BAB II
PEMBAHASAN
Lahir di Florence pada tahun 1467, Niccolo Machiavelli hidup pada zaman
Renaissance yang baru saja terbebas dari belengu kekuasaan gereja. Machiavelli
adalah seorang filsuf juga politisi yang terkenal dengan pemikiran-pemikiran
kontroversial. Pemikirannya dikatakan kontroversial karena berbicara tentang
idealisme mencapai suatu tujuan tanpa melihat tujuan tersebut baik atau buruk
serta cenderung berorientasi pada praktik-praktik busuk kekuasaan. Pemikiran
politiknya tersebut bersifat ilmiah dan empiris berasal dari pengalaman
pribadinya. Banyak argumen yang menyatakan bahwa pemikiran-pemikiran
Machiavelli menyimpang dari suara hati yang sehat. Akan tetapi, apabila lebih
didalami lagi, gagasan Machiavelli hanya berupa ekspresinya akan zamannya
yang kala itu karut-marut oleh kehadiran kaum hipokrit yang sering melakukan
kecurangan dengan kekuasaan yang mereka miliki. Gagasannya yang menentang
kaum hipokrit tersebutlah yang kemudian menjadikannya sebagai salah satu filsuf
berpengaruh pada praktik politik dewasa ini, di abad ke 20 ini.
Memang benar bahwa Machiavelli melegalkan segala cara untuk meraih dan
mendapatkan kekuasaan. Namun sentuhan moral menurutnya juga diperlukan
pada saat-saat tertentu misalnya dalam rangka mengambil hati dan menjaga agar
rakyat tetap berada di sisinya. Contohnya adalah seorang penguasa tidak boleh
mencuri harta rakyatnya. Seperti pernyataan terkenal Machiavelli yakni,
“…manusia lebih mudah melupakan kematian ayahnya daripada kehilangan
bagian warisannya”, apabila seorang penguasa melakukan hal tidak bermoral
seperti mencuri harta rakyatnya, rakyat akan kehilangan kepercayaan dan sulit
untuk patuh kembali kepada penguasanya. Seorang penguasa menurutnya harus
terlihat seperti seorang yang religius. Hal ini dapat menciptakan citra di depan
rakyat yang dapat menyeimbangkan perbuatan licik yang penguasa perbuat di
belakang karena pada dasarnya sulit bagi rakyat untuk mengetahui bagaimana
watak asli penguasanya. Machiavelli menambahkan bahwa sepatutnya seorang
penguasa membuat dirinya dicintai rakyat karena berdasarkan sifat manusia,
mematuhi orang yang dicintai lebih mudah daripada mematuhi orang yang
ditakuti.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Russel, Bertrand, 2002. Sejarah Filsafat Barat: Dan Kaitannya dengan Kondisi
Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.
Pada masa ketika Italia mengalami perubahan politik dan berada dalam masa
pembentukan kembali aktifitas politik yang sebelumnya mengalami kemunduran
luarbiasa akibat pengaruh yang terlalu mengikat dari pihak gereja dan kerajaan
kristen, seorang yang kemudian merupakan seorang filsuf dan seorang teoritis
ilmu politik lahir pada tanggal 3 Mei 1469 di Florence. Seorang filsuf yang
kemudian dikenal dengan sebutan sebagai bapak teori ilmu politik modern ini
memiliki nama Niccolo Machiavelli. Machiavelli sendiri mendapatkan pendidikan
pada masa renaissance Italia dengan berdasarkan pada Yunani dan juga romawi
kuno. Peran pertamanya didalam hubungan politik datang saat ia berusia 29 tahun,
saat rezim Savonarola yang berkuasa saat itu jatuh dari kekuasaannya di kota
kelahirannya. Meskipun Machiavelli tidak memiliki latar belakang administrasi, ia
terpilih untuk mengabdi sebagai ketua kedutaan kedua atas republik Fiorentina
dibawah pemerintahan yang baru. Posisinya sebagai ketua kedutaan kedua
memiliki tanggung jawab penting untuk hubungan asing maupun hubungan
diplomatik dari negaranya dan memberikan kesempatan pada machiavelli untuk
bepergian dan menganalisa kesuksesan dan kegagalan dari para pemimpin-
pemimpin negara-negara di Eropa (gradesaver.com).
