Anda di halaman 1dari 2

Nama: Fadillah Akbar Ali (185120501111039)

Kelas: C.IPL.2

Nomor presensi: 29

Politik, Negara, dan kekuasaan: Perspektif Niccolo Machiavelli

Pada abad sebelum abad ke-14, dunia bagian barat khususnya benua eropa mengalami masa-
masa yang disebut-sebut sebagai zaman kegelapan atau “dark age”, negara identik dengan
gereja, dimana kekuasaan gereja melebihi kekuasaan negara itu sendiri, politik dogmatis pun
teologis membuat kekuasaan gereja hampir tak terbatas. Pula persaingan agama kristen
dengan ilmu pengetahuan, dimana para gereja melakukan inkuisi berdasar perlakuan yang
bersifat koersif dan memaksa terhadap para kaum intelektual pada zaman itu. Melewati
zaman itu, tepatnya sekitar abad ke-14, peradaban eropa mengalami suatu kemajuan pesat,
dimana muncul pemikir-pemikir serta gagasan-gagasan revolusioner, pada zaman ini ilmu
pengetahuan memenangi persaingan melawan agama kristen, namun dikarenakan hal itu pula,
menjauhkan ilmu pengetahuan dengan agama, atau biasa disebut sekulerisasi.

Renaisans italia, berawal dari kota-kota perdagangan seperti florence dan milan. Renaisans
bukanlah suatu gerakan masif, melainkan hanya melibatkan segelintir sarjana-sarjana serta
para tokoh-tokoh pemikir, salah satunya adalah Niccolo Machiavelli. Berawal dari pemikiran
humanisme-sekuler, membuat pengaruh pula terhadap gagasan yang dikemukakan oleh
machiavelli.

Sekilas tentang machiavelli, lahir tahun 1467 di florence, italia. Bapaknya, bernardo
machiavelli adalah seorang ahli hukum. Sejak kecil machiavelli telah mengenyam
pendidikan, khususnya ilmu humanisme, dikarenakan pada saat itu humanisme adalah syarat
penting untuk menjadi penguasa negara.

Tumbuh serta berkembangnya, machiavelli meniti karir menjadi seorang politikus moralis,
pun ia pernah menjadi seorang diplomat ulung. Setelah berkecimpung di dunia politik,
karirnya kandas setelah ia diberhentikan dari jabatannya oleh penguasa italia, dimana ia
masih ingin ikut andil dalam dunia perpolitikan.

Setelah masa itu, ia menarik dan mengasingkan diri dari dunia perpolitikan, menjadi seorang
pemikir, membaca literatur-literatur klasik sekaligus merefleksikan diri. Hal itu menghasilkan
suatu karya-karyanya, diantaranya yaitu history of florence, art of war dan sebagainya.
Namun pemikiran tentang negara dan kekuasaan ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul
the prince and discourses. Karyanya ini bermaksud untuk memikat hati penguasa-
menjadikannya ia menjadi salah satu politisi dalam rezim pemerintahan italia pada masa itu.
Pun karena hal ini, membuat hannah arendt dan plamenatz meragukan ia sebagai ilmuwan
politik, dikarenakan absennya suatu dasar metodologis serta pemikiran politik yang
terstruktur, pula diketahui dari maksudnya membuat karya tersebut.

Ia secara eksplisit memisahkan kekuasaan dengan moralitas. Dalam mempertahankan


kekuasaan, penguasa dibolehkan untuk bersikap kejam atau “tangan besi”, namun setelahnya
kembali menjadi seorang pemimpin yang baik, sehingga rakyat merasa tergantung dengan
pemimpinnya itu.

Pula menurutnya, negara yang kuat adalah negara yang memiliki kekuatan militer yang
tangguh, sehingga negara memiliki suatu kekuasaan koersif-yang memaksa. Pula demi
keamanan tatanan negara serta rakyatnya.

Juga menurutnya, raja atau penguasa hendaknyalah dikelilingi oleh menteri yang kapabel pun
memiliki loyalitas yang tinggi.1

Dari pemikiran politik tersebut, ditinjau dari aspek konsep kekuasaannya, machiavelli
memaparkan bahwa penguasa haruslah dapat bersikap kondisional, bersikap baik atau seperti
binatang dalam waktu yang tepat.

Serta ia juga memberi batasan yang jelas antara negara dan agama, melarang agama untuk
mencampuri urusan negara. Atau yang disebut konsep sekuler.

Pula negara harus memiliki aspek koersif melalui kekuatan militernya-tentara asli, berasal
dari negaranya, bukanlah suatu tentara bayaran.

1
Ahmad suhelmi, pemikiran politik barat.

Anda mungkin juga menyukai