Anda di halaman 1dari 2

TOKOH PENCETUS TEORI KEPEMIMPINAN

Niccol Machiavelli seorang pakar teori politik Itali percaya bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh statecraft yang dimilikinya atau keahlian sebagai seorang negarawan. Untuk memastikan seorang pemimpin itu berhasil atau tidak, dapat dilihat bagaimana cara ia menggunakan kekuasaan yang ada di tangannya. Penggunaan kekuasaan itu dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk cara-cara yang tak terpuji. The Prince, yang ditulis Machiavelli tahun 1513, menyatakan bahawa semua pemimpin harus menggunakan penipuan dan akal licik, untuk mencapai tujuan mereka. Dengan lain perkataan, seorang pemimpin harus tahu bila ia harus berperanan sebagai singa, bila bertindak seperti musang, dan sebagainya. Perubahan karakter seorang pemimpin itu harus mengikuti keadaan. Ini bererti juga seorang pemimpin itu harus memberikan kesan di depan rakyat bahwa ia seorang yang lembut, pemurah, bahkan pro agama. Namun ia pun dapat berbuat jahat dan mengabaikan rasa sayang dan moral jika diperlukan. Teori kepemimpinan yang diusung oleh Machievelli itu merupakan salah satu model kepemimpinan yang banyak digunakan oleh para pemimpin diktator. Bagi penentang teori ini, Machiavelli dianggap sebagai simbol kediktatoran dan kekejaman. Teori kepemimpinan Machievelli cenderung menghalalkan segala cara untuk mempertahankan suatu kekuasaan. Inilah menjadi pegangan yahudi yang amat bertentngan dengan islam. Ia juga membenarkan sistem pemerintahan yang dijalankan penguasa bertangan besi, yang menolak pertimbangan moral dalam hal politik praktis. Oleh kerana itu, tak hairan jika para Machiavellis, terutama para penguasa yang menjalankan prinsip Machiavelli ini dianggap sebagai individu dan kumpulan manusia yang membenarkan dusta, penipuan, penindasan, dan pembunuhan, termasuk pengingkaran sejarah asal stabiliti kekuasaannya mantap dan tidak tergugat.

Menurut Machiavelli, penguasa yang menjalankan aturan-aturan konvensional seperti petunjuk-petunjuk moral (agama) yang menekan justru akan menghancurkan kekuasaannya sendiri. Ia menganjurkan seorang penguasa itu mengabaikan pertimbangan moral secara total dan mengandalkan kekuatan dan kelicikan, termasuk mewujudkan kekuatan militeri yang dilengakp persenjataan terbaik. Seorang penguasa juga harus dikelilingi oleh menteri-menteri yang mampu dan setia, terdiri dari penjilat untuk mencapai kejayaannya. Machiavelli juga mengajukan dua pilihan perbincangan, apakah seorang penguasa itu lebih baik dicintai atau dibenci/ditakuti. Menurutnya penguasa sebaiknya ditakuti dan dicintai, tapi kedua pilihan ini ini tak boleh disandang sekaligus, lebih mudah bagi seorang penguasa adalah ditakuti, kerana bila dia memilih untuk dicintai maka ia harus siap-siap untuk mengorbankan kepentingan demi rakyat yang mencintainya. Dalam sejarah dunia, ada begitu banyak penguasa yang mengikuti teori kepemimpinan Machiavelli ini. Napoleon, Stalin, Hitler, Benito Mussolini, Slobodan Milosevic, Pinochet, hingga Pol Pot merupakan tokoh-tokoh yang mengambil langkah radikal dalam kepemimpinannya. Mereka menciplak habis teori Machiavelli untuk bertahan dalam tampuk kekuasaannya. Mereka diktator ulung pada masanya. Mussolini memuji-muji Machievalli di depan umum sebagai tokoh inspirator. Bahkan Napoleon menyelitkan The Prince di bawah bantalnya agar boleh membacanya berulang-ulang.

Anda mungkin juga menyukai