Teori politik Machiavelli adalah sebuah refleksi atas kebangkitan sistem negara di
Italia dan aksi diplomasi baru yang membuat Italia dapat terus berjalan. Teori
politik Machiavelli merupakan petunjuk bagi para penguasa dan pembantu negara
baru seperti diplomat dan juga pemimpin militer didalam aktifitas mereka dalam
lingkungan internasional yang baru. Machiavelli menginstruksikan kepada para
pemimpin negara mengenai negara baru dan mengatur perjanjian dengan dunia
mengenai bagaimana kesuksesan di dalam keahlian dibawah kondisi internasional
yang baru. Pemikiran Machiavelli mengenai keahlian, perang dandiplomasi pada
dasarnya berlaku untuk negara monarki dan juga republik. Machiavelli
mengatakan, penguasa negara bertanggung jawab atas kesejahteraan negaranya,
keselamatan dan juga stabilitas serta keamanan negaranya. Salah satu warisan
pemikiran Machiavelli adalah konsep mengenai bahwa peran utama sebuah
negara adalah eretak pada aspek eksternal, dengan mengadakan persetujuna untuk
negara lain melalui diplomai dan juga perang utnuk membentuk kebijakan luar
negeri utama. Machiavelli juga berpendapat bahwa semua negara, termasuk
republik, membutuhkan kekuasaan ekskutif yang kuat didalam konstitusi mereka
untuk memfasilitasi aksi diplomasi mereka didalam mengatasi ancaman eksternal
(Nigro, 2006:7).
Latar Belakang Pemikiran
Niccolo Machiavelli sendiri adalah merupakan seorang yang lahir pada zaman
pencerahan atau zaman Renaissance yang lahir pada tahun 1467 di kota Florence,
Italia. Ayahnya sendiri bernama Bernardo Machiavelli yang juga adalah seorang
ahli hukum dari keturunan keluarga bangsawan. Ayahnya sendiri adalah seorang
pengagum karya-karya klasik seperti Livius, History dan juga The Making of an
Orator. Dalam usia 12 tahun, Niccolo Machiavelli mengambil studi untuk belajar
mengenai ilmu tentang kemanusiaan dengan seorang tokoh bernama Paulo
Rensiglione dan mempelajari kajian ilmu klasik dari seorang yang bernama
Marcello Adriani di Universitas di Florence, Italia. Niccolo machiavelli sendiri
terbilang ahli didalam melakukan diplomasi sehingga ia pernah menjadi seorang
diplomat karena keahliannya didalam melakukan aksi diplomasi tersebut. karya
klasik yang disukai oleh sang ayah yaitu karya klasik Livisu kemudian menjadi
sebuah dasar pemikiran dan juga argumentasi pendapat didalam karya Niccolo
Machiavelli yaitu The Prince. Karya-karya Niccolò Machiavelli sendiri telah
meninggalkan warisan berupa kontroversi yang cukup luas mengenai hal yang
sangat beragam, mulai dari tuduhan mengenai ketidak adaannya etika didalam
melakukan manuver berpolitik, sampai konsep teori milik Niccolo Machiavelli
yang dianggap untuk bertujuan dengan menghalalkan segala cara didalam
melakukan aksi politik atau untuk memperoleh kepemimpinan. Pada tahun 1513,
Niccolo Machivelli menyelesaikan beberapa karya miliknya dan diantaranya
adalah Il Principe dan beberapa yang tidak dipublikasikan hingga kematiannya
pada tahun 1532. Pemikiran dan ide-ide Niccolo Machiavelli yang tertuang
didalam karya-karyanya sendiri telah meninggalkan kesan beragam bagi
pembacanya. Pada usia 25 tahun dia menyaksikan terjadinya sebuah peristiwa
politik yang mengakibatkan perubahan kekuasaan di Florence. Pada tahun 1494
terjadi pertempuran antara Raja Charles VIII dari Perancis melawan keluarga
Medici, yang diakhiri dengan tergulingnya keluarga Medici. Niccolò melihat
perubahan kekuasaan di Florence dengan munculnya sosok pemimpin
berkharismatik, seorang rahib Dominikan yaitu Girolamo Savonarola –yang tentu
saja sekaligus adalah lawan politik dari keluarga Medici Girolamo Savonarola
merupakan orator ulung dan bergaya ‘kenabian’, Girolamo memerintah Florence
dengan tatanan Negara teokratik-demokratis. Savonarola merupakan rahib yang
sangat menentang ‘korupsi moral’ di kepausan.
