DOSEN PENGAMPUH :
DR. SUTRISNO HADI, MA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman banyak perempuan-perempuan berperan di
ranah politik dan menjadi pemimpin. Akan tetapi, hak- hak dan peranan kaum
perempuan selalu dianggap sebagai problem intelektual, sehingga menimbulkan
perbedaan mengenai posisi perempuan dengan alasan terbelengkalainya tugas-tugas
utama dan tugas pokok sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Namun demikian
apabila masing-masing argumentasi dianalisis secara metedologis maka peran
perempuan di pertimbangkan dengan maslahah dan mafsadah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran perempuan di ranah publik ?
2. Bagaimana kepemimpinan perempuan dalam perspektif al-Quran dan hadis ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui peran perempuan di ranah publik
2. Mengetahui kepemimpinan perempuan dalam perspektif al-Quran dan hadis
A. Perempuan di Ranah Publik
Secara umum ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan
kerjasama antara laki-laki dan perempuan untuk berbagai bidang kehidupan yang ditunjukkan
dengan kalimat “menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar”.
Pengertian kata auliya’ mencakup kerjasama, bantuan, dan penguasaan. Sedangkan pengertian
yang terkandung dalam frase “menyuruh mengerjakan yang ma’ruf” mencakup segala segi
kebaikan dan perbaikan kehidupan, ketika mukmin mengerjakan perkara munkar, maka
mukmin yang lain mencegahnya dan ketika mukmin tidak mengerjakan kebaikan, maka
mukmin yang lain mengingatkannya. Akhirnya, setiap mukmin memerintah dan diperintah
untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mengerjakan kemunkaran. Dalam ayat tersebut
Allah SWT tidak tertuju kepada pihak laki-laki saja, tetapi keduanya secara bersamaan.
Berdasarkan ayat ini, perempuan juga bisa menjadi pemimpin, yang penting dia mampu
memenuhi kriteria sebagai seorang pemimpin
QS. Al-Mumtahanah/60:12
QS. Al-Hujurat : 13
Artinya; “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang palimg mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”.
Saba’ adalah sebuah kabilah yang terkenal di daerah dekat Yaman. Tempat kediaman
mereka adalah sebuah negeri yang dikenal dengan nama Ma’rib. Termasuk nikmat Allah
dan kelembutan-Nya kepada manusia secara umum dan kepada bangsa Arab secara
khusus adalah Dia mengisahkan dalam Al Qur’an kisah orang-orang yang telah binasa
yang dekat dengan bangsa Arab, sisa peninggalannya dapat disaksikan oleh mereka dan
sering disebutsebut. Yang demikian agar membuat mereka mau beriman dan mau
menerima nasihat. Dalam tafsir al-Misbah disebutkan: Negeri yang baik dalam ayat 15
merupakan negeri yang “aman sentosa, melimpah rezekinya” dengan cara memperoleh
yang mudah, dan terdapat “hubungan harmonis kesatuan dan persatuan” dalam
masyarakat di negeri tersebut. Terkait “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr”, ini
menandakan bahwa masyarakat di negeri tersebut sebenarnya tidak lepas dari dosa dan
kesalahan. Meskipun mendapat nikmat berupa negeri yang baik, penduduk Saba’ enggan
bersyukur sehingga kemudian ditimpakan bencana kepada mereka yang membuat
“musnahnya pertanian dan berpencarnya suku yang besar itu ke berbagai negeri
Artinya: ‘Diceritakan kepada kami dari Abu al-Yaman dari Syu‟aib dari al- Zuhriy berkata : Aku
mendengar berita dari Salim bin Abdullah dari Abdullah bin Umar ra. sesungguhnya Rasulullah
saw. bersabda :“Setiap kamu adalah pemimpin dan kamu akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai kepemimpinanmu”. Seorang imam adalah pemimpin umat dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin terhadap
keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Seorang
isteri adalah pemimpin dalam rumah suami dan anaknya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang mereka, dan seorang hamba sahaya adalah bertanggung jawab
atas harta tuan (majikan)nya dan dia pun akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Dia
berkata bahwa aku mendengar semua itu dari Nabi saw. dan hampir-hampir saya mengira
Rasulullah saw. akan bersabda : “Seorang laki-laki adalah pemimpin (penanggungjawab) atas
harta ayahnya dan dia akan ditanyai mengenai kepemimpinannya, maka setiap kamu adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya.
Dalam hadist ini disebutkan bahwa seorang wanita menjadi pemimpin atas rumah
suaminya, namun yang dimaksud ialah seorang status istri, bukan jenis perempuannya. Maka dari
itu setiap status sosial akan dipertanggungjawabkan, baik itu seorang yang berjenis laki-laki
maupun perempuan. Kemudian mengenai kata imam (pemimpin sosial-politik), yang
menunjukkan maskulunitas bukan berarti menutup kemungkinan bagi perempuan untuk
menempati posisi tersebut, hal ini disebabkan karena kata imam tidak memiliki bentuk
mu’annasnya.
2 September 2010 Yosieko 10
1. Peran perempun dalam Islam memiliki hak untuk berperan yang berkaitan dengan ranah
publik, yang dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadist bahwa perempuan mempunyai hak
untuk memperoleh pendidikan serta hak dalam bidang politik. Perempuan merupakan
bagian dari umat yang mempunyai hak untuk memikul tugas-tugas politik sama dengan l
aki-laki dengan syarat berpegang pada syariat Islam.