2 3 5,5 5,5 6 5,66 6 7 6,5 Ket. Agak betul Biasa saja Betul Agak betul Agak tidak erat Tidak erat Erat Tidak erat Tidak erat Agak tidak erat Agak bermanfaat Agak bermanfaat Bermanfaat Bermanfaat Sering Sangat sering Sering

Permasalahan dalam kegiatan kerjasama

2 3

24 21

109

Lampiran 6. (Lanjutan)
Pengelolaan Solusi permasalahan Musyawarah Kolaboratif Sentralisasi Total rata-rata nilai Kondisi sosial masyarakat sekitar obyek wisata Kondisi ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata Pengaruh budaya yang timbul akibat adanya kegiatan wisata Memiliki kemauan untuk ikut bekerjasama dengan pemerintah Menolak adanya kegiatan wisata di lingkungan masyarakat Menyetujui kegiatan wisata yang akan dilakukan di lingkungannya Total rata-rata nilai Tingkat ekonomi menengah keatas Tingkat ekonomi menengah Tingkat ekonomi menengah kebawah Total rata-rata nilai Kebudayaan masyarakat semakin berkembang/dinamis Dapat menerima kebudayaan baru yang masuk Mudah terkontaminasi kebudayaan baru yang masuk Total rata-rata nilai 1 1 2 1 1 1 20 11 3 1 3 2 19 12 Uraian Kadar informasi 2 3 4 5 6 1 1 1 1 7 18 Ratarata 4,5 4,5 5 6 5,5 6 7 6,5 5 5,5 3 4,5 Ket. Biasa saja Biasa saja Agak setuju setuju Agak setuju Setuju Sangat setuju Setuju Agak setuju Agak setuju Agak tidak setuju Biasa saja

1 3

6 21

110

Lampiran 6. (Lanjutan)
Pengelolaan Pengelolaan pengunjung pada obyek wisata Pengelolaan keamanan dan keselamatan di obyek wisata Uraian Pengalihan kegiatan wisata jika terjadi lonjakan pengunjung Pembatasan jumlah kunjungan wisatawan pada waktu tertentu Sirkulasi pengunjung untuk menghindari penumpukan pengunjung Total rata-rata nilai Adanya instruksi khusus dari pemandu wisata Adanya peraturan khusus dari masyarakat Adanya alat keselamatan dalam kegiatan wisata Adanya pos-pos keamanan di setiap site-site kawasan wisata Total rata-rata nilai Snorkeling Diving Olahraga pantai Olahraga air Rekreasi pantai Total rata-rata nilai Pelayanan dan pemanduan wisata pesisir terhadap pengunjung Kegiatan pelayanan dan pemanduan dilakukan selama kegiatan wisata berlangsung Kegiatan pelayanan dan pemanduan menggunakan alat bantu Tersedianya papan interpretasi Tersedianya kantor pusat informasi Total rata-rata nilai 4 4 3 1 1 1 1 1 4 4 5 12 1 1 1 3 1 1 3 2 1 4 Kadar informasi 2 3 4 5 6 7 Ratarata Ket. -

21

5,25 5,25 3,75 3,75 5,25 4,25 7 4,8 1 1 1 3 1,75

Agak baik Agak baik Biasa saja Biasa saja Agak tersedia Biasa saja Sangat tersedia Agak tersedia Sangat tidak tersedia Sangat tidak tersedia Sangat tidak tersedia Agak tersedia Tidak tersedia

Aktivitas wisata pesisir di obyek wisata

15 15 21 17 28

111

Lampiran 6. (Lanjutan)
Kadar informasi 3 4 5 6 1 7 3 4 4 2 3 2 27 28 28 26 27 14 Ratarata 6,75 7 7 6,5 6,75 7 6,83 7 7 6,75 6,25 6,75 Ket. Sangat diprioritaskan Sangat diprioritaskan Sangat diprioritaskan diprioritaskan Sangat diprioritaskan Sangat diprioritaskan Sangat diprioritaskan Sangat penting Sangat penting Sangat penting penting Sangat penting

Pengelolaan Rencana strategis pengelola dalam pengembangan wisata

Uraian

Program wisata Meningkatkan kegiatan pengelolaan wisata pesisir Fasilitas dan akomodasi Pelayanan wisata Pemasaran wisata Perancangan PNPM wisata Total rata-rata nilai Papan interpretasi Papan informasi Papan petunjuk arah Papan peringatan Total rata-rata nilai

2 1

Rencana pengembangan unit fasilitas (interpretasi)

1 3

4 4 3 1

28 28 27 25

112

Lampiran 6. (Lanjutan) B. Persepsi pengelola


Persepsi Potensi wisata yang dimiliki Wisata pesisir Wisata alam Wisata budaya Wisata bahari Wisata agro Total rata-rata nilai Manfaat yang didapat pengelola dari aktivitas wisata Fasilitas yang perlu ditambahkan atau diperbaiki untuk kegiatan wisata Meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi Membuka lapangan pekerjaan baru Kelestarian alam Memperkenalkan kekayaan alam kepada pengunjung Total rata-rata nilai Papan interpretasi Papan peringatan Papan petunjuk arah Home stay Pemandu wisata Penyewaan alat Toilet Tempat sampah Cafetaria Total rata-rata nilai 1 1 1 1 3 4 2 3 27 28 25 27 Uraian 1 2 Kadar informasi 3 4 5 6 1 1 1 2 1 2 1 3 1 1 3 7 3 27 13 20 21 15 Ratarata 6,75 3,25 5 5,25 3,75 4,8 6,75 7 6,25 6,75 6,68 7 6,5 6,5 6,75 6 5,5 7 7 7 6,58 Ket. Sangat berpotensi Agak tidak berpotensi Agak berpotensi Agak berpotensi Biasa saja Agak berpotensi Sangat bermanfaat Sangat bermanfaat bermanfaat Sangat bermanfaat Sangat bermanfaat Sangat diperlukan Diperlukan Diperlukan Sangat diperlukan Diperlukan Agak diperlukan Sangat diperlukan Sangat diperlukan Sangat diperlukan Sangat diperlukan

2 2 1 2 2 2

4 2 2 3 2 4 4 1

28 26 26 27 24 22 28 28 7

113

Lampiran 7. Tallysheet Pengamatan Lapang Nama Hari Tanggal Lokasi


No 1

: Okke Mochamad Maulanasyah : Sabtu : 12 Maret 2011 : Pantai Pananualeng


Sumberdaya Wisata Pesisir Sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata - Jalan setapak - Panggung kesenian - Shelter - Toilet - Sumber air bersih - Warung - Papan informasi Atraksi wisata - Berenang - Bermain pasir - Piknik - fotografi - Memancing Daya tarik - Pasir putih - Panorama alam - Pantai landai - Pantai yang memanjang 500 meter Kualitas estetika lanskap alami - Kualitas Lanskap pada Pantai Pananualeng masih terjaga dengan baik, karena belum banyak terjadi perubahan lanskap. - Matriks pada obyek wisata ini adalah perkebunan masyarakat dan lahan hijau lainnya. Jalur wisata dan interpretasi pada lokasi: Bentuk: a. Bentuk dan kondisi jalur - Jalur wisata berbentuk alami karena b. Panjang jalur dan waktu tempuh terbuat dari pasir pantai c. Tingkat kesulitan jalur Panjang jalur dan waktu tempuh: - Panjang jalur 500 meter dengan waktu tempuh 10-15 menit Tingkat kesulitan jalur: - Jalur cukup mudah dilalui oleh pengunjung denagn berbagai tingkat usia Fasilitas pendukung di sepanjang jalur: Bentuk: a. Bentuk dan kondisi fasilitas - Fasilitas terbuat dari bahan permanen dan b. Kegunaan fasilitas bahan kayu. c. Jumlah fasilitas Kegunaan fasilitas: - Rata-rata fasilitas wisata sudah tidak dapat digunakan Jumlah fasilitas: - Jumlah fasilitas masih jauh dari standar untuk obyek wisata.

114

Anda mungkin juga menyukai