Pada masa institusi kristendom, gereja dikuasai sepenuhnya oleh kekuasaan pada
paham absolutisme, dimana kekuasaan raja dicirakan monarki, monarki absolut,
depotisme (Salamah, 2014). Dengan gereja yang dikuasai oleh paham absolutise
ini, peraturan yang beredar dan wajib untuk dipatuhi ialah bahwa gereja dan juga
raja adalah selalu benar. Didalam masa absolutisme ini, penguasa yang dinilai
ideal ini adalah seseorang yang berada di puncak teratas atau tangan kanan Tuhan,
dan segala keperluan diplomasi adalah untuk keperluan gereja semata. Beberapa
ciri-ciri lain pada masa absolutisme ini adalah bahwa kekuasaan yang dijalankan
tidak berdasarkan pada undang-undang, anggaran kenegaraan tidak disusun secara
jelas, tidak adanya kepastian hukum dan kekuasaan dijalankan tanpa batas.
Mereka menggambarkan kekuatan dan sistem legitimasi mereka berdasarkan pada
praktek tradisional feodal yang mencampuradukkan jasapublik dan fungsi publik
dengan kepemilikan pribadi dan juga hak turun temurun. Tatanan politik pada era
kristendom memiliki karakteristik dengan menyambungkan jaringan keadila dan
hak serta tanggung jawab yang terbagi-bagi menjadi bagian yang kecil dan
otonom. Fakus dari otoritas poitiknya bersifat personal, feodal dan lokal (Nigro,
2006:2). Charlemagne atau Charles ini kemudian muncul sebagai penguasa suatu
kekaisaran dan juga adalah seorang kaisar suci yang pandai dan ahli di dalam
berdiplomasi dengan memberi bantuan pada gereja. Sistem politik pada masa
kristendom sendiri adalah memiliki sifat yang penuh dengan ambiguitas, rumit,
bisa dikatakan berantakan dan tidak logis. Namun, hal tersebuat tetap akan
berjalan selama masyarakat meyakininya. Namun, pada pertengahan dari tatanan
kristendom ini mulai mengalami keruntuhan dibawah tekanan dari lahir dan
bangkitnya unit-unit politik lain yang menggambarkan kekuatan dan juga sitem
legitimasi mereka adalah berdasarkan dari daerah teritorial yag baru dan realitas
demografis, yang menyetujui kegunaan praktek kekuatandaripada agama dan juga
tradisi, dan mengembangkan lintas batas yang lebih yang lebih nyata dan lebih
membatasi aripada poros yang lama, mulai untuk meyusul unit-unit dari politik
zaman medieval (Nigro, 2006:2).
Pemikiran Politik Machiavelli
Kesimpulan
Referensi
Deliar Noer. 1997. Pemikiran Politik Di Negeri Barat (Edisi Revisi). Bandung:
Mizan Pustaka
Nigro Jr, Louis. 2006. Theory and Practice of Modern Diplomacy: Origins and
Development to 1914. Chapter 14. Hal 1-